Kebijakan Infrastruktur Air

Meningkatkan Ketahanan Infrastruktur Air dengan Pendekatan Sistem Sosial-Ekologis-Teknis

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 Juni 2025


Ketahanan infrastruktur air telah menjadi urgensi global seiring meningkatnya bencana alam, tekanan urbanisasi, dan serangan siber. Artikel ini merangkum pendekatan sistem sosial–ekologis–teknis untuk memperkuat ketahanan layanan air minum, limbah, dan air hujan (DWS). Fokusnya adalah pada bagaimana sistem air merespons tiga ancaman utama: kenaikan muka laut, gempa bumi, dan serangan digital.

Mengapa Ketahanan Air Itu Penting?

Air merupakan tulang punggung kehidupan. Sistem air menopang kesehatan masyarakat, ekonomi, dan ekosistem. Namun, lebih dari 155.000 sistem air minum dan 16.500 fasilitas pengolahan limbah di Amerika Serikat saja terancam oleh:

  • Infrastruktur usang
  • Bencana alam seperti gempa dan banjir
  • Serangan siber dan perubahan iklim
  • Manajemen silo dan tata kelola usang

Kerangka SETS: Sistem Sosial–Ekologis–Teknis

Kerangka ini menyatukan interaksi kompleks antara:

  • Sistem sosial: masyarakat, kebijakan, institusi
  • Sistem ekologis: sumber daya alam dan siklus air
  • Sistem teknis: jaringan perpipaan, stasiun pompa, dan teknologi digital

Whole-life approach menambahkan perspektif usia infrastruktur, dari perencanaan hingga pembaruan, untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.

Studi Kasus: Ketahanan di Tengah Tantangan

1. Sea-Level Rise (Kenaikan Muka Laut)
Miami-Dade, Florida, melakukan pemodelan limpasan dan banjir dengan proyeksi kenaikan air laut 3 kaki hingga 2075. Mereka merancang infrastruktur air setinggi 20 kaki untuk menghindari dampak badai ekstrem.

2. Earthquake (Gempa Bumi)
San Francisco dan Portland memiliki program penguatan infrastruktur air untuk menghadapi gempa besar. Portland Water Bureau memimpin studi untuk memetakan risiko kegagalan infrastruktur terhadap gempa dan mempercepat pemulihan.

3. Cyberattack (Serangan Digital)
Kota Boca Raton mengalami serangan siber yang menyebabkan shutdown sistem air selama 8 jam. Responsnya adalah penguatan protokol SCADA, pelatihan karyawan, dan penerapan forensik digital untuk mendeteksi malware.

Dimensi Ketahanan yang Terintegrasi

1. Ketahanan Fisik:
Meliputi keandalan struktur perpipaan, stasiun pompa, dan fasilitas pengolahan air untuk menahan dan pulih dari gangguan fisik.

2. Ketahanan Ekologis:
Ekosistem sering kali tidak kembali ke keadaan awal setelah gangguan, tetapi menemukan titik keseimbangan baru. Maka, sistem air perlu mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim dan kontaminasi.

3. Ketahanan Sosial:
Kemampuan masyarakat menyerap dan pulih dari gangguan air seperti banjir dan kelangkaan. Misalnya, komunitas rentan yang terisolasi setelah bencana karena akses air terganggu.

4. Ketahanan Ekonomi:
Evaluasi terhadap biaya pemulihan, kerugian ekonomi, dan hilangnya layanan saat krisis. Investasi di awal untuk ketahanan bisa menghemat hingga $13 untuk setiap $1 yang diinvestasikan (NIBS).

5. Ketahanan Digital:
Ancaman dari cyberattack meningkat. Ketahanan digital mencakup sistem deteksi dini, redundansi data, segmentasi jaringan, dan pelatihan staf untuk menanggulangi serangan.

Transformasi Strategi Perencanaan

Dulu: Fokus pada pemeliharaan berbasis kondisi.
Sekarang: Pergeseran ke manajemen siklus hidup dengan analisis risiko, prioritas sistemik, dan desain redundan.

