Keamanan Air

Keamanan Air Internasional: Ancaman dan Peluang Domestik

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 20 Juni 2025


Mengapa Isu Keamanan Air Semakin Penting?

Dalam beberapa dekade terakhir, isu keamanan air telah melonjak menjadi salah satu tantangan global paling kritis. Pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi pesat meningkatkan tekanan terhadap sumber daya air, terutama di kawasan yang berbagi sungai lintas negara. Buku “International Water Security: Domestic Threats and Opportunities” yang diedit oleh Nevelina I. Pachova, Mikiyasu Nakayama, dan Libor Jansky, terbitan United Nations University Press (2008), menawarkan analisis komprehensif tentang bagaimana dinamika domestik dan internasional saling memengaruhi dalam pengelolaan air lintas batas. Buku ini mengangkat studi kasus dari Asia, Afrika, Eropa, dan Timur Tengah, membedah peluang dan ancaman yang muncul dari kebijakan domestik terhadap keamanan air internasional1.

Artikel ini akan membahas isi utama buku tersebut, memperkaya dengan analisis kritis, membandingkan dengan tren global, serta mengaitkannya dengan tantangan nyata yang dihadapi negara-negara berkembang dan kawasan strategis dunia.

Kerangka Keamanan Air: Dari Domestik ke Internasional

Keamanan air didefinisikan sebagai jaminan akses terhadap air bersih yang cukup, terjangkau, dan aman untuk kehidupan sehat dan produktif, tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem vital. Tantangan utama dalam pengelolaan air lintas negara adalah bagaimana mengintegrasikan kepentingan domestik—politik, ekonomi, sosial—dengan kebutuhan dan hak negara tetangga yang berbagi sumber daya air1.

Buku ini menyoroti bahwa Integrated Water Resources Management (IWRM) telah menjadi kerangka kebijakan nasional di banyak negara, namun penerapannya pada sumber daya air lintas batas (transboundary) jauh lebih kompleks. Hal ini karena perbedaan prioritas domestik, kepentingan politik, dan struktur tata kelola di masing-masing negara1.

Studi Kasus Kunci: Dispute Sungai Indus antara India dan Pakistan

Latar Belakang

Salah satu studi kasus paling menonjol adalah sengketa air Sungai Indus antara India dan Pakistan, yang menjadi contoh klasik bagaimana isu domestik dan internasional saling berkelindan dalam pengelolaan air lintas negara1.

  • Sungai Indus memiliki panjang sekitar 3.200 km dan mengalir dari Tibet, melewati India dan Pakistan, dengan tujuh anak sungai utama. Sekitar 87% daerah aliran sungai ini berada di India dan Pakistan, dan menjadi tulang punggung pertanian serta kehidupan jutaan orang1.

Dinamika Domestik dan Negosiasi

Setelah pemisahan India-Pakistan tahun 1947, pembagian Punjab menjadi dua (timur untuk India, barat untuk Pakistan) menciptakan masalah besar karena wilayah hulu dan hilir sungai kini berada di dua negara berbeda. Konflik langsung terjadi ketika India memotong pasokan air ke kanal di Pakistan pada 1948, mengancam ketahanan pangan dan ekonomi Pakistan1.

Negosiasi berlangsung alot selama lebih dari satu dekade, dipengaruhi oleh:

  • Kepentingan domestik: India ingin mengembangkan wilayah Punjab Timur yang miskin, sedangkan Pakistan sangat bergantung pada pertanian berbasis irigasi.
  • Politik internal: Kedua negara menghadapi tantangan besar dalam integrasi nasional, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas politik. Isu etnis, agama, dan bahasa memperumit kompromi1.
  • Peran pihak ketiga: World Bank berperan penting sebagai mediator, menawarkan proposal pembagian air dan bantuan finansial untuk pembangunan infrastruktur pengganti di Pakistan.

