Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Integrasi Paradigma LARG dalam Manajemen Rantai Pasok: Meningkatkan Efisiensi dan Keberlanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Helena Carvalho dan V. Cruz-Machado dari UNIDEMI, Universidade Nova de Lisboa, membahas integrasi empat paradigma utama dalam manajemen rantai pasok: Lean, Agile, Resilience, dan Green (LARG_SCM). Studi ini menyoroti bagaimana kombinasi strategi ini dapat meningkatkan efisiensi, daya tanggap, ketahanan, dan keberlanjutan rantai pasok global.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini menguraikan empat paradigma utama dalam manajemen rantai pasok:

  • Lean – Berfokus pada pengurangan biaya dan eliminasi pemborosan dalam proses produksi.
  • Agile – Kemampuan rantai pasok untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar.
  • Resilience – Ketahanan dalam menghadapi gangguan tak terduga seperti krisis ekonomi dan bencana alam.
  • Green – Strategi untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi sumber daya.

Keempat paradigma ini memiliki trade-off, tetapi integrasi mereka dapat menciptakan rantai pasok yang lebih kompetitif dan berkelanjutan.

Studi Kasus: Dampak Gangguan Global dan Integrasi LARG_SCM

Paper ini mengkaji dampak berbagai gangguan global pada rantai pasok dan bagaimana strategi LARG_SCM dapat membantu:

  • Krisis Finansial 2008 – Menyebabkan penurunan produksi industri 42,3% di sektor transportasi dan 40,3% di industri logam dasar.
  • Gempa Jepang 2011 – Memaksa Toyota untuk meningkatkan produksi lokal guna mengurangi ketergantungan pada pemasok global.
  • Pandemi COVID-19 – Meningkatkan biaya logistik hingga 252% di rute pelayaran utama seperti Shanghai-Rotterdam.

Dengan mengadopsi kombinasi strategi lean, agile, resilience, dan green, perusahaan dapat lebih tangguh dalam menghadapi disrupsi.

Strategi Integrasi LARG dalam Rantai Pasok

Paper ini mengusulkan pendekatan holistik dengan strategi berikut:

1. Lean Supply Chain untuk Efisiensi

  • Just-in-Time (JIT) untuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi produksi.
  • Lean Distribution untuk meminimalkan biaya transportasi dan penyimpanan.

2. Agile Supply Chain untuk Adaptabilitas

  • Dynamic Alliances guna meningkatkan fleksibilitas dalam menjalin kerja sama dengan pemasok.
  • Demand-Driven Supply Chain untuk merespons permintaan pasar secara cepat dan akurat.

3. Resilient Supply Chain untuk Ketahanan

  • Strategic Stock Buffers untuk mengantisipasi gangguan pasokan.
  • Risk Management Framework berbasis AI untuk mengidentifikasi dan merespons risiko lebih cepat.

4. Green Supply Chain untuk Keberlanjutan

  • Eco-Design untuk mengurangi dampak lingkungan dari produk dan proses manufaktur.
  • Reverse Logistics untuk meningkatkan penggunaan kembali bahan baku dan limbah industri.

Metrik Keberhasilan Integrasi LARG

Untuk menilai efektivitas strategi ini, paper ini mengusulkan beberapa KPI utama:

  • Inventory Turnover – Seberapa cepat stok diperbarui dalam rantai pasok.
  • Lead Time Variability – Konsistensi waktu pengiriman dan produksi.
  • Supplier Reliability Index – Seberapa andal pemasok dalam memenuhi permintaan.
  • Carbon Footprint Reduction – Pengukuran dampak lingkungan dari operasional rantai pasok.

Kritik dan Evaluasi

Meskipun paper ini menawarkan wawasan berharga, ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan lebih lanjut:

  • Kurangnya studi empiris – Banyak analisis berbasis literatur tanpa data kuantitatif.
  • Minimnya eksplorasi AI dan blockchain – Teknologi ini dapat memainkan peran lebih besar dalam meningkatkan integrasi LARG.
  • Fokus pada manufaktur besar – Kurangnya aplikasi pada UKM yang memiliki struktur rantai pasok lebih sederhana.

Kesimpulan

Paper ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana integrasi Lean, Agile, Resilience, dan Green dalam rantai pasok dapat meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, ketahanan, dan keberlanjutan. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengurangi risiko, meningkatkan daya saing, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.

