Pendidikan
Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 03 Mei 2024
Sementara banyak pihak di sektor pendidikan masih berjuang untuk menghilangkan kecerdasan buatan (AI) generatif di sekolah, siswa di Pekanbaru, Riau, secara aktif menggunakannya sebagai bagian dari program perintis pemerintah daerah.
“AI adalah kunci untuk mempersiapkan masa depan di Riau dan Indonesia, sehingga mewujudkan visi 'Indonesia Emas' yang maju menuju negara maju yang dinanti-nantikan,” kata Gubernur Syamsuar saat peluncuran program tersebut pada Oktober lalu, seperti dilansir dari siaran pers. Universitas Insan Cita Indonesia (UICI).
Universitas yang berbasis di Jakarta ini mengembangkan program pendidikan berbasis AI yang kini sedang diujicobakan di sekolah-sekolah menengah tertentu di Riau. Di sekolah-sekolah ini, siswa mempelajari kurikulum yang telah dikurasi sesuai dengan kecepatan dan lokasi pilihan mereka sendiri, baik di rumah atau di kafe, menggunakan komputer pribadi. Guru memantau dengan cermat kemajuan mereka.
UICI adalah pelopor pendidikan berbasis teknologi di Indonesia. Universitas ini menggambarkan dirinya sebagai universitas “sepenuhnya digital” pertama di negara ini dan menggunakan Sistem Pembelajaran Pengajaran Simulator Digital AI yang memungkinkan siswa untuk belajar kapan saja dan di mana saja, dengan atau tanpa koneksi internet.
Di Semarang, Jawa Tengah, Binus School juga memelopori penggunaan AI dan augmented reality untuk menghidupkan mata pelajaran abstrak. Di dalam laboratorium khusus, siswa dapat menjelajahi subjek kompleks seperti tata surya dengan cara yang mudah diakses dan menarik secara visual, dan membenamkan diri dalam dunia animasi prasejarah untuk belajar tentang dinosaurus.
Inisiatif-inisiatif ini menandakan adanya potensi revolusi baru yang didukung oleh teknologi dalam pendidikan di Indonesia. Kecepatan revolusi ini bergantung pada mengatasi beberapa tantangan.
Selama pandemi, sektor start-up teknologi pendidikan berkembang pesat, ketika siswa menerima dana dari pemerintah untuk mengikuti kursus online. Ketika dana habis pascapandemi dan siswa kembali ke ruang kelas, antusiasme terhadap start-up teknologi pendidikan pun memudar. Namun teknologi untuk meningkatkan pembelajaran tidak hanya dimiliki oleh perusahaan rintisan (start-up) selama lembaga pendidikan tradisional menerapkannya.
Yandra Arkeman, seorang profesor teknologi agroindustri di Institut Pertanian Bogor (IPB), membayangkan AI dan pembelajaran revolusi metaverse: Sebuah dunia di mana kolokasi fisik antara guru dan siswa tidak diperlukan, di mana alat bantu pengajaran biologi kuno menjadi usang. “Pendidikan melangkah ke dimensi ketiga,” tegasnya.
Namun demikian, presiden komisaris Orbit Future Academy Ilham Akbar Habibie mencatat adanya penekanan yang terus-menerus pada kehadiran fisik di sekolah-sekolah di Indonesia. Berbagi sumber daya pendidikan secara digital dapat mengatasi ketidakmerataan distribusi pendidikan berkualitas di seluruh nusantara.
Meskipun ada inisiatif pemerintah Merdeka Belajar, yang memungkinkan siswa untuk mengambil kursus online dari universitas lain, pembatasan wilayah dalam pendaftaran sekolah menengah atas dan tidak diakuinya pendidikan online asinkron menghambat pertumbuhan pembelajaran online atau jarak jauh.
Arkeman menekankan perlunya mendesak adanya regulasi yang dapat mengimbangi lompatan teknologi, khususnya di bidang pendidikan. Guru juga perlu dilatih ulang agar mampu memanfaatkan sepenuhnya kekuatan internet di ruang kelas.
