Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 26 Februari 2022
PT PLN (Persero) akan memasok listrik berkapasitas 800 megavolt ampere (MVA) untuk industri pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter PT Kalimantan Ferro Industry di Sanga-Sanga, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
General Manager PLN Wilayah Kalimantan Timur dan Utara Saleh Siswanto mengatakan, pihaknya menginvestasikan biaya sebesar Rp139 miliar untuk memasok listrik secara bertahap kepada industri nikel tersebut.
“Kesiapan pasokan listrik adalah motor penggerak roda ekonomi, khususnya di Kalimantan Timur sebagai calon ibu kota negara baru," kata Saleh seperti dikutip dari Antara, Sabtu (1/1/2022).
Dia berkomitmen akan memberikan layanan kelistrikan yang andal kepada Kalimantan Ferro Industry agar bisa beroperasi maksimal.
Menurutnya, industri dan sentra ekonomi akan menjamur di Kalimantan Timur seiring dengan ketersediaan pasokan listrik yang memadai di wilayah tersebut yang dipasok oleh PLN.
"Kami siap berkolaborasi, tumbuh dan berkembang bersama industri Indonesia guna menggerakan roda perekonomian bangsa. Anda urus bisnisnya, kami urus listriknya," ucap Saleh.
Direktur Utama Kalimantan Ferro Industry Li Jian mengungkap bahwa pihaknya merasa bahagia karena proyek industri ini akan segera berjalan.
"Hari ini merupakan milestone bagi perusahaan kami dimana perusahaan kami dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur. Saya mengucapkan terima kasih kepada PLN dan pemerintah daerah yang sangat mendukung proyek industri kami," kata Li.
Dukungan pemerintah daerah diberikan melalui kehadiran Bupati Kutai Kartanegara Edy Damansyah secara daring.
Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki kekayaan bahan baku industri, karenanya Bupati Edy menyambut baik masuknya industri smelter nikel di sana, karena ini bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi warga setempat.
"Semoga hal ini membawa kemajuan bagi Kabupaten Kutai Kartanagara. Kami siap bersama PLN untuk penanganan-penanganan pekerjaan listrik nantinya, tidak hanya dengan Kalimantan Ferro Industry, tetapi juga layanan PLN sehari-hari", pungkas Edy.
PLN akan memulai proyek konstruksi untuk menyalurkan tenaga listrik secara bertahap mulai 100 MVA dalam waktu 12 bulan, dan hingga tahun 2026 nanti siap menyalurkan daya tersambung total 800 MVA. (Sugiharto Purnama)
Sumber Artikel: kompas.com
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 26 Februari 2022
PT PLN (Persero) mendapatkan sudah dipastikan akan mendapat pasokan gas dari PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) untuk pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Minyak dan Gas (PLTMG) Nias di Gunung Sitoli, Sumatera Utara. Pemanfaatan gas tersebut akan menekan penggunaan BBM dan menghemat biaya produksi listrik di pembangkit PLN.
Rudy Hendra Prastowo, Direktur Energi Primer PLN, menjelaskan pembangkit berkapasitas 25 megawatt (MW) itu akan mulai dipasok gas dari Arun, Aceh pada 2022. PLN bersama PGN saat ini sedang menyelesaikan konstruksi seluruh infrastruktur pendukung distribusi gas, salah satunya adalah pembangunan Jetti.
“Dalam proses gasifikasi itu, dibahas juga terkait dengan lokasi, kemudian juga terkait dengan potensi pengembangan untuk menggunakan gas yang memang lebih realistis ke depan. Dan kita juga melihat tadi meninjau kendala-kendala apa yang memungkinkan agar ini menjadi efisien dan efektif untuk diimplementasikan,” ungkap Rudy, Jumat (17/9).
Rudy menuturkan, PLN dan PGN terus melakukan diskusi dan pembahasan terkait tantangan dari penyerapan gas di PLTMG Nias ini. “Tadi kita lihat disini ternyata memang butuh terkait dengan proses unloading berarti untuk jetti menjadi kendala utama, yang lainnya saya rasa bisa menyesuaikan,” ungkap Rudy.
Jika proyek gasifikasi ini selesai maka PLN kata Rudy bisa menghemat lebih dari 5 persen dari operasional bahan bakar pembangkit. Di satu sisi, efisiensi bisa lebih didapatkan dengan ketersediaan alokasi gas yang lebih dekat dari pembangkit.