Contoh:
Di Denmark, penggunaan sistem cloud oleh BlueKolding Utility menghasilkan penghematan energi 23% dan penurunan tekanan puncak 77%. Di Belanda, Waterschapsbedrijf Limburg sukses mengganti sistem IS melalui pilot project yang scalable ke 149 stasiun pompa.

Keterkaitan Resiliensi dan Keberlanjutan

Resiliensi adalah prasyarat untuk keberlanjutan jangka panjang. Infrastruktur air yang tangguh:

  • Lebih cepat pulih dari bencana
  • Mengurangi beban biaya perbaikan
  • Menjamin akses air bersih di masa depan

Paradoks: Peningkatan ketahanan bisa menaikkan biaya. Solusi: subsidi pemerintah, investasi progresif, dan perencanaan berbasis risiko.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Air akan selalu terancam, tetapi kita bisa lebih siap. Pendekatan SETS dan manajemen seumur hidup (whole-life) mampu menjawab tantangan yang kompleks dari sektor air.

Rekomendasi Kunci:

  • Gunakan data real-time dan AI untuk prediksi gangguan
  • Integrasikan digital dan fisik: perkuat SCADA, cloud, dan IoT
  • Bangun kolaborasi lintas sektor: energi, transportasi, dan perumahan
  • Investasi pada sistem pelatihan tenaga kerja air
  • Fokus pada komunitas rentan dalam desain ketahanan
  • Jadikan ketahanan sebagai arus utama dalam perencanaan infrastruktur

Sumber: Sinha, S. K., Davis, C., Gardoni, P., Babbar-Sebens, M., Stuhr, M., Huston, D., ... & Vishwakarma, A. (2023). Water sector infrastructure systems resilience: A social–ecological–technical system-of-systems and whole-life approach. Cambridge Prisms: Water, 1, e4, 1–24. 

Selengkapnya
Meningkatkan Ketahanan Infrastruktur Air dengan Pendekatan Sistem Sosial-Ekologis-Teknis

Kebijakan Infrastruktur Air

Inovasi Riset Air Eropa Percepat Ekonomi Sirkular dan Ketahanan Iklim

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 Juni 2025


Proyek air memainkan peran vital dalam menjawab tantangan perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan kebutuhan air bersih di seluruh dunia. Uni Eropa melalui Horizon 2020, program pendanaan riset terbesar di Eropa, telah mendanai 313 proyek air antara tahun 2014–2020 dengan total anggaran €1,64 miliar, di mana €1,35 miliar berasal dari dana Uni Eropa sendiri.

Fokus dan Skala Proyek

Proyek-proyek ini mencakup spektrum luas mulai dari penelitian dasar hingga implementasi industri, dengan 8 tema utama:

  • Ekosistem air tawar
  • Siklus air global
  • Manajemen air
  • Keterkaitan air dan manusia
  • Air dan pertanian
  • Air dan industri
  • Air dan energi
  • Tata kelola air

Distribusi terbesar berasal dari tema "Air dan Manusia" (104 proyek), diikuti "Manajemen Air" (65 proyek), dan "Air dan Industri" (45 proyek).

Studi Kasus dan Dampak Nyata

1. HYDROUSA
Proyek ini menunjukkan solusi loop air tertutup dengan model bisnis regeneratif di Mediterania. HYDROUSA menciptakan sistem sirkular air limbah yang digunakan kembali untuk irigasi, produksi biogas, dan pengolahan air minum.

Anggaran: €10 juta
Tema: Air dan Manusia – Solusi Berbasis Alam

2. NextGen
Proyek ini mendorong penggunaan kembali air limbah dalam ekonomi sirkular. Dengan mengintegrasikan teknologi canggih seperti sensor, digital twin, dan pendekatan partisipatif, NextGen berkontribusi besar pada pengurangan konsumsi air bersih di wilayah urban.

Anggaran: €11 juta
Hasil: Diterapkan di 10 negara Eropa

3. WaterSENSE
Menyediakan data berbasis satelit Copernicus untuk mendeteksi kebutuhan air dan efisiensi pemakaian di sektor pertanian dan kota. Proyek ini mengintegrasikan data in-situ, model ekologi, dan machine learning.

