Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Admin pada 25 Juni 2022
Suzuki Motor Corporation (bahasa Jepang: スズキ株式会社 Hepburn: Suzuki Kabushiki-Kaisha)[3] adalah sebuah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Minami-ku, Hamamatsu, Jepang.[4] Suzuki memproduksi mobil, kendaraan four-wheel drive, sepeda motor, all-terrain vehicles (ATV), mesin tempel, kursi roda, dan berbagai macam mesin pembakaran dalam kecil lain. Pada tahun 2016, Suzuki adalah produsen otomotif terbesar ke-11 di dunia.[5] Suzuki mempekerjakan lebih dari 45.000 orang dan memiliki 35 fasilitas produksi di 23 negara, serta 133 distributor di 192 negara. Volume penjualan mobil Suzuki merupakan yang terbesar ke-10 di dunia,[6] sementara volume penjualan domestik Suzuki merupakan yang terbesar ketiga di Jepang.[7]
Volume penjualan sepeda motor domestik Suzuki merupakan yang terbesar ketiga di Jepang.[8]
Sejarah
Pada tahun 1909, Michio Suzuki (1887–1982) mendirikan Suzuki Loom Works di Hamamatsu, Jepang. Suzuki Loom Works pun berkembang pesat dengan memproduksi alat tenun untuk industri pengolahan sutra di Jepang.[9] Pada tahun 1929, Michio Suzuki menciptakan mesin tenun tipe baru, yang lalu diekspor ke luar Jepang. Selama 30 tahun pertama, Suzuki Loom Works pun fokus pada pengembangan dan produksi mesin tersebut.[butuh rujukan]
Walaupun alat tenunnya sukses, Suzuki percaya bahwa perusahaannya akan lebih sukses jika melakukan diversifikasi. Berdasarkan permintaan konsumen, Suzuki lalu memutuskan untuk memproduksi mobil kecil. Proyek tersebut dimulai pada tahun 1937, dan hanya dalam waktu dua tahun, Suzuki berhasil memproduksi sejumlah mobil purwarupa kecil yang ditenagai dengan mesin empat silinder, empat tak, dan berpendingin cairan. Mesin tersebut dilengkapi dengan bak mesin dan gearbox berbahan aluminum cor, serta dapat menghasilkan 13 tenaga kuda (9,7 kW) dengan kapasitas mesin kurang dari 800cc.[butuh rujukan]
Akibat pecahnya Perang Dunia II, rencana Suzuki untuk memproduksi kendaraan baru dihentikan, karena pemerintah mendeklarasikan bahwa mobil sipil adalah "komoditas non-esensial". Setelah perang berakhir, Suzuki kembali memproduksi alat tenun. Produksi alat tenun lalu meningkat setelah pemerintah Amerika Serikat menyetujui pengapalan katun ke Jepang. Suzuki pun mulai mapan seiring dengan makin meningkatnya pesanan dari perusahaan tekstil domestik. Namun pada tahun 1951, pasar katun kolaps.[butuh rujukan]
Oleh karena itu, Suzuki kembali berencana memproduksi kendaraan bermotor. Pasca perang, masyarakat Jepang sangat membutuhkan moda transportasi pribadi yang handal dan terjangkau. Sejumlah perusahaan pun mulai menawarkan mesin gas yang dapat dipasang pada sepeda. Kendaraan beroda dua pertama buatan Suzuki adalah sebuah sepeda yang dilengkapi dengan mesin, yang diberi nama "Power Free." Dirancang agar tidak mahal dan mudah untuk diproduksi dan dirawat, Power Free buatan tahun 1952 dilengkapi dengan mesin dua tak 36 cc yang dapat mengeluarkan tenaga sebesar 1 tenaga kuda.[10] Sistem gir sproket ganda baru memungkinkan pengendara untuk mengayuh dengan bantuan mesin, mengayuh tanpa bantuan mesin, atau memakai mesin saja.[butuh rujukan] Kantor paten lalu memberi subsidi keuangan kepada Suzuki untuk melanjutkan riset di bidang rekayasa sepeda motor.
