Industri Logam

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Mengoperasikan Proyek Pabrik Blast Furnace pada Kuartal III-2022 Setelah Solusi Ditemukan

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 03 Mei 2024


JAKARTA, KOMPAS.com - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mengoperasikan proyek pabrik tanur tiup atau blast furnace pada Kuartal III-2022. Perusahaan telah mendapatkan solusi agar fasilitas atau pabrik yang tadinya mangkrak dapat kembali produktif. Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengungkapkan, sejatinya proyek blast furnace ini telah dirintis pada tahun 2008, namun baru memasuki masa konstruksi empat tahun setelahnya atau 2012. "Jadi jauh sebelum saya bergabung di Krakatau Steel pada akhir tahun 2018," kata Silmy dalam keterangannya, Rabu (29/09/2021). 

Silmy mengaku Krakatau Steel sudah memiliki dua calon mitra strategis. Bahkan satu calon sudah menandatangani Memorandum of Agreement (MoA).

Sementara, satu mitra lagi sudah menyampaikan surat minat untuk bekerja sama dalam hal blast furnace. "Artinya sudah ada solusi atas proyek blast furnace. Jadi kami targetkan Kuartal III 2022 proyek tersebut dapat beroperasi," ucap dia.

Pengoperasian blast furnace nantinya akan menggunakan teknologi yang memaksimalkan bahan baku dalam negeri yaitu pasir besi. Penggunaan pasir besi ini akan menghemat biaya produksi dan menurunkan impor bahan baku dari luar negeri yaitu iron ore. Silmy memastikan Krakatau Steel terus melakukan pembenahan di seluruh lini dan aktivitas usaha, terutama akumulasi utang perusahaan yang mencapai sebesar Rp 31 triliun.

Tren meningkatnya utang perusahaan dimulai pada tahun 2011 sampai dengan 2018 yang disebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah pengeluaran investasi yang meleset dari rencana. Meski demikian, Silmy menyebutkan, manajemen baru Krakatau Steel telah berhasil melakukan restrukturisasi utang pada Januari 2020 sehingga beban cicilan dan bunga menjadi lebih ringan guna memperbaiki kinerja keuangan.

Semua upaya yang dilakukan juga telah didukung dengan manajemen yang bebas korupsi di mana Krakatau Steel sudah menerapkan ISO 37001:2016 sejak bulan Agustus 2020. Hal itu sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) karena merupakan standar internasional yang dapat digunakan semua yurisdiksi serta dapat diintegrasikan dengan sistem manajemen yang sudah dimiliki Krakatau Steel saat ini. “Kaitan adanya indikasi penyimpangan atau korupsi di masa lalu tentu menjadi perhatian manajemen. Fokus saya ketika bergabung adalah mencarikan solusi dan melihat ke depan agar Krakatau Steel bisa selamat terlebih dahulu,” tegasnya.

Untuk diketahui, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sempat menyinggung proyek mangkrak blast furnace yang menyebabkan kerugian PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mencapai 850 juta dolar AS atau sekitar Rp 13,17 triliun. Erick menegaskan bahwa dirinya akan terus mengejar pihak-pihak yang telah merugikan perusahaan negara tersebut. "Ini tidak bagus, ini akan kita kejar siapa pun yang merugikan, ini bukannya kita ingin menyalahkan siapa-siapa, tapi penegakan hukum, bisnis proses yang salah harus diperbaiki," kata Erick dalam diskusi virtual, Selasa (28/9/2021).

Sumber: www.kompas.com

Selengkapnya
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Mengoperasikan Proyek Pabrik Blast Furnace pada Kuartal III-2022 Setelah Solusi Ditemukan

Industri Logam

PT Smelting di Gresik: Ekspansi Hilirisasi Produk Mineral dan Kontribusi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 03 Mei 2024


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara groundbreaking proyek perluasan PT Smelting di Gresik, Provinsi Jawa Timur, mengatakan, kebijakan pemerintah dalam hiliriasi produk mineral dan batu bara (minerba) terutama ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah. Selain itu juga menjadi sumber penerimaan negara serta untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri serta ekspor, termasuk menghasilkan bahan baku energi bersih.