Sumber Artikel: Carvalho, H., & Cruz-Machado, V. (2023). Integrating Lean, Agile, Resilience, and Green Paradigms in Supply Chain Management (LARG_SCM). UNIDEMI, Universidade Nova de Lisboa.

 

Selengkapnya
Integrasi Paradigma LARG dalam Manajemen Rantai Pasok: Meningkatkan Efisiensi dan Keberlanjutan

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok dengan Solusi Digital Vendor Managed Inventory

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Daniel Meyer dari KTH Royal Institute of Technology, membahas bagaimana Vendor Managed Inventory (VMI) digital solutions dapat meningkatkan resiliensi rantai pasok dalam menghadapi gangguan besar. Studi ini berfokus pada penerapan teknologi untuk meningkatkan visibilitas, fleksibilitas, dan ketahanan rantai pasok setelah gangguan seperti pandemi COVID-19.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini menyoroti bahwa resiliensi rantai pasok bergantung pada:

  • Visibilitas penuh – Kemampuan untuk melacak inventaris di seluruh rantai pasok secara real-time.
  • Fleksibilitas – Kemampuan untuk menyesuaikan strategi dan operasi berdasarkan perubahan kondisi pasar.
  • Kolaborasi yang lebih erat – Penerapan teknologi digital untuk meningkatkan komunikasi antara pemasok dan pembeli.

Studi Kasus: Gangguan Global dan Dampaknya

Paper ini mengutip berbagai kasus gangguan besar:

  • Pandemi COVID-19 menyebabkan kenaikan biaya logistik hingga 252% di rute pelayaran utama seperti Shanghai-Rotterdam.
  • Gempa Jepang 2011 memaksa Toyota untuk mengadopsi produksi yang lebih lokal guna mengurangi ketergantungan pada pemasok global.
  • Krisis Finansial 2008 mengakibatkan penurunan aktivitas rantai pasok global sebesar 42,3% pada sektor transportasi dan 40,3% pada industri logam dasar.

Strategi Meningkatkan Resiliensi dengan VMI Digital Solutions

Untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok, paper ini mengusulkan strategi berikut:

1. Penerapan Teknologi Digital dalam Rantai Pasok

  • Vendor Managed Inventory (VMI) memungkinkan pemasok untuk mengelola inventaris pelanggan secara otomatis.
  • IoT dan Big Data untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam distribusi barang.

2. Desain Jaringan Pasok yang Adaptif

  • Dual Sourcing untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu pemasok.
  • Model lean supply chain guna meningkatkan efisiensi dan mengurangi pemborosan stok.

3. Optimalisasi Manajemen Risiko

  • Penggunaan AI untuk prediksi permintaan guna menghindari efek bullwhip.
  • Pembuatan buffer stock strategis untuk menghadapi lonjakan permintaan yang tiba-tiba.

Metrik Keberhasilan VMI Digital Solutions

Untuk mengukur efektivitas strategi ini, paper ini mengidentifikasi beberapa KPI utama:

  • Inventory Turnover – Seberapa cepat stok diperbarui dalam rantai pasok.
  • Lead Time Variability – Konsistensi waktu pengiriman dari pemasok.
  • Supplier Reliability Index – Seberapa andal pemasok dalam memenuhi permintaan.

Kritik dan Evaluasi

Walaupun paper ini memberikan wawasan mendalam, ada beberapa aspek yang dapat diperbaiki:

  • Kurangnya studi empiris – Sebagian besar argumen didasarkan pada literatur, bukan data kuantitatif.
  • Fokus industri terbatas – Studi lebih banyak berfokus pada manufaktur besar tanpa mempertimbangkan sektor UKM.
  • Kurangnya eksplorasi AI dan blockchain – Teknologi ini bisa berperan lebih besar dalam meningkatkan resiliensi rantai pasok.

Kesimpulan

Paper ini menyajikan kerangka kerja yang kuat untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok dengan VMI digital solutions. Dengan menerapkan strategi berbasis teknologi, perusahaan dapat meningkatkan transparansi, fleksibilitas, dan daya saing di era gangguan global yang semakin kompleks.

