Perindustrian
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025
Kementerian Perindustrian selalu memajukan industri pengolahan porang guna menghasilkan beraneka macam produk turunan yang bernilai semakin tinggi. Usaha hilirisasi ini perlu di-support dengan pemanfaatan teknologi modern dan kegiatan riset untuk menghasilkan inovasi produk yang memiliki daya saing.
“Strategi yang akan kita jalankan yaitu injeksi teknologi dan penguatan litbang dan SDM. Langkah ini diyakini bisa memberikan multiplier effect yang luas untuk perekonomian nasional, baik itu kontribusi devisa dengan investasi dan ekspor ataupun penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak,” ungkap Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika di Jakarta, Kamis(14/7).
Dirjen Industri Agro menyampaikan, pihaknya sudah melibatkan berbagai pihak, seperti pelaku industri, akademisi, dan lembaga litbang, agar bersama-sama mengembangkan industri pengolahan porang yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. “Kita berusaha bahwa industri pengolahan porang ini tak hanya memasok kebutuhan industri makanan dan minuman saja, namun memenuhi untuk sektor industri lainnya pula atau yang nonpangan,” ujarnya.
Putu mengungkapkan, salah satu inovasi yang sedang dikembangkan ialah porang dapat menjadi bahan penolong pembuatan kertas berharga serta kertas sigaret. Produk kertas berharga itu dipergunakan sebagai kertas buku paspor, ijazah, buku nikah dan kertas arsip khusus.
“Melalui kolaborasi dari hasil riset, ditemukanlah bahwa porang dapat menciptakan bahan penolong guna pembuatan kertas berharga dan kertas sigaret dengan kualitas yang lebih baik dan mempunyai daya tahan yang cukup lama. Dan kekuatan kertasnya dapat melampaui usia manusia. Sehingga, maksudnya jika orangnya telah meninggal, ijazah sekolahnya masih tetap utuh,” ungkapnya.
“Dari hasil inovasi ini, kita optimistis bisa mengoptimalkan pendayagunaan produk dalam negeri dan turut men-support program substitusi impor,” ungkapnya. Terlebih lagi, Indonesia mempunyai banyak wilayah penghasil komoditas porang, mulai dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, sampai Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Di tahun 2020, produksi umbi porang di Indonesia mencapai 142.000 ton dari luas lahan sebesar 19.950 hektare (Ha), dan targetnya di tahun 2024 produksi umbi porang akan mencapai 600.000 ton dari luas lahan sejumlah 100.000 Ha. Kini, ada 13 perusahaan yang menciptakan chip porang dengan total produksi 22.833 ton pertahun, dan 6 industri pengolah porang yang dapat memproduksi tepung glukomanan dengan total produksi 1.180 ton pertahun.
“Potensi pemakaian tepung porang/glukomanan di industri kertas dan kimia cukup besar mencapai 25.362 ton pertahun. Sementara itu, sisanya berpotensi terserap di industri makanan dan minuman 19.936 ton per tahun serta industri farmasi, kosmetik, dan lainnya sejumlah 10.136 ton pertahun,” ungkap Putu.
Salah satu satuan kerja di lingkungan Kemenperin, yaitu Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Selulosa (BBSPJIS), siap men-support potensi pendayagunaan tepung glukomanan dalam industri kertas. BBSPJIS memaparkan bahwa industri kertas merupakan pemakai terbesar aditif pati. Selama ini, pati yang dipakai oleh industri kertas berasal dari tepung tapioka, guar gum, dan CMC (carboxy methyl cellulose).
BBSPJIS melaporkan pula, tepung glukomanan bisa didayagunakan sebagai bahan penolong pembuatan kertas arsip, kertas sigaret, dan tisu dapur. Hasil riset memperlihatkan , pemakaian glukomanan pada pembuatan kertas arsip dan kertas sigaret bisa menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan guar gum yang selama ini 100 persen diimpor.
