Industri Otomotif

Mengenal Mercedes-Benz Group

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


Mercedes-Benz Group AG (sebelumnya bernama Daimler-Benz, DaimlerChrysler dan Daimler) adalah sebuah perusahaan otomotif multinasional Jerman yang berkantor pusat di Stuttgart, Baden-Württemberg, Jerman. Perusahaan ini merupakan salah satu produsen mobil terkemuka di dunia. Daimler-Benz dibentuk melalui penggabungan Benz & Cie, perusahaan mobil tertua di dunia, dan Daimler Motoren Gesellschaft pada tahun 1926. Perusahaan ini berganti nama menjadi DaimlerChrysler setelah mengakuisisi produsen mobil Amerika, Chrysler Corporation, pada tahun 1998, dan berganti nama lagi menjadi Daimler AG setelah divestasi Chrysler pada tahun 2007. Pada tahun 2021, Daimler AG adalah produsen mobil Jerman terbesar kedua dan keenam terbesar di dunia berdasarkan produksi. Pada bulan Februari 2022, Daimler berganti nama menjadi Mercedes-Benz Group sebagai bagian dari transaksi yang memisahkan segmen kendaraan komersialnya sebagai perusahaan independen, Daimler Truck.

Merek Mercedes-Benz Group adalah Mercedes-Benz untuk mobil dan van (termasuk Mercedes-AMG dan Mercedes-Maybach) dan Smart. Perusahaan ini memiliki saham di produsen kendaraan lain seperti Daimler Truck, Denza, BAIC Motor, dan Aston Martin.

Berdasarkan penjualan unit, Mercedes-Benz Group adalah produsen mobil terbesar kesepuluh di dunia; mengirimkan dua juta kendaraan penumpang pada tahun 2021 dan berdasarkan pendapatan, produsen mobil terbesar keenam di seluruh dunia pada tahun 2022. Pada tahun 2023, perusahaan ini menduduki peringkat ke-42 dalam Forbes Global 2000. Grup ini menyediakan layanan keuangan melalui anak perusahaan Mercedes-Benz Mobility. Perusahaan ini merupakan komponen dari indeks pasar saham Euro Stoxx 50. Kantor pusat perusahaan, kantor Mercedes-Benz, pabrik perakitan mobil, Museum Mercedes-Benz, dan Mercedes-Benz Arena terletak di kompleks Mercedes-Benz di Stuttgart.

Sejarah

1926-1998: Daimler-Benz

Asal mula Grup Mercedes-Benz adalah dalam Perjanjian Kepentingan Bersama yang ditandatangani pada tanggal 1 Mei 1924 antara Benz & Cie (didirikan pada tahun 1883 oleh Carl Benz) dan Daimler Motoren Gesellschaft (didirikan pada tahun 1890 oleh Gottlieb Daimler dan Wilhelm Maybach). Kedua perusahaan terus memproduksi merek mobil dan mesin pembakaran internal yang terpisah hingga 28 Juni 1926, ketika Benz & Cie. dan Daimler-Motoren-Gesellschaft secara resmi bergabung - menjadi Daimler-Benz AG (Aktiengesellschaft) - dan setuju bahwa setelah itu, semua pabrik akan menggunakan nama merek "Mercedes-Benz" pada mobil mereka. Dimasukkannya nama Mercedes dalam nama merek baru ini untuk menghormati seri model mobil DMG yang paling penting, yaitu seri Mercedes, yang dirancang dan dibangun oleh Wilhelm Maybach. Nama ini diambil dari sebuah mesin tahun 1900 yang dinamai sesuai dengan nama putri Emil Jellinek. Jellinek menjadi salah satu direktur DMG pada tahun 1900, memesan sejumlah kecil mobil balap motor yang dibuat sesuai spesifikasinya oleh Maybach, menetapkan bahwa mesin tersebut harus diberi nama Daimler-Mercedes, dan membuat mobil baru tersebut terkenal melalui olahraga motor. Mobil balap itu kemudian dikenal sebagai Mercedes 35 hp. Model pertama dari serangkaian model produksi yang menggunakan nama Mercedes telah diproduksi oleh DMG pada tahun 1902. Jellinek meninggalkan dewan direksi DMG pada tahun 1909.

Nama Daimler sebagai merek mobil telah diberikan oleh Gottlieb Daimler [meragukan - diskusikan] untuk digunakan oleh perusahaan lain. Nama ini digunakan terutama oleh Daimler Motor Company dan Austro-Daimler, kemudian Steyr-Daimler-Puch, dan juga, secara singkat, digunakan oleh Daimler Manufacturing Company dan Panhard-Daimler, dan lainnya. Perusahaan baru, Daimler-Benz, tidak mendapatkan persetujuan untuk menyertakan Daimler dalam nama mereknya dan menggunakan nama Mercedes untuk mewakili kepentingan Daimler-Motoren-Gesellschaft. Karl Benz tetap menjadi anggota dewan direksi Daimler-Benz AG hingga kematiannya pada tahun 1929.