Dengan demikian, keberadaan proyek ekspansi PT Smelting sebagai industri pionir dalam pengembangan hilirisasi produk minerba diharapkan dapat turut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional maupun secara spasial di wilayah Provinsi Jawa Timur. "Dengan ekspansi di pabrik refinery mineral pertama di Indonesia ini, ada 3,3 juta ton konsentrat yang nantinya akan diolah, sehingga Gresik menjadi sentra dari hilirisasi tembaga.

Ke depannya dengan renewable energi, electric vehicle dan solar panel seluruhnya membutuhkan tembaga. Oleh karena itu, hilirisasi produk turunannya perlu untuk terus didorong, terutama untuk kebutuhan memproduksi produk elektronik," kata Airlangga dalam kunjungannya melalui siaran pers, Sabtu (19/2/2022).

Lebih lanjut ia menyebutkan, saat ini, Indonesia memiliki cadangan bijih tembaga sebesar 3,1 miliar ton dengan tingkat produksi sebanyak 100 juta ton per tahun.  Cadangan bijih tembaga tersebut diperkirakan akan habis dalam 30 tahun apabila tidak ada tambahan cadangan baru.

Oleh karenanya peningkatan nilai tambah bijih tembaga sangat diperlukan, baik dengan pembangunan pabrik baru atau ekspansi pabrik yang ada untuk ekstraksi tembaga. Dengan ekspansi ini, kapasitas pengolahan konsentrat PT Smelting direncanakan akan mengalami peningkatan menjadi sebanyak 1,3 juta ton dan kapasitas produksi katoda tembaga juga meningkat menjadi 342.000 ton per tahun.

Proyek ekspansi PT Smelting yang keempat sejak tahun 1999 ini, juga akan menambah pabrik asam sulfat baru, menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter, serta menambah jumlah sel elektrolisa di refinery. Peningkatan kapasitas dalam ekspansi tersebut membutuhkan belanja modal atau capital expenditur (capex) sebesar 231 juta dollar AS dan direncanakan akan selesai pada September 2023.

Ekspansi PT Smelting tidak hanya memenuhi kebutuhan produk di dalam negeri seperti katoda tembaga untuk industri kawat/kabel (wire), batangan tembaga (rod bar), industri kimia, serta produk samping berupa asam sulfat untuk bahan baku pabrik pupuk serta copper slag dan gipsum sebagai bahan baku semen, namun PT Smelting juga mengekspor katoda tembaga dan tembaga telurida. Dalam rangkaian kegiatan groundbreaking perluasan pabrik tersebut, Airlangga juga menyaksikan penandatanganan Amandemen Perjanjian Kerja Sama Penyaluran Air Minum Curah SPAM Umbulan antara PT Air Bersih Jawa Timur (Perseroda) dengan Bupati Gresik. Selain itu, juga dilakukan pemberian santunan kepada anak yatim piatu serta penanaman pohon di lokasi kegiatan.

Sumber: money.kompas.com

Selengkapnya
PT Smelting di Gresik: Ekspansi Hilirisasi Produk Mineral dan Kontribusi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Industri Logam

PT Krakatau Steel dan PT Tata Metal Lestari: Komitmen ESG dan Industri Baja Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 03 Mei 2024


JAKARTA, KOMPAS.com – PT Krakatau Steel dan PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) sepakat menandatangani komitmen Environmental, Social, Governance (ESG) untuk industri baja yang berkelanjutan. Direktur Komersial PT Krakatau Steel Melati Sarnita menjelaskan, baja merupakan salah satu produk daur ulang, sehingga tidak merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat. Untuk itu, Krakatau Steel bersama PT Tata Metal Lestari sebagai salah satu produsen Baja Lapis Aluminium Seng ini berkomitmen untuk meningkatkan tata kelola yang berkelanjutan di industri baja.

