Ilmu Ekonomi

Indeks Harga

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025


Indeks harga (bahasa Inggrisprice index) adalah perbandingan harga rata-rata suatu barang dari waktu ke waktu, dengan melihat tahun yang dihitung dengan harga rata-rata tahun dasar. Tahun dasar yang dipilih adalah saat perekonomian sedang baik dan stabil, dan tahun dasar inilah yang menjadi patokan dalam melakukan penghitungan indeks harga suatu barang. Hal ini dirancang untuk membantu dalam membuat statistikperbandingan harga secara keseluruhan, terkait dengan periode waktu ataupun juga dengan letak geografis.

Jenis

Indeks harga produsen

Indeks harga produsen merupakan indeks harga yang mengukur tingkat perubahan harga produk yang dibeli dan dijual oleh produsen. Produk ini dapat berbentuk barang maupun jasa. Informasi yang diperoleh melalui indeks harga produsen diperoleh dari data keluaran dan data masukan. Data keluaran berupa tingkat perubahan harga produk yang dijual setelah tidak lagi dimiliki oleh produsen. Sedangkan data masukan berupa tingkat perubahan harga produk yang dibeli oleh produsen. Perbandingan antara data keluaran dan data masukan merupakan nilai dari indeks harga produsen.

Indeks harga konsumen

Indeks harga konsumen awalnya digunakan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat yang menjadi badan pemerintah dalam Kementerian Ketenagakerjaan Amerika Serikat. Pada periode 1982 hingga 1984, indeks harga konsumen digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan inflasi pada level lanjutan. Sebelum itu, indeks harga konsumen hanya digunakan untuk tingkat pertumbuhan inflasi dasar. Rumus analisis ekonomi digunakan untuk mengubah kondisi tingkat pertumbuhan inflasi pada indeks harga konsumen. Pemerintah Amerika Serikat menyusun indeks harga konsumen berdasarkan berbagai survei berulang. Objek survei ialah harga dari berbagai barang yang dibeli oleh konsumen. Hasil yang diperoleh dari indeks harga konsumen di Amerika Serikat kemudian dipublikasikan melalui siaran pers. Indeks harga konsumen kemudian dirilis tiap bulan sekali di Amerika Serikat. Pada perkembangan berikutnya, indeks harga konsumen mulai digunakan dalam skala mancanegara secara terbuka. Akses informasi indeks harga konsumen juga tersedia di berbagai situs web yang dapat diakses menggunakan internet. Skala yang digunakan adalah persentase dengan nilai maksimal 100%.

Perumusan

Indeks harga juga disebut dengan istilah tingkat harga. Dalam perumusannya, indeks harga mengacu pada tahun dasar penetapan harga. Skala yang digunakan ialah persentase dengan nilai dasar sebesar 100%. Indeks harga tahun yang lain diketahui dengan melakukan perbandingan tingkat harga pada tahun tersebut dengan harga pada tahun dasar. Setelahnya, nilai yang diperoleh dikalikan dengan nilai 100. Nilai yang diperoleh dari indeks harga merupakan rasio dari tahun sekarang dan tahun acuan dasar.

Kegunaan

Mengukur perubahan harga

Perubahan harga merupakan masalah ekonomi yang utama. Kebijakan moneter yang ditetapkan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi memerlukan pertimbangan atas perubahan harga produk yang beredar di dalam negeri. Pengamatan harga ini berlangsung dari waktu ke waktu. Pemerintahmelakukan penetapan indeks harga untuk mengatur biaya dan pengeluaran negara serta pengaturan pajak. Perubahan harga juga berlaku bagi rumah tangga dan infromasi harga umumnya diperlukan oleh masyarakat untuk kegiatan belanja. Indeks harga digunakan untuk meringkas informasi tentang harga produk dari waktu ke waktu. Indeks ini berlaku bagi berbagai jenis barang dan jasa. Pengukuran harga berpenting dalam menentukan belanjakonsumen yang menjadi pendapatan terbesar dari produk domestik bruto.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Indeks Harga

Pendidikan

Pendidikan di Indonesia: 10 Tantangan Utama yang Menghambat Kemajuan

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025


Pendidikan merupakan landasan pembangunan dan kesejahteraan suatu bangsa. Di Indonesia, negara dengan warisan budaya yang kaya dan populasi yang beragam, sistem pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk masa depan warga negaranya dan masyarakat luas. Namun, meskipun terdapat kemajuan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, sistem pendidikan Indonesia menghadapi banyak tantangan yang menghambat kemajuannya.