Dan kemudian ada kekhawatiran mengenai kecurangan, atau bagaimana siswa meminta alat AI seperti ChatGPT untuk menjawab ujian online mereka.
Untuk mengatasi hal ini, Orbit Foundation milik mendiang Hasri Ainun Habibie menciptakan Orbit360, sebuah layanan pendidikan yang mendukung transformasi digital sekolah. Orbit360 menawarkan fitur ujian online yang meminimalkan kemungkinan siswa terlibat dalam praktik tidak jujur dengan memberikan penalti waktu ketika sistem mendeteksi bahwa siswa mencoba mencari jawaban di tempat lain.
Selain memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pendidikan, Ilham menegaskan Indonesia juga harus meningkatkan pendidikan tentang teknologi.
Ilham percaya bahwa kurikulum Sains, Teknologi, Teknik, Seni dan Matematika (STEAM), bersama dengan pembelajaran berbasis proyek (PBL) yang menerapkan pengetahuan teoritis untuk tantangan dunia nyata, harus diwajibkan untuk meningkatkan pemahaman siswa dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. teknologi di Indonesia.
Ia menyoroti pentingnya literasi digital dalam konteks pendidikan, dengan menunjukkan bahwa siswa cenderung memiliki tingkat literasi digital yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua atau guru, bergantung pada generasi mereka.
Literasi digital dianggap sebagai hambatan yang signifikan karena tanpa pemahaman yang memadai, para pemangku kepentingan mungkin tidak akan merasakan relevansi dan manfaat sistem pendidikan berbasis teknologi.
Selain literasi digital, Ilham mencatat hambatan lain dalam teknologi pendidikan, termasuk potensinya
biaya tambahan. Meskipun efektivitas dan efisiensi penggunaan teknologi meningkat, beberapa pihak mungkin enggan melakukan perubahan karena mereka terbiasa dengan sistem tradisional.
Arkeman juga menyampaikan harapannya terhadap perkembangan industri teknologi pendidikan di Indonesia.
“Saya berharap ke depan Indonesia bisa menjadi produsen teknologi pendidikan, dengan inovasi-inovasi yang dapat membantu negara menjadi pemimpin teknologi digital, bukan sekedar konsumen,” ujarnya.
Disadur dari: asianews.network
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 01 Mei 2024
Pendidikan di Indonesia telah mengalami transformasi signifikan berkat kemajuan teknologi. Salah satu inovasi yang mendominasi adalah perkembangan Edutech yang merupakan singkatan dari Education Technology (teknologi pendidikan).Perkembangan ini ditandai oleh semakin banyaknya startup teknologi pendidikan yang bermunculan dengan berbagai jenis bidang dan fokusnya masing-masing. Sebagai referensi, berikut ini ulasan lengkap terkait apa itu Edutech hingga contoh jenisnya.
Apa itu edutech?
Sederhananya, Edutech atau Education Technology merujuk pada penggunaan hardware dan software yang dirancang untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran di ruang kelas dan hasil pendidikan secara keseluruhan. Sejak era pandemi COVID-19, Edutech telah memainkan peran krusial. Pasalnya, inovasi ini telah berhasil mengubah cara belajar mengajar menjadi bersifat daring (online) melalui teknologi komunikasi jarak jauh.
Adapun dari segi teoritis, Edutech didasarkan pada pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu seperti komunikasi, pendidikan, sosiologi, psikologi, kecerdasan buatan atau AI, ilmu komputer, dan lain sebagainya. Edutech juga dapat mencakup beberapa domain, termasuk teori pembelajaran, sistem pelatihan berbasis komputer, hingga pembelajaran online.
Sumber: www.detik.com
Seperti apa perkembangan edutech Indonesia?
Perkembangan Edutech global maupun di Indonesia sangat pesat, terutama sejak munculnya pandemi. Menurut World Bank, jumlah pengguna aktif pada aplikasi Edutech meningkat hingga 200% pada saat pandemi, tepatnya Maret 2020.