Disadur dari sumber kemenperin.go.id
Astronomi
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025
NASA meluncurkan misi luar angkasa baru yang diharapkan dapat memecahkan dua pertanyaan terdalam tentang alam semesta. Peluncuran ini membantu para astronom untuk memahami bagaimana alam semesta kita berevolusi dan material apa saja yang dibutuhkan kehidupan.
Misi tersebut diberi nama Spectro-Photometer for the History of the Universe, Epoch of Reionization and Ices Explorer (SPHEREx)–berencana diluncurkan pada 2023 dan akan berlangsung selama dua tahun.
“Saya benar-benar semangat tentang misi baru ini,” ujar Jim Bridenstine, administrator NASA.
“Tidak hanya memperluas armada untuk mengungkap misteri alam semesta, misi SPHEREx juga merupakan bagian penting dari program ilmu pengetahuan yang seimbang,” imbuhnya.
SPHEREx rencananya akan menjelajah langit, mengamati cahaya optik dan inframerah terdekat. Cahaya tersebut tidak dapat terlihat oleh mata manusia tapi dapat menjadi cara berguna untuk menjelajahi alam semesta. Itu memungkinkan astronom melihat lebih dari 300 juta galaksi, serta 100 juta bintang di Bima Sakti.
“Misi luar biasa ini akan menjadi harta karun penuh data unik bagi para astronom,” kata Thomas Zurbuchen, administrator NASA’s Science Mission Directorate.
“SPHEREx akan memberikan peta galaksi yang belum pernah ditemukan sebelumnya–mengandung ‘sidik jari’ dari awal kelahiran alam semesta. Dengan begitu, kita akan memiliki petunjuk baru mengenai salah satu misteri terbesar dalam sains: apa yang membuat alam semesta berkembang begitu cepat (kurang dari satu nanidetik) setelah ledakan Big Bang?”, paparnya.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, SPHEREx mampu melihat semua galaksi, beberapa di antaranya sangat jauh sehingga cahaya yang sampai ke kita perlu waktu 10 miliar tahun melintasi alam semesta. SPHEREx akan memburu air dan molekul organik dengan harapan kita dapat memahami di mana dan seberapa sering ‘bahan-bahan kehidupan’ itu digunakan di seluruh kosmos.
SPHEREx juga akan membuat peta seluruh langit, dalam 96 pita warna yang berbeda. Itu akan menjadi resolusi warna yang jauh lebih rinci dibanding peta langit sebelumnya, serta memberikan petunjuk yang dapat ditindaklanjuti teleskop ruang angkasa James Webb dan Wide Field Infrared Survey.
Sumber Artikel : Nationalgeographic.co.id
Teknologi
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) selalu berusaha memajukan pendayagunaan inovasi teknologi guna mengembangkan daya saing industri nasional. Salah satu usahanya yaitu dengan mengembangkan mesin untuk pemanfaatan limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang dipergunakan menjadi bahan baku alternatif industri kertas. Langkah strategis itu harapannya bisa menanggulangi persoalan bahan baku kertas daur ulang yang masih impor.
Di tahun 2021, industri pulp dan kertas mempunyai surplus neraca perdagangan, tetapi masih terdapat bahan baku yang asalnya dari impor, padahal Indonesia mempunyai sumber serat yang sangat melimpah yakni TKKS yang di tahun 2022 diproyeksikan totalnya mencapai 51 juta ton. “Oleh sebab itu kita melaksanakan inovasi teknologi guna memanfaatkan TKKS menjadi bahan baku produk pulp dan kertas,” ungkap Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Doddy Rahadi di Bandung, Kamis(14/7).
Doddy menyampaikan, Kemenperin menyosialisasikan inovasi teknologi yang dikembangkan oleh Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Selulosa (BBSPJI Selulosa) Kemenperin itu kepada perusahaan industri kertas. “Kita harapannya bahwa teknologi pengolahan TKKS sebagai bahan baku produk pulp dan kertas bisa diimplementasikan di industri guna menunjang pendayagunaan limbah TKKS yang melimpah,” ungkapnya.