Dimensi Pembiayaan dan Tipe Aksi

Berbagai bentuk pendanaan digunakan:

  • Innovation Action (IA): 89 proyek
  • Research & Innovation Action (RIA): 85 proyek
  • SME Instrument: 59 proyek
  • Marie Skłodowska-Curie Actions (MSCA): 30 proyek

Proyek IA mendominasi alokasi anggaran, dengan total kontribusi sebesar €605 juta dari UE.

Temuan Utama

  • Proyek “Water and People” menyerap 37% dari total dana, menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan teknologi pengolahan air, daur ulang air limbah, dan solusi urban.
  • Proyek-proyek lintas sektor seperti Water-Food-Energy Nexus semakin penting dalam mendukung keberlanjutan holistik.
  • Tren kuat ke arah digitalisasi sistem air tampak melalui proyek seperti Fiware4Water dan DIGITAL-WATER.city.

Nilai Tambah dan Potensi Replikasi

Banyak proyek Horizon 2020 telah:

  • Menghasilkan teknologi baru siap pasar
  • Membentuk platform kolaboratif lintas negara dan sektor
  • Mempercepat adopsi ekonomi sirkular di sektor air
  • Memberikan data terbuka melalui EOSC (European Open Science Cloud)

Tantangan dan Rekomendasi

Meskipun didanai besar-besaran, banyak proyek menghadapi:

  • Fragmentasi antara pendekatan teknis dan sosial
  • Kurangnya integrasi kebijakan nasional dan lokal
  • Perluasan partisipasi dari negara anggota baru (misalnya Romania, Hungaria)

Rekomendasi:

  1. Tingkatkan diseminasi hasil ke masyarakat dan pembuat kebijakan.
  2. Perkuat kerjasama global dengan negara-negara berkembang.
  3. Dorong replikasi proyek sukses ke skala kota dan wilayah.

Keterkaitan dengan Tren Global

Proyek-proyek ini mendukung target SDGs, khususnya:

  • SDG 6: Air Bersih dan Sanitasi
  • SDG 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur
  • SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim

Kesimpulan: Riset Air sebagai Tulang Punggung Keberlanjutan

Kumpulan proyek Horizon 2020 menunjukkan bahwa investasi pada riset dan inovasi air berdampak besar terhadap ketahanan iklim, efisiensi ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.

Horizon 2020 membuktikan bahwa dengan pendanaan tepat dan pendekatan kolaboratif, Uni Eropa dapat memimpin transformasi air global ke arah inovasi yang inklusif, sirkular, dan tangguh terhadap perubahan iklim.

Sumber : Balabanis, P., Bon, S. C., & Gonzalez, A. G. (2022). Research & Innovation Projects relevant to Water Research: Horizon 2020 Calls 2014–2020. Directorate-General for Research and Innovation, European Commission.

Selengkapnya
Inovasi Riset Air Eropa Percepat Ekonomi Sirkular dan Ketahanan Iklim

Kebijakan Infrastruktur Air

Memperkuat Kelola Air Bentuk Mengamankan Masa Depan: Studi Kritis Kasus Finlandia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 Juni 2025


Dalam konteks global yang semakin terdampak krisis air, keamanan air telah menjadi tujuan utama dari tata kelola air yang efektif. Paper karya Ahopelto et al. (2024) dalam International Journal of Water Resources Development membahas keterkaitan antara tata kelola air dan keamanan air di Finlandia, sebuah negara dengan reputasi tata kelola air terbaik, namun masih menghadapi tantangan besar.

Mengapa Finlandia Menjadi Fokus?

Finlandia dikenal sebagai negara dengan:

  • 100% akses aman terhadap air minum
  • Sistem hukum lingkungan yang kuat
  • Skor tinggi dalam tata kelola air internasional (FAO, WJP, EU WFD)

Namun, ancaman perubahan iklim, ekspansi sektor pertambangan dan bioekonomi, serta kurangnya pemeliharaan infrastruktur air menunjukkan bahwa bahkan negara maju tidak kebal terhadap krisis air.