Untuk ke depan juga ada nilai positif dari pembangunan gasifikasi dan terkait dengan kebutuhan masyarakat penggunaan dari pada gas storage ini menjadi lebih baik.
“Karena dengan penggunaan gas ini, selain lebih positif di lingkungan juga terkait dengan optimasi kita di beban Nias ini memang butuh infrastruktur itu, efisiensinya bisa mencapai 5 persen,” kata Rudy.
Sumber Artikel: republika.co.id
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 26 Februari 2022
PT PLN (persero) menargetkan sistem kelistrikan Sumatra dan Bangka bakal terhubung kabel listrik bawah laut pada Desember 2021. Dengan terhubungnya dua sistem kelistrikan tersebut akan menghemat biaya operasi mencapai Rp 1,4 triliun serta menghentikan pengoperasian sebanyak 5 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 65 megawatt (MW).
Hal ini akan bermanfaat terhadap peningkatkan efisiensi penggunaan BBM sebesar 186 juta liter dan menekan emisi sebesar lebih dari 221 ribu ton CO2 pertahunnya. Terpenting, pasokan listrik di Bangka bakal semakin andal.
Saat ini total daya mampu pembangkit di Bangka mencapai 187,7 megawatt (MW), dengan beban puncak 174,9 MW. Pulau Bangka akan mendapat tambahan pasokan listrik sekitar 109 MVA dari kabel listrik bawah laut sepanjang 36 kilometer sirkuit (kms) tersebut."Untuk menghubungkan dua sistem kelistrikan ini, investasinya sekitar Rp 1,9 triliun,"ungkap Direktur Mega Proyek dan EBT, Wiluyo Kusdwiharto.
Tak hanya meningkatkan keandalan, keberadaan kabel listrik tersebut akan memangkas biaya pokok produksi (BPP) di Bangka. Sebab listrik dari pembangkit-pembangkit berbiaya murah di Sumatera dapat disalurkan ke Pulau Bangka.
Dari total kapasitas pembangkit 248 MW, saat ini pasokan listrik di Bangka masih didominasi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Dengan tersambung kabel laut, BPP Bangka bakal turun hingga 57 persen dari Rp 2.454 per kilowatt hour (kWh) menjadi Rp 1.054 per kWh.
"Potensi penghematannya sekitar Rp 1,4 triliun per tahun," terang Wiluyo.
Wiluyo berharap dengan kian andalnya pasokan listrik nantinya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Bangka dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Dengan beroperasinya kabel laut Sumatera-Bangka, PLN juga bisa meningkatkan pelayanan terutama untuk mengakomodir permintaan pelanggan industri pada sektor perikanan" tutup Wiluyo.
Sumber Artikel: republika.co.id
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 26 Februari 2022
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) bersama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengkonversi 52 PLTD yang ada di indonesia timur dan daerah remote. Hingga akhir tahun depan rencananya akan ada 6 sampai 7 PLTD lagi yang selesai terkonversi dari BBM ke gas.
Direktur Sales dan Operasi PGN Faris Aziz mengungkapkan, saat ini regasifikasi PLTD sudah terealisasi 1 unit di Sorong. "Yang sudah jalan tahun ini Sorong, jadi Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Sorong sudah gunakan bahan bakar gas," jelas Faris di Sunter, Selasa (14/12).
Faris melanjutkan, secara paralel pihaknya juga terus mengupayakan regasifikasi pada unit PLTD lainnya. Salah satu yang siap menyusul untuk beroperasi yakni PLTMG Nias.
Selanjutnya, program regasifikasi akan dilakukan pada 32 lokasi lainnya yang mayoritas berlokasi di Indonesia Timur seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Papua bagian Utara.
"Karena banyak tadi ya yang kecil-kecil, masyarakat di sana (masih) gunakan listrik PLN yang berbasis solar, nanti basisnya LNG," kata Faris.
Dengan pelaksanaan regasifikasi secara paralel maka diharapkan pada tahun depan sudah ada lokasi-lokasi lainnya yang siap beroperasi. Faris menjelaskan, PGN menerapkan sistem clustering untuk mengoptimalkan program regasifikasi pembangkit listrik ini.
Faris menambahkan, ke depannya daerah-daerah yang suplai listriknya diganti dari solar ke LNG ini bakal dijadikan sebagai pelanggan besar. Dengan demikian, ada potensi penyaluran gas untuk pelanggan kecil di daerah tersebut.
"(Ini) akan jadi pelanggan besar dan kita manfaatkan dari situ untuk ke pelanggan kecil baik itu dalam bentuk ritel atau gas pipa bergantung segmentasi yang ada," ujar Faris.