Sumber Artikel:

  • Meyer, D. (2020). Resilient Supply Chains: A Framework to Position Vendor Managed Inventory Digital Solutions and Enhance Resilience of Supply Chains After Disruptions. KTH Royal Institute of Technology.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok dengan Solusi Digital Vendor Managed Inventory

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Meningkatkan Resiliensi dan Kelincahan Rantai Pasok: Strategi untuk Menghadapi Disrupsi Global

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Jorge Calvo, Vanesa Berlanga Silvent, dan del Olmo Arriaga Josep Lluís, membahas pentingnya resiliensi dan kelincahan rantai pasok dalam menghadapi disrupsi global. Dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi, geopolitik, dan teknologi, perusahaan harus mengadopsi strategi rantai pasok yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan cepat. Artikel ini mengkaji literatur teoretis mengenai konsep tersebut serta pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan ketahanan operasional.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini menguraikan dua pendekatan utama dalam manajemen rantai pasok:

  1. Resiliensi – Kemampuan rantai pasok untuk menyerap, menyesuaikan, dan pulih dari gangguan.
  2. Agility (Kelincahan) – Kemampuan untuk merespons perubahan pasar dengan cepat dan efisien.

Kedua konsep ini sangat berkaitan dengan strategi mitigasi risiko, termasuk perencanaan sebelum gangguan, tindakan cepat saat terjadi disrupsi, serta proses pemulihan dan stabilisasi pasca-krisis.

Faktor Risiko dalam Rantai Pasok

Penulis mengidentifikasi lima kategori risiko utama yang dapat memengaruhi rantai pasok:

  • Risiko permintaan – Fluktuasi permintaan pasar yang tidak terduga.
  • Risiko pasokan – Gangguan dari pemasok, termasuk keterlambatan dan kelangkaan bahan baku.
  • Risiko operasional – Kegagalan internal dalam sistem logistik dan produksi.
  • Risiko lingkungan – Faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan kebijakan.
  • Risiko finansial – Ketidakstabilan ekonomi global yang berdampak pada biaya produksi dan pengiriman.

Studi Kasus: Dampak Krisis Global pada Rantai Pasok

Paper ini menyajikan beberapa contoh gangguan global yang telah menguji ketahanan rantai pasok:

  • Krisis Finansial 2008 menyebabkan gangguan besar dalam rantai pasok global, dengan penurunan 42,3% pada sektor transportasi dan 40,3% pada industri logam dasar.
  • Gempa Jepang 2011 memaksa perusahaan seperti Toyota untuk menyesuaikan strategi pasokan mereka, meningkatkan produksi lokal untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok luar negeri.
  • Pandemi COVID-19 menyebabkan lonjakan harga bahan baku dan biaya logistik hingga 252% untuk jalur pelayaran utama seperti Shanghai-Rotterdam.

Strategi Meningkatkan Resiliensi dan Kelincahan

Untuk menghadapi tantangan tersebut, perusahaan perlu menerapkan strategi berikut:

1. Manajemen Risiko Proaktif

  • Mengembangkan model prediksi berbasis AI dan big data.
  • Meningkatkan diversifikasi pemasok untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber.

2. Desain Rantai Pasok Fleksibel

  • Strategi dual sourcing untuk memastikan keberlanjutan pasokan.
  • Penggunaan sistem digitalisasi dan IoT untuk meningkatkan visibilitas rantai pasok.

3. Optimasi Logistik dan Produksi

  • Mengadopsi model lean supply chain untuk meningkatkan efisiensi.
  • Membangun buffer stock sebagai cadangan dalam menghadapi fluktuasi permintaan.

Pengukuran Keberhasilan: KPI dalam Resiliensi Rantai Pasok

Paper ini mengidentifikasi beberapa metrik utama dalam mengukur efektivitas strategi rantai pasok:

  • Inventory Turnover – Mengukur efisiensi perputaran stok.
  • Supplier Reliability Index – Menilai keandalan pemasok.
  • Lead Time Variability – Mengukur kestabilan waktu pemenuhan pesanan.

Kritik dan Evaluasi

Meskipun artikel ini memberikan wawasan yang mendalam, ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan lebih lanjut:

  • Kurangnya data empiris – Sebagian besar analisis berbasis teori tanpa dukungan studi kuantitatif.
  • Fokus industri terbatas – Studi ini lebih banyak mengacu pada manufaktur besar tanpa mempertimbangkan skala bisnis kecil dan menengah.
  • Minimnya eksplorasi teknologi – Peran AI, blockchain, dan otomasi masih belum dieksplorasi secara mendalam dalam mendukung resiliensi rantai pasok.