Empat Pilar Evaluasi Tata Kelola Air

Penelitian ini menggunakan kerangka dari OECD yang diperbarui dengan prinsip-prinsip legitimasi tata kelola lingkungan, yaitu:

  1. Kapabilitas aktor dan organisasi
  2. Kecukupan kerangka kelembagaan dan regulasi
  3. Kualitas proses tata kelola
  4. Keadilan dan efektivitas hasil tata kelola

Studi Kasus: Bioekonomi, Pertambangan, dan Infrastruktur Air

1. Sektor Bioekonomi

  • Tantangan utama: polusi difus dari hutan dan pertanian
  • Studi kasus: Investasi bioekonomi €1,4 miliar (Finnpulp) ditolak karena membahayakan kualitas air danau Kallavesi

2. Sektor Pertambangan

  • Insiden besar: Kebocoran 1,2 juta m³ limbah beracun di tambang Talvivaara (2012)
  • Dampak: Krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah dan perusahaan tambang

3. Sektor Infrastruktur Air

  • Masalah utama: Pemeliharaan saluran air dan limbah yang kurang memadai
  • Konsekuensi: Ancaman jangka panjang terhadap akses air bersih meski saat ini tercapai 100%

Temuan Utama dan Data Penting

  • Pemotongan anggaran sektor air: 30–50% antara tahun 2010–2018
  • Privatisasi layanan air picu protes warga dan inisiatif parlemen
  • Kapasitas teknis tinggi, tetapi kesenjangan pemahaman dampak ekologi pada beberapa sektor

Kekuatan dan Tantangan Tata Kelola di Finlandia

Kekuatan:

  • Sistem perizinan dan hukum lingkungan ketat
  • Transparansi tinggi, rendah korupsi
  • Kolaborasi lintas sektor relatif baik

Tantangan:

  • Banyak regulasi tidak mencakup polusi difus
  • Perizinan hidroelektrik yang usang dan sulit diperbarui
  • Kesenjangan partisipasi masyarakat, terutama komunitas adat seperti Sámi

Analisis Kritis: Antara Harapan dan Kenyataan

Paper ini tidak hanya menilai output hukum dan kebijakan, tetapi juga efektivitas implementasi dan keadilan distribusinya:

  • Hukum tidak selalu mampu menyesuaikan dengan perubahan iklim dan teknologi
  • Asimetri kekuasaan antara sektor publik, swasta, dan masyarakat sipil
  • Praktik kolaboratif seperti water vision forum menjanjikan, tapi masih perlu penguatan sumber daya

Implikasi Global dan Strategi Replikasi

Penulis menekankan bahwa:

  • Water governance dan water security adalah hubungan timbal balik
  • Keamanan air bukan sekadar hasil tata kelola, tapi juga alat diagnosis dan prioritas lintas sektor
  • Negara berkembang maupun maju butuh pendekatan partisipatif dan adaptif berbasis legitimasi sosial dan data

Rekomendasi Strategis

  1. Revisi hukum agar lebih fleksibel menghadapi perubahan iklim
  2. Perkuat kapasitas lembaga publik, hindari ketergantungan pada sektor swasta
  3. Perluas cakupan partisipasi, terutama masyarakat adat dan komunitas lokal
  4. Tingkatkan integrasi antar sektor, dari kehutanan, pertanian, energi hingga masyarakat sipil
  5. Gunakan kerangka legitimasi sebagai pelengkap evaluasi teknokratis OECD

Kesimpulan: Tata Kelola Air Sebagai Jaminan Keamanan Sosial

Penelitian ini menunjukkan bahwa bahkan sistem tata kelola air yang dinilai terbaik di dunia tetap menghadapi kompleksitas dan potensi kegagalan. Oleh karena itu, keamanan air perlu ditinjau sebagai proses berkelanjutan, yang menekankan:

  • Keadilan partisipatif
  • Transparansi dan akuntabilitas
  • Kapasitas adaptif
  • Kolaborasi lintas sektor

Sumber : Ahopelto, L., Sojamo, S., Belinskij, A., Soininen, N., & Keskinen, M. (2024). Water governance for water security: Analysing institutional strengths and challenges in Finland. International Journal of Water Resources Development, 40(2), 153–173.