Doddy menyampaikan, BBSPJI Selulosa sudah memanfaatkan TKKS menjadi pulp mekanis dengan keunggulan biaya produksi yang lebih rendah, bisa mengurangi dampak terhadap lingkungan dengan penggunaan bahan kimia yang minimum. Dengan teknologi ini, rendemen pulp yang dihasilkan sekitar 70 persen, lebih tinggi dibandingkan rendemen pulp kimia.
Karakteristik pulp mekanis TKKS ini memenuhi persyaratan sebagai bahan baku pembuatan kertas kemas. Harapannya, pendayagunaan bahan baku TKKS dapa mengurangi impor bahan baku kertas daur ulang. “Kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menciptakan serta menumbuhkan industri pulp dan kertas yang kuat, terutama dalam ketahanan bahan baku dan peningkatan substitusi impor,” ungkap Kepala BSKJI.
Kepala BBSPJI Selulosa Sri Bimo Pratomo menyampaikan, instansi yang dipimpinnya telah mempunyai pengalaman dalam penggunaan TKKS sebagai bahan baku pulp dan kertas, antara lain sudah melaksanakan kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Konsorsium PIC Co.,Ltd - TAIZEN Co.,Ltd. Di tahun 2018-2022, BBSPJI Selulosa sudah menghasilkan pulp mekanis dari TKKS memakai Teknologi E. Gimmick.
Dia mengungkapkan, secara teknis pendayagunaan limbah tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku alternatif industri kertas terdiri dari mesin crusher untuk perlakuan awal bahan baku TKKS sebelum dibuat pulp. Kemudian mesin masher untuk menggiling TKKS dan membersihkan TKKS dari lumpur serta pengotor. Terakhir memakai mesin gimmick untuk pembuatan pulp mekanis melalui mekanisme kneading untuk menciptakan panas dari pergerakan mekanis dan gesekan antar serat TKKS dalam mesin.
“Kapasitas mesin ini ialah 100 kg/jam. Dalam rangka pemanfaatan TKKS, pilot plant mesin ini bisa didayagunakan, baik secara langsung ataupun dengan reverse engineering, untuk menciptakan mesin berskala produksi massal,” ungkapnya.
“Dari sisi teknoekonomi, tandan kosong sawit yang sudah diolah menjadi pulp mekanis dengan teknologi kneading memakai mesin masher dan gimmick bisa meningkatkan nilai tambah dari tandan kosong sawit menjadi pulp dengan perkiraan harga jual sekitar USD250/ton. Nilai jual pulp tersebut akan mencapai payback period sekitar 8,2 tahun dengan kapasitas 50 Ton pulp kering/hari. Waktu payback period tersebut akan lebih singkat jika tandan kosong sawit tak dikenakan biaya sebab dianggap sebagai limbah”, ungkap Kepala BBSPJISelulosa.
Disadur dari sumber kemenperin.go.id
Pembangunan Pedesaan
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memegang peranan penting dalam mendukung pemerintah guna mencapai target pembangunan nasional melalui sektor industri. Sektor tersebut ialah pilar utama pembangunan ekonomi nasional dan terbukti memberikan kontribusi yang sangat besar untuk perekonomian nasional. Pada triwulan I tahun 2022, sektor industri manufaktur tumbuh sebesar 5,47 persen, melebihi pertumbuhan ekonomi nasional. Industri pengolahan nonmigas berkontribusi pula terhadap PDB nasional hingga 17,34 persen. Sektor manufaktur juga merupakan kontributor ekspor terbesar, yaitu USD 50,51 Milyar atau 72 persen dari total ekspor nasional.
Guna mencapai target pembangunan yang sudah ditetapkan, Kemenperin melakukan tugas serta fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menjaga terselenggaranya tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) dan juga tata kelola kepemerintahan yang bersih (clean governance).