Indonesia, dengan negara kepulauan yang luas dan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, sedang bergulat dengan berbagai kompleksitas dalam sistem pendidikannya. Ketika negara ini berupaya mencapai tujuan sosio-ekonominya, kualitas dan aksesibilitas pendidikan menjadi faktor penting.

10 tantangan besar pendidikan di Indonesia

1. Terbatasnya akses terhadap pendidikan

Salah satu tantangan paling signifikan adalah memastikan akses yang adil terhadap pendidikan, terutama di daerah terpencil dan pedesaan. Kesenjangan dalam infrastruktur, pendanaan, dan guru yang berkualitas seringkali menyebabkan banyak anak tidak memiliki akses terhadap pendidikan berkualitas, sehingga melanggengkan siklus kemiskinan dan menghambat kemajuan nasional.

2. Mutu pendidikan

Meskipun terdapat upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Indonesia masih menghadapi permasalahan berupa kurikulum yang ketinggalan jaman, pelatihan guru yang tidak memadai, dan sumber daya pembelajaran yang terbatas. Kurangnya penekanan pada pemikiran kritis dan keterampilan praktis menghambat kemampuan siswa untuk bersaing secara global dan berkontribusi secara efektif terhadap pertumbuhan bangsa.

3. Kekurangan dan kualitas guru

Kurangnya guru yang berkualitas dan termotivasi masih menjadi masalah yang terus-menerus terjadi di Indonesia. Selain itu, rendahnya gaji dan terbatasnya kesempatan pengembangan profesional menyebabkan demotivasi di kalangan pendidik, sehingga berdampak pada kualitas pengajaran secara keseluruhan.

4. Rendahnya alokasi anggaran pendidikan

Alokasi dana yang tidak mencukupi pada sektor pendidikan masih menjadi kendala utama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Indonesia perlu memprioritaskan pendidikan dalam anggarannya untuk meningkatkan infrastruktur, membayar guru dengan lebih baik, dan mengembangkan materi pembelajaran yang lebih maju.

5. Infrastruktur yang tidak memadai

Banyak sekolah di Indonesia yang kekurangan infrastruktur, seperti ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium. Kurangnya fasilitas dasar menghambat pengalaman belajar dan mempengaruhi kinerja akademik siswa.

6. ​​Integrasi teknologi

Meskipun teknologi mempunyai potensi untuk merevolusi pendidikan, integrasinya di sekolah-sekolah di Indonesia masih belum merata. Kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antar kelas sosial ekonomi, membatasi akses siswa terhadap peluang pembelajaran berbasis teknologi.

7. Keanekaragaman budaya dan linguistik

Keberagaman budaya dan bahasa yang luas di Indonesia menghadirkan tantangan unik dalam pengembangan kurikulum dan praktik pengajaran. Kurangnya konten lokal dan pilihan pendidikan bilingual dapat menghambat pemahaman dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

8. Disparitas gender

Meskipun ada upaya untuk mendorong kesetaraan gender dalam pendidikan, kesenjangan gender masih terjadi, terutama di wilayah yang lebih konservatif. Norma sosial dan keyakinan budaya seringkali membatasi akses anak perempuan terhadap pendidikan dan kesempatan untuk melanjutkan studi.

9. Angka putus sekolah dan pernikahan dini

Tingginya angka putus sekolah, khususnya di kalangan anak perempuan, terus menjadi kekhawatiran di Indonesia. Faktor-faktor seperti kemiskinan, pernikahan dini, dan kurangnya sistem pendukung sering kali memaksa anak-anak untuk meninggalkan sekolah sebelum waktunya, sehingga membahayakan prospek masa depan mereka.

10. Pendidikan kejuruan dan teknik

Fokus pada pendidikan akademis seringkali membayangi pelatihan kejuruan dan teknis, sehingga menyebabkan kurangnya pekerja terampil di berbagai sektor. Menekankan pendidikan kejuruan dapat mengatasi masalah pengangguran dan memperkuat angkatan kerja di Indonesia.

Kesimpulan

Tantangan yang dihadapi sistem pendidikan Indonesia sangatlah kompleks dan memiliki banyak aspek, namun tantangan tersebut harus diatasi dengan urgensi dan komitmen. Dengan memastikan akses yang adil, meningkatkan kualitas pendidikan, dan berinvestasi pada guru dan infrastruktur, Indonesia dapat mengambil langkah signifikan menuju sistem pendidikan yang lebih inklusif dan kuat. Mengatasi hambatan-hambatan ini akan memberdayakan generasi muda untuk memimpin Indonesia menuju masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan, serta memperkuat posisinya di kancah global.