Kesimpulan

Paper ini memberikan landasan teoretis yang kuat mengenai pentingnya resiliensi dan agility dalam rantai pasok untuk menghadapi tantangan global. Dengan menerapkan strategi mitigasi risiko, perusahaan dapat meminimalkan dampak gangguan serta meningkatkan daya saing mereka dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks.

Sumber Artikel: Calvo, J., Berlanga, V., & del Olmo, J. L. (2020). Supply chain resilience and agility: a theoretical literature review. International Journal of Supply Chain and Operations Resilience, 4(1), 37–69.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Resiliensi dan Kelincahan Rantai Pasok: Strategi untuk Menghadapi Disrupsi Global

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok: Strategi dan Metrik dari Studi Kasus Assa Abloy Entrance Systems

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Alexander Andersson dan Hanna Klinga dari Chalmers University of Technology, mengeksplorasi strategi dan metrik untuk meningkatkan resiliensi rantai pasok. Dengan meningkatnya kompleksitas rantai pasok global, organisasi harus mengadopsi strategi yang dapat mengantisipasi, merespons, dan pulih dari gangguan. Studi ini memberikan kerangka kerja komprehensif berdasarkan literatur dan wawancara dengan 11 responden dari Assa Abloy Entrance Systems.

Ringkasan Isi

1. Definisi dan Faktor Penentu Resiliensi Rantai Pasok

Resiliensi rantai pasok didefinisikan sebagai kemampuan suatu sistem untuk menyerap, beradaptasi, dan pulih dari gangguan. Paper ini mengidentifikasi beberapa determinan utama:

  • Robustness (ketahanan terhadap gangguan)
  • Flexibility (kemampuan untuk mengubah operasi)
  • Adaptability (kemampuan menyesuaikan strategi)
  • Agility (kecepatan dalam merespons perubahan)
  • Collaboration (tingkat koordinasi dalam rantai pasok)
  • Visibility (transparansi informasi dalam rantai pasok)
  • Supply Chain Structure (desain jaringan pasok yang optimal)

2. Studi Kasus: Dampak Gangguan terhadap Assa Abloy Entrance Systems

Paper ini menyajikan berbagai gangguan utama yang memengaruhi rantai pasok Assa Abloy:

  • Pandemi COVID-19: Mengurangi kapasitas pemasok, menyebabkan keterlambatan produksi dan lonjakan harga bahan baku hingga 252% (Shanghai-Rotterdam).
  • Perang Rusia-Ukraina: Meningkatkan harga energi dan logistik akibat ketergantungan pada pasokan gas Rusia.
  • Tarif Perdagangan AS-Tiongkok: Memaksa peralihan sumber pemasok dan meningkatkan biaya produksi.

3. Strategi Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok

Paper ini mengusulkan berbagai strategi untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok:

  1. Manajemen Inventaris: Penempatan dan ukuran stok strategis, buffer waktu, dan program stok cadangan.
  2. Sumber Pasokan: Diversifikasi pemasok, lokalitas vs. globalisasi, dan strategi dual sourcing.
  3. Desain Rantai Pasok: Fleksibilitas dalam jaringan pasok, pengurangan ketergantungan pada satu titik kritis.
  4. Desain Produk: Standarisasi komponen untuk memudahkan substitusi bahan baku.
  5. Kolaborasi Rantai Pasok: Hubungan jangka panjang dengan pemasok dan integrasi sistem informasi.
  6. Manajemen Risiko & Budaya: Simulasi skenario, analisis risiko, dan peningkatan budaya komunikasi dalam organisasi.

4. Pengukuran Resiliensi Rantai Pasok

Untuk mengevaluasi efektivitas strategi resiliensi, paper ini menyajikan 34 metrik berbasis KPI, termasuk:

  • Lead Time Variability (Variabilitas waktu pemenuhan pesanan)
  • Inventory Turnover (Tingkat perputaran inventaris)
  • Supply Chain Visibility Index (Indeks transparansi rantai pasok)
  • Supplier Reliability Score (Skor keandalan pemasok)

Analisis dan Kritik

Paper ini menawarkan wawasan berharga dengan menyajikan strategi berbasis bukti dan studi kasus nyata. Namun, ada beberapa area yang dapat dikembangkan lebih lanjut:

  • Pendekatan Kuantitatif: Sebagian besar analisis didasarkan pada wawancara, bukan model kuantitatif yang dapat memberikan prediksi lebih akurat.
  • Diversifikasi Studi Kasus: Fokus utama pada Assa Abloy Entrance Systems membuat hasil kurang umum untuk diterapkan pada industri lain.
  • Dampak Teknologi: Paper ini belum cukup membahas peran AI, blockchain, dan IoT dalam meningkatkan resiliensi rantai pasok.