Angka dan Fakta Kunci

  • Volume air: Total debit air Indus dan anak sungainya mencapai sekitar 90 juta acre-feet per tahun, dengan area tangkapan 720.000 km².
  • Pembagian air: Proposal World Bank (1954) membagi tiga sungai barat (Indus, Jhelum, Chenab) untuk Pakistan dan tiga sungai timur (Ravi, Beas, Sutlej) untuk India, dengan masa transisi 10 tahun agar Pakistan membangun kanal pengganti1.
  • Dampak ekonomi: Royalti tetap dari transfer air dan pembangunan infrastruktur baru menjadi sumber devisa penting bagi Pakistan.

Penyelesaian

Pada 1960, setelah negosiasi panjang dan tekanan domestik serta internasional, ditandatangani Indus Waters Treaty yang hingga kini dianggap salah satu contoh sukses diplomasi air lintas negara. Kedua negara berkompromi: India mendapat hak penuh atas sungai timur, Pakistan atas sungai barat, dengan dukungan finansial dan teknis dari World Bank untuk pembangunan kanal dan bendungan pengganti di Pakistan1.

Studi Kasus Lain: Lesotho–Afrika Selatan dan Proyek Lesotho Highlands Water Project (LHWP)

Konteks

Lesotho, negara kecil pegunungan yang dikelilingi Afrika Selatan, memiliki sumber air melimpah dari Sungai Senqu (anak Sungai Orange). LHWP adalah proyek transfer air besar-besaran ke Afrika Selatan, yang sangat membutuhkan pasokan air untuk kawasan industri Gauteng1.

Fakta dan Angka

  • Volume transfer: Fase pertama LHWP memungkinkan transfer 30,2 m³/detik ke Afrika Selatan. Jika seluruh fase selesai, total transfer akan mencapai 70 m³/detik.
  • Royalti: Lesotho menerima royalti tetap US$55 juta per tahun, yang mewakili 25% ekspor nasional dan 14% pendapatan publik negara tersebut.
  • Dampak ekonomi: Proyek ini menyumbang 3–5% PDB Lesotho antara 1990–2044.

Dinamika Politik Domestik

LHWP berjalan di tengah instabilitas politik domestik Lesotho. Kudeta militer, persaingan partai, dan tekanan dari Afrika Selatan (termasuk penutupan perbatasan) menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan proyek. Namun, kebutuhan ekonomi dan tekanan donor internasional membuat proyek tetap berjalan, meski sempat terjadi kekerasan di lokasi proyek dan tuduhan korupsi1.

Dinamika di Kawasan Lain: Mekong, Danube, Chad, dan Okavango

Buku ini juga mengulas berbagai kasus lain, seperti:

  • Sungai Mekong: Peran China sebagai negara hulu dan Kamboja sebagai hilir, dengan tantangan utama berupa pembangunan bendungan dan prioritas domestik yang sering bertabrakan dengan kepentingan regional. Meski terdapat potensi kerjasama regional, perbedaan kapasitas ekonomi dan politik antar negara riparian sering menghambat kemajuan1.
  • Danube (Eropa): Gerakan masyarakat sipil di Eropa Timur berhasil menggagalkan pembangunan bendungan yang dianggap merusak lingkungan, namun memicu eskalasi sengketa internasional dan etnis.
  • Lake Chad Basin: Fungsi Komisi Danau Chad sangat terhambat oleh konflik domestik dan kemiskinan ekstrem di negara-negara anggota, menunjukkan pentingnya dukungan internasional untuk menjaga tata kelola air lintas negara1.
  • Okavango (Afrika Selatan): Penilaian dampak keamanan (security impact assessment) digunakan untuk menganalisis persepsi dan realitas ancaman akibat intervensi pembangunan air, menyoroti pentingnya pertukaran informasi dan transparansi untuk meredakan ketegangan1.

Ancaman Baru: Perdagangan “Virtual Water” dan Transfer Antar-Basin

Bab khusus membahas konsep “virtual water”—air yang terkandung dalam komoditas pangan dan industri yang diperdagangkan antar negara. Dalam konteks Asia Tengah (misal, Afghanistan dan Aral Sea), stabilisasi politik domestik dan peningkatan produksi pangan berpotensi meningkatkan permintaan air nyata, yang sebelumnya diatasi dengan impor pangan (virtual water). Hal ini menimbulkan ancaman baru bagi keamanan air lintas negara1.