Selengkapnya
Memperkuat Kelola Air Bentuk Mengamankan Masa Depan: Studi Kritis Kasus Finlandia

Kebijakan Infrastruktur Air

Perkuat Tata Kelola Air untuk Amankan Masa Depan: Studi Kritis Kasus Finlandia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 Juni 2025


Dalam konteks global yang semakin terdampak krisis air, keamanan air telah menjadi tujuan utama dari tata kelola air yang efektif. Paper karya Ahopelto et al. (2024) dalam International Journal of Water Resources Development membahas keterkaitan antara tata kelola air dan keamanan air di Finlandia, sebuah negara dengan reputasi tata kelola air terbaik, namun masih menghadapi tantangan besar.

Mengapa Finlandia Menjadi Fokus?

Finlandia dikenal sebagai negara dengan:

  • 100% akses aman terhadap air minum
  • Sistem hukum lingkungan yang kuat
  • Skor tinggi dalam tata kelola air internasional (FAO, WJP, EU WFD)

Namun, ancaman perubahan iklim, ekspansi sektor pertambangan dan bioekonomi, serta kurangnya pemeliharaan infrastruktur air menunjukkan bahwa bahkan negara maju tidak kebal terhadap krisis air.

Empat Pilar Evaluasi Tata Kelola Air

Penelitian ini menggunakan kerangka dari OECD yang diperbarui dengan prinsip-prinsip legitimasi tata kelola lingkungan, yaitu:

  1. Kapabilitas aktor dan organisasi
  2. Kecukupan kerangka kelembagaan dan regulasi
  3. Kualitas proses tata kelola
  4. Keadilan dan efektivitas hasil tata kelola

Studi Kasus: Bioekonomi, Pertambangan, dan Infrastruktur Air

1. Sektor Bioekonomi

  • Tantangan utama: polusi difus dari hutan dan pertanian
  • Studi kasus: Investasi bioekonomi €1,4 miliar (Finnpulp) ditolak karena membahayakan kualitas air danau Kallavesi

2. Sektor Pertambangan

  • Insiden besar: Kebocoran 1,2 juta m³ limbah beracun di tambang Talvivaara (2012)
  • Dampak: Krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah dan perusahaan tambang

3. Sektor Infrastruktur Air

  • Masalah utama: Pemeliharaan saluran air dan limbah yang kurang memadai
  • Konsekuensi: Ancaman jangka panjang terhadap akses air bersih meski saat ini tercapai 100%

Temuan Utama dan Data Penting

  • Pemotongan anggaran sektor air: 30–50% antara tahun 2010–2018
  • Privatisasi layanan air picu protes warga dan inisiatif parlemen
  • Kapasitas teknis tinggi, tetapi kesenjangan pemahaman dampak ekologi pada beberapa sektor

Kekuatan dan Tantangan Tata Kelola di Finlandia

Kekuatan:

  • Sistem perizinan dan hukum lingkungan ketat
  • Transparansi tinggi, rendah korupsi
  • Kolaborasi lintas sektor relatif baik

Tantangan:

  • Banyak regulasi tidak mencakup polusi difus
  • Perizinan hidroelektrik yang usang dan sulit diperbarui
  • Kesenjangan partisipasi masyarakat, terutama komunitas adat seperti Sámi

Analisis Kritis: Antara Harapan dan Kenyataan

Paper ini tidak hanya menilai output hukum dan kebijakan, tetapi juga efektivitas implementasi dan keadilan distribusinya:

  • Hukum tidak selalu mampu menyesuaikan dengan perubahan iklim dan teknologi
  • Asimetri kekuasaan antara sektor publik, swasta, dan masyarakat sipil
  • Praktik kolaboratif seperti water vision forum menjanjikan, tapi masih perlu penguatan sumber daya

Implikasi Global dan Strategi Replikasi

Penulis menekankan bahwa:

