Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Sinergi Pendekatan Agile dan Resilient dalam Manajemen Rantai Pasok: Meningkatkan Kinerja dan Daya Saing Bisnis

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan
Makalah ini mengeksplorasi bagaimana kombinasi pendekatan agile dan resilient dalam manajemen rantai pasok dapat meningkatkan kinerja operasional serta daya saing bisnis. Ditulis oleh Helena Carvalho, Susana Azevedo, dan Virgilio Cruz-Machado, penelitian ini menyoroti bahwa pengintegrasian dua pendekatan ini sangat relevan dalam menghadapi perubahan pasar yang tidak terduga dan risiko disrupsi rantai pasok.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengembangkan kerangka kerja konseptual yang menghubungkan praktik agile dan resilient dengan kinerja dan daya saing rantai pasok.
  2. Menganalisis kontribusi pendekatan ini dalam mendukung prioritas strategis, seperti waktu ke pasar, kualitas produk, dan pelayanan pelanggan.

Pendekatan Agile dalam Rantai Pasok
Pendekatan agile difokuskan pada fleksibilitas dan kemampuan untuk merespons perubahan pasar dengan cepat.

  • Praktik utama meliputi:
    • Penggunaan IT untuk integrasi aktivitas manufaktur dan distribusi.
    • Pengurangan waktu siklus pengembangan produk.
    • Produksi dalam batch kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar yang dinamis.

Studi menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi praktik agile mampu:

  • Mempercepat pengenalan produk baru ke pasar hingga 30% lebih cepat dibandingkan pesaing.
  • Meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan melalui penyesuaian yang cepat terhadap permintaan.

Pendekatan Resilient dalam Rantai Pasok
Sementara agile berfokus pada respons cepat, pendekatan resilient bertujuan untuk menjaga stabilitas operasional di tengah gangguan.

  • Praktik utama meliputi:
    • Stok strategis di titik kritis rantai pasok.
    • Sumber fleksibel untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok tunggal.
    • Kolaborasi antar mitra untuk mitigasi risiko bersama.

Studi kasus menunjukkan bahwa perusahaan dengan rantai pasok resilient:

  • Mengurangi kerugian akibat disrupsi hingga 40% dibandingkan perusahaan tanpa strategi serupa.
  • Memiliki waktu pemulihan operasional yang lebih cepat pasca gangguan besar.

Konsep Sinergi Agile dan Resilient
Makalah ini menekankan bahwa kedua pendekatan tidak saling eksklusif, melainkan saling melengkapi.

  • Agile memberikan kecepatan dan fleksibilitas, sedangkan resilient memastikan stabilitas jangka panjang.
  • Kombinasi ini dapat meningkatkan kualitas produk hingga 20%, berkat kemampuan memenuhi permintaan dengan responsif sambil mempertahankan operasi yang andal.

Kontribusi Kerangka Kerja Konseptual
Penulis mengusulkan kerangka kerja konseptual untuk mengevaluasi pengaruh pendekatan ini terhadap:

  1. Kinerja Operasional: Fleksibilitas, kecepatan pengiriman, dan tingkat pengembalian tepat waktu.
  2. Kinerja Ekonomi: Biaya persediaan, margin keuntungan, dan efisiensi biaya manufaktur.

Kesimpulan
Integrasi pendekatan agile dan resilient menjadi kunci untuk menciptakan rantai pasok yang kompetitif dan berkelanjutan. Kerangka kerja yang diusulkan memberikan panduan praktis untuk perusahaan yang ingin meningkatkan daya saing melalui pengelolaan risiko yang efektif dan respons pasar yang cepat.

Sumber Artikel: Carvalho, H., Azevedo, S., & Cruz-Machado, V. Agile and resilient approaches to supply chain management: Influence on performance and competitiveness.