Disadur dari: www.mizanurrmizan.info

Selengkapnya
Pendidikan di Indonesia: 10 Tantangan Utama yang Menghambat Kemajuan

Penulis Tiongkok

Sun Zi

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Sun Tzu (/ˈsuːnˈdzuː/;merujuk pada Sūn Zǐ) juga merupakan seorang Jenderal dari Tiongkok, ahli strategi militer, dan filsuf yang hidup pada Zaman Musim Semi dan Gugur pada masa Tiongkok Kuno. Sun Tzu diketahui sebagai penulis The Art of War, sebuah strategi militer yang secara luas berpengaruh terhadap filosofi Barat dan Timur. Diluar peninggalannya sebagai penulis The Art of War, Sun Tzu merujuk kepada figur sejarah dari Tiongkok dan Kebudayaan Asia. Dia lahir dengan nama Sun Wu dan dikenal dengan nama Changqing. Nama Sun Tzu sendiri merupakan sebuah gelar kehormatan yang berarti “Master Sun”.

LahirSun Wu
544 SM (tradisional)
Qi atau WuKerajaan Zhou Meninggal 496 SM (tradisional; umur 47–48)
Gusu, Wu, Kerajaan Zhou

Sejarah mengenai Sun Tzu masih belum pasti. Sima Qian dan ahli sejarah kuno lainnya menempatkan dia sebagai menteri dari Raja Helü di Negara Wu dan menetapkan masa hidupnya antara 544–496 SM. Para pakar modern mengemukakan bahwa Sun Tzu hidup pada Periode Negara Perang berdasarkan gaya komposisi dan deskripsinya mengenai Medan Perang. Sejarah juga mencatat bahwa keturunan Sun Tzu yaitu Sūn Bin (孫彬) juga menulis mengenai taktik militer yang juga berjudul The Art of War. Dalam beberapa karya klasik Tiongkok Sun Tzu merujuk kepada Sun Tzu dan Sun Bin, beberapa ahli sejarah percaya bahwa keidentikan mereka merujuk pada ditemukannya Perjanjian Militer Sun Bin pada tahun 1972.

Hasil kerja Sun Tzu telah banyak dipuji dan digunakan di sepanjang Asia Timur karena komposisinya. Selama abad ke 20, The Art of War mengalami pertumbuhan popularitas dan secara praktik digunakan oleh Masyarakat Barat. Karya ini juga mempengaruhi banyak usaha di Asia, Eropa, dan Amerika termasuk budaya, politik, bisnis, dan olahraga, sebagaimana juga dalam medan perang modern.

Kehidupan

Perkamen bambu tentang "Art of War" yang

ditemukan pada tahun 1972 di Provinsi Shandong dan

disimpan di Museum Shandong.

Sumber-sumber lain yang tersedia belum menemukan kesepakatan mengenai tempat lahir Sun Tzu. Pada kronik The Spring and Autumn Annals dikatakan bahwa Sun Tzu lahir pada masa Dinasti Qi, sementara Sima Qian dalam Records of Grand Historian mengatakan bahwa Sun Tzu merupakan warga lokal Wu. Kedua sumber setuju bahwa Sun Tzu lahir pada akhir Spring and Autumn Period dan dia aktif sebagai seorang jenderal dan ahli strategi. Dia melayani Raja Helu dari Wu pada akhir abad ke 6 sebelum masehi, dimulai sekitar tahun 512 SM. Kemenangan Sun Tzu menginspirasinya untuk menulis The Art of War. The Art of War merupakan satu dari banyak Pakta Militer yang digunakan dalam Periode Negara Perang, sebuah masa dimana terjadi perang yang secara terus menerus terjadi antara 7 negara - Zhao, Qi, Qin, Chu, Han, Wei, dan Yan - yang bertarung untuk memperebutkan kekuasaan ke wilayah timur daratan Tiongkok.