  • Water governance dan water security adalah hubungan timbal balik
  • Keamanan air bukan sekadar hasil tata kelola, tapi juga alat diagnosis dan prioritas lintas sektor
  • Negara berkembang maupun maju butuh pendekatan partisipatif dan adaptif berbasis legitimasi sosial dan data

Rekomendasi Strategis

  1. Revisi hukum agar lebih fleksibel menghadapi perubahan iklim
  2. Perkuat kapasitas lembaga publik, hindari ketergantungan pada sektor swasta
  3. Perluas cakupan partisipasi, terutama masyarakat adat dan komunitas lokal
  4. Tingkatkan integrasi antar sektor, dari kehutanan, pertanian, energi hingga masyarakat sipil
  5. Gunakan kerangka legitimasi sebagai pelengkap evaluasi teknokratis OECD

Kesimpulan: Tata Kelola Air Sebagai Jaminan Keamanan Sosial

Penelitian ini menunjukkan bahwa bahkan sistem tata kelola air yang dinilai terbaik di dunia tetap menghadapi kompleksitas dan potensi kegagalan. Oleh karena itu, keamanan air perlu ditinjau sebagai proses berkelanjutan, yang menekankan:

  • Keadilan partisipatif
  • Transparansi dan akuntabilitas
  • Kapasitas adaptif
  • Kolaborasi lintas sektor

Sumber : Ahopelto, L., Sojamo, S., Belinskij, A., Soininen, N., & Keskinen, M. (2024). Water governance for water security: Analysing institutional strengths and challenges in Finland. International Journal of Water Resources Development, 40(2), 153–173.

Selengkapnya
Perkuat Tata Kelola Air untuk Amankan Masa Depan: Studi Kritis Kasus Finlandia

Kebijakan Infrastruktur Air

Bangun Kapasitas Air yang Tangguh: Strategi Publik Menuju Layanan Air Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 Juni 2025


Transformasi Kapasitas di Sektor Air: Kerangka Strategis untuk Entitas Publik

Pembangunan kapasitas dalam sektor air bukan lagi sekadar pelatihan individu, melainkan strategi sistemik yang mencakup struktur kelembagaan, organisasi, hingga konteks negara. Paper berjudul Unleashing Capacity in the Water Sector: A Framework for Public Entities oleh Jiménez, Prado, dan Saikia (2024) menyusun kerangka lengkap berdasarkan scoping review terhadap 153 artikel ilmiah dan 103 dokumen abu-abu, serta masukan dari pakar internasional.

Evolusi Konsep Pembangunan Kapasitas

Sejak 1970-an, istilah capacity development berkembang dari sekadar pelatihan teknis menjadi proses jangka panjang berbasis nilai, kebijakan, dan partisipasi sosial. Kini, pendekatan ini digunakan untuk:

  • Meningkatkan efisiensi layanan air dan sanitasi
  • Menguatkan daya tahan institusi
  • Mendorong akuntabilitas sektor publik

OECD (2006) mendefinisikan pembangunan kapasitas sebagai proses di mana masyarakat, organisasi, dan sistem sosial menciptakan, memperkuat, dan mempertahankan kapasitas mereka seiring waktu.

Studi Kasus dan Fakta Penting

  • Anggaran bantuan tahunan untuk capacity development: USD 15 miliar (25% dari total bantuan pembangunan)
  • Hanya 1 dari 5 pekerja air adalah perempuan, lebih rendah lagi di level manajerial
  • 80% negara kekurangan tenaga terlatih untuk pengelolaan sanitasi onsite dan sistem air kecil (GLAAS, 2022)

Contoh negara:

  • Uganda: Program transformasi manajemen air melalui pendekatan kontrak kinerja menghasilkan peningkatan pelayanan secara drastis
  • Indonesia: Reformasi irigasi 20 tahun meningkatkan kapasitas institusi lokal dan partisipasi masyarakat

Kerangka 4-Tingkat Pembangunan Kapasitas

Penelitian ini mengusulkan kerangka empat tingkat yang saling terkait dan berfokus pada entitas publik air:

1. Tingkat Individu

Menekankan pada nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan, dan adaptabilitas.
Metode: pelatihan, peer learning, coaching, MOOC, dan kunjungan lapangan.