 

Selengkapnya
Sinergi Pendekatan Agile dan Resilient dalam Manajemen Rantai Pasok: Meningkatkan Kinerja dan Daya Saing Bisnis

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Integrasi Paradigma LARGS dalam Seleksi Pemasok: Membangun Rantai Pasok yang Berkelanjutan dan Tangguh

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan
Makalah ini, yang ditulis oleh Harshad Sonar et al. (2022), mengeksplorasi bagaimana paradigma lean, agile, resilient, green, dan sustainable (LARGS) dapat diintegrasikan ke dalam seleksi pemasok untuk menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan dan tangguh. Penelitian ini berfokus pada pengembangan model struktural interpretatif (ISM) untuk mengidentifikasi hierarki kriteria dalam seleksi pemasok berbasis LARGS, yang semakin relevan dalam konteks disrupsi global seperti pandemi COVID-19.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi kriteria penting dalam seleksi pemasok berbasis paradigma LARGS.
  2. Mengembangkan hubungan hierarkis antara kriteria tersebut menggunakan pendekatan ISM.
  3. Memberikan panduan bagi praktisi dan pembuat kebijakan untuk meningkatkan ketangguhan rantai pasok.

Metodologi
Makalah ini menggunakan pendekatan ISM dengan data dari 12 ahli rantai pasok. Para ahli dipilih berdasarkan pengalaman mereka di bidang seleksi pemasok. Penelitian ini menghasilkan 22 kriteria seleksi yang dibagi ke dalam lima kategori utama: lean, agile, resilient, green, dan sustainable.

Hasil dan Temuan Utama

  1. Kriteria Paling Penting: Lokasi Geografis dan Lead Time
    • Lokasi geografis berada di dasar hierarki ISM dengan pengaruh penggerak (driving power) yang tinggi.
    • Lead time dianggap esensial untuk meningkatkan kinerja produk dan mempercepat peluncuran produk ke pasar.
  2. Kelincahan dan Ketahanan
    • Kelincahan (agility) membantu perusahaan merespons cepat terhadap perubahan pasar melalui fleksibilitas dan inovasi.
    • Ketahanan (resilience) memungkinkan rantai pasok pulih dari gangguan dengan strategi seperti diversifikasi jaringan manufaktur dan penggunaan mitra ekosistem.
  3. Keberlanjutan sebagai Fokus Utama
    • Aspek hijau (green) dan keberlanjutan melibatkan pengurangan limbah, penggunaan logistik terbalik, dan penerapan sistem manajemen lingkungan.
    • Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi paradigma LARGS dapat menghasilkan rantai pasok yang ramah lingkungan dan kompetitif.

Studi Kasus dan Data Pendukung

  • Data Kriteria: Dari 22 kriteria yang diidentifikasi, lokasi geografis dan lead time memiliki pengaruh paling tinggi.
  • Dampak Pandemi COVID-19: Perusahaan yang mengadopsi prinsip LARGS mampu mengurangi risiko operasional hingga 30%.
  • Strategi Hijau: Penerapan logistik hijau berhasil mengurangi emisi karbon hingga 20% pada beberapa perusahaan besar di sektor manufaktur.

Rekomendasi Praktis

  1. Peningkatan Transparansi Rantai Pasok
    • Gunakan teknologi seperti blockchain dan big data untuk meningkatkan visibilitas.
  2. Diversifikasi dan Dekarbonisasi
    • Pilih pemasok lokal atau regional untuk mengurangi risiko geografis dan emisi transportasi.
  3. Integrasi Prinsip LARGS
    • Terapkan kriteria hijau dan keberlanjutan untuk memastikan rantai pasok yang kompetitif dan ramah lingkungan.

Kesimpulan
Makalah ini memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya paradigma LARGS dalam seleksi pemasok. Dengan menerapkan model ISM, perusahaan dapat memprioritaskan kriteria seleksi pemasok berdasarkan dampaknya terhadap keberlanjutan, ketahanan, dan efisiensi rantai pasok.

Sumber Artikel:
Sonar, H., Gunasekaran, A., Agrawal, S., & Roy, M. (2022). Role of lean, agile, resilient, green, and sustainable paradigm in supplier selection.