Suzulight buatan tahun 1955
Pada tahun 1954, Suzuki telah memproduksi 6.000 unit sepeda motor per bulan dan nama perusahaan pun diubah menjadi Suzuki Motor Co., Ltd. Pasca kesuksesan sepeda motor pertamanya, Suzuki mulai memproduksi mobil yang bahkan lebih sukses, yakni Suzuki Suzulight pada tahun 1955. Suzulight dilengkapi dengan penggerak roda depan, suspensi independen empat roda, dan kemudi rack-and-pinion, yang belum umum dijumpai di mobil hingga tiga dekade kemudian.[butuh rujukan]
Mulai tahun 2009 hingga 2015, Volkswagen memegang 19,9% saham Suzuki. Kepemilikan saham tersebut tidak bertahan lama, karena Suzuki menuduh Volkswagen tidak membagi teknologi yang telah dijanjikan, sementara Volkswagen mewajibkan Suzuki membeli mesin diesel buatan Fiat.[11] Pengadilan arbitrase internasional lalu memerintahkan Volkswagen untuk menjual kembali kepemilikan sahamnya ke Suzuki.[11] Suzuki pun mengeluarkan dana sebesar $3,8 milyar untuk membeli saham yang dipegang oleh Volkswagen pada bulan September 2015.[12]
Kepemimpinan
Perusahaan ini didirikan oleh Michio Suzuki. Chairman Suzuki saat ini adalah Osamu Suzuki,[13] menantu Michio,[14] Osamu Suzuki, yang sudah berusia 91 tahun, akan pensiun pada bulan Juni 2021, dan akan menyerahkan jabatannya ke Toshihiro.[15]
Linimasa
Suzuki Loom Company didirikan pada tahun 1909 sebagai sebuah produsen alat tenun sutra dan katun. Michio Suzuki berniat memproduksi alat tenun yang lebih baik dan lebih mudah digunakan, sehingga selama 30 tahun, ia fokus mengembangkan mesin tersebut. Keinginan Michio untuk berekspansi ke produksi otomotif lalu terhenti akibat Perang Dunia II.[16] Sebelum mulai memproduksi mesin empat tak, Suzuki Motor Corp. terkenal berkat mesin dua taknya.[17] Pasca perang, Suzuki memproduksi sebuah sepeda bermesin dua tak, namun perusahaan ini kemudian menjadi terkenal berkat sepeda motor Hayabusa dan GSX-R, QuadRunner, serta karena mendominasi balapan di seluruh dunia. Walaupun telah memproduksi mobil pertamanya pada tahun 1955, perusahaan ini baru membentuk divisi mobil pada tahun 1961.[18] Saat ini, Suzuki merupakan salah satu produsen otomotif terbesar di dunia, dan merupakan merek besar di sejumlah negara penting, seperti Jepang dan India. Namun, Suzuki tidak lagi menjual mobilnya di Amerika Utara.[19]
1909–1959
Michio Suzuki
Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Admin pada 25 Juni 2022
Mitsubishi Motors Corporation (bahasa Jepang: 三菱自動車工業株式会社 Hepburn: Mitsubishi Jidōsha Kōgyō KK, IPA: [mitsɯꜜbiɕi]; atau biasa dikenal sebagai Mitsubishi Motors[5]) adalah sebuah produsen otomotif multinasional yang berkantor pusat di Minato, Tokyo, Jepang.[6] Pada tahun 2011, Mitsubishi Motors adalah produsen otomotif dengan volume produksi terbesar keenam di Jepang dan terbesar ke-19 di dunia.[7] Sejak bulan Oktober 2016, sebanyak 34% saham perusahaan ini dipegang oleh Nissan, sehingga perusahaan ini menjadi bagian dari Renault–Nissan–Mitsubishi Alliance.[8]
Selain menjadi bagian dari Renault–Nissan–Mitsubishi Alliance, perusahaan ini juga merupakan bagian dari keiretsu Mitsubishi, karena perusahaan ini dibentuk pada tahun 1970 sebagai hasil pemisahan divisi otomotif dari Mitsubishi Heavy Industries.[9]
Mitsubishi Fuso Truck and Bus Corporation, yang memproduksi truk, bus, dan peralatan konstruksi, sebelumnya merupakan bagian dari perusahaan ini, namun kini telah dipisah dan mayoritas sahamnya dipegang oleh Daimler AG asal Jerman.