Bahkan menurut riset pemerintah pada tahun 2021, jumlah startup Edutech di Indonesia telah mencapai sekitar 210. Diprediksi, jumlah Edutech di Indonesia akan terus meningkat hingga 10 tahun ke depan.
Hal tersebut mencerminkan antusiasme masyarakat terhadap inovasi pendidikan ini. Berbagai platform dan startup Edutech yang ada umumnya menyajikan materi pembelajaran, sistem akademik kampus, dan berbagai kebutuhan pendidikan lainnya.
Contoh jenis-jenis edutech di Indonesia
Seiring perkembangan Edutech Indonesia, kini telah muncul berbagai jenis platform Edutech. Masing-masing memiliki peruntukan dan mekanismenya sendiri-sendiri. Adapun beberapa contoh jenisnya, yaitu sebagai berikut:
● Learning Management System (LMS)
Learning Management System (LMS) merupakan sistem yang tidak hanya menyediakan pembelajaran online, tetapi juga membantu dalam perencanaan studi. Umumnya digunakan oleh institusi pendidikan dan individu untuk mengatur kegiatan belajar.
● Software as a Services (SaaS)
Software as a Services (Saas) adalah jenis Edutech yang menawarkan layanan perangkat lunak untuk pembelajaran online di bidang komputer dan perangkat lunak. Seringkali bekerja sama dengan lembaga pendidikan yang ingin beralih ke ranah digital.
● Massive Open Online Course (MOOC)
Massive Open Online Course (MOOC) adalah metode pembelajaran jarak jauh berskala besar yang memungkinkan pengguna mengakses materi secara gratis dari universitas terkemuka. Ini memberikan akses yang fleksibel kapan saja dan di mana saja
● E-Learning
E-Learning merupakan salah satu jenis pembelajaran daring yang fokus pada penyajian materi secara online. Kontennya dikemas secara interaktif dan dapat mencakup live tutoring, video on demand (VOD), dan lain sebagainya.
● Edutech marketplace
Edutech Marketplace merupakan platform online yang menghubungkan pihak-pihak yang membutuhkan edukasi/training dengan pihak-pihak yang menyediakan jasa edukasi/training. Marketplace ini menawarkan berbagai jasa edukasi/pelatihan baik secara online, offline atau hybrid, di mana jenis pelatihan, syllabus/snapshot dari pelatihan, fasilitator serta informasi lainnya disajikan di platform tersebut oleh pihak pemberi jasa atau pengelola platform untuk menjadi informasi bagi konsumen korporasi atau individu dalam memilih edukasi/training yang mereka butuhkan.
Salah satu contoh platform yang lahir dari inovasi perkembangan Edutech Indonesiadan berhasil bertahan hingga kini adalah PasarTrainer. Di tengah gempuran tech winter yang melanda beberapa startup seperti Zenius (EduTech), JD.ID (e-commerce), TaniHub (e-Grocery), dan beberapa perusahaan lainnya, PasarTrainer masih tetap bertahan.
PasarTrainer merupakan Edutech berupa marketplace live training yang menghadirkan pengalaman pembelajaran langsung secara online maupun offline. Sebagai penyedia pelatihan dengan sistem live training, PasarTrainer memberikan akses kepada para peserta untuk berinteraksi secara langsung dengan para trainer ahli di bidangnya masing-masing secara on-site, termasuk di perusahaan yang butuh program pelatihan.
Sumber: www.detik.com
Lalu, bagaimana PasarTrainer bekerja? Platform ini menghubungkan penyedia program pelatihan (training provider dan trainer individu) dengan klien mereka, baik dari kalangan perusahaan (B2B) maupun individu yang butuh pelatihan (B2C).
PasarTrainer menjadi jembatan yang memudahkan akses dan penyelenggaraan pelatihan sesuai kebutuhan. Selain itu, setiap pelatihan didesain dengan modul yang terkini dan relevan untuk memastikan para peserta mendapatkan pembelajaran yang maksimal.