 

Selengkapnya
Integrasi Paradigma LARGS dalam Seleksi Pemasok: Membangun Rantai Pasok yang Berkelanjutan dan Tangguh

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Membangun Ketangguhan dan Kelincahan dalam Rantai Pasok Berkelanjutan: Tinjauan dari Perspektif Kapabilitas Dinamis dan Relasional

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan
Makalah ini, yang ditulis oleh Akram, Islam, Chauhan, dan Yaqub (2024), mengulas bagaimana ketangguhan (resilience), kelincahan (agility), dan kapabilitas teknologi mendukung keberlanjutan dalam rantai pasok (supply chain). Dengan fokus pada dampak pandemi COVID-19, penelitian ini menyoroti pentingnya kolaborasi dan teknologi dalam menciptakan rantai pasok yang tahan terhadap gangguan serta tetap berorientasi pada keberlanjutan.

Tujuan Penelitian
Studi ini bertujuan untuk:

  1. Mengeksplorasi peran visibilitas, kepercayaan, dan kolaborasi dalam meningkatkan ketangguhan rantai pasok.
  2. Menjelaskan hubungan antara kapabilitas teknologi dan ketangguhan.
  3. Menilai hubungan antara ketangguhan, kelincahan, dan keberlanjutan.

Kerangka Teoretis
Penelitian ini menggunakan pendekatan dynamic capabilities (DC) dan perspektif relasional untuk mengembangkan model konseptual. DC mencakup kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan, sementara perspektif relasional menekankan pentingnya kolaborasi dan kepercayaan antaraktor dalam rantai pasok.

Metode Penelitian
Dengan survei terhadap 282 perusahaan manufaktur dan logistik di AS dan Inggris, data dikumpulkan dan dianalisis menggunakan structural equation modeling. Variabel utama termasuk visibilitas, kolaborasi, kepercayaan, kapabilitas teknologi, ketangguhan, kelincahan, dan keberlanjutan.

Hasil dan Temuan Utama

  1. Visibilitas dan Kolaborasi
    Studi ini menunjukkan bahwa visibilitas memiliki pengaruh positif terhadap kolaborasi rantai pasok (koefisien ß = 0,48; p < 0,001). Informasi yang transparan memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat selama gangguan seperti pandemi.
  2. Kepercayaan sebagai Penggerak Kolaborasi
    Kepercayaan antara mitra rantai pasok mendorong kolaborasi yang efektif (ß = 0,41; p < 0,001). Faktor ini penting untuk meningkatkan koordinasi dalam menghadapi disrupsi.
  3. Kapabilitas Teknologi
    Teknologi seperti big data dan IoT meningkatkan ketangguhan rantai pasok (ß = 0,14; p < 0,01). Sistem ini membantu mendeteksi pola gangguan dan meningkatkan visibilitas.
  4. Ketangguhan dan Kelincahan
    Ketangguhan terbukti mendukung kelincahan dan keberlanjutan (ß = 0,38; p < 0,001). Kelincahan membantu perusahaan merespons cepat terhadap perubahan pasar, sementara ketangguhan memungkinkan pemulihan setelah gangguan.
  5. Keberlanjutan Rantai Pasok
    Studi ini menemukan hubungan positif antara ketangguhan dan keberlanjutan rantai pasok (ß = 0,38; p < 0,001). Rantai pasok yang lebih tangguh cenderung memiliki jejak lingkungan lebih kecil, mendukung keberlanjutan ekonomi dan ekologis.

Studi Kasus dan Data Pendukung

  • Data Responden: Survei dilakukan di 282 perusahaan dengan berbagai ukuran di AS dan Inggris, menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih fokus pada kapabilitas teknologi, sementara perusahaan kecil lebih mengandalkan kelincahan.
  • Teknologi Digital: Penelitian lain yang dirujuk menunjukkan bahwa penggunaan blockchain dan predictive analytics dapat mengurangi dampak gangguan hingga 40%.

Rekomendasi Praktis

  1. Peningkatan Teknologi
    Investasi dalam teknologi digital seperti IoT dan big data membantu meningkatkan visibilitas dan ketangguhan.
  2. Kolaborasi yang Ditingkatkan
    Kepercayaan dan visibilitas harus menjadi dasar kolaborasi untuk meningkatkan respons terhadap gangguan.
  3. Strategi Keberlanjutan
    Perusahaan harus mempertimbangkan keseimbangan antara efisiensi dan fleksibilitas untuk mendukung keberlanjutan.

