Kota-kota di dunia kini menghadapi tantangan air yang semakin kompleks: keterbatasan pasokan, perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, dan urbanisasi yang pesat. Madaba, Yordania, adalah contoh nyata kota yang berada di garis depan krisis air. Paper “Assessing Water Security in Water-Scarce Cities: Applying the Integrated Urban Water Security Index (IUWSI) in Madaba, Jordan” karya Hassan Tolba Aboelnga dkk. (2020) menawarkan pendekatan baru dalam mengukur keamanan air perkotaan secara holistik, dengan menyesuaikan indikator pada konteks lokal dan memprioritaskan intervensi berbasis bukti. Artikel ini sangat relevan di tengah urgensi SDG 6 (air bersih dan sanitasi) dan kebutuhan tata kelola air yang adaptif di kawasan rawan kekeringan.
Konsep Keamanan Air Urban: Tantangan Definisi dan Pengukuran
Keamanan air perkotaan adalah konsep multidimensi yang mencakup ketersediaan, kualitas, aksesibilitas, keandalan, perlindungan ekosistem, ketahanan terhadap bencana, dan keberlanjutan sosial-ekonomi. Namun, banyak studi sebelumnya menggunakan indikator yang sama berat tanpa mempertimbangkan kondisi lokal, sehingga hasilnya sering tidak operasional bagi pengambil kebijakan123.
Studi ini mengembangkan kerangka penilaian baru berbasis DECS (Drinking water, Ecosystems, Climate change and water-related hazards, Socioeconomic aspects) dan menerapkan IUWSI (Integrated Urban Water Security Index) dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk memprioritaskan indikator sesuai kebutuhan Madaba413.
Studi Kasus Madaba: Kota di Tengah Krisis Air
Profil Kota dan Sistem Air
Madaba terletak 35 km dari Amman, memiliki populasi sekitar 200.000 jiwa (2018), dengan 98% penduduk terhubung ke layanan air, namun hanya 65% yang terhubung ke jaringan limbah domestik43. Distribusi air sangat tidak merata dan bersifat intermiten—air hanya mengalir sekali atau dua kali per minggu, memaksa warga menyimpan air dalam tangki besar atau membeli dari truk swasta. Sistem distribusi sepanjang 1000 km harus mengalirkan air dari sumur Heedan dan Wala ke reservoir utama, membutuhkan energi besar karena perbedaan elevasi lebih dari 400 meter.
Metodologi: Kerangka DECS dan IUWSI
Penilaian keamanan air di Madaba dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
- Mengukur indikator DECS: air minum, ekosistem, perubahan iklim/bencana, dan aspek sosial-ekonomi.
- Normalisasi skor indikator pada skala 1–5 (1=buruk, 5=sangat baik).
- Penentuan bobot dengan AHP, melibatkan pakar lokal dan data sekunder dari laporan pemerintah dan utilitas air.
- Agregasi skor dan bobot menghasilkan IUWSI, yang diinterpretasikan dalam lima kategori: Poor (<1.5), Fair (1.5–2.5), Reasonable (2.5–3.5), Good (3.5–4.5), Excellent (>4.5)53.
Hasil dan Analisis Dimensi Keamanan Air Madaba
1. Air Minum dan Kesejahteraan Manusia
- IUWSI: 2,6 (Reasonable)
- Ketersediaan air: Hanya 135 m³/kapita/tahun (jauh di bawah ambang batas kelangkaan absolut 500 m³/kapita/tahun).
- Diversifikasi sumber: Reuse air limbah hanya 30%; kontribusi sumber alternatif <10%.
- Non-revenue water (NRW): Sangat tinggi, 40,7% air hilang akibat kebocoran dan pencurian; kerugian finansial mencapai 2,8 juta USD/tahun63.
- Akses: 98% penduduk memiliki akses air minum aman, namun hanya 65% akses sanitasi layak.
- Kualitas: 80% sampel air memenuhi standar WHO, namun kualitas menurun saat musim hujan akibat tingginya kekeruhan.
- Keandalan: Rata-rata suplai air hanya 7 jam/hari, memicu ketidaksetaraan dan biaya coping tinggi.
2. Ekosistem
- IUWSI: 2,52 (Reasonable)
- Pengolahan limbah: Hanya 67% limbah domestik diolah; sisa dibuang ke lingkungan.
- Kualitas air tanah: 90% sampel memenuhi standar, namun ekosistem tetap rentan.
- Ruang hijau: Hampir tidak ada green roofing dan ruang terbuka hijau (hanya 0,001% dari luas kota).
- Efektivitas jaringan limbah: 3529 blokir/tahun, menandakan infrastruktur drainase buruk.
3. Perubahan Iklim dan Bencana Air
- IUWSI: 1,6 (Fair–Poor)
- Emisi GRK: 6,07 kg CO₂/m³ air (tinggi, akibat konsumsi energi pompa dan NRW).
- Risiko kesehatan: 1728 kasus diare/100.000 penduduk/tahun, terkait suplai air intermiten dan kontaminasi.
- Banjir: 13 korban jiwa akibat banjir besar 2018; area rawan banjir 0,29% dari total kota.
- Curah hujan: 245 mm/tahun (rendah); suhu rata-rata 28°C (tinggi, memperparah evaporasi dan kebutuhan air).
4. Aspek Sosial-Ekonomi
- IUWSI: 2,24 (Reasonable–Fair)
- Energi: Konsumsi energi air 4,98 kWh/m³, limbah 1,31 kWh/m³ (tinggi, akibat topografi dan sistem pompa).
- Tarif: Air sangat disubsidi (USD 0,78/15 m³); hanya 78% biaya operasi yang tertutup oleh pendapatan.