Satu dari banyaknya cerita tentang Sun Tzu didapat dari Sima Qian. Sebelum mempekerjakan Sun Tzu, Raja Wu ingin menguji kemampuannya untuk melatih dengan memintanya melatih selir-selirnya yang berjumlah 180 orang untuk dijadikan tentara. Sun Tzu membagi mereka menjadi dua kelompok dan menunjuk dua selir kesayangan raja untuk memimpin masing-masing kelompok atau disebut jenderal. Saat Sun Tzu memerintahkan para selir menghadap ke kanan, mereka tertawa. Sebagai respon dari hal itu, Sun Tzu mengatakan bahwa para jenderal dalam hal ini bertanggung jawab untuk memastikan bahwa para tentara memahami perintah yang diberikan pada mereka. Kemudian, dia mengulangi perintah itu lagi dan sekali lagi para selir tertawa. Sun Tzu kemudian memerintahkan eksekusi terhadap dua selir favorit raja, meskipun raja melakukan protes. Dia menjelaskan bahwa jika para jenderal mengerti apa yang diperintahkan, tetapi tidak mematuhinya, hal itu adalah jelas kesalahan pemimpinnya. Sun Tzu juga mengatakan bahwa saat seorang jenderal ditunjuk, maka itu adalah tugasnya untuk melaksanakan misi yang telah diberikan, meskipun raja melakukan protes. Setelah kedua selir tersebut dibunuh, masing-masing kelompok digantikan pemimpin baru. Setelahnya, kedua kelompok itu melakukan setiap manuver yang diperintahkan dengan sempurna karena mereka sangat menyadari konsekuensi dari tindakan cerobah yang telah dilakukan.

Sima Qian menegaskan bahwa setelahnya Sun Tzu membuktikan bahwa teorinya bekerja sangat efektif dalam medan perang (contohnya dalam Perang Boju). Sun Tzu memiliki karier yang sukses di militer dan menulis The Art of War berdasarkan pengalaman dan keahliannya yang teruji. Bagaimanapun, dalam Zuozhuan, sebuah teks sejarah yang ada sebelum Records of Grand Historian, lebih memberikan penjelasan detail mengenai Perang Boju, namun tidak menyebutkan Sun Tzu sama sekali.

Historisitas

Dimulai sekitar abad ke-12, beberapa ahli mulai meragukan keberadaan historis Sun Tzu, utamanya karena dia tidak disebutkan dalam Sejarah Klasik The Commentary of Zuo (Zuo zhuan 左傳), yang menyebutkan tokoh-tokoh penting dari Periode Musim Semi dan Gugur.  Nama “Sun Wu” (孫武) tidak muncul dalam teks apapun sebelum Records of the Grand Historian,  dan mungkin namanya adalah sebuah julukan deskriptif yang dibuat-buat dan memiliki arti “Prajurit Buronan”: Nama “Sun” dapat diartikan sebagai ‘buronan’ (xùn 遜), sementara “Wu” adalah kebijaksanaan Tiongkok Kuno dari “Beladiri, gagah berani” (wǔ 武), yang berhubungan dengan peran Sunzi sebagai kembaran (doppelgänger) pahlawan dalam cerita Wu Zixu. Para skeptis mengutip ketidakakuratan sejarah yang memungkinkan dan anakronisme dalam teks, menyimpulkan bahwa buku itu sebenarnya merupakan kompilasi dari penulis yang berbeda dan strategi-strategi militer. Hubungan dari para penulis The Art of War bervariasi antara para ahli, orang-orang dan gerakan-gerakan sosial yang ada, termasuk Sun; sarjana dari Negara Chu yaitu Wu Zixu; seorang penulis anonim; sebuah sekolah teori di Negeri Qi atau Negeri Wu; Sun Bin; dan lain-lain. Tidak seperti Sun Wu, Sun Bin tampaknya adalah seseorang yang sungguh ada dan merupakan penguasa yang sebenarnya dalam urusan militer. Dia mungkin telah menjadi inspirasi bagi terciptanya tokoh sejarah "Sunzi" melalui bentuk euhemerisme. Nama Sun Wu selanjutnya muncul pada sumber selanjutnya Records of the Grand Historian (Shiji 史記) dan Wu Yue chunqiu. Satu-satunya pertarungan bersejarah yang dikaitkan pada Sun Tzu yaitu Perang Boju, tidak memiliki catatan pertarungan dirinya.