Kesimpulan
Makalah ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana perusahaan dapat membangun rantai pasok yang tangguh, lincah, dan berkelanjutan melalui teknologi dan kolaborasi. Penelitian ini menekankan pentingnya keseimbangan antara ketangguhan dan keberlanjutan untuk menghadapi tantangan global.

Sumber Artikel:
Akram, M.U., Islam, N., Chauhan, C., & Yaqub, M.Z. (2024). Resilience and agility in sustainable supply chains: A relational and dynamic capabilities view.

 

Selengkapnya
Membangun Ketangguhan dan Kelincahan dalam Rantai Pasok Berkelanjutan: Tinjauan dari Perspektif Kapabilitas Dinamis dan Relasional

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Membangun Ketangguhan dan Kelincahan dalam Manajemen Rantai Pasok: Tinjauan Teoretis dan Strategi Efektif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Membangun Ketangguhan dan Kelincahan dalam Rantai Pasok: Sebuah Tinjauan Teoretis

Pendahuluan
Makalah berjudul "Supply Chain Resilience and Agility: A Theoretical Literature Review" karya Jorge Calvo, Josep Lluis del Olmo, dan Vanesa Berlanga (2020) memberikan tinjauan komprehensif terhadap literatur teoretis mengenai ketangguhan (resilience) dan kelincahan (agility) dalam manajemen rantai pasok (SCM). Penulis menggarisbawahi pentingnya ketangguhan untuk menghadapi gangguan, serta kelincahan untuk merespons dengan cepat terhadap perubahan pasar yang tidak terduga.

Dengan mengacu pada peristiwa seperti krisis keuangan global, pandemi COVID-19, dan gangguan rantai pasok lainnya, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan kerangka kerja terpadu yang menghubungkan konsep ketangguhan dan kelincahan dengan kinerja SCM.

Tujuan Penelitian
Makalah ini berfokus pada:

  1. Identifikasi teori-teori utama terkait ketangguhan dan kelincahan dalam SCM.
  2. Penyusunan kerangka kerja teoretis untuk menghubungkan ketangguhan dan kelincahan dengan kinerja rantai pasok.
  3. Penyediaan panduan bagi peneliti dan praktisi untuk meningkatkan efektivitas manajemen risiko di lingkungan bisnis global.

Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan semi-bibliometrik, mengumpulkan 64 publikasi ilmiah, termasuk artikel jurnal, buku, dan laporan. Publikasi dipilih berdasarkan relevansi dan jumlah sitasi, dengan fokus pada konsep risiko, mitigasi, pemulihan, dan stabilisasi dalam SCM.

Temuan Utama

  1. Definisi Ketangguhan dan Kelincahan
    • Ketangguhan: Kemampuan rantai pasok untuk menyerap dan memitigasi dampak gangguan sebelum, selama, dan setelah krisis.
    • Kelincahan: Kemampuan untuk merespons dengan cepat dan efisien terhadap perubahan pasar dan kondisi lingkungan yang tidak pasti.
  2. Kerangka Kerja Teoretis
    • Christopher dan Peck (2004) mengembangkan taksonomi strategis untuk desain ketangguhan yang mencakup redundansi dan fleksibilitas.
    • Sheffi (2007) menekankan pentingnya percepatan pemulihan dan visibilitas dalam menghadapi krisis.
  3. Faktor Risiko Utama
    • Risiko Strategis: Terkait dengan rencana bisnis dan strategi perusahaan.
    • Risiko Operasional: Berkaitan dengan proses, sistem, dan tenaga kerja.
    • Risiko Lingkungan: Termasuk bencana alam, konflik politik, dan perubahan peraturan.

Studi Kasus dan Data Pendukung

  1. Dampak Gangguan Rantai Pasok
    • Sebuah penelitian oleh Singhal (2011) menunjukkan bahwa gangguan rantai pasok dapat menurunkan nilai saham hingga 7% pada hari pengumuman dan memengaruhi kinerja perusahaan hingga tiga tahun setelah kejadian.
  2. Efektivitas Strategi Ketangguhan
    • Perusahaan yang menerapkan redundansi dalam inventori dan diversifikasi pemasok mampu mengurangi waktu pemulihan hingga 40%, menurut studi Christopher dan Peck (2004).
  3. Kelincahan Pasar
    • Contoh kasus Seven Eleven Japan menunjukkan bagaimana penggunaan helikopter dan sepeda motor selama gempa Kobe 1995 memungkinkan distribusi makanan ke daerah terdampak secara cepat, meningkatkan persepsi pelanggan terhadap perusahaan.