“Salah satu perwujudan good governance dan clean governance ialah pemerintahan yang bersih, akuntabel, dan berkinerja tinggi. Dalam mewujudkannya, salah satu langkah Kemenperin yaitu dengan menerapkan beberapa kebijakan antikorupsi,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Pembekalan Antikorupsi untuk Penyelenggara Negara yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta, Kamis(14/7).
Kebijakan antikorupsi yang ditempuh Kemenperin dengan membentuk Unit Pengendali Gratifikasi (UPG), Whistle Blowing System (WBS), membuka fasilitas pengaduan masyarakat, melaksanakan penanganan benturan kepentingan, dan membentuk klinik konsultasi. Pimpinan dan jajaran Kemenperin juga menciptakan komitmen untuk meningkatkan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap perundang-undangan dengan menandatangani Piagam Audit Internal (Internal Audit Charter) yang dituangkan dalam bentuk “Bali Commitment”.
“Untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan kualitas pelayanan publik, sekaligus sebagai instrumen pengendalian transparansi dan akuntabilitas, Kemenperin melaksanakan inovasi pelayanan melalui sistem berbasis elektronik yang semakin dimutakhirkan, salah satunya Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), Sistem Nasional Neraca Komoditas (SNANK), Jalur Penerimaan Vokasi Industri (JARVIS), dan terakhir baru-baru ini kita mengembangkan Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH),” ungkap Menperin.
Penerapan kebijakan antikorupsi di lingkungan Kemenperin memberikan hasil di antaranya indeks integritas Satuan Pengawasan Internal (SPI) yang mencapai 85,1 atau di atas rata-rata nasional, capaian Reformasi Birokrasi dengan nilai 79,2 dan nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP) yang mencapai 78,7 pada tahun 2021, mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan sebanyak 14 x berturut-turut semenjak tahun 2008, dan mendapatkan predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) bagi 28 satuan kerja dan predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) untuk sembilan satuan kerja dengan terus mendorong implementasi Zona Integritas pada satker-satker lainnya.
Pelayanan publik di lingkungan Kemenperin menunjukkan pula berbagai capaian, di antaranya masuk dalam TOP 99 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) dan mendapakan predikat kepatuhan tinggi dari Ombudsman RI Tahun 2021 dengan nilai 88,07. “Kita menyadari bahwa capaian yang sudah kita dapatkan hingga saat ini belum sempurna, sehingga kita terus berupaya untuk melaksanakan perbaikan-perbaikan secara internal,” ungkap Menperin.
Kemenperin juga sepenuhnya menyadari bahwa birokrasi masih mampunyai banyak celah atau titik rawan bila terjadinya tindak pidana korupsi, sehingga value dan saran perbaikan yang didapat dari pembekalan antikorupsi tersebut akan diimplementasikan untuk meningkatkan pelaksanaan kepemerintahan yang baik dan bersih.
Disadur dari sumber kemenperin.go.id
Astronomi
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025
Kematian matahari diprediksi masih triliunan tahun di masa depan.
Tapi "kehidupan" matahari dalam fase saat ini, yang dikenal sebagai "urutan utama" di mana fusi nuklir hidrogen memungkinkannya untuk memancarkan energi dan memberikan tekanan yang cukup untuk menjaga bintang agar tidak runtuh akan berakhir sekitar 5 miliar tahun dari sekarang.
"Matahari berusia kurang dari 5 miliar tahun lagi," kata Paola Testa, astrofisikawan di Center for Astrophysics, sebuah kolaborasi antara Smithsonian Astrophysical Observatory dan Harvard College Observatory dillansir dari Livescience.
"Ini semacam bintang paruh baya, dalam arti bahwa hidupnya akan menjadi sekitar 10 miliar tahun atau lebih."
Setelah matahari membakar sebagian besar hidrogen di intinya, dia akan bertransisi ke fase berikutnya sebagai raksasa merah. Pada titik ini kira-kira 5 miliar tahun di masa depan, matahari akan berhenti menghasilkan panas melalui fusi nuklir, dan intinya akan menjadi tidak stabil dan berkontraksi, menurut NASA.