Melestarikan lingkungan sebagai warisan bagi generasi yang akan datang, memang harus mulai diterapkan di industri baja. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan mengusung konsep Eco-green di sektor industri tersebut melalui pendekatan ESG. “Eco-Green akan menjadi salah satu tata kelola yang sangat kritikal di masa depan. Jadi memang Eco-Green itu bukan untuk bisnis, tapi untuk persiapan kita kepada generasi selanjutnya. Ketika kita menurunkan bumi ke mereka.

Itu yang memang harus kita ingat,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip pada Kamis (23/12/2021). Melati menambahkan, industri baja memberikan multiplier yang besar untuk lingkungan dan masyarakat. Karena itu di negara-negara maju, industri baja sangat dilindungi. Bahkan industri ini dianggap sebagai industri pertahanan sebuah negara.

“Industri baja itu dianggap sebagai industri pertahanan sebuah negara. Kita tidak bicara senjatanya, tapi dari segi pertahanan kehidupan dari lingkungan serta masyarakat di negara tersebut,” bebernya. “Jika kita lihat, negara-negara besar seperti Amerika, India, atau China itu memiliki kebijakan-kebijakan industri baja yang sangat kuat untuk melindungi industri domestiknya.

Harapan kami sebagai BUMN, industri baja kita bisa membantu para pelaku usaha industri baja supaya perkuatan kebijakan itu juga bisa kita lakukan,” terangnya lagi. Pada kesempatan yang sama, Vice President PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi menjelaskan, kondisi bumi saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Karena kekhawatiran itulah, PT Tata Metal Lestari dan Tatalogam Group berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan ini. Berbagai upaya dilakukan guna mencapai target Zero Emission.

Salah satunya dengan menerapkan industri 4.0, serta menggandeng pihak lain sehingga industri baja di tanah air ini menjadi industri yang lebih ramah lingkungan. “Jadi kami bersama PT Krakatau Steel berkolaborasi untuk menuju industri yang berkelanjutan, yang hijau, dengan pendekatan ESG. Karena kalau baja ini saya yakin kita sudah berkecukupan. Jadi tidak perlu impor lagi,” bebernya. Pada kesempatan tersebut, digelar juga acara pelepasan ekspor 2 produk ramah lingkungan karya PT Tata Metal Lestari.

Kali ini, produk yang dinamakan Hijau Ubud dan Hijau Buaran ini akan diekspor ke Australia. “Kami melepas 125 ton produk Hijau Buaran dan Hijau Ubud. Dengan ekspor yang dilepas hari ini, total kita sudah ekspor 2.650 ton produk serupa dari target 5.000 ton per bulannya,” jelasnya.

Menurutnya, masyarakat Australia sendiri saat ini sudah ada kesadaran untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan, tepatnya sejak COP 26 digelar beberapa waktu lalu. “Jadi di COP 26 ini ada 26 negara yang berkomitmen untuk menerapkan sustainable bisnis. Jadi tidak hanya growth yang dikejar namun juga keberlangsungannya,” terang Stephanus.

Sumber: money.kompas.com

Selengkapnya
PT Krakatau Steel dan PT Tata Metal Lestari: Komitmen ESG dan Industri Baja Berkelanjutan

Industri Logam

Prospek Industri Baja Nasional dan Upaya Pemerintah Menuju Kemandirian

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 03 Mei 2024


JAKARTA, KOMPAS.com – Bagaimana prospek industri baja nasional dan apa saja upaya Pemerintah untuk mewujudkan kemandirian industri baja nasional di masa depan? Pertanyaan tersebut penting direnungi, apalagi dengan adanya perspektif bahwa industri baja nasional yang mandiri diharapkan mampu mendukung tumbuhnya ekonomi nasional. Dengan menggunakan metode Three Circular Economy sebagai pisau analisa, sejumlah pihak optimis tujuan itu dapat segera terwujud.

Three Circular Economy adalah sebuah analisa umum antara peningkatan produksi dalam negeri, konsumsi produk dalam negeri, penurunan impor serta adanya investasi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi nasional. Direktur Logam Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Susanto menyampaikan penjelasan terkait hal ini. Budi Susanto mengungkapkan, Kemenperin sudah memiliki rencana induk pengembangan industri besi dan baja nasional.