Munculnya fitur dari The Art of War dalam teks-teks sejarah lainnya dianggap bukti kesejarahan tentang keberadaannya dan bukti karya penulisannya. Konsep strategi tertentu seperti klasifikasi medan (peperangan) dikaitkan dengan Sun Tzu. Penggunaannya (konsep strategi Sun Tzu) dalam karya-karya lain seperti Metode Sima dianggap sebagai bukti prioritas mengenai sejarah (keberadaan) Sun Tzu. Menurut Ralph Sawyer, sangat mungkin Sun Tzu memang ada dan tidak hanya menjabat sebagai seorang jenderal perang tetapi juga merupakan penulis dari buku yang menyandang namanya (The Art of War). Dalam The Art of War dikatakan bahwa ada perbedaan antara perang skala besar dan teknik canggih yang dirinci dalam teks, serta pertempuran skala kecil yang lebih primitif (dipercaya banyak digunakan di Tiongkok selama abad ke-6 SM). Menentang hal tersebut, Sawyer berpendapat bahwa ajaran Sun Wu sangat mungkin diajarkan kepada generasi-generasi di keluarganya atau bahkan untuk para murid di sekolah-sekolah kecil dan pada akhirnya termasuk Sun Bin. Keturunannya atau para siswa mungkin telah merevisi atau memperluas titik-titik tertentu dalam teks aslinya.

Para skeptis mengidentifikasi masalah dengan sudut pandang tradisionalis ke sudut pandang anakronisme dalam The Art of War termasuk mengidentifikasi istilah, teknologi (seperti busur anakronistik dan kavaleri yang tidak disebutkan), ide-ide filosofis, peristiwa, dan teknik militer yang tidak seharusnya tersedia untuk Sun Wu. Selain itu, tidak ada catatan sejarah mengenai seorang jenderal profesional selama Zaman Musim Semi dan Gugur; ini hanyalah bagian dari Periode Negara Perang, sehingga masih ada keraguan mengenai pangkat dan keahlian militer Sun Tzu. Hal ini menyebabkan banyak kebingungan tentang kapan The Art of War benar-benar ditulis. Pandangan tradisional pertama menyatakan bahwa The Art of War ditulis pada 512 SM oleh Sun Wu, yang aktif selama tahun-tahun terakhir Periode Musim Semi dan Gugur (c. 722-481 BC). Pandangan kedua, sebagaimana yang dikemukakan oleh para sarjana seperti Samuel Griffith, menempatkan The Art of War selama masa pertengahan hingga akhir Periode Negara Perang (c. 481-221 BC). Akhirnya, aliran ketiga mengklaim bahwa teks bambu tersebut diterbitkan pada paruh terakhir abad 5 SM; hal ini didasarkan pada bagaimana penganutnya menafsirkan slip bambu yang ditemukan di Yin-ch'ueh-shan pada tahun 1972 AD.

The Art of War

The Art of War secara tradisional dianggap berasal dari Sun Tzu. The Art of War menyajikan filsafat perang untuk mengelola konflik dan memenangkan pertempuran. Hal ini diterima sebagai sebuah karya besar mengenai strategi dan telah sering dikutip dan dijadikan referensi oleh para jenderal dan ahli teori sejak pertama kali diterbitkan, diterjemahkan, dan didistribusikan secara internasional.

There are numerous theories concerning when the text was completed and concerning the identity of the author or authors, but archeological recoveries show The Art of War had taken roughly its current form by at least the early Han. Because it is impossible to prove definitively when the Art of War was completed before this date, the differing theories concerning the work's author or authors and date of completion are unlikely to be completely resolved. Some modern scholars believe that it contains not only the thoughts of its original author but also commentary and clarifications from later military theorists, such as Li Quan and Du Mu.

Dari teks militer yang ditulis sebelum Unifikasi Tiongkok dan pembakaran buku Shi Huangdi di abad ke 2 sebelum masehi, enam karya besar berhasil selamat. Selama Dinasti Song yang berikut-berikutnya, enam karya ini disatukan dengan sebuah teks Tang (dinasti) menjadi sebuah koleksi yang dinamakan Seven Military Classics. Sebagai bagian penting dari kompilasi tersebut, The Art of War membentuk pondasi teori militer ortodok pada awal masa Tiongkok modern. Untuk mengilustrasikan poin ini, buku tersebut disyaratkan sebagai bacaan wajib untuk lulus dalam tes penunjukan kekaisaran dalam mengisi posisi militer.

The Art of War milik Sun Tzu menggunakan bahasa yang mungkin tidak biasa dalam sebuah teks barat untuk topik medan perang dan strategi. Contohnya, pada bab sebelas dikatakan bahwa seorang pemimpin harus “tenang dan tidak dapat ditebak” dan memiliki kemampuan untuk memahami “rencana yang tak terduga”. Teks ini (The Art of War) berisi banyak komentar serupa yang sudah lama membuat bingung pembaca barat yang kurang memahami konteks Asia Timur. Arti dari pernyataan-pernyataan tersebut lebih jelas ketika menginterpretasikan konteks pemikiran dan praktik Taoisme. Sun Tzu melihat seorang jenderal yang ideal sebagai seorang master Taoisme yang tercerahkan, yang mana hal ini menuntun The Art of War dianggap sebagai sebuah contoh utama strategi penganut Taois.