Sementara itu, bagian luar matahari yang masih mengandung hidrogen akan memuai, bersinar merah saat mendingin. Ekspansi ini secara bertahap akan menelan planet-planet tetangga matahari, Merkurius dan Venus, dan mendorong angin matahari matahari ke titik di mana mereka menghancurkan medan magnet Bumi dan melepaskan atmosfernya.
Tentu saja, ini hampir pasti akan menjadi berita buruk bagi kehidupan apa pun yang tersisa di planet kita pada saat itu dengan asumsi ada yang selamat dari peningkatan 10% kecerahan matahari yang diperkirakan akan menguapkan lautan Bumi dalam 1 miliar hingga 1,5 miliar tahun, menurut sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam Geophysical Research Letters.
Dalam beberapa juta tahun dari ekspansi awal ini, kemungkinan matahari juga akan memakan sisa-sisa batuan Bumi, menurut sebuah studi tahun 2008 yang diterbitkan dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.
Matahari kemudian akan mulai menggabungkan helium yang tersisa dari fusi hidrogen menjadi karbon dan oksigen, sebelum akhirnya runtuh ke intinya, meninggalkan nebula planet yang indah cangkang plasma panas yang tersisa di lapisan luarnya saat menyusut menjadi mayat bintang seukuran Bumi yang sangat padat, jauh lebih panas, yang dikenal sebagai katai putih.
Nebula akan terlihat hanya sekitar 10.000 tahun, kata Testa sekejap mata dalam waktu kosmik. Dari sana, apa yang tersisa dari matahari akan menghabiskan triliunan tahun untuk mendingin sebelum akhirnya menjadi objek yang tidak memancarkan.
Untuk sampai pada garis waktu ini untuk matahari dan semua bintang dengan massa relatifnya, para ilmuwan perlu mengetahui bagaimana dia memancarkan energi, yang sulit sebelum fusi nuklir dalam massa matahari dapat diperhitungkan.
"Banyak ilmu pengetahuan yang relatif baru, seperti pada abad terakhir, karena bagian integral dari pemahaman bagaimana bintang bekerja berasal dari pemahaman reaksi nuklir dan fusi," kata Testa, yang meneliti mekanisme pemanasan dan proses emisi sinar-X. , seperti semburan matahari, di lapisan luar atmosfer matahari. "Sebelum tahun 1930-an, salah satu gagasan utama tentang bagaimana bintang bekerja adalah bahwa energi datang hanya dari energi gravitasi."
Setelah para astronom dan astrofisikawan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang fusi, mereka dapat menghasilkan model yang lebih lengkap, ditambah dengan data emisi yang diamati dari beberapa bintang, untuk kehidupan bintang.
"Dengan mengumpulkan banyak informasi berbeda dari banyak bintang yang berbeda, astronom dan astrofisikawan dapat membangun model tentang bagaimana bintang berevolusi," kata Testa kepada Live Science. "Ini memberi kita tebakan yang agak tepat tentang berapa umur matahari."
Usia ini sekitar 4,6 miliar hingga 4,7 miliar tahun juga dikuatkan oleh penanggalan radioaktif dari meteorit tertua yang diketahui, yang terbentuk dari nebula surya yang sama, piringan gas dan debu yang berputar, yang memunculkan matahari dan benda-benda planet di sistem tata surya.
Berkat alat ini, para ilmuwan memiliki pemahaman yang baik tentang kapan cahaya matahari pada akhirnya akan padam dan memudar.
Sumber Artikel : teknologi.bisnis.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025
Kementerian Perindustrian fokus melaksanakan kebijakan hilirisasi industri sebagai upaya meningkatkan nilai tambah komoditas berbasis agro dalam negeri, mencakup kelapa sawit. Industri pengolahan kelapa sawit memiliki peran penting dalam menumbuhkan perekonomian nasional. Industri ini mampu menyerap hasil produksi petani rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani sawit swadaya, sampai menambah pendapatan devisa untuk negara.