Meskipun Daimler-Benz terkenal dengan merek mobil Mercedes-Benz, selama Perang Dunia II, Daimler-Benz juga menciptakan serangkaian mesin penting untuk pesawat terbang, tank, dan kapal selam Jerman. Mobil-mobilnya menjadi pilihan pertama bagi banyak pejabat Nazi, Fasis Italia, dan Jepang, termasuk Hermann Göring, Adolf Hitler, Benito Mussolini, dan Hirohito, yang terutama menggunakan mobil mewah Mercedes-Benz 770. Daimler juga memproduksi suku cadang untuk senjata Jerman, terutama laras untuk senapan Mauser Kar98k. Selama Perang Dunia II, Daimler-Benz mempekerjakan lebih dari 60.000 tahanan kamp konsentrasi dan pekerja paksa lainnya untuk membuat mesin. Setelah perang, Daimler mengakui hubungan dan koordinasinya dengan pemerintah Nazi.

Pada tahun 1966, Maybach-Motorenbau GmbH bergabung dengan Mercedes-Benz Motorenbau Friedrichshafen GmbH untuk membentuk Maybach Mercedes-Benz Motorenbau GmbH, di bawah kepemilikan parsial oleh Daimler-Benz. Perusahaan ini berganti nama menjadi Motoren und Turbinen-Union Friedrichshafen GmbH (MTU Friedrichshafen) pada tahun 1969.

Pada tahun 1989, Daimler-Benz InterServices AG (Debis) didirikan untuk menangani pemrosesan data, layanan keuangan dan asuransi, serta manajemen real estat untuk grup Daimler.

Pada tahun 1995, MTU Friedrichshafen menjadi anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Daimler-Benz.

1998-2007: DaimlerChrysler

Dalam apa yang disebut "penggabungan yang setara," atau "pernikahan yang dibuat di surga", menurut CEO dan arsiteknya saat itu, Jürgen E. Schrempp, Daimler-Benz dan produsen mobil yang berbasis di Amerika Serikat, Chrysler Corporation, yang merupakan produsen mobil terkecil di antara tiga produsen mobil Amerika, bergabung pada tahun 1998 melalui pertukaran saham dan membentuk DaimlerChrysler AG. Bernilai US$38 miliar, ini merupakan kesepakatan lintas batas terbesar di dunia.

Ketentuan-ketentuan merger tersebut memungkinkan bisnis non-otomotif Daimler-Benz seperti Daimler-Benz InterServices AG, disingkat "debis AG", untuk terus menjalankan strategi ekspansi mereka masing-masing. debis AG melaporkan pendapatan sebesar $8,6 milyar (DM 15,5 milyar) pada tahun 1997.

Merger ini menjadi perdebatan dengan para investor yang mengajukan tuntutan hukum mengenai apakah transaksi ini merupakan 'merger setara' yang diklaim oleh manajemen senior atau sebenarnya merupakan pengambilalihan Daimler-Benz atas Chrysler. Gugatan class action investor diselesaikan pada bulan Agustus 2003 dengan nilai US$300 juta, sementara gugatan dari miliarder aktivis investor Kirk Kerkorian ditolak pada tanggal 7 April 2005. Transaksi ini menyebabkan hilangnya pekerjaan arsiteknya, Chairman Jürgen E. Schrempp, yang mengundurkan diri pada akhir tahun 2005 sebagai tanggapan atas jatuhnya harga saham perusahaan setelah transaksi tersebut.

Isu lain yang menjadi perdebatan adalah apakah merger ini menghasilkan sinergi yang dijanjikan dan berhasil mengintegrasikan kedua bisnis. Konsep Martin H. Wiggers tentang strategi platform, seperti yang diterapkan oleh VW Group, hanya diimplementasikan pada beberapa model saja, sehingga efek sinergi dalam pengembangan dan produksi menjadi rendah. Pada akhir tahun 2002, DaimlerChrysler tampaknya menjalankan dua lini produk independen. Kemudian pada tahun itu, perusahaan meluncurkan produk yang mengintegrasikan elemen-elemen dari kedua belah pihak perusahaan, termasuk Chrysler Crossfire, yang didasarkan pada platform Mercedes SLK dan menggunakan mesin 3.2 L V6 Mercedes, dan Dodge Sprinter / Freightliner Sprinter, van Mercedes-Benz Sprinter yang di-rebranding.

Pada tahun 2000, DaimlerChrysler mengakuisisi Detroit Diesel Corporation dan menempatkan divisi jalan raya di bawah Daimler Trucks Amerika Utara. Divisi off-highway ditempatkan di bawah MTU Friedrichshafen untuk membentuk MTU Amerika. Merek Detroit Diesel tetap dipertahankan oleh DTNA dan MTU America. Pada tahun 2005, MTU-Friedrichshafen dijual ke perusahaan investasi Swedia EQT Partners. Pada tahun yang sama, DaimlerChrysler menjalin aliansi dengan Mitsubishi Motors Corporation dalam upaya menjangkau pasar Asia. Aliansi ini menghasilkan pembagian platform antara Colt 2002-2013 dan Smart Forfour generasi pertama, tetapi kinerja Mitsubishi yang menurun membuat DaimlerChrysler menjual sahamnya kembali pada tahun 2004.