Rencana itu dibuat dari tahun 2015 sampai tahun 2035. Khusus untuk rencana tahun 2020-2024, target kapasitas produksi baja nasional di akhir tahun 2024 adalah sebesar 17 juta ton. “Di bulan ke 4 tahun 2021 ini sudah mencapai 11,7 ton. Ini juga kalau dilihat dari targetnya (2021) ini 11,9 juta ton. Jadi kita sekarang masih kekurangan 0,2 juta ton,” ujarnya dikutip dalam keterangan resmi pada Sabtu (9/10/2021).

Ia berharap, beroperasinya fasilitas Light Section Mill (LSM) dari Gunung Rajapaksi bisa menopang pemenuhan target kapasitas produksi baja nasional. “Kemudian Cilegon karena kita sudah sebut sebagai kota baja kita juga canangkan ada cluster 10 juta ton. Ini merupakan bagian dari yang 17 juta ton. Nah ini di tahun 2019 sampai 2022 ini juga sudah ditetapkan sebesar 6,9 juta ton. Dan ini mudah-mudahan juga bisa terpenuhi,” terang Budi. Menurut data dari Badan Pusat Statistik pada 5 Agustus lalu, sektor konstruksi yang membutuhkan banyak baja dan besi sebagai material konstruksi kini tumbuh 4,42 persen.

Pertumbuhan ini terjadi karena adanya realisasi belanja pemerintah untuk konstruksi yang mengalami kenaikan sebesar 50,52 persen. Kemudian kebijakan diskon PPnBM untuk otomotif juga mendorong pemakaian baja yang pada akhirnya meningkatkan impor besi dan baja. Sementara itu, pelaku usaha sektor industri baja khususnya baja ringan Stephanus Koeswandi mengatakan, ekonomi nasional bisa meningkat jika ada beberapa faktor pendukung seperti investasi, konsumsi, ekspor/impor dan kemajuan teknologi. “Yang kami pelajari, dari sini ekonomi nasional bisa meningkat kalau ada investasi, adanya konsumsi, dan juga ekspor-impor. Kemudian yang terakhir percaya teknologi,” terang Vice Presiden Tatalogam Group itu.

Ia menambahkan, ada 5 strategi yang bisa dilakukan guna mencapai kemandirian industri baja nasional. Yang pertama adalah dengan menegakkan standar yang tegas dan wajib, khususnya untuk SNI dan meningkatkan TKDN.

Strategi berikutnya, mengenai peningkatan investasi industri baja yang mengedepankan teknologi yang ramah lingkungan. Karena itu ia berharap, pemerintah lebih selektif terhadap Penanam Modal Asing (PMA) sehingga State of The Art pada Industri 4.0 memiliki DNA (Device, Network, & Aplication). “Karena kalau nggak disaring kita nanti akan menerima mesin bekas yang tidak ramah lingkungan, yang tidak sustainable. Nah ini kami sangat concern untuk teknologi yang ramah lingkungan,” terang Stephanus lagi. Berikutnya, pelibatan UMKM secara massif menjadi strategi yang cukup berguna untuk meningkatkan industri kecil di pelosok-pelosok.

Pelaku UKM/IKM ini juga harus dibekali dengan pelatihan-pelatihan dan sertifikasi agar mereka lebih berkembang. “Strategi ke 4 yang kami lakukan sejak tahun lalu adalah peningkatan ekspor. Tujuan dari ekspor ini adalah kami ingin meningkatkan kualitas dan service agar memiliki produk dan pelayanan dalam industri baja dengan standar internasional,” ucapnya. Yang terakhir, strategi metode Inovasi CPM yaitu Channel, Product, Marketing. Semua itu diharapkan dapat menunjang upaya menuju kemandirian industri baja nasional di masa depan.

Sumber: money.kompas.com

Selengkapnya
Prospek Industri Baja Nasional dan Upaya Pemerintah Menuju Kemandirian
« First Previous page 8 of 8