Rekomendasi Strategis

  1. Penguatan Ketangguhan Rantai Pasok
    • Terapkan redundansi strategis seperti inventori cadangan dan diversifikasi pemasok untuk memitigasi dampak gangguan besar.
  2. Meningkatkan Kelincahan Operasional
    • Gunakan teknologi informasi untuk meningkatkan visibilitas dan pengambilan keputusan yang cepat dalam menghadapi perubahan pasar.
  3. Kolaborasi dan Integrasi
    • Bangun hubungan strategis dengan pemasok dan mitra bisnis untuk meningkatkan kapasitas adaptasi bersama terhadap gangguan.
  4. Manajemen Risiko Terpadu
    • Gunakan matriks risiko untuk mengidentifikasi probabilitas dan dampak gangguan, serta mengembangkan rencana mitigasi yang efektif.

Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa integrasi ketangguhan dan kelincahan sangat penting dalam SCM untuk menghadapi tantangan global yang terus berkembang. Dengan menerapkan strategi yang terintegrasi, perusahaan dapat memastikan keberlanjutan operasional, meningkatkan daya saing, dan mengurangi dampak negatif gangguan.

Sumber Artikel:
Calvo, J., del Olmo, J. L., & Berlanga, V. (2020). Supply Chain Resilience and Agility: A Theoretical Literature Review.

 

Selengkapnya
Membangun Ketangguhan dan Kelincahan dalam Manajemen Rantai Pasok: Tinjauan Teoretis dan Strategi Efektif

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Meningkatkan Ketangguhan Rantai Pasok: Studi Kasus Risiko dan Strategi Mitigasi di Volvo Construction Equipment

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan
Makalah Assessing Supply Chain Resilience to Mitigate Supply Chain Risks: A Case Study of Inbound Logistics at Volvo CE oleh Emma Fridolfsson dan Lova de Man Lapidoth (2023) membahas tantangan dan strategi pengelolaan risiko rantai pasok yang dihadapi oleh Volvo Construction Equipment (Volvo CE). Dengan latar belakang pandemi COVID-19, krisis bahan baku, dan perang Rusia-Ukraina, studi ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi strategis yang memungkinkan Volvo CE meningkatkan ketangguhan rantai pasok mereka.

Tujuan Penelitian:

  1. Mengidentifikasi risiko utama dalam rantai pasok Volvo CE.
  2. Menilai kapabilitas ketangguhan rantai pasok perusahaan.
  3. Menentukan strategi mitigasi risiko untuk mengurangi dampak gangguan logistik.

Identifikasi Risiko Utama Rantai Pasok Volvo CE

Melalui diskusi kelompok dan survei, tiga risiko utama dalam rantai pasok Volvo CE teridentifikasi:

  1. Kekurangan bahan baku dan komponen.
    • Contoh: Krisis semikonduktor sejak akhir 2019 telah menyebabkan penundaan produksi.
  2. Kekurangan tenaga kerja dan kompetensi di tingkat pemasok.
    • Akibat COVID-19, banyak pemasok menghadapi tantangan sumber daya manusia.
  3. Penutupan pabrik pemasok karena peristiwa tak terduga.
    • Contoh: Blokade Terusan Suez yang menghambat logistik global.

Ketiga risiko ini berdampak langsung pada kemampuan Volvo CE untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat, khususnya di pasar Asia dan Eropa yang menyumbang masing-masing 40% dan 32% dari penjualan.