Pada tahun 2006, Chrysler melaporkan kerugian sebesar US$1,5 miliar. Kemudian mengumumkan rencana untuk memberhentikan 13.000 karyawan pada pertengahan Februari 2007, menutup pabrik perakitan utama dan mengurangi produksi di pabrik-pabrik lain untuk memulihkan profitabilitas pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, Chrysler disalip oleh Toyota di pasar AS, membuatnya berada di luar "Tiga Besar" produsen mobil AS untuk pertama kalinya.

DaimlerChrysler dilaporkan telah mendekati produsen mobil lain dan grup investasi untuk menjual Chrysler pada awal 2007. General Motors dilaporkan menjadi salah satu pelamar, tetapi Daimler setuju untuk menjual unit Chrysler kepada Cerberus Capital Management pada bulan Mei 2007 dengan harga US$6 miliar dan menyelesaikan penjualan pada tanggal 3 Agustus 2007. Perjanjian awal menyatakan bahwa Cerberus akan mengambil 80,1 persen saham di perusahaan baru, Chrysler Holding LLC. DaimlerChrysler mengubah namanya menjadi Daimler AG dan mempertahankan 19,9 persen saham yang tersisa di Chrysler LLC yang telah dipisahkan.

Dalam kesepakatan tersebut, Daimler membayar Cerberus sebesar US$650 juta untuk mengambil alih Chrysler dan kewajiban-kewajiban yang terkait. Dari harga pembelian sebesar US$7,4 miliar, Cerberus Capital Management akan menginvestasikan US$5 miliar di Chrysler Holdings dan US$1,05 miliar di unit keuangan Chrysler. Daimler AG yang telah dimerger menerima US$1,35 miliar secara langsung dari Cerberus, namun secara langsung menginvestasikan US$2 miliar di Chrysler sendiri. Chrysler mengajukan kebangkrutan pada tahun 2009.

DC Aviation berdiri pada tahun 2007 dari DaimlerChrysler Aviation sebelumnya, sebuah anak perusahaan dari DaimlerChrysler AG, yang didirikan pada tahun 1998.

2007-2022: Daimler AG

Pada bulan Mei 2010, Shenzhen BYD Daimler New Technology Co, Ltd, yang diperdagangkan sebagai "Denza" didirikan antara BYD dan Daimler untuk memproduksi kendaraan listrik mewah.

Pada bulan November 2014, Daimler mengumumkan akan mengakuisisi 25 persen dari produsen sepeda motor Italia, MV Agusta, dengan nilai yang tidak disebutkan. MV Holding mengakuisisi 25 persen saham MV Agusta kembali dari Daimler pada bulan Desember 2017.

Pada tanggal 3 Agustus 2015, Nokia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan untuk menjual divisi peta digital Here kepada konsorsium tiga produsen mobil Jerman-BMW, Daimler AG, dan Volkswagen Group, dengan nilai €2,8 miliar. Hal ini dilihat sebagai indikasi bahwa para produsen mobil tersebut tertarik pada mobil otomatis.

Pada tahun 2017, Daimler mengumumkan serangkaian akuisisi dan kemitraan dengan perusahaan rintisan yang berfokus pada berbagi mobil, dalam upaya menuju generasi kepemilikan dan penggunaan mobil berikutnya. Bagian dari strategi perusahaannya adalah untuk "bertransisi dari produsen mobil menjadi penyedia layanan mobilitas".

Pada bulan April 2017, Daimler mengumumkan kemitraan dengan Via, sebuah aplikasi berbagi tumpangan yang berbasis di New York, untuk meluncurkan layanan berbagi tumpangan baru di seluruh Eropa. Pada bulan September, diumumkan bahwa Daimler telah memimpin putaran penggalangan dana untuk perusahaan rintisan berbagi mobil Turo, yang merupakan platform yang memungkinkan pemilik menyewakan kendaraan mereka kepada pengguna lain. Perusahaan ini juga mengakuisisi Flinc, sebuah perusahaan rintisan Jerman yang telah membangun aplikasi untuk carpooling bergaya peer-to-peer, telah berinvestasi di Storedot, Careem, Blacklane, dan FlixBus, dan telah mengakuisisi car2go dan mytaxi (sekarang Free Now).

Li Shufu dari produsen mobil Cina, Geely, mengambil 9,69% saham di perusahaan ini, melalui Tenaciou3 Prospect Investment Limited, pada bulan Februari 2018, menjadikannya sebagai pemegang saham tunggal terbesar di perusahaan ini. Geely sudah dikenal dari kepemilikannya atas Volvo Car Corporation. Pada bulan September 2018, Daimler menginvestasikan $155 juta di bus listrik yang berbasis di AS dan produsen teknologi manajemen baterainya, Proterra.

Pada bulan Juli 2019, BAIC Group membeli 5% saham Daimler, yang merupakan pemegang saham timbal balik di anak perusahaan BAIC yang terdaftar di Hong Kong.