Buku ini juga menjadi populer di kalangan para pemimpin politik dan orang-orang dalam manajemen bisnis. Meskipun memiliki judul The Art of War dan membahas strategi secara luas, namun juga menyentuh pada administrasi publik dan perencanaan. Teks tersebut menguraikan teori peperangan, namun (dapat) juga (mengacu pada) diplomasi dan (cara) budidaya hubungan dengan negara-negara lain sebagai aspek penting untuk perkembangan negara.

Pada 10 April 1972, Makam Yinqueshan Han secara tidak sengaja ditemukan oleh pekerja konstruksi di Shandong. Para ahli menemukan sebuah koleksi naskah kuno yang ditulis pada slip bambu yang ternyata masih terawat dengan baik. Di antara temuan tersebut terdapat The Art of War dan Metode Militer Sun Bin. Meskipun bibliografi Dinasti Han menyatakan bahwa publikasi terakhir yang masih ada diteruskan dan ditulis oleh seorang keturunan Sun, publikasi itu telah hilang. Ditemukannya karya Sun Bin dianggap sebagai momen penting oleh para sarjana, baik karena hubungan Sun Bin ke Sun Tzu dan karena penambahan pekerjaan pada pemikiran militer di akhir zaman kuno Tiongkok. Penemuan tersebut secara keseluruhan, sangat signifikan dalam menambah pengetahuan mengenai teori militer yang dibuat pada Periode Negara Perang. Risalah Sun Bin adalah satu-satunya teks militer yang selamat dari Periode Negara Perang dan ditemukan pada abad kedua puluh serta memiliki kemiripan dengan The Art of War jika dibandingkan dengan teks yang lain.

Peninggalan

The Art of War milik Sun Tzu telah mempengaruhi banyak tokoh penting. Sima Qian menceritakan bahwa Kaisar pertama dalam sejarah China, Qin Shi Huangdi, menganggap The Art of War sebagai buku yang sangat berharga dalam mengakhiri Periode Negara Perang. Pada abad ke-20, Pemimpin Komunis Tiongkok, Mao Zedong pada kemenangannya atas Chiang Kai-shek dan Kuomintang pada tahun 1949 berhutang budi pada The Art of War. Karya ini (The Art of War) sangat mempengaruhi tulisan-tulisan Mao tentang perang gerilya, yang selanjutnya mempengaruhi pemberontakan komunis di seluruh dunia.

The Art of War diperkenalkan ke Jepang pada tahun 760 AD dan buku ini dengan cepat menjadi populer di kalangan jenderal Jepang. Melalui pengaruhnya pada Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyasu, karya ini secara signifikan mempengaruhi penyatuan Jepang di era modern awal. Sebelum Restorasi Meiji, penguasaan ajaran-ajarannya dihormati di kalangan samurai dan ajaran-ajaran tersebut didorong (untuk diajarkan) dan dicontohkan (dalam ajaran) oleh daimyo yang berpengaruh dan para shogun. Selanjutnya, karya ini tetap populer di kalangan angkatan bersenjata Kekaisaran Jepang. Laksamana Armada, Togo Heihachiro, yang memimpin kemenangan pasukan Jepang dalam Perang Rusia-Jepang, adalah seorang pembaca setia dari Sun Tzu.

Ho Chi Minh menerjemahkan karya ini untuk tentara Vietnam dengan tujuan belajar. Umumnya Vo Nguyen Giap, ahli strategi di balik kemenangan atas pasukan Prancis dan Amerika di Vietnam adalah juga seorang mahasiswa yang sangat rajin dan seorang praktisi dari ide-ide Sun Tzu.