Sumber Artikel: republika.co.id
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 26 Februari 2022
PT Medco Power Indonesia, anak usaha dari Medco Energy mulai mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Riau berkapasitas 275 MW.
Presiden Direktur Medco Power, Eka Satria menjelaskan PLTGU Riau merupakan pembangkit gas combined cycle berbasis teknologi terkini, memiliki efisiensi tinggi dan memenuhi standar internasional untuk manajemen kualitas lingkungan.
“Penyelesaian proyek PLTGU Riau menunjukkan komitmen Medco Power mendukung Pemerintah Indonesia dalam program pengembangan sosial dan ekonomi, serta mengembangkan portofolio bisnis Gas to Power kami. Saya juga bangga dengan tim proyek yang dapat menyelesaikan proyek penting ini dengan sukses dan aman, PLTGU Riau telah membukukan 8,6 juta safe manhours," ujar Eka, Selasa (15/2).
Untuk menyelesaikan pembangkit ini perusahaan merogoh kocek 290 juta dolar AS. Dana ini ditopang dari institusi keuangan Internasional seperti Asian Development Bank, International Finance Corporation, MUFG Bank dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation.
“Saya senang PLTGU Riau telah mencapai operasi komersial dengan aman dan mengatasi tantangan Covid-19. PLTGU Riau merupakan bagian dari strategi kami dalam mengembangkan portfolio rendah karbon dan mencapai emisi Net Zero untuk Scope 1 dan Scope 2 pada 2050 dan Scope 3 pada 2060, mendukung program transisi energi Pemerintah," ujar CEO MedcoEnergi, Roberto Lorato.
Sumber Artikel: republika.co.id
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 26 Februari 2022
Pemerintah menggenjot berbagai proyek pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia, melalui Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pembangunan yang dilaksanakan, termasuk infrastruktur sumber daya air (SDA) yang mencakup waduk, bendung, dan bendungan.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono kerap mengemukakan alasan, bahwa pembangunan infrastruktur SDA penting dikerjakan.
Selain untuk menyediakan air baku, juga untuk mendukung ketahanan pangan Nasional, sekaligus potensial sebagai destinasi wisata air.
Namun, mengapa bendungan yang harus dibangun, dan apa manfaat sejatinya?
Dilansir dari Teaching Engineering, Kamis (10/2/2022), bendungan dibangun untuk menyediakan air bagi keperluan rumah tangga, industri, dan irigasi.
Bendungan yang nantinya akan menghasilkan waduk atau tangkapan air, bisa difungsikan sebagai tempat wisata, memancing, berperahu, irigasi, dan pemasok air perkotaan.
Sedangkan waduk yang merupakan bagian dari bendungan dapat diarahkan untuk mengalirkan air melalui turbin hidrolik dan menghasilkan tenaga listrik untuk rumah dan industri.
Tidak hanya itu, pada beberapa bendungan yang menggunakan pintu air, memungkinkan navigasi air melalui rute buatan untuk mengatasi perbedaan ketinggian air. Metode ini diklaim bisa menjadi solusi permasalahan banjir.
Akan tetapi, bendungan juga memiliki sejumlah kelemahan, seperti mengubah karakteristik fisik sungai di bawahnya dan berpotensi membunuh flora dan fauna.
Bendungan dapat menghambat migrasi ikan dan membunuh sejumlah ikan besar yang lewat melalui turbin pembangkit listrik tenaga air.
Sementara itu, dilansir dari Arcadia, bendungan berisiko menyebabkan penumpukan sedimen yang mengganggu ekologi air.
Bahkan, bendungan bisa menyebabkan erosi tanah di sekitarnya. Adapun contoh nyata erosi akibat bendungan bisa dilihat pada waduk besar di Bendungan Tiga Ngarai China.
Sedangkan pada Bendungan Aswan di Mesir, erosi yang menyebabkan pengurangan sedimen mengakibatkan semakin sempitnya lahan pertanian warga sekitar.
Para ilmuwan juga melihat adanya penurunan produksi ikan di area Bendungan Aswan karena jumlah nutrisi dan makanan yang lebih sedikit daripada sebelum dibangun bendungan.
Lebih disayangkan, tangga ikan yang dibangun pada beberapa bendungan untuk membantu ikan bermigrasi masih belum dapat digunakan oleh hewan air ini, terlebih jika air bergerak dengan cepat.
Sumber Artikel: kompas.com