Pada bulan September 2019, Daimler mengumumkan bahwa mereka akan "menghentikan inisiatif pengembangan mesin pembakaran internal sebagai bagian dari upayanya untuk merangkul kendaraan listrik." [sumber yang lebih baik diperlukan]

Pada bulan Februari 2020, Daimler bermitra dengan Twelve untuk membuat pilar-C pertama di dunia yang dibuat dengan polikarbonat dari elektrolisis CO2 dalam upaya menuju armada yang sepenuhnya netral karbon.

Pada bulan September 2020, perusahaan tersebut didenda 875 juta dolar oleh Amerika Serikat karena melanggar Undang-Undang Udara Bersih. Perusahaan setuju untuk membayar 1,5 miliar dolar AS untuk menyelesaikan semua tindakan pengadilan terkait.

Pada Februari 2021, Daimler mengatakan bahwa mereka berencana untuk mengubah namanya dengan mengadopsi nama marque andalannya, Mercedes-Benz, dan memisahkan unit kendaraan komersial beratnya, Daimler Truck, menjadi perusahaan terbuka yang terpisah. Daimler Truck terdaftar di Bursa Efek Frankfurt dan hari perdagangan pertamanya pada 10 Desember 2021.

Dalam tinjauan tahunan Indikator Kekayaan Intelektual Dunia WIPO tahun 2021, Daimler menduduki peringkat ke-8 di dunia, dengan 65 desainnya dalam pendaftaran desain industri yang diterbitkan di bawah Sistem Den Haag selama tahun 2020. Posisi ini meningkat dari peringkat ke-10 sebelumnya pada tahun 2019.

2022-sekarang: Grup Mercedes-Benz

Pada tanggal 28 Januari 2022, CEO Ola Källenius mengumumkan bahwa Daimler akan berganti nama menjadi Mercedes-Benz untuk mengejar nilai yang lebih tinggi bagi perusahaan karena perusahaan ini akan beralih lebih dalam ke kendaraan listrik berteknologi tinggi. Pada tanggal 1 Februari 2022, Daimler secara resmi mengubah nama perusahaan yang terdaftar menjadi Mercedes-Benz Group AG.

Penjualan kendaraan Grup Mercedes-Benz pada tahun 2023 - 2.491.600 (+1,5%). Penjualan produk unggulan meningkat: Mercedes-Maybach (+19%), G-Class (+11%) dan Mercedes-AMG (+4%). Penjualan mobil penumpang Mercedes-Benz yang sepenuhnya bertenaga listrik meningkat sebesar 73% sepanjang tahun. Hanya penjualan segmen Core yang turun 2%, dengan 1.096.800 unit terjual karena kemacetan pemasok dan transisi ke E-Class baru.

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Mengenal Mercedes-Benz Group

Industri Otomotif

Pemerintah Indonesia Menyambut Era Elektrifikasi dengan Memprioritaskan Mobil Hybrid

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


Liputan6.com, Jakarta - Era elektrifikasi cepat atau lambat akan berkembang dengan pesat di Indonesia. Dengan begitu, dibutuhkan dukungan pembangunan ekosistem untuk keberlangsungan kendaraan listrik di Tanah Air.

Sejalan dengan hal tersebut, telah dilakukan kerja sama antara Kementerian BUMN dan perusahaan swasta, Electrum selaku perusahaan patungan Gojek dan TBS Energi Utama, bersama dengan Pertamina, Gogoro, dan Gesits sebagai pengembangan ekosistem dari hulu hingga hilir.

Langkah ini, kemudian didukung oleh Kementerian Perindustrian, karena langkah strategis ini diharapkan agar Indonesia menjadi negara yang mampu merajai atau menjadi produsen kendaraan listrik yang berdaya saing global.

“Seperti yang disampaikan Bapak Presiden, pemerintah sangat serius untuk masuk pada energi baru terbarukan, termasuk menuju pada kendaraan listrik,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, di Jakarta beberapa waktu lalu.

Di peta jalan industri otomotif nasional, Kemenperin menetapkan 20 persen penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik pada tahun 2025, seiring dengan upaya industri otomotif yang terus melakukan efisiensi untuk jenis teknologi Internal Combustion Engine (ICE), Hybrid, dan Plug-in Hybrid.

"Ke depan, teknologi fuel cell berbasis hidrogen juga telah terdapat dalam peta jalan industri otomotif nasional, dengan semangat untuk menuju produksi industri kendaraan ramah lingkungan,” tutur Agus.

Produksi

Lebih lanjut, dalam pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik, industri otomotif dalam negeri ditargetkan dapat memproduksi mobil listrik dan bis listrik sebanyak 600 ribu unit pada tahun 2030, sehingga dengan angka tersebut akan dapat mengurangi konsumsi BBM sebesar 3 juta barrel dan menurunkan emisi CO2 sebanyak 1,4 juta Ton.

"Upaya strategis ini diharapkan pula dapat mendukung pemenuhan komitmen pemerintah Indonesia terkait pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% pada tahun 2030, dan di tahun 2060 masuk ke emisi nol atau net zero carbon," tukasnya.