Sejarah
Pekerja Mitsubishi Shipbuilding Co., Ltd di samping salah satu purwarupa mobil Mitsubishi Model A
Sejarah Mitsubishi di bidang otomotif dimulai pada tahun 1917, saat Mitsubishi Shipbuilding Co., Ltd. memperkenalkan Mitsubishi Model A, mobil asal Jepang pertama yang diproduksi secara massal.[10] Sedan berkapasitas tujuh orang yang didasarkan pada Fiat Tipo 3 dan sepenuhnya diproduksi dengan tangan tersebut terbukti terlalu mahal jika dibandingkan dengan produk dari kompetitornya di Amerika dan Eropa, sehingga produksinya dihentikan pada tahun 1921 setelah hanya 22 unit berhasil diproduksi.[11]
Pada tahun 1934, Mitsubishi Shipbuilding digabung dengan Mitsubishi Aircraft Co., yang didirikan pada tahun 1920 untuk memproduksi mesin pesawat terbang dan komponen lain, guna membentuk Mitsubishi Heavy Industries (MHI).[12] MHI fokus pada produksi pesawat terbang, kapal, kereta, dan permesinan. Pada tahun 1937, MHI mulai mengembangkan PX33, sebuah purwarupa sedan untuk keperluan militer. Sedan tersebut merupakan mobil penumpang pertama buatan Jepang yang dilengkapi dengan penggerak empat roda, sebuah teknologi yang 50 tahun kemudian dihidupkan kembali oleh perusahaan ini.[13]
Sebuah Mitsubishi PX33 buatan tahun 1937 ditampilkan di Mondial de l'Automobile pada bulan September 2006
Era pasca perang
Logo Mitsubishi Motors mulai tahun 1983 hingga 2017
Sesaat setelah Perang Dunia II berakhir, perusahaan ini kembali memproduksi kendaraan. Fuso pun kembali memproduksi bus, sementara kendaraan kargo roda tiga kecil yang diberi nama Mizushima dan skuter yang diberi nama Silver Pigeon juga mulai dikembangkan. Namun, zaibatsu diminta dibubarkan oleh Sekutu pada tahun 1950, sehingga Mitsubishi Heavy Industries dibagi menjadi tiga perusahaan regional, dengan masing-masing terlibat dalam pengembangan kendaraan bermotor, yakni West Japan Heavy-Industries, Central Japan Heavy-Industries, dan East Japan Heavy-Industries.
Pada tahun 1951, East Japan Heavy-Industries mulai mengimpor Henry J, sedan murah buatan Kaiser Motors, dalam bentuk knockdown kit (CKD), dan tetap mengimpornya ke Jepang hingga produksinya dihentikan. Pada tahun yang sama, Central Japan Heavy-Industries meneken kontrak serupa dengan Willys (kini dimiliki oleh Kaiser) untuk mengimpor Jeep CJ-3B dalam bentuk rakitan CKD. Kesepakatan tersebut terbukti bertahan lama, dengan Mitsubishi Jeep tetap diproduksi hingga tahun 1998, atau 30 tahun setelah Willys menggantikan model tersebut.
Pada awal dekade 1960-an, ekonomi Jepang tumbuh pesat, upah pekerja naik, dan makin banyak keluarga yang bepergian bersama. Central Japan Heavy-Industries, yang saat itu sudah mengubah namanya menjadi Shin Mitsubishi Heavy-Industries, pun telah mendirikan kembali departemen otomotif di kantor pusatnya pada tahun 1953. Shin Mitsubishi Heavy-Industries lalu meluncurkan Mitsubishi 500 untuk memenuhi permintaan pembeli pada tahun 1962. Setahun kemudian, Shin Mitsubishi Heavy-Industries meluncurkan mobil kei Minica dan Colt 1000, produk pertama dari lini Colt. Pada tahun 1964, Mitsubishi memperkenalkan sedan terbesarnya, yakni Mitsubishi Debonair, terutama untuk dijual di Jepang dan juga digunakan oleh pimpinan Mitsubishi sebagai mobil dinas.