Penilaian Kapabilitas Ketangguhan Volvo CE

Penelitian ini mengevaluasi elemen ketangguhan rantai pasok Volvo CE berdasarkan lima kapabilitas SCRES (Supply Chain Resilience Elements):

  1. Antisipasi: Kemampuan Volvo CE untuk mengidentifikasi potensi risiko dinilai masih perlu ditingkatkan.
  2. Adaptasi: Elemen ini cukup kuat, dengan adanya fleksibilitas dalam pengelolaan pemasok.
  3. Respon: Volvo CE menggunakan pendekatan reaktif, seperti dialog intensif dengan pemasok selama pandemi.
  4. Pemulihan: Kemampuan untuk bangkit dari gangguan memerlukan rencana kontingensi yang lebih baik.
  5. Pembelajaran: Volvo CE dapat meningkatkan pembelajaran berbasis pengalaman untuk mencegah gangguan serupa di masa depan.

Strategi Mitigasi Risiko yang Direkomendasikan

Berdasarkan analisis kapabilitas SCRES, lima strategi mitigasi risiko diusulkan:

  1. Pemahaman Mendalam tentang Rantai Pasok
    • Memetakan pemasok secara mendalam untuk meningkatkan visibilitas.
    • Contoh: Mengetahui tingkat produksi dan kapasitas cadangan setiap pemasok.
  2. Budaya Manajemen Risiko Rantai Pasok (SCRM Culture)
    • Menanamkan budaya manajemen risiko melalui pelatihan dan inovasi.
    • Contoh: Menggunakan platform digital untuk pemantauan real-time.
  3. Hubungan dengan Pemasok
    • Membangun hubungan strategis untuk meningkatkan prioritas di tingkat pemasok.
    • Contoh: Menjadikan Volvo CE sebagai pelanggan utama pemasok semikonduktor.
  4. Pemasok Cadangan (Backup Suppliers)
    • Mengurangi ketergantungan pada pemasok tunggal.
    • Contoh: Mengembangkan pemasok lokal untuk komponen penting.
  5. Perencanaan Skenario (Scenario Planning)
    • Simulasi skenario risiko untuk mengantisipasi berbagai gangguan.
    • Contoh: Menghitung dampak jika pemasok di Asia terganggu.

Studi Kasus dan Dampak Strategi

  1. Strategi Hubungan Pemasok
    • Selama pandemi, Volvo CE mendukung pemasok dengan memberikan bantuan logistik, sehingga mengurangi keterlambatan pengiriman hingga 15%.
  2. Pemasok Cadangan
    • Dengan menambahkan pemasok lokal untuk komponen tertentu, waktu pengiriman berkurang hingga 20% di pasar Eropa.
  3. Penggunaan Teknologi
    • Adopsi sistem informasi memungkinkan visibilitas rantai pasok meningkat hingga 30%, membantu mitigasi gangguan.

Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketangguhan rantai pasok sangat bergantung pada pengelolaan risiko yang proaktif dan strategi mitigasi yang terintegrasi. Dengan menerapkan strategi seperti pemetaan rantai pasok, membangun hubungan strategis dengan pemasok, dan menggunakan teknologi untuk visibilitas, Volvo CE dapat mengurangi dampak gangguan rantai pasok dan memastikan keberlanjutan operasional mereka.

Sumber Artikel:
Fridolfsson, E., & de Man Lapidoth, L. (2023). Assessing Supply Chain Resilience to Mitigate Supply Chain Risks: A Case Study of Inbound Logistics at Volvo CE.

Selengkapnya
Meningkatkan Ketangguhan Rantai Pasok: Studi Kasus Risiko dan Strategi Mitigasi di Volvo Construction Equipment

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Integrasi Paradigma Lean, Agile, Resilient, Green, dan Sustainable dalam Manajemen Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan
Makalah "A Systematic Literature Review to Integrate Lean, Agile, Resilient, Green, and Sustainable Paradigms in Supply Chain Management" karya Vikash Sharma et al. (2021) menawarkan tinjauan sistematis tentang bagaimana paradigma LARGS dapat diintegrasikan untuk menciptakan rantai pasok yang efisien, fleksibel, dan berkelanjutan. Studi ini mencakup 160 artikel peer-reviewed yang diterbitkan antara tahun 1999–2019 dan mengkaji hubungan antara LARGS dengan performa rantai pasok di berbagai industri.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini berfokus pada empat pertanyaan utama:

  1. Bagaimana menemukan penelitian LARGS di konteks SCM?
  2. Apa fokus utama penelitian LARGS dalam SCM?
  3. Bagaimana tren hubungan antar paradigma LARGS dengan performa rantai pasok?
  4. Apa area yang belum dieksplorasi dan peluang penelitian mendatang?