Sumber: www.liputan6.com
 

Selengkapnya
Pemerintah Indonesia Menyambut Era Elektrifikasi dengan Memprioritaskan Mobil Hybrid

Industri Otomotif

PPnBM Diperpanjang DTP, Dorong Pertumbuhan Penjualan Mobil dan Produksi Komponen Otomotif

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


Pemerintah akan melanjutkan insentif pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM) untuk pembelian mobil harga Rp200 juta hingga Rp250 juta pada tahun ini. Sedangkan diskon PPnBM DTP 100 persen berlaku untuk mobil jenis low cost green car (LCGC).

“Sesuai yang disampaikan oleh Bapak Menko Perekonomian bahwa Bapak Presiden telah menyetujui perpanjangan insentif PPnBM DTP untuk kendaraan bermotor ini. Namun ada persyaratan local content atau local purchase, yang sedang dibahas nilainya oleh tim teknis,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (18/1).

Dalam skemanya, diskon PPnBM 100 persen untuk mobil LCGC akan berlaku sepanjang kuartal I tahun 2022. Pada kuartal II-2022, pemerintah akan mengenakan tarif PPnBM sebesar 1 persen dan 2 persen pada kuartal III-2022. Pada tiga bulan terakhir tahun ini, program mobil murah ini akan dikenakan pajak barang mewah sesuai PP 74/2021, yakni 3 persen.

Berikutnya, skema untuk kendaraan dengan harga Rp200 juta–Rp 250 juta, yang tarif PPnBM-nya sebesar 15 persen, pada Kuartal I ini akan diberikan insentif sebesar 50 persen yang ditanggung pemerintah, sehingga masyarakat hanya membayar PPnBM sebesar 7,5 persen, dan di kuartal II kembali membayar penuh sebesar 15 persen.

Pada tahun lalu, diskon PPnBM 100 persen diberikan kepada mobil yang memiliki local purchase sebanyak 60 persen. Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 120/2021, dengan ketentuan diskon PPnBM 100 persen untuk mobil dengan isi silinder di bawah 1.500 cc, diskon sebesar 50 persen untuk mobil dengan isi silinder 1.501-2.500 cc berpenggerak 4x2, dan potongan 25 persen untuk mobil berkapasitas sama dan berpenggerak 4x4.

Menperin menjelaskan, perpanjangan insentif PPnBM DTP untuk kendaraan LCGC dan mobil di bawah Rp 250 juta akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan penjualan mobil produksi dalam negeri. Hal ini karena kendaraan penumpang di bawah Rp 250 juta merupakan segmen andalan industri otomotif nasional yang perlu terus dikembangkan.

“Produk dengan segmen tersebut mendominasi pangsa pasar atau sesuai dengan daya beli masyarakat, yaitu sebesar lebih dari 60%. Juga memiliki rata-rata kandungan lokal yang tinggi, sehingga berpeluang menjadi basis ekspor untuk negara-negara berkembang,” paparnya.

Di samping itu, perpanjangan insentif PPnBM DTP, meskipun tidak sebesar tahun, kemarin akan mampu mengurangi shock penjualan kendaraan penumpang di masyarakat akibat kenaikan harga OTR yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan tarif PPnBM segmen kendaraan penumpang kurang dari 10 orang berdasarkan PP 73/2019 sebesar 15% yang sebelumnya sebesar 10% berdasarkan PP 41/2013.

“Segmen LCGC dan mobil di bawah Rp250 juta sangat sensitif terhadap harga (price sensitive) sehingga sebelum adanya kepastian perpanjangan insentif PPnBM DTP ini masyarakat lebih memilih wait and see yang menyebabkan penurunan purchase order dalam beberapa minggu terakhir,” terangnya.

Naik signifikan

Kemenperin mencatat, kinerja penjualan mobil peserta PPnBM DTP tahun lalu pada periode Maret-Desember 2021 sebanyak 519 ribu unit atau meningkat sebesar 113% (275 ribu unit) dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini berkontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan industri alat angkutan pada triwulan II dan III tahun 2021 masing-masing sebesar 45,2% (yoy) dan 27,8% (yoy).

Selain itu, dalam proses manufakturnya peserta program PPnBM DTP telah melibatkan sebanyak 319 perusahaan industri komponen Tier 1, dan tentunya hal ini mendorong peningkatan kinerja industri komponen Tier 2 dan 3 yang sebagian besar termasuk kategori industri kecil dan menengah (IKM).

“Dengan perpanjangan insentif PPnBM DTP tahun 2022 akan menjaga momentum pertumbuhan industri otomotif nasional sekaligus meningkatkan utilisasi dan kinerja sektor industri komponen otomotif termasuk IKM,” tegas Agus.

Apabila merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), terjadi peningkatan penjualan mobil secara wholesales (pabrik ke diler) maupun ritel (diler ke konsumen) pada 2021. Pertumbuhannya mencapai 66,6% (yoy) untuk penjualan wholesales dan 49,2% (yoy) untuk ritel. Jumlah penjualan mobil (wholesales) sepanjang 2021 tercatat mencapai 887.200 unit dan penjualan mobil (ritel) mencapai 863.359 unit.