Jadi, bagi individu yang ingin mengasah keterampilan atau pihak perusahaan yang butuh program pelatihan khusus untuk karyawan, PasarTrainer adalah pilihan yang tepat.
Disadur dari: www.detik.com
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 01 Mei 2024
Secara global, anak-anak penyandang disabilitas adalah kelompok yang paling mungkin tersingkir dari pendidikan. Di Indonesia, hampir 30 persen anak-anak penyandang disabilitas tidak memiliki akses terhadap pendidikan, dan banyak dari mereka yang bersekolah tidak terlayani.
Meskipun terdapat kemajuan dalam pengembangan kebijakan pendidikan inklusif, implementasi pendidikan inklusi masih perlu dilakukan. Namun, melalui Dana Perwalian Inisiatif Pendidikan Inklusif (IEI), Bank Dunia mendukung pemerintah Indonesia melalui program percontohan online untuk mendiagnosis dengan lebih baik kebutuhan pembelajaran bagi siswa penyandang disabilitas di daerah pedesaan dan untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam melayani siswa tersebut. Tanggapan positif terhadap uji coba ini menunjukkan adanya peluang untuk memperluas program ini ke 139.000 siswa penyandang disabilitas di sekolah-sekolah inklusif di Indonesia.
Uji coba yang dilakukan oleh Yayasan Wahana Inklusif Indonesia ini berlangsung di Kabupaten Lebak, Cilacap, Bondowoso, Ponorogo, dan Bima, dan berlangsung dari Oktober 2021 hingga November 2022. Proyek ini dimulai sebagai tanggapan atas permintaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk menilai siswa penyandang disabilitas di masa pandemi COVID-19.
Alat penilaian tersebut digunakan melalui kolaborasi antara para profesional di bidang pendidikan, psikologi, dan kesehatan, guru, dan orang tua. Pendekatan multidisiplin ini bertujuan untuk memberikan evaluasi yang lebih holistik. Platform online digunakan untuk melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Hasilnya, lebih dari 100 siswa dengan ketidakmampuan belajar menerima diagnosis menyeluruh mengenai kebutuhan belajar mereka untuk pertama kalinya.Guru mendapat dukungan dalam menilai kemampuan membaca dan matematika serta mengumpulkan data kesehatan dan psikologis untuk dinilai oleh pendidik (mentor), psikolog, dan pakar kesehatan.
Para guru juga bekerja sama dengan para profesional kesehatan untuk mencatat kemajuan siswa mereka dan dari mentor mereka, mereka belajar bagaimana mengajar siswa penyandang disabilitas menggunakan modul Bahasa Indonesia dan matematika serta membuat rencana pendidikan individual (IEP) untuk setiap siswa.
Program percontohan ini memiliki dampak jangka panjang terhadap kemajuan pembelajaran siswa, dan program ini mendapat apresiasi dari orang tua, guru, dan otoritas pendidikan. Niar, ibu dari siswa autis, mengatakan dia melihat kemajuan signifikan dalam pembelajaran putranya.
“Dengan adanya program ini, anak saya yang berkebutuhan khusus dapat mengenyam pendidikan sebagaimana mestinya, sama seperti siswa lainnya,” ujarnya. “Perkembangannya signifikan. Saat pertama kali masuk sekolah, ia mengalami kesulitan dalam belajar karena mengidap penyakit autis, namun dari program ini ada perubahan. Saya berharap semua guru di tanah air dapat menerima pelatihan seperti ini sehingga siswa berkebutuhan khusus dapat menerima dukungan pembelajaran yang layak.”
Para guru menghargai bimbingan yang diberikan program ini kepada mereka.