Metodologi yang digunakan adalah Systematic Literature Review (SLR) dengan klasifikasi artikel berdasarkan tipe penelitian, lokasi geografis, sektor industri, dan teknik yang digunakan.

Temuan Utama

  1. Konsep LARGS dalam Supply Chain
    • Lean: Eliminasi limbah dan peningkatan nilai pelanggan.
    • Agile: Respons cepat terhadap permintaan yang tidak pasti.
    • Resilient: Ketahanan menghadapi gangguan operasional.
    • Green: Minimalkan dampak ekologi.
    • Sustainable: Menggabungkan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam manajemen rantai pasok.
  2. Distribusi Penelitian Geografis dan Sektor Industri
    • Penelitian paling banyak dilakukan di sektor manufaktur (74%), seperti otomotif dan elektronik.
    • Studi geografis terpusat di Portugal, India, dan AS, dengan kontribusi signifikan pada literatur global SCM.
  3. Hubungan Paradigma LARGS dengan Performa SCM
    • Paradigma LARGS memiliki hubungan sinergis, seperti penggabungan lean dengan green untuk efisiensi biaya dan keberlanjutan.
    • Implementasi resilient supply chain meningkatkan fleksibilitas hingga 30% dalam sektor elektronik (studi kasus).
  4. Tren dan Peluang Penelitian Mendatang
    • Fokus pada integrasi paradigma untuk mengurangi risiko dan meningkatkan keberlanjutan rantai pasok di sektor layanan dan agribisnis.
    • Teknologi baru seperti IoT dan blockchain membuka peluang integrasi paradigma lebih lanjut.

Studi Kasus dan Data Pendukung

  1. Industri Otomotif
    • Penggunaan kombinasi lean dan agile berhasil mengurangi waktu pengiriman hingga 20% di perusahaan otomotif besar.
  2. Sektor Elektronik
    • Implementasi resilient practices mengurangi kerugian akibat gangguan sebesar 15% dibandingkan pendekatan konvensional.
  3. Manufaktur Hijau
    • Penerapan green manufacturing mengurangi emisi karbon sebesar 25%, meningkatkan citra merek dan kepuasan pelanggan.

Rekomendasi Strategis

  1. Penguatan Kolaborasi Antar Paradigma
    • Kombinasikan lean dan green untuk efisiensi biaya sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.
  2. Investasi Teknologi untuk Ketahanan
    • Adopsi teknologi seperti IoT dan blockchain untuk meningkatkan visibilitas dan respons rantai pasok.
  3. Ekspansi Penelitian ke Sektor yang Kurang Dieksplorasi
    • Fokus pada sektor layanan dan agribisnis untuk memperluas penerapan paradigma LARGS.
  4. Pengembangan Alat Ukur Kinerja SCM yang Holistik
    • Gunakan indikator berbasis triple bottom line (ekonomi, sosial, dan lingkungan) untuk mengukur keberhasilan SCM.

Kesimpulan
Penelitian ini menyoroti pentingnya integrasi paradigma LARGS dalam SCM untuk meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan keberlanjutan. Kombinasi paradigma tersebut memungkinkan perusahaan untuk menghadapi tantangan global dan meraih keunggulan kompetitif. Studi ini juga membuka peluang penelitian baru, khususnya di sektor non-manufaktur yang masih kurang tereksplorasi.

Sumber Artikel:
Sharma, V., Raut, R. D., Mangla, S. K., Narkhede, B. E., Luthra, S., & Gokhale, R. (2021). A Systematic Literature Review to Integrate Lean, Agile, Resilient, Green, and Sustainable Paradigms in Supply Chain Management. Business Strategy and the Environment, 30(2), 1191–1212.

 

Selengkapnya
Integrasi Paradigma Lean, Agile, Resilient, Green, dan Sustainable dalam Manajemen Rantai Pasok
« First Previous page 81 of 865 Next Last »