Ketua I Gaikindo Jongkie D Sugiarto menilai dampak positif dari insentif PPnBM mobil tak bisa dianggap remeh. “Lihat saja dari angka penjualan sebelum dan sesudah Maret 2021, pengaruh PPnBM DTP sangat besar. Kami telah memberikan masukan-masukan kepada pemerintah melalui Kemenperin,” ujarnya.

Gaikindo, lanjutnya, telah menargetkan penjualan mobil pada 2022 mencapai 900 ribu unit. Angka itu sejatinya masih lebih rendah daripada sebelum pandemi yang mencapai 1 juta penjualan per tahun.

Menurutnya, insentif PPnBM DTP untuk mobil juga akan berdampak pada pencapaian penjualan pada tahun ini. Apalagi, insentif PPnBM sejatinya tak hanya memberi benefit kepada industri otomotif. Industri penunjang kendaraan bermotor, masyarakat, hingga pemerintah dinilai merasakan manisnya pembebasan pajak tersebut.

Sumber: kemenperin.go.id
 

Selengkapnya
PPnBM Diperpanjang DTP, Dorong Pertumbuhan Penjualan Mobil dan Produksi Komponen Otomotif

Industri Otomotif

Buku Terbaru: Dinamika Industri Otomotif Indonesia Selama 5 Dekade Lebih

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 24 Februari 2025


Merdeka.com - Buku baru tentang otomotif Indonesia dan struktur industrinya berjudul Industri Otomotif untuk Negeri: Menjadi Pemain Utama Era Mobil Listrik dirilis pada Selasa (14/12) di Dreams Cafe, Senayan Park, Jakarta (14/12).

Buku ini karya Agus Tjahajana Wirakusumah, mantan direktur jenderal di Kementerian Perindustrian yang punya pengalaman sangat banyak di industri otomotif nasional, kini berkarir sebagai Staf Khusus di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Menurut Agus, perkembangan industri otomotif di republik ini sangat penting dan strategis bagi perekonomian nasional termasuk menunjang ekspor non-migas nasional. Selama 50 tahun lebih, industri ini telah berkontribusi sangat besar untuk negeri ini, baik untuk peningkatan nilai tambah ekonomi, penyerapan tenaga kerja, maupun peningkatan teknologi tinggi khususnya penggunaan teknologi otomasi dan robotik di fasilitas manufakturnya.

Perkembangan dan kemajuan industri otomotif Indonesia juga semakin diakui dunia, terutama saat volume pasar otomotif Indonesia tembus satu juta unit sejak 2012, sehingga Indonesia masuk kelompok elite dunia: “klub pasar satu juta unit”. Sejak itu, pamor industri otomotif nasional semakin tinggi dan menarik banyak merek otomotif dunia menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis produksinya, sekaligus bagian dari rantai pasok global (global supply chain).

Kementerian Perindustrian RI menyebutkan industri otomotif merupakan salah satu industri besar di republik ini. Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Kebijakan Fiskal, BPS, dan BKPM, kontribusi industri otomotif terhadap perekonomian nasional (GDP) sebesar 1,76 persen, setara Rp 260,9 triliun pada 2019, salah satu kontribusinya datang dari pajak penjualan mobil. Produksi mobil dalam negeri juga berhasil menembus pasar ekspor hingga ke 83 negara.

"Perjalanan panjang dan dinamika industri otomotif Indonesia tidak banyak didokumentasikan dengan lengkap dan baik. Dalam konteks inilah, saya menuliskan buku yang berjudul 'Industri Otomotif untuk Negeri: Menjadi Pemain Utama Era Mobil Listrik'," ujar Agus Tjahajana di Dreams Café by Honda, Senayan Park, kemarin.

Acara peluncuran buku ini juga dihadiri beberapa tokoh otomotif Indonesia, seperti Soebronto Laras, Presiden Komisaris PT Indomobil Sukses International Tbk; dan Benawati Abas, Senior Vice President PT Honda Prospect Motor, serta sahabat dan kerabat Agus Tjahajana.
Buku yang diterbitkan penerbit Pustaka Kaji hadir untuk memperkaya data dan dokumentasi industri otomotif nasional. Buku ini juga hadir di tengah era baru industri menuju kendaraan zero emission dan upaya pemerintah menerapkan rezim pajak baru kendaraan bermotor, yakni pajak emisi atau carbon tax yang efektif per 16 Oktober 2021.

Dalam proses penulisannya, Agus Tjahajana didukung oleh M Syakur Usman, Senior Editor Merdeka.com dan Lahyanto Nadie, mantan Managing Editor Bisnis Indonesia.

Tentang Era Mobil Listrik

Buku ini dimulai dari fakta perniagaan mobil di Indonesia yang sudah ada sejak negara ini berada dalam masa pemerintah kolonial Belanda. Perdagangan mobil pada era ini mendorong beberapa merek otomotif asal Amerika dan Eropa masuk ke Indonesia dengan mitra para pengusaha lokal. Pengusaha lokal inilah yang memasarkan mobil asal Amerika dan Eropa dengan perannya sebagai importir. Buku ini juga menuliskan soal para tokoh yang menjadi perintis industri otomotif berkembang di Indonesia, seperti William Soeryadjaya, Hadi Budiman, dan Sjarnoebi Said, dan Soebronto Laras.