“Saya sangat bersyukur karena sebelum penilaian, saya hanya mengajar siswa difabel berdasarkan apa yang saya ketahui,” kata Aisyah, guru kelas IV. “Sekarang, saya punya program yang lebih jelas. Siswa saya dapat memulai dengan menggabungkan kata-kata, dan kami terus mengajari mereka hingga mereka dapat membaca. Penilaian dan pengembangan IEP membantu proses pembelajaran siswa.”
Penilaian yang dilakukan oleh proyek percontohan ini juga berkontribusi terhadap pengelolaan data pendidikan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam banyak kasus, bantuan profesional diperlukan untuk menegakkan diagnosis yang akurat bagi siswa penyandang disabilitas. Berkat uji coba ini, kualitas data dalam database pendidikan Indonesia, atau Dapodik , dapat terus ditingkatkan dan membantu dalam mengalokasikan sumber daya yang diperlukan bagi siswa yang membutuhkan.
Membangun pengetahuan, mendorong dialog
Untuk lebih mendukung pendidikan bagi anak-anak penyandang disabilitas, Bank Dunia telah mendukung penelitian mengenai hal-hal yang berhasil dan di mana kesenjangannya. Dengan dukungan Inclusive Education Initiative (IEI) , Bank Dunia telah menghasilkan beberapa penelitian, antara lain Embracing Diversity and Inclusion in Indonesian Schools , Assistive Technology (AT) for Children with Disability in Inclusive and Special Schools , dan Inclusive Early Childhood Education (ECE) untuk Anak Penyandang Disabilitas .
Studi-studi ini mengidentifikasi berbagai permasalahan, termasuk kesenjangan dalam implementasi kebijakan, dan permasalahan di ruang kelas, seperti kurangnya persiapan bagi guru untuk menangani siswa penyandang disabilitas dan kurangnya Rencana Pendidikan Individual (IEP).
Sebuah studi membahas ketersediaan dan penggunaan Teknologi Bantu (AT) -- yang didefinisikan sebagai teknologi atau benda apa pun yang digunakan untuk memfasilitasi partisipasi siswa penyandang disabilitas dalam kegiatan pembelajaran. Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa peran orang tua dari anak-anak penyandang disabilitas cenderung diabaikan meskipun mereka berperan penting dalam memastikan akses anak-anak mereka terhadap pendidikan dan mencapai hasil pembelajaran yang positif.
Mempromosikan pendidikan inklusif memerlukan upaya kolaboratif antar pemangku kepentingan. Sebuah simposium pada bulan November 2023, yang diselenggarakan oleh Bank Dunia dan Universitas Sebelas Maret dan didukung oleh Pemerintah Australia, menggarisbawahi bahwa sekolah-sekolah yang ada saat ini harus dilengkapi dengan peralatan untuk diubah menjadi sekolah inklusif jika pembelajaran yang disesuaikan untuk siswa penyandang disabilitas ingin terwujud, seperti yang diharapkan. dalam kurikulum Merdeka untuk memastikan siswa memperoleh keterampilan dasar melalui pembelajaran yang berbeda.
Siswa perempuan penyandang disabilitas khususnya terus menghadapi hambatan stereotip dan stigma dalam mengakses pendidikan, demikian catatan simposium tersebut. Koordinasi antara pengambil keputusan di tingkat pemerintah pusat dan daerah diperlukan agar kebijakan pendidikan inklusif yang mencakup anak perempuan dapat diterapkan secara efektif.
Untuk lebih meningkatkan kesempatan pendidikan bagi siswa penyandang disabilitas, Bank Dunia dan Kemenkominfo memulai inisiatif yang disebut Transformasi Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini melalui Penggunaan Teknologi Pendukung.
Dengan dukungan dana dari Early Learning Partnership (ELP) , program ini akan dilaksanakan hingga pertengahan tahun 2025, dengan fokus pada pelatihan pengasuh anak penyandang disabilitas, yang merupakan bidang yang belum tertangani dengan baik.
Meskipun masih dalam skala percontohan, program identifikasi disabilitas online diharapkan dapat diperluas untuk seluruh anak penyandang disabilitas di Indonesia. Pengembangan profesional bagi guru siswa penyandang disabilitas juga diharapkan juga diperkuat.