Konflik Asia-Amerika melawan Jepang, Korea Utara, dan Vietnam Utara membawa Sun Tzu menjadi perhatian pemimpin militer Amerika. Lembaga Militer di Amerika Serikat, melalui Command and General Staff College, telah mengarahkan semua unit untuk menyokong perpustakaan-perpustakaan di bawah naungan masing-masing kantor pusat untuk melanjtkan edukasi para personil mengenai The Art of War. The Art of War disebutkan sebagai sebuah contoh karya untuk dipertahankan pada setiap fasilitas dan staf yang bertugas jaga berkewajiban untuk menyiapkan makalah singkat serta mempresentasikannya kepada petugas yang lain mengenai bacaan mereka. Serupa dengan hal itu, The Art of War milik Sun Tzu juga terdaftar dalam Professional Reading Program Korps Angkatan Laut. Selama Perang Gulf pada tahun 1990an, Jenderal Norman Schwarzkopf Jr. dan Jenderal Colin Powell menerapkan prinsip-prinsip Sun Tzu yang terkait dengan penipuan, kecepatan, dan titik lemah seseorang musuh.[30] Bagaimanapun, Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya dikritik karena tidak benar-benar memahami karya Sun Tzu dan tidak menghargai The Art of War dalam konteks yang lebih luas mengenai masyarakat Tiongkok.

Retorika Taois adalah sebuah komponen yang tergabung ke dalam The Art of War. Menurut Steven C. Combs dalam "Sun-zi and the Art of War: The Rhetoric of Parsimony", medan peperangan "digunakan sebagai metafora untuk retorika, dan bahwa keduanya secara filosofis didasarkan pada seni." Combs menulis "Medan peperangan dianalogikan sebagai persuasi, sebagai (bentuk) pertempuran antara hati dan pikiran." Penerapan strategi The Art of War sepanjang sejarah dikaitkan dengan retorika filosofisnya. Taoisme adalah prinsip utama dalam The Art of War. Combs membandingkan Taois Tiongkok kuno hingga ke retorika Aristoteles tradisional, terutama untuk perbedaannya dalam hal persuasi. Retorika Taois dalam strategi medan perang The Art of War digambarkan sebagai "damai dan pasif, mendukung keheningan selama berbicara.” Bentuk komunikasi ini adalah bentuk kekikiran. Sifat pelit, yang sangat ditekankan dalam The Art of War sebagai cara menghindari konfrontasi dan menjadi sosok spiritual dengan alam, membentuk prinsip-prinsip dasar Taoisme.

Mark McNeilly dalam Sun Tzu and The Art Modern Warfare menulis bahwa interpretasi modern dari Sun dan peran pentingya sepanjang sejarah Tiongkok sangat penting dalam memahami dorongan China untuk menjadi negara adidaya di abad kedua puluh satu. Para sarjana Tiongkok modern secara eksplisit mengandalkan pelajaran strategis sejarah dan The Art of War dalam mengembangkan teori mereka, (Para sarjana) melihat hubungan langsung antara perjuangan modern mereka dan orang-orang Tiongkok pada masa Sun Tzu. Ada nilai keuntungan yang dirasakan dalam ajaran Sun Tzu dan penulis tradisional Tiongkok lainnya, yang mana digunakan secara teratur dalam mengembangkan strategi bagi Negara Tiongkok dan para pemimpinnya.

Pada tahun 2008, produser Zhang Jizhong mengadaptasi kisah hidup Sun Tzu untuk dijadikan serial televisi drama sejarah sepanjang 40-episode berjudul Bing Sheng, dibintangi Zhu Yawen sebagai Sun Tzu.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Sun Zi

Pendidikan

Indonesia Inisiasi Peta Jalan ASEAN untuk Transformasi Digital Sistem Pendidikan

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025


Indonesia, yang memiliki jumlah murid dan guru terbesar di Asia Tenggara dan sistem pendidikan terbesar keempat di dunia, telah menyoroti pentingnya transformasi digital dalam sistem pendidikan, terutama setelah pandemi COVID-19.

Mereka menjadi tuan rumah Pertemuan Regional Kedua ASEAN tentang Peta Jalan Deklarasi Transformasi Digital Sistem Pendidikan pada 8 Agustus di Surabaya, Jawa Timur.

Sebanyak tiga agenda utama dibahas dalam pertemuan tersebut: Post Transforming Education Summit 2022: Bagaimana dunia menegaskan kembali pembelajaran dan transformasi digital; presentasi dari negara-negara anggota ASEAN (AMS) mengenai strategi penerapan transformasi digital dalam sistem pendidikan; dan tinjauan AMS mengenai Peta Jalan Deklarasi Transformasi Digital Sistem Pendidikan di ASEAN.

Menjelang pertemuan tersebut, Anang Ristanto, Pj Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian, menekankan perlunya meningkatkan akses terhadap peluang pembelajaran digital yang aman, meningkatkan literasi digital, dan mengembangkan keterampilan digital, khususnya di kawasan ASEAN.