- Anggaran: Hanya 1,05% APBN dialokasikan ke sektor air dan sanitasi.
- Illegal use: 396 kasus/tahun; keluhan pelanggan sangat tinggi (1961/10.000 pelanggan/tahun), menandakan ketidakpuasan layanan.
Studi Kasus Kritis: NRW dan Kebocoran di Madaba
Studi terpisah oleh Aboelnga dkk. (2018) menunjukkan NRW di Madaba mencapai 3,5 juta m³/tahun, setara kerugian USD 2,8 juta. Kebocoran fisik dan komersial menjadi tantangan utama, dengan 37,2% kerugian berasal dari kegagalan yang dilaporkan, 26,6% dari kegagalan tak terlaporkan, dan sisanya akibat tekanan jaringan dan deteksi yang lambat. Intervensi IREAP (infrastruktur, perbaikan, edukasi, manajemen tekanan) direkomendasikan untuk menurunkan NRW secara sistemik6.
Kritik, Opini, dan Perbandingan dengan Studi Lain
Nilai Tambah dan Inovasi
- Studi ini menawarkan kerangka penilaian yang adaptif dan berbasis bukti, menyesuaikan bobot indikator dengan konteks lokal, bukan sekadar “one size fits all”413.
- IUWSI dan AHP memberikan alat prioritas bagi pengambil keputusan untuk fokus pada indikator berdampak tinggi dengan skor rendah.
- Studi ini menyoroti pentingnya diversifikasi sumber air (reuse limbah, sumber alternatif), efisiensi energi, dan reformasi tarif untuk meningkatkan keberlanjutan.
Kritik dan Keterbatasan
- Penilaian masih bergantung pada data sekunder dan pakar lokal, belum sepenuhnya partisipatif.
- Aspek ekosistem dan adaptasi iklim masih dipandang sebagai pelengkap, bukan prioritas utama.
- Solusi berbasis ekosistem dan teknologi digital (IoT, smart metering) belum banyak diulas sebagai peluang inovasi.
Perbandingan dengan Studi Lain
- Studi di Beirut, Lebanon, dengan IUWSI juga menunjukkan skor “fair” (2,48), menandakan bahwa tantangan keamanan air di kota-kota Mediterania umumnya serupa: ketergantungan pada air tanah, infrastruktur tua, dan adaptasi iklim yang lemah5.
- Literatur global (Hoekstra, UN-Water) menekankan pentingnya integrasi tata kelola, investasi infrastruktur, dan partisipasi masyarakat sebagai kunci keamanan air berkelanjutan.
Relevansi Industri dan Tren Masa Depan
Tren Industri
- Smart Water Management: Digitalisasi, smart metering, dan monitoring kebocoran menjadi tren utama untuk menurunkan NRW dan meningkatkan efisiensi.
- Reuse dan Daur Ulang: Pengolahan limbah untuk irigasi dan recharge air tanah menjadi solusi masa depan di kawasan kering.
- Blended Finance: Investasi inovatif dan kemitraan publik-swasta diperlukan untuk menutup gap pendanaan sektor air.
Peluang dan Tantangan
- Peluang: IUWSI dapat diadopsi kota lain di Timur Tengah dan Afrika Utara untuk benchmarking dan perbaikan kebijakan.
- Tantangan: Fragmentasi tata kelola, subsidi yang tidak tepat sasaran, dan resistensi terhadap reformasi tarif masih menjadi hambatan utama.
Rekomendasi Kebijakan dan Jalan ke Depan
- Diversifikasi Sumber Air: Perluasan reuse limbah dan sumber alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada air tanah.
- Reformasi Tarif dan Subsidi: Penyesuaian tarif air agar mencerminkan biaya nyata dan mendorong efisiensi, dengan subsidi tepat sasaran untuk kelompok rentan.
- Efisiensi Energi dan Pengurangan Emisi: Investasi dalam efisiensi pompa, energi terbarukan, dan pengurangan NRW untuk menurunkan emisi GRK.
- Penguatan Infrastruktur dan Respons Kebocoran: Implementasi IREAP dan smart monitoring untuk mempercepat deteksi dan perbaikan kebocoran.
- Peningkatan Akses Sanitasi: Perluasan jaringan limbah domestik dan pengolahan limbah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas ekosistem.
- Adaptasi Iklim dan Manajemen Risiko: Investasi pada infrastruktur tahan banjir, early warning system, dan edukasi masyarakat untuk meningkatkan resiliensi kota.
- Pelibatan Publik dan Partisipasi: Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan monitoring, serta meningkatkan transparansi data dan layanan.
Madaba sebagai Cermin Kota Kering Dunia
Madaba adalah cerminan tantangan keamanan air urban di kawasan kering dunia. Dengan IUWSI 2,5 (reasonable), kota ini mampu memenuhi kebutuhan dasar, namun masih jauh dari keberlanjutan jangka panjang. Tanpa diversifikasi sumber, efisiensi sistem, dan reformasi tata kelola, Madaba dan kota-kota serupa akan terus terjebak dalam siklus kekurangan air, risiko kesehatan, dan ketidaksetaraan layanan. IUWSI dan pendekatan DECS menawarkan peta jalan baru bagi pembuat kebijakan untuk menargetkan intervensi pada indikator berdampak tinggi, membangun sistem air yang lebih adaptif, inklusif, dan berkelanjutan.
Sumber Artikel Asli
Hassan Tolba Aboelnga, Hazim El-Naser, Lars Ribbe, Franz-Bernd Frechen. “Assessing Water Security in Water-Scarce Cities: Applying the Integrated Urban Water Security Index (IUWSI) in Madaba, Jordan.” Water 2020, 12, 1299.