Untuk menyediakan pendidikan bagi siswa penyandang disabilitas yang masih kurang terlayani memerlukan tindakan afirmatif, termasuk dengan meningkatkan penyampaian pendidikan di sekolah inklusif pedesaan. Percontohan diagnosis online adalah langkah awal untuk mencapai tujuan ini.
Disadur dari: www.worldbank.org
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 01 Mei 2024
UI menerima kunjungan Duta Besar Bosnia-Herzegovina, Armin Limo, untuk menjajaki potensi kerja sama internasional khususnya di bidang pendidikan. UI dan Duta Besar Bosnia-Herzegovina berupaya menjalin kembali hubungan kerjasama dengan universitas lain di Bosnia-Herzegovina setelah sebelumnya UI berhasil menjalin kerjasama peningkatan mutu akademik dengan dua universitas di Bosnia-Herzegovina: University of East Sarajevo dan University of East Sarajevo. Universitas Tuzla. Hal itu ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada tahun 2019.
Sekretaris UI, dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D., menyambut kedatangan Duta Besar Bosnia-Herzegovina. Beliau berkata, “Selamat datang di Universitas Indonesia. Merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk memiliki Pak Armin Limo di sini. Pertemuan hari ini penting dalam menjaga dan memperluas potensi kerjasama Indonesia dan Bosnia-Herzegovina.
Kami berharap pertemuan ini dapat mengembangkan peluang kerjasama dengan universitas lain dan memperluas jaringan dengan kedutaan saudara. Hadir pula Direktur Kerja Sama, Dr. Toto Pranoto. SE, MM; Kepala Kantor Internasional, drg. Baiduri Widanarko, M.KKK, Ph.D.; Koordinator Kantor Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Rintis Dosie Swastika.
Sementara itu, Armin Limo menyampaikan kunjungan tersebut bertujuan untuk mengembangkan kerjasama dengan beberapa universitas di Bosnia-Herzegovina. Dengan memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi, UI dan universitas di Bosnia-Herzegovina dapat memulai proses pembelajaran jarak jauh. Jarak yang jauh bukan lagi menjadi penghalang namun untuk mengembangkan kerjasama melalui kursus online dengan menggunakan teknologi yang ada.
Saat ini, pertemuan online memungkinkan siswa menikmati pengajaran yang efektif. “Saya yakin kita bisa menciptakan kegiatan yang bermakna dimana mahasiswa UI bisa mengambil mata kuliah dari universitas Anda dan sebaliknya,” kata Dr. Augustine.
Armin Limo mengatakan di Bosnia-Herzegovina, lebih dari 500 kursus online disampaikan dalam bahasa Inggris. Ia melihat potensi besar dalam kolaborasi dengan menjajaki kursus online. Pengembangan kemahasiswaan dapat dimulai melalui kesepakatan kedua belah pihak dengan menawarkan kursus kepada mahasiswa. Memperluas akses terhadap pendidikan dan memanfaatkan beragam sumber daya pendidikan merupakan hal yang menarik.
UI berupaya membuka kesempatan bagi mahasiswa dan akademisi untuk menggali potensi pendidikan bersama universitas-universitas di Bosnia-Herzegovina dan memperkaya pengalaman global. Kedua belah pihak berharap dapat menciptakan hubungan yang kuat dalam kolaborasi tanpa akhir dengan pengetahuan dan keragaman budaya.
Disadur dari: ui.ac.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 01 Mei 2024
Pengertian blended learning
Blended learning adalah kombinasi antara pembelajaran daring (online) dan pembelajaran tatap muka (offline) sehingga konsep ini dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pendidikan yang menggabungkan bahan-bahan pembelajaran pendidikan online dan kesempatan untuk interaksi dalam kelas. Blended Learning juga sering disebut sebagai teknologi-mediated instruction, web-enhanced instruction, atau mixed-mode instruction.