Mereka menjadi pembuka jalan bagi merek otomotif dunia bersama perusahaan atau kelompok usahanya, seperti PT Astra International Tbk, PT Honda Prospect Motor, PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia dan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors, serta PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. Jasa mereka membuat merek otomotif dunia asal Jepang: Toyota, Honda, Suzuki, dan Mitsubishi ekspansi ke Indonesia sejak 1970-an hingga masih berkibar di industri saat ini.

Menariknya, buku ini juga menulis tentang perjuangan Indonesia membangun mobil merek nasional (mobnas) dengan konteks global. Mulai era “mobnas” sebelum sedan Timor, mobil Esemka, hingga mobil mikro nasional seperti Ammdes. Ini menjadi salah satu cerita menarik perjalanan industri ini di Tanah Air sekaligus gambaran betapa tidak mudahnya kegiatan mengembangkan mobil merek nasional.

Buku ini juga secara khusus memaparkan soal peluang dan tantangan industri otomotif Indonesia di era mobil listrik. Termasuk bagaimana potensi Indonesia bisa menjadi pemain utama di era mobil zero emission, setelah era mobil internal combustion engine (ICE).

“Harapan saya buku ini menjadi referensi yang utuh dan lengkap tentang industri otomotif yang selama lima dekade telah berkontribusi sangat besar untuk negeri ini. Semoga buku ini juga menarik perhatian para anak muda dan berbagai kalangan yang ingin mengenal lebih dalam struktur industri otomotif kita,” ucapnya.

Menurut Agus Tjahajana, di tengah terbatasnya referensi tentang struktur industri otomotif Indonesia yang lengkap, buku ini semoga dapat menjadi referensi penting bagi seluruh pemangku kepentingan di industri manufaktur pada umumnya, sehingga kita semua memiliki landasan kuat bagaimana industri ini dikembangkan lagi ke depan, di tengah babak baru industri otomotif nasional. Apalagi buku ini juga merangkum kebijakan dan regulasi soal industri ini sejak 1970 hingga 2021 termasuk peristiwa-peristiwa penting dan menarik yang terjadi selama periode waktu itu.

Biodata Agus Tjahajana Wirakusumah

Tempat & Tgl lahir: Bandung, 18 Januari 1955

Pendidikan:Sarjana (S1) di Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung (1978)Sajana (S1) Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (1988)Pascasarjana (S2) Industrial System Engineering, University of Florida, USA (1991)

Pekerjaan:Birokrat dengan karirnya puncak lima (5) kali sebagai Eselon 1 yang berbeda di Kementerian Perindustrian-Perdagangan RI dan Kementerian Perindustrian RI, yakni Direktur Jenderal yang mengurusi industri otomotif dan Sekretaris Jenderal.

Pasca-purnatugas di Kementerian Perindustrian, pernah ditunjuk sebagai Wakil Kepala BP Pulau Batam dan kini Staf Khusus Menteri Kementerian ESDM (sekarang). Pernah menjabat sebagai komisaris di berbagai perusahaan, antara lain PT INALUM (Persero), dan PT Industri Baterai Indonesia.

Saat ini masih sebagai komisaris PT Astra Otoparts Tbk dan Asia Pacific Fiber Tbk. Jabatan di luar kedinasannya erat kaitannya dengan otomotif adalah Chairman dari APEC Automotive Dialogue, Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) (2002-2004).

Sumber: www.merdeka.com

Selengkapnya
Buku Terbaru: Dinamika Industri Otomotif Indonesia Selama 5 Dekade Lebih

Industri Otomotif

Menperin Ungkap Nasib Mobil Konvensional di Tengah Fokus Elektrifikasi

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 24 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan bahwa pengembangan kendaraan bermotor listrik menjadi prioritas sektor otomotif nasional. Selain agar tak ketinggalan menjadi pemain utama, hal lainnya karena Indonesia memiliki sumber daya berupa cadangan nikel berlimpah untuk dimanfaatkan sebagai sel baterai kendaraan listrik. Sehingga, penting untuk dioptimalkan. 

"Sangat bodoh bagi kita bila tak menjadikan electric vehicle (EV) prioritas. Ekosistemnya bisa dibentuk sendiri di dalam negeri tanpa harus tergantung pihak luar," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pada konferensi pers belum lama ini.

Alasan lain, lanjut Agus, karena mobil listrik juga memiliki teknologi yang hijau alias ramah lingkungan. Sejalan dengan misi Indonesia untuk mengurangi level emisi CO2 yang dikeluarkan kendaraan bermotor hingga 2050 mendatang. Meski demikian, Agus tidak ingin melarang peredaran mobil konvensional atau kendaraan berpembakaran internal (internal combustion engine/ICE). Sebab Agus percaya lambat-laun, teknologi terkait (bensin dan diesel) akan semakin ramah lingkungan mengikuti kebutuhan konsumen di masa depan. Sementara itu, rantai produksi industri dimaksud pun begitu panjang. 