West Japan Heavy-Industries, yang saat itu sudah mengubah namanya menjadi Mitsubishi Shipbuilding and Engineering, dan East Japan Heavy-Industries, yang saat itu sudah mengubah namanya menjadi Mitsubishi Nihon Heavy-Industries, juga mengembangkan departemen otomotifnya pada dekade 1950-an. Ketiga perusahaan regional tersebut lalu kembali digabung untuk membentuk Mitsubishi Heavy Industries (MHI) pada tahun 1964. Dalam waktu tiga tahun, MHI telah dapat memproduksi lebih dari 75.000 unit kendaraan dalam satu tahun. Pasca kesuksesan Galant yang diluncurkan pada tahun 1969 dan tumbuhnya divisi kendaraan niaga, MHI memisahkan bisnis otomotifnya ke dalam Mitsubishi Motors Corporation (MMC) yang dibentuk pada tanggal 22 April 1970, dengan dipimpin oleh Tomio Kubo, seorang insinyur dari divisi pesawat terbang.[butuh rujukan]
Sebagaimana anggota keiretsu Mitsubishi yang lain, perusahaan ini juga menggunakan logo tiga berlian. Logo tersebut dipilih oleh Iwasaki Yatarō, pendiri Mitsubishi, karena logo tersebut mirip dengan emblem klan Tosa yang pertama kali mempekerjakannya, dan karena lambang keluarganya sendiri adalah tiga belah ketupat yang ditumpuk. Nama Mitsubishi (三菱) terdiri dari dua bagian, yakni mitsu yang berarti "tiga" dan hishi (yang menjadi "bishi" sesuai rendaku) yang berarti "kaltrop air" (juga disebut sebagai "kastanya air") yang berbentuk "belah ketupat".[14]
Hubungan Chrysler
1970-an
Bagian dari strategi ekspansi Tomio Kubo adalah meningkatkan ekspor dengan membentuk aliansi dengan perusahaan asal luar Jepang yang telah mapan. Sehingga pada tahun 1971, MHI menjual 15% saham MMC ke Chrysler asal Amerika Serikat. Berkat penjualan saham tersebut, Chrysler mulai menjual Galant di Amerika Serikat dengan nama Dodge Colt, sehingga menjadi produk Mitsubishi pertama yang dijual dengan merek milik Chrysler, dan volume produksi MMC pun dapat mencapai lebih dari 250.000 unit kendaraan per tahun. Pada tahun 1977, Galant dijual dengan nama Chrysler Sigma di Australia.
Sebuah Mitsubishi Galant buatan tahun 1973, dasar untuk kesepakatan impor captive pertama antara perusahaan ini dengan Chrysler
Pada tahun 1977, jaringan diler distribusi dan penjualan "Colt" telah dibentuk di seantero Eropa, karena Mitsubishi ingin menjual produknya secara langsung. Volume produksi tahunan perusahaan inipun tumbuh dari 500.000 unit kendaraan pada tahun 1973 menjadi 965.000 pada tahun 1978, saat Chrysler mulai menjual Galant sebagai Dodge Challenger dan Plymouth Sapporo. Namun, ekspansi tersebut mulai menyebabkan gesekan, karena Chrysler menganggap bahwa MMC menggerogoti pangsa pasar subkompaknya di Eropa, sementara MMC merasa bahwa Chrysler terlalu ikut campur dalam proses pengambilan keputusannya.
1980-an
Pada tahun 1980, Mitsubishi berhasil mencapai volume produksi sebesar 1.000.000 unit mobil per tahun, namun pada saat itu, Chrysler tidak terlalu sehat. Sebagai bagian dari upaya untuk menghindari kebangkrutan, Chrysler terpaksa menjual divisi produksinya di Australia ke MMC, yang lalu mengubah nama divisi tersebut menjadi Mitsubishi Motors Australia Ltd (MMAL).
Pada tahun 1982, merek Mitsubishi diperkenalkan di Amerika. Sedan Tredia, serta coupé Cordia dan Starion awalnya dijual melalui 70 diler yang tersebar di 22 negara bagian, dengan alokasi sebesar 30.000 unit kendaraan. Kuota tersebut, yang disesuaikan dengan perjanjian antara pemerintah Jepang dan Amerika Serikat, juga mencakup 120.000 unit mobil yang dijual dengan merek Chrysler. Mitsubishi dan Chrysler juga memiliki perjanjian bahwa Chrysler dapat menolak model buatan Mitsubishi untuk dijual di Amerika Serikat hingga tahun 1990.[15] Menjelang berakhirnya dekade 1980-an, karena ingin meningkatkan eksistensinya di Amerika Serikat, MMC pun menayangkan kampanye iklan televisi nasional pertamanya dan berencana menambah jaringannya menjadi 340 diler.
Pada tahun 1986, Mitsubishi mencapai kesepakatan dengan Liuzhou Automotive untuk merakit truk dan van Minicab di sana, sehingga Mitsubishi menjadi produsen otomotif asal Jepang ketiga (setelah Daihatsu dan Suzuki) yang merakit produknya di Tiongkok.[rujukan?]
Sebelum mendapat persetujuan dari pemerintah atas rencana tersebut, Mitsubishi harus mengungkapkan penyesalan atas truk Mitsubishi "cacat" yang diimpor ke Tiongkok pada tahun 1984 dan 1985.[16] Pada tahun 1989, volume produksi global Mitsubishi, termasuk afiliasinya di luar Jepang, mencapai 1,5 juta unit kendaraan.