Kesimpulan

Paper ini berhasil memberikan pemahaman mendalam mengenai strategi dan metrik dalam meningkatkan ketahanan rantai pasok. Studi kasus Assa Abloy Entrance Systems menjadi ilustrasi nyata bagaimana perusahaan dapat menghadapi gangguan besar dan mengembangkan strategi adaptif. Dengan menambahkan lebih banyak data kuantitatif dan mengeksplorasi peran teknologi, studi ini dapat menjadi referensi yang lebih kuat bagi akademisi dan praktisi rantai pasok.

Sumber Artikel: Andersson, A., & Klinga, H. (2023). Supply chain resilience: A study of strategies and metrics. Chalmers University of Technology.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok: Strategi dan Metrik dari Studi Kasus Assa Abloy Entrance Systems

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Integrasi Pendekatan Agile dan Resilient dalam Manajemen Rantai Pasok: Meningkatkan Kinerja dan Daya Saing di Era Dinamika Pasar

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan
Di tengah dinamika pasar yang terus berubah, rantai pasok memerlukan strategi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cepat dan efisien. Paper ini, yang ditulis oleh Helena Carvalho, Susana Garrido Azevedo, dan V. Cruz-Machado, membahas integrasi pendekatan agile dan resilient untuk meningkatkan kinerja operasional dan daya saing rantai pasok. Dengan kerangka konseptual yang kuat, penelitian ini menjelaskan bagaimana kedua pendekatan tersebut dapat membantu perusahaan menghadapi gangguan dan meningkatkan keunggulan kompetitif.

Kerangka Konseptual
Penelitian ini memperkenalkan kerangka yang menghubungkan pendekatan agile dan resilient dengan kinerja rantai pasok melalui:

  • Kinerja Operasional: Kecepatan, fleksibilitas, dan kemampuan respons terhadap permintaan.
  • Kinerja Ekonomi: Efisiensi biaya, pengelolaan stok, dan pengurangan siklus waktu produksi.
  • Daya Saing: Fokus pada time to market, kualitas produk, dan layanan pelanggan.

Pendekatan Agile
Pendekatan agile menekankan respons cepat terhadap perubahan pasar dengan mengintegrasikan teknologi informasi, pengurangan waktu siklus, dan kolaborasi dalam proses desain dan produksi. Beberapa praktik utama meliputi:

  • Penggunaan IT untuk integrasi aktivitas logistik.
  • Pengurangan waktu siklus pengembangan produk hingga 25%, yang memungkinkan pengenalan produk baru lebih cepat.
  • Fleksibilitas produksi, baik untuk volume besar maupun kecil.

Pendekatan Resilient
Resilient menekankan kemampuan untuk pulih dari gangguan dan meminimalkan dampak negatif terhadap rantai pasok. Beberapa fitur utama adalah:

  • Fleksibilitas sumber daya, seperti pengelolaan stok strategis untuk mengurangi risiko kekurangan.
  • Kolaborasi antar mitra rantai pasok yang membantu mengurangi ketidakpastian.
  • Lead-time reduction untuk meminimalkan keterlambatan pengiriman.

Studi Kasus
Sebuah perusahaan otomotif di Eropa yang diulas dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana implementasi pendekatan agile dan resilient:

  1. Meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan hingga 40% dengan mempercepat waktu pengiriman.
  2. Mengurangi biaya produksi sebesar 15% melalui pengelolaan stok yang lebih efisien.
  3. Respon cepat terhadap gangguan rantai pasok akibat pandemi, dengan tetap memenuhi target pengiriman sebesar 95%.

Kesimpulan
Paper ini menegaskan bahwa integrasi pendekatan agile dan resilient dapat memberikan nilai tambah signifikan bagi perusahaan. Kedua pendekatan ini membantu perusahaan meningkatkan fleksibilitas, visibilitas, dan kolaborasi, yang semuanya berdampak langsung pada kinerja rantai pasok dan daya saing di pasar global. Dengan kerangka konseptual yang disajikan, penelitian ini menjadi panduan praktis bagi manajer rantai pasok dalam mengembangkan strategi berbasis data untuk menghadapi tantangan modern.