Aktivitas industri pengolahan sawit juga memberikan multiplier effect seperti menumbuhkan kawasan industri baru berbasis sawit yaitu di Dumai (Riau), Sei Mangkei dan Kuala Tanjung (Sumatra Utara), Tarjun (Kalimantan Timur), dan Bitung (Sulawesi Utara), dan mewujudkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Selain itu, menggerakkan aktivitas produktif kegiatan usaha kebun di sektor industri sawit, terutama daerah 3T (terdalam, dan terluar, tertinggal).
“Rantai industri pengolahan kelapa sawit juga sudah menyerap tenaga kerja langsung sampai lebih dari 5,2 juta orang dan menghidupi sampai 20 juta orang. Di tahun 2021, ekspor produk sawit mencapai 40,31 juta ton dengan nilai USD 35,79 milyar, meningkat sebesar 56,63 persen dari nilai ekspor tahun 2020,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmta di Jakarta, Senin(18/7).
Menperin mengungkapkan, sektor kelapa sawit dari hulu hingga hilir ini sangatlah luas cakupannya, oleh karena itu diperlukan koordinasi antara kementerian dan lembaga serta stakeholders berkaitan dengan penyusunan kebijakan pengembangannya. “Koordinasi menjadi kunci penyelesaian pengembangan sektor kelapa sawit secara terintegrasi dan komprehensif,” ungkap Agus.
Kemenperin terus memacu industri hilir pengolahan kelapa sawit untuk menghasilkan beraneka macam produk turunan yang berkualitas dan berdaya saing. Langkah ini butuh di-support dengan ketersediaan bahan baku dan ditopang dengan pemanfaatan teknologi dan inovasi terkini, agar produk hilir bisa diterima oleh konsumen global.
“Di tahun 2011, hanya ada 54 jenis produk hilir kelapa sawit yang kami produksi. Sementara itu, kini telah terdapat 168 macam produk hilir kelapa sawit yang sudah mampu kami produksi oleh industri di dalam negeri. Maksudnya, selama 11 tahun ini peningkatannya telah 3 x lipat lebih,” ujarnya.
Berbagai macam produk turunan kelapa sawit itu antara lain untuk keperluan sektor pangan seperti fitofarmaka/nutrisi, minyak goreng, bahan kimia/oleokimia, sampai bahan bakar terbarukan/biodiesel FAME. “Jadi, industri pengolahan sawit beperan strategis dalam mengoptimalkan penyerapan Tandan Buah Segar (TBS),” ujarnya.
Kelancaran operasional pabrik kelapa sawit sangatlah berpengaruh terhadap aktivitas sektor kelapa sawit yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, termasuk dengan diharapkan pabrik kelapa sawit bisa beroperasi kembali secara normal. Berdasarkan UU No 39/2014, bidang usaha ekstraksi minyak kelapa sawit (pabrik kelapa sawit penghasil CPO) dengan KBLI 10431 (Industri Minyak Mentah Kelapa Sawit) masih merupakan kewenangan pembinaan Kementerian Pertanian, yang diakomodasi melalui penerbitan Izin Usaha Perkebunan Terintegrasi Pengolahan (IUP-P).
Perlancar ekspor
Kemenperin bersama dengan kementerian dan lembaga terkait lainnya berusaha untuk memperlancar ekspor produk hilir minyak sawit, mencakup minyak goreng sawit, dengan tetap memprioritaskan pengamanan pasokan minyak goreng di dalam negeri melalui program Minyak Goreng Curah Rakyat (MGCR).
Untuk mendukung kebijakan itu, Kemenperin sudah membangun Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH). Kini, cakupan SIMIRAH 2.0 yaitu produsen CPO, distributor, pengecer, produsen minyak goreng sawit, hingga proses transaksi kepada konsumen. Sistem ini juga menjadi salah satu langkah ketelusuran (traceability) dalam pemenuhan kebutuhan dalam negeri sebagai prasyarat untuk ekspor.
Disadur dari sumber kemenperin.go.id