Diamond-Star Motors
Artikel utama: Diamond-Star Motors
Sebuah Mitsubishi Pajero buatan tahun 1984, SUV paling sukses dari perusahaan ini
Walaupun hubungannya masih menegang, Chrysler dan Mitsubishi setuju untuk bersama-sama mengelola aktivitas produksi kendaraan di Normal, Illinois. Joint venture tersebut pun menjadi cara untuk mengakali pembatasan impor sukarela, sembari tetap menyediakan mobil kompak dan subkompak baru untuk Chrysler. Diamond-Star Motors (DSM)—terinspirasi dari logo Mitsubishi dan Chrysler, yakni berlian dan bintang—pun didirikan pada bulan Oktober 1985, dan pada bulan April 1986, DSM meletakkan batu pertama pembangunan fasilitas produksi di atas lahan seluas 1,9 juta kaki persegi (177.000 m2) yang terletak di Normal. Pada tahun 1987, perusahaan ini menjual 67.000 unit mobil di Amerika Serikat, namun setelah pabrik DSM selesai dibangun pada bulan Maret 1988, perusahaan ini dapat memproduksi hingga 240.000 unit kendaraan. Awalnya, tiga coupé 2+2 kompak yang satu platform diluncurkan, yakni Mitsubishi Eclipse, Eagle Talon, dan Plymouth Laser, lalu disusul dengan model lain di tahun-tahun berikutnya
Penawaran umum perdana 1988
Mitsubishi Motors resmi melantai di bursa saham pada tahun 1988, sehingga mengakhiri statusnya sebagai satu-satunya dari sebelas produsen otomotif asal Jepang yang belum melantai di bursa saham. Mitsubishi Heavy Industries setuju untuk mengurangi kepemilikan sahamnya di perusahaan ini menjadi 25%, sementara Chrysler meningkatkan kepemilikan sahamnya di perusahaan ini menjadi lebih dari 20%. Modal yang didapat dari penawaran umum perdana pun memungkinkan Mitsubishi untuk membayar sebagian utangnya, serta mengembangkan investasinya di seantero Asia Tenggara, di mana Mitsubishi telah beroperasi di Filipina, Malaysia, dan Thailand.
1990-an
Hirokazu Nakamura menjadi presiden Mitsubishi pada tahun 1989, dan memimpin perusahaan ini ke arah yang lebih baik, dengan adanya "koreksi pasar" penggelembungan harga aset di Jepang yang mengarah pada Dasawarsa yang Hilang sebagai hasil dari perjanjian Plaza Accord yang diteken pada tahun 1985. Penjualan Pajero lalu sangat sukses, sehingga menjadi populer, bahkan di jalanan Jepang yang padat.
Sumber; wikipedia.org
Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Admin pada 25 Juni 2022
JAKARTA, KOMPAS.com - Elektrifikasi kendaraan bermotor di Indonesia kian naik pamornya. Sejumlah produsen mobil pun turut meluncurkan produknya dalam berbagai tipe, mulai hybrid, BEV, PHEV, dan sebagainya. Untuk penjualannya sendiri, dilansir dari data yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mobil listrik mencatatkan wholesales sebanyak 685 unit pada 2021. Angka tersebut memang terhitung kecil jika dibandingkan dengan total wholesales seluruh model mobil tak termasuk pikap pada tahun tersebut yang menembus angka 887.202 unit.
Melihat data tersebut, belum semua produsen mobil ingin berniaga mobil listrik di Indonesia. Salah satunya yakni Daihatsu. Astra Daihatsu Motor (ADM) belum menunjukkan tanda-tanda sedikit pun akan berjualan kendaraan listrik di Tanah Air.
Dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/2/2022), Marketing Director PT ADM Amelia Tjandra menuturkan bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menerima kehadiran kendaraan listrik.
Selain dari banderolnya yang rata-rata masih lebih tinggi dibanding mobil bermesin pembakaran internal, infrastruktur pendukung untuk ekosistem kendaraan listrik belum sepenuhnya optimal di seluruh daerah.
Menurutnya, jumlah permintaan terhadap mobil listrik di pasar domestik saat ini masih terbilang rendah. Kontribusinya terhadap sektor otomotif Indonesia juga belum besar.
“Pada dasarnya Daihatsu selalu mencermati. Buat kami kalau ada demand pasti kita supply. Kalau data menunjukkan permintaannya belum tumbuh dan supply-nya tidak diserap tentu tidak akan menimbulkan efek yang bagus untuk perekonomian Indonesia,” ucap Amelia.
Ia menegaskan, Daihatsu akan ikut memenuhi kebutuhan elektrifikasi kendaraan apabila masyarakat Indonesia sudah siap menerima kehadiran mobil listrik dan permintaan akan jenis mobil tersebut mulai benar-benar tumbuh.
Sumber: otomotif.kompas.com