Analisis Kritis dan Perbandingan dengan Tren Global

Kekuatan Buku

  • Pendekatan multidisiplin: Buku ini menggabungkan analisis politik, ekonomi, sosial, dan lingkungan, memperlihatkan bahwa keamanan air tidak bisa dipisahkan dari dinamika domestik.
  • Studi kasus nyata: Setiap kasus didukung data kuantitatif dan narasi historis yang kuat, memperlihatkan bagaimana kebijakan domestik bisa menjadi penghambat atau justru peluang kerjasama internasional.
  • Kerangka solusi: Buku ini tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan kerangka kerja baru, seperti “security impact assessment” dan pentingnya integrasi pembangunan regional untuk mengatasi sengketa air.

Kritik dan Tantangan

  • Ketimpangan kekuatan: Banyak solusi yang diusulkan masih sangat bergantung pada kemauan politik negara kuat (hegemon regional) atau bantuan internasional. Negara kecil atau miskin sering kali tetap berada di posisi lemah dalam negosiasi.
  • Keterbatasan implementasi: Meski IWRM dan kerjasama regional diakui penting, realisasi di lapangan sering terhambat oleh instabilitas politik, korupsi, dan lemahnya kapasitas institusi domestik.
  • Kurangnya fokus pada perubahan iklim: Mengingat buku ini terbit tahun 2008, isu perubahan iklim belum terlalu diarusutamakan, padahal kini menjadi pendorong utama krisis air global.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Penelitian kontemporer menegaskan bahwa sengketa air lintas negara jarang berujung pada perang terbuka, namun lebih sering memicu ketegangan diplomatik dan krisis domestik. Studi oleh Wolf et al. (2003) juga menunjukkan bahwa lebih dari 60% sengketa air lintas negara berakhir dengan perjanjian, bukan konflik bersenjata. Namun, tantangan baru seperti perubahan iklim, urbanisasi, dan pertumbuhan populasi menuntut pendekatan kolaboratif yang lebih inovatif dan inklusif.

Relevansi dengan Tren Industri dan Kebijakan Global

  • Pentingnya tata kelola air lintas negara semakin diakui dalam agenda PBB dan forum internasional seperti World Water Forum.
  • Keterlibatan aktor non-negara (LSM, komunitas lokal, sektor swasta) menjadi kunci dalam mengatasi kelemahan negara dalam mengelola sumber daya air.
  • Teknologi dan data: Penggunaan data satelit, pemodelan hidrologi, dan sistem peringatan dini menjadi alat penting untuk mendukung kerjasama dan mitigasi risiko.

Jalan Menuju Keamanan Air yang Berkelanjutan

Buku “International Water Security: Domestic Threats and Opportunities” memberikan pelajaran penting bahwa keamanan air lintas negara tidak bisa dipisahkan dari dinamika domestik. Keberhasilan diplomasi air, seperti pada kasus Indus dan LHWP, sangat bergantung pada kemampuan negara mengelola tekanan internal, membangun kepercayaan, dan menciptakan insentif ekonomi yang adil bagi semua pihak.

Ke depan, tantangan keamanan air akan semakin kompleks akibat perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, dan urbanisasi. Solusi membutuhkan integrasi kebijakan domestik dan internasional, kolaborasi lintas sektor, serta inovasi dalam tata kelola dan teknologi. Negara-negara yang mampu mengelola air secara adil dan berkelanjutan akan lebih siap menghadapi tantangan global di abad ke-21.

Sumber Artikel Asli

International water security: Domestic threats and opportunities, Pachova, Nakayama and Jansky (eds), United Nations University Press, 2008, ISBN 978-92-808-1150-6

Selengkapnya
Keamanan Air Internasional: Ancaman dan Peluang Domestik
page 1 of 1