Pembelajaran daring dapat memberikan fleksibilitas dan aksesibilitas yang lebih besar, sementara pembelajaran tatap muka memberikan interaksi sosial dan dukungan langsung dari guru.
Dalam konsep blended learning, mahasiswa dapat belajar secara mandiri melalui materi pembelajaran online yang telah disediakan oleh guru. Setelah itu, mahasiswa dapat bertemu dengan guru dan teman sekelas untuk diskusi dan kegiatan tatap muka, seperti diskusi kelompok atau praktikum.
Blended learning memungkinkan mahasiswa untuk belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan mengembangkan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi untuk belajar secara efektif. Dengan demikian, konsep ini dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa.
Manfaat blended learning untuk pembelajaran
Blended learning menjadi semakin terkenal sejak penyebaran Covid-19 yang meningkat, terutama karena wabah tersebut membuat banyak negara, termasuk Indonesia, menghentikan pembelajaran tatap muka di sekolah. Dampaknya pada dunia pendidikan sangat terasa, dengan peserta didik yang tidak dapat menghadiri sekolah.
Hal ini mengakibatkan pembelajaran terhenti karena sulit bagi guru untuk memberikan penjelasan secara efektif seperti yang dapat dilakukan dalam kelas. Blended learning menjadi solusi yang tepat untuk menerapkan pembelajaran daring atau PJJ, memungkinkan guru untuk memberikan pembelajaran secara online dan offline secara efektif. Blended learning memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
Fleksibilitas
Mahasiswa dapat belajar secara mandiri dengan jadwal yang fleksibel melalui konten pembelajaran daring, dan juga dapat bertemu dengan guru dan teman sekelas di lingkungan tatap muka dengan jadwal yang telah ditentukan.
Aksesibilitas
Blended learning memungkinkan mahasiswa dari daerah terpencil atau dengan keterbatasan akses transportasi untuk mengakses pembelajaran dengan mudah melalui internet.
Interaksi sosial
Pembelajaran tatap muka memungkinkan mahasiswa untuk berinteraksi langsung dengan guru dan teman sekelas, yang dapat meningkatkan kemampuan sosial dan kemampuan berbicara di depan umum.
Dukungan individual
Mahasiswa dapat menerima dukungan individual dari guru melalui pembelajaran daring, sementara tatap muka memungkinkan guru untuk memberikan dukungan yang lebih personal.
Efektivitas pembelajaran
Dengan kombinasi antara pembelajaran daring dan tatap muka, mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan untuk belajar secara mandiri dan memanfaatkan teknologi untuk belajar secara efektif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka.
Dalam keseluruhan, blended learning memungkinkan mahasiswa untuk memperoleh manfaat dari kedua metode pembelajaran online dan offline, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar mereka secara keseluruhan.
Apa saja tahapan blended learning?
Dalam implementasinya terdapat Tahapan Blended learning yang menggabungkan pembelajaran tatap muka (PTM) dan pembelajaran daring (online). Berikut adalah tahapan-tahapan dalam blended learning:
Tahapan blended learning yang pertama yaitu Perencanaan atau planning dalam tahapan ini umumnya aktivitas yang umum dilakukan antara lain menentukan tujuan pembelajaran, selanjutnya memilih model blended learning yang digunakan contohnya seperti model rotasi, model stasiun, model lab, dan model flipped classroom.
Lalu di lanjutkan dengan menentukan konten pembelajarun misalnya berupa materi pembelajaran online atau pertemuan tatap muka. Memilih Platform pembelajaran seperti Google Classroom, Moodle, Open Course Ware guna mendukung blended learning. Dan yang terakhir yaitu menentukan tools untuk melakukan penilaian tugas atau tes secara online
Tahapan blended learning yang kedua yaitu Implementasi (Implementation). Tahapan ini merupakan inti dari kegiatan pembelajaran blended learning yaitu berupa aktivitas dimana blended learning itu dijalankan misal nya melalui pembelajaran tatap muka, pembelajaran daring (Open Course Ware & E-Learning), serta aktivitas yang mampu mendukung siswa atau murid untuk beradaptasi dengan seluruh implementasi blended learning pemberian tutorial, sesi tanya jawab, dan umpan balik.