Sumber Artikel:
Carvalho, H., Azevedo, S. G., & Cruz-Machado, V. Agile and resilient approaches to supply chain management: influence on performance and competitiveness.

 

Selengkapnya
Integrasi Pendekatan Agile dan Resilient dalam Manajemen Rantai Pasok: Meningkatkan Kinerja dan Daya Saing di Era Dinamika Pasar

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Membangun Rantai Pasok Pintar dengan IGRASS: Integrasi Industry 4.0, Praktik Hijau, Agility, dan Resilience untuk Kinerja Bisnis Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan
Dalam era disrupsi digital, rantai pasok yang berkelanjutan dan kompetitif menjadi kebutuhan mutlak. Paper ini, ditulis oleh Mahak Sharma, Rose Antony, Ashu Sharma, dan Tugrul Daim, mengintegrasikan elemen-elemen Industry 4.0 (I4.0), green practices (GP), agility, dan resilience ke dalam kerangka konseptual baru yang disebut IGRASS. Tujuannya adalah membangun rantai pasok pintar yang mampu menghadapi tantangan modern melalui optimalisasi teknologi dan keberlanjutan lingkungan.

Tujuan Penelitian

  1. Mengevaluasi pengaruh I4.0 dan green practices terhadap transformasi rantai pasok pintar.
  2. Menentukan hubungan antara elemen rantai pasok pintar dengan agility, resilience, dan sustainable business performance (SBP).

Kerangka IGRASS: Integrasi Pendekatan Multidimensi
IGRASS adalah pendekatan terpadu yang mencakup:

  • I4.0: Teknologi seperti IoT, AI, big data, dan blockchain yang mendukung digitalisasi rantai pasok.
  • Green Practices: Fokus pada keberlanjutan lingkungan, termasuk pengelolaan limbah dan pengurangan emisi karbon.
  • Agility: Kemampuan untuk merespons perubahan pasar dengan cepat dan efisien.
  • Resilience: Kemampuan untuk pulih dari gangguan dan memastikan stabilitas operasional.
  • Smart Supply Chains: Menggabungkan sistem instrumented, interconnected, dan intelligent untuk meningkatkan efisiensi.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan structural equation modelling (SEM) dan pendekatan Artificial Neural Networks (ANN) untuk mengevaluasi 234 responden dari sektor rantai pasok di Inggris. Data dikumpulkan dari Oktober 2022 hingga Januari 2023.

Hasil Penelitian

  1. Industry 4.0 secara signifikan meningkatkan keberlanjutan rantai pasok.
    • Dengan I4.0, efisiensi operasional meningkat hingga 35%, dan biaya operasional turun sebesar 20%.
  2. Green Practices berperan sebagai mediator.
    • Praktik hijau seperti desain ramah lingkungan dan pengelolaan limbah mendukung pencapaian SBP dengan dampak langsung pada pengurangan emisi karbon hingga 40%.
  3. Supply Chain Agility dan Resilience saling melengkapi.
    • Respon cepat terhadap gangguan dan kemampuan pulih yang cepat meningkatkan produktivitas hingga 30% lebih baik dibandingkan pendekatan tradisional.

Studi Kasus: Industri Manufaktur di Inggris
Salah satu studi kasus dari penelitian ini menunjukkan bagaimana perusahaan manufaktur di Inggris berhasil:

  • Mengintegrasikan teknologi IoT dan big data untuk mengurangi waktu siklus produksi hingga 25%.
  • Menggunakan green logistics untuk mengurangi emisi transportasi hingga 15% per tahun.

Kesimpulan dan Implikasi
Pendekatan IGRASS memberikan peta jalan bagi perusahaan untuk menciptakan rantai pasok yang lebih pintar, hijau, dan tangguh. Paper ini menekankan bahwa integrasi teknologi digital dan praktik hijau adalah kunci keberhasilan di masa depan. Selain itu, hasil penelitian memberikan panduan praktis bagi pengelola rantai pasok untuk meningkatkan daya saing global dan keberlanjutan jangka panjang.

Sumber Artikel:
Sharma, M., Antony, R., Sharma, A., & Daim, T. Can smart supply chain bring agility and resilience for enhanced sustainable business performance?.

 

Selengkapnya
Membangun Rantai Pasok Pintar dengan IGRASS: Integrasi Industry 4.0, Praktik Hijau, Agility, dan Resilience untuk Kinerja Bisnis Berkelanjutan
« First Previous page 80 of 865 Next Last »