2. Tingkat Organisasi

Fokus pada struktur formal seperti proses, keuangan, strategi, dan sumber daya; serta dimensi budaya seperti kepemimpinan, motivasi personel, dan gaya manajemen.
Contoh intervensi: ISO, Aquarating, program climate-smart utilities.

3. Tingkat Institusional

  • Sublevel (3a): Interaksi dalam sektor air → Koordinasi formal/informal, akuntabilitas antar lembaga.
  • Sublevel (3b): Keterkaitan dengan sistem pemerintahan umum → Desentralisasi, kebijakan SDM, peran masyarakat sipil.

4. Tingkat Struktural

Mencakup kondisi makro seperti pendidikan nasional, ketimpangan gender, ketersediaan pusat pelatihan, dan nilai air di masyarakat.

Prinsip-prinsip Umum Pembangunan Kapasitas yang Efektif

Kapabilitas institusional yang tangguh tidak dapat dibangun secara instan. Paper ini menekankan prinsip kunci:

  • Kepemilikan lokal: Proses harus dimulai dari kebutuhan dan kepemimpinan nasional
  • Kontekstualisasi: Setiap strategi harus menyesuaikan kondisi lokal
  • Partisipatif: Keterlibatan pemangku kepentingan menjamin legitimasi
  • Adaptif & Inovatif: Terbuka pada pembelajaran dan penyesuaian
  • Pendekatan jangka panjang: Di luar batas proyek tahunan

Mengukur Keberhasilan dan Tantangan

Paper mengakui bahwa evaluasi hasil capacity development sangat kompleks, karena melibatkan interaksi antara individu, organisasi, dan konteks luar. Penilaian konvensional sering gagal menangkap dinamika ini. Oleh karena itu, pendekatan sistemik dan partisipatif lebih disarankan, seperti model berbasis "best fit" ketimbang "best practice".

Rekomendasi Strategis bagi Pembuat Kebijakan

  1. Gunakan kerangka empat tingkat sebagai alat diagnosis dan perencanaan
  2. Fokus pada keberlanjutan: Reformasi kelembagaan harus didorong seiring peningkatan kapasitas personel
  3. Bangun kolaborasi antar-lembaga dan lintas sektor
  4. Prioritaskan inklusi gender dan regenerasi tenaga kerja air
  5. Investasi dalam pendidikan vokasi dan pelatihan teknis sektor air

Kesimpulan: Bangun Kekuatan dari Dalam

Pengelolaan air tidak hanya soal infrastruktur, melainkan tentang manusia dan sistem yang mendukungnya. Kerangka yang disusun Jiménez dkk. ini menghadirkan alat praktis dan strategis untuk mengurai kompleksitas, menjawab tantangan air di masa depan lewat pendekatan berbasis kapasitas dan keberlanjutan.

Sumber: Jiménez, A., Álvarez Prado, L., & Saikia, P. (2024). Unleashing capacity in the water sector: A framework for public entities. Water Policy, 26(5), 577–594.

Selengkapnya
Bangun Kapasitas Air yang Tangguh: Strategi Publik Menuju Layanan Air Berkelanjutan

Kebijakan Infrastruktur Air

Teknologi Perkotaan Memajukan Kota: Strategi Inklusif dalam Smart City Berbasis Manusia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 Juni 2025


Smart city bukan lagi sekadar teknologi—ia adalah cerminan keadilan, keterlibatan warga, dan keberlanjutan lingkungan. Laporan World Smart Cities Outlook 2024 oleh UN-Habitat menghadirkan gambaran global transformasi digital kota-kota dunia yang berorientasi pada manusia (people-centred smart cities), berdasarkan data dari 69% pemerintah kota yang telah mengadopsi agenda strategis smart city dan 81% negara dengan rencana e-government aktif.

Fokus Inklusivitas dan Keadilan Digital

Laporan menyoroti tantangan besar berupa kesenjangan digital:

  • 39% populasi dunia tidak menggunakan internet meski memiliki akses
  • 5% saja dari portal kota telah memenuhi standar aksesibilitas digital
  • 87% kota melaporkan partisipasi warga rendah dalam proyek smart city

Langkah-langkah yang diambil meliputi:

  • 59% kota menyediakan pelatihan keterampilan digital
  • 63% menawarkan Wi-Fi publik gratis
  • 26% memberi subsidi perangkat dan akses internet.