Tahapan blended learning yang kedua yaitu Evaluasi (Evaluation). Tahapan ini bertujuan untuk melakukan evaluasi pembelajaran yang sedang berjalan, dimana Guru dapat mengevaluasi efektivitas pembelajaran dengan menganalisis hasil belajar siswa, umpan balik dari siswa, dan observasi terhadap proses pembelajaran. Hasil dari evaluasi ini nantinya akan membantu dalam melakukan perbaikan sistem pembelajaran kedepan dalam implementasi blended learning.
Sumber: it.telkomuniversity.ac.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 01 Mei 2024
Universitas Terbuka (UT) merupakan perguruan tinggi negeri ke-45 dan pelopor penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh di Indonesia. Saat ini UT memiliki populasi mahasiswa aktif sebanyak 550.052 orang dengan target sebanyak 750.000 orang pada akhir tahun 2024.
Pada tanggal 1 April 2024, UT berkesempatan menerima tamu dari Al-Mustafa International University (MIU), Republik Islam Iran, yang telah berdiri selama 40 tahun dan beroperasi di lebih dari 60 negara dengan jumlah mahasiswa lebih dari 50.000 orang. Dengan divisi pembelajaran jarak jauhnya, Universitas Terbuka Al-Mustafa (MOU), MIU mengunjungi UT untuk melakukan benchmarking dan wawasan tentang pembelajaran jarak jauh. Pertemuan antara UT dan MIU berlangsung di Ruang Brahma Gedung Prof Setijadi Universitas Terbuka.
Sumber: www.ut.ac.id
Rektor UT, Prof. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D., mengawali pertemuan dengan menyambut delegasi MIU dan memperkenalkan UT sebagai universitas penyelenggara pendidikan inklusif untuk pemerataan pendidikan tinggi di seluruh Indonesia. Dalam sambutannya, Rektor juga menyampaikan bahwa UT memperluas kehadiran internasionalnya melalui kerjasama dengan institusi luar negeri dan posisinya sebagai presiden Asian Association of Open University (AAOU).
Sementara itu, Direktur MIU untuk Asia Tenggara, Prof.Dr.Hossein Muttaghi, mengungkapkan kekagumannya terhadap sistem pembelajaran UT dalam sambutannya. Ia juga memperkenalkan profil MIU sebagai universitas yang memadukan studi humaniora dan agama. Dijelaskan pula perkembangan MOU sebagai lembaga pembelajaran jarak jauh yang berencana menerapkan pembelajaran asynchronous. Ia menyatakan kesediaannya untuk berkolaborasi dengan UT dalam program double-degree di masa depan.
Sumber: www.ut.ac.id
Pembahasan antara UT dan MIU pada tanggal 1 April 2024 secara garis besar mencakup kerjasama kedua pihak dan sistem pembelajaran di UT. Prof Ojat memaparkan kerangka umum sistem pendidikan tinggi jarak jauh UT yang menyediakan akses pembelajaran melalui berbagai media seperti Buku/Modul Perkuliahan interaktif cetak dan digital, UT TV, Radio UT, dan lain-lain.
Hal ini menjadi inspirasi bagi Prof. Hossein untuk mengimplementasikan MOU. Ia juga menyampaikan ketertarikannya untuk menjalin kerjasama dengan program terbaru UT yaitu Sarjana Pendidikan Islam, sebagai langkah awal mewujudkan kerjasama program double-degree tersebut.
Usai diskusi bersama, dilakukan pertukaran cinderamata dan foto, serta kunjungan ke unit operasional UT. Kunjungan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan membina kerjasama lebih lanjut antara kedua universitas.
Disadur dari: www.ut.ac.id