“Belum kita bicara mengenai Euro 4, Euro 5, dan lain-lain sebagai regulasi yang mengharuskan industri untuk melakukan inovasi agar teknologinya bisa lebih ramah lingkungan," ucap Agus.

Rencana tersebut juga sesuai dengan penerapan PP Nomor 73 tahun 2019 juncto PP Nomor 74 Tahun 2021, yang mengubah perhitungan tarif PPnBM untuk setiap mobil konvensional. Dalam aturan tersebut, beban instrumen perpajakan itu tidak hanya melihat kapasitas mesin saja, tapi juga efisiensi bahan bakar dan tingkat emisi gas buangnya.

Sumber: otomotif.kompas.com
 

Selengkapnya
Menperin Ungkap Nasib Mobil Konvensional di Tengah Fokus Elektrifikasi

Industri Otomotif

Peran Strategis Indonesia dalam Rantai Pasok Global Kendaraan Listrik

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 21 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, optimis Indonesia punya peran strategis dalam rantai pasok global perkembangan industri kendaraan listrik. 

Hal tersebut lantaran kayanya cadangan nikel serta tingginya bahan baku primer, seperti mangan, aluminium, dan kobalt. Lebih lagi, saat ini kebutuhan akan baterai kendaraan listrik juga sangat meningkat. 

Agus mengatakan, ada sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai saat ini. Lima perusahaan penyedia bahan baku seperti kobalt murni, nikel murni, endapan hidroksida campuran, dan lainnya, sementara empat lagi perusahaan produsen baterai. 

"Dengan demikian, Indonesia mampu mendukung rantai pasok beterai untuk kendaraan listrik mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur sel baterai dan perakitan baterai, manufaktur electric vehicle (EV), sampai daur ulang EV," ucap Agus dalam keterangan resminya, Sabtu (16/10/2021).

Lebih lanjut Agus menjelaskan, masa depan kendaraan listrik juga tergantung pada inovasi baterai yang saat ini cenderung tak menggunakan bahan baku nikel, kobalt, dan mangan seperti lithium sulfur serta lithium ferro phosphor yang membuat baterai lebih murah. Termasuk inovasi solid baterai dan pengembangan basis storage hidrogen. 

Karenanya, industri baterai di Tanah Air harus mengantisipasi perkembangan teknologi ke depan lantaran bisa membawa dampak pada baterai yang lebih murah, energi yang dihasilkan lebih tinggi, dan waktu pengisian yang singkat. 

"Adanya teknologi disruptive battery seperti ini, mengindikasikan ketersediaan nikel, mangan, dan kobalt melimpah tidak menjamin keberhasilan produksi baterai. Pertimbangan biaya dan kemampuan storage dari material baru juga harus diantisipasi," katanya. 

Menurut Agus, meskipun di tengah-tengah wabah Covid-19, tapi penjualan baterai kendaraan listrik mengalami peningkatan tiap tahunnya. Diperkirakan penjualan baterai untuk jenis kendaraan penumpang pada 2021 mencapai lebih dari 28 juta unit dengan market share sekitar 30 persen.

Pertumbuhan tersebut berdampak pada peningkatan kebutuhan lithium ion battery (LIB) sebesar 1,65 juta GWh pada 2030, serta kebutuhan infrastruktur charging station sekitar 9,89 juta unit pada tahun yang sama. 

"Tingginya proyeksi peningkatan populasi kendaraan listrik dunia sedikit banyak dipengaruhi global initiative campaign yang diprakarsai berbagai negara maju dengan kerja sama produsen EV global serta organisasi nirlaba lainnya," ucap Agus. 

Sebelumnya, Indonesia sendiri ditargetkan produksi BEV pada tahun 2030 dapat mencapai 600.000 unit untuk roda empat atau lebih, serta 2,45 juta unit untuk roda 2. Guna mendorong pencapaian tersebut, pemerintah memberikan berbagai insentif fiskal dan non-fiskal bagi konsumen. 

Mulai pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) sebesar 0 persen pada PP No 74/2021, pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor (BBN-KB) sebesar 0 persen untuk KBLBB di Pemprov DKI Jakarta.

Selain itu, BBN-KB 10 persen untuk mobil listrik dan 1,5 persen untuk motor diberikan oleh Pemprov Jawa Barat, sampai uang muka minimum 0 persen dan suku bunga rendah untuk mendapatkan kendaraan listrik sesuai Peraturan Bank Indonesia No.22 tahun 2022. "Produksi kendaraan listrik diharapkan mampu menurunkan emisi CO2 sebesar 2,7 juta ton untuk roda empa atau lebih dan sebesar 1,1 juta ton untuk roda dua," kata Agus.

Sumber: otomotif.kompas.com

 

 

Selengkapnya
Peran Strategis Indonesia dalam Rantai Pasok Global Kendaraan Listrik
« First Previous page 6 of 12 Next Last »