Namun, data juga mengungkap bahwa ketimpangan gender dalam keterampilan digital masih tinggi: di negara-negara berkembang, gap mencapai 10–15%, dengan perempuan sering tertinggal.

Studi Kasus Inspiratif dari Lapangan

Beberapa contoh nyata upaya implementasi teknologi yang berkelanjutan dan partisipatif meliputi:

  • Uzungöl, Türkiye: Citizen science untuk pemantauan kualitas air, melibatkan warga sebagai pengumpul data, meningkatkan kesadaran lingkungan.
  • Wyndham City, Australia: Smart bin tenaga surya yang memadatkan sampah secara otomatis, mengurangi 80% perjalanan truk sampah, menekan emisi dan biaya.
  • Medellín, Kolombia: Deteksi sampah jalanan dengan machine learning capai akurasi hingga 95,76%, mendukung tata kelola kota bersih berbasis AI.

Tantangan Tata Kelola dan Regulasi

Hanya 36% kota yang memiliki pedoman etika AI secara menyeluruh, sementara 82% pemerintah kota mengaku belum memiliki arahan jelas soal hak digital. Beberapa tantangan lain mencakup:

  • Ketiadaan kerangka hukum nasional soal privasi dan data
  • Keterbatasan SDM publik dalam mengelola transformasi digital
  • Kurangnya integrasi antara rencana lokal dan nasional

Untuk mengatasi ini, rekomendasi laporan meliputi:

  • Penilaian human rights impact sebelum dan sesudah proyek smart city
  • Peningkatan pelatihan digital untuk PNS dan warga
  • Pembuatan kerangka regulasi teknologi inklusif dan etis

Ekosistem Kolaboratif dan Keuangan Berkelanjutan

Kunci sukses implementasi smart city menurut laporan:

  • Partisipasi warga melalui pendekatan blended online-offline
  • Kemitraan lintas sektor antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta
  • Pendanaan proyek masih dominan berasal dari anggaran pemerintah lokal (65%) dan nasional (46%), sementara partisipasi swasta hanya 13%.

Beberapa tantangan juga muncul di negara berkembang, seperti:

  • Hambatan birokrasi dalam proses pengadaan
  • Ketergantungan pada dana luar negeri yang tidak berkelanjutan

Dimensi Keberlanjutan Lingkungan

Meskipun 89% kota telah memasukkan tujuan lingkungan dalam rencana smart city, hanya sebagian kecil yang memonitor dampak digital terhadap lingkungan. Tantangan lain mencakup:

  • Limbah elektronik
  • Konsumsi energi infrastruktur digital
  • Kurangnya standar desain teknologi berkelanjutan.

Untuk itu, laporan merekomendasikan:

  • Life cycle impact assessment sejak awal perencanaan
  • Standarisasi teknologi digital ramah lingkungan
  • Harmonisasi regulasi nasional-internasional tentang e-waste

Kesimpulan: Kota Cerdas Harus Adil, Berbasis Warga, dan Berkelanjutan

Transformasi digital kota bukan sekadar proyek teknologi, melainkan revolusi sosial dan tata kelola. Dalam dunia dengan urbanisasi dan krisis iklim yang makin kompleks, smart city hanya dapat berhasil bila dibangun dengan:
✔️ Akses teknologi merata
✔️ Kebijakan digital inklusif
✔️ Keterlibatan aktif warga
✔️ Tata kelola transparan dan kolaboratif

Melalui pendekatan ini, smart city tak sekadar menjadi kota pintar—melainkan kota yang benar-benar cerdas secara sosial, etis, dan manusiawi.

Sumber: UN-Habitat. (2024). World Smart Cities Outlook 2024.

Selengkapnya
Teknologi Perkotaan Memajukan Kota: Strategi Inklusif dalam Smart City Berbasis Manusia
« First Previous page 81 of 1.170 Next Last »