Dalam rangka kepemimpinan Indonesia di ASEAN tahun 2023, lanjutnya, Kementerian Pendidikan menginisiasi upaya koordinasi penyusunan peta jalan.

"Pengembangan peta jalan ini merupakan upaya bersama di antara negara-negara anggota ASEAN, dengan dukungan dari Sekretariat ASEAN," kata Anang.

Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Suharti mengatakan bahwa manfaat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam dunia pendidikan telah banyak dibahas dalam satu dekade terakhir.

"Namun, pandemi COVID-19 menandai momen penting di mana sistem pendidikan menemukan potensi sebenarnya dari TIK dalam mentransformasi proses pembelajaran agar lebih relevan dengan tantangan abad ke-21," ujarnya dalam pertemuan tersebut.

Selama pandemi, teknologi digital pada awalnya digunakan untuk memastikan bahwa proses belajar mengajar dapat terus berlangsung selama penutupan sebagian atau seluruh sekolah. Seiring perkembangannya, para pemangku kepentingan pendidikan semakin menyadari potensi teknologi digital dalam mempercepat pemulihan sektor pendidikan dan melanjutkan upaya mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan 4 tentang Pendidikan Berkualitas. 

"Pandemi ini semakin menegaskan perlunya memperkuat kolaborasi dan memperbarui komitmen serta upaya kita untuk menata ulang dan membangun kembali sistem pendidikan," kata Suharti.

"Indonesia secara konsisten memperjuangkan transformasi di semua tingkat pendidikan. Selama masa kepresidenan G20 tahun lalu, Indonesia mengedepankan pentingnya penggunaan TIK dalam pendidikan untuk mendukung pemulihan pembelajaran dan menciptakan pendidikan yang lebih inklusif dan relevan," ujarnya.

Mendigitalisasi pendidikan Indonesia

Suharti juga menyoroti upaya Indonesia untuk mentransformasi sistem pendidikannya melalui gerakan Merdeka Belajar (Pembelajaran Emansipasi) yang mengoptimalkan penggunaan TIK dalam pendidikan, dengan fokus utama pada mengatasi krisis pembelajaran.

“Terhitung pada tahun 2019, Indonesia telah memasuki paradigma baru dimana teknologi berperan sebagai motor penggerak transformasi sistem pendidikan,” ujarnya.

Suharti menambahkan, Merdeka Belajar bertujuan untuk mewujudkan suatu sistem yang mampu menciptakan pembelajar yang kompeten sepanjang hayat dan mewujudkan karakter “siswa Pancasila”.

Gerakan ini juga menawarkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan memberdayakan siswa untuk mengeksplorasi mata pelajaran mereka, sementara guru dilatih untuk lebih efisien dalam bekerja sama dengan kepala sekolah untuk merancang kurikulum terbaik yang sesuai dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan siswa.

Menurut Suharti, Merdeka Belajar mengedepankan kebijakan transformasional yang mendukung empat aspek prioritas: komitmen terhadap pembelajaran dasar; dukungan untuk keterampilan mengajar; dedikasi kepada kelompok sasaran; dan meningkatkan serta mempercepat kemajuan dengan memanfaatkan teknologi.

“Di antara keempat aspek tersebut, kami memulai dengan menetapkan Asesmen Nasional sebagai sarana pelaksanaan prioritas pertama. Dengan asesmen yang dirancang secara komprehensif dan tes berbasis komputer, Asesmen Nasional dirancang untuk lebih memahami kemampuan siswa,” tuturnya.

Melalui Asesmen Nasional, Kementerian Pendidikan mendorong pembelajaran yang berfokus pada penguasaan pengetahuan, bukan kinerja ujian. Instrumen penilaiannya meliputi kemampuan kognitif, masukan dan proses pembelajaran, seperti kualitas pembelajaran, kepemimpinan kepala sekolah dan persepsi guru, serta risiko kekerasan, perundungan dan intoleransi.

“Seiring dengan reformasi penilaian, kami juga mengubah kurikulum sehingga lebih fokus pada kedalaman, bukan keluasan pengetahuan. Dengan begitu, topik yang dibahas lebih sedikit, namun keterlibatan yang lebih bermakna di kelas,” jelas Suharti.

Prioritas kedua adalah mendukung keterampilan mengajar dengan mengubah orientasi pendidikan calon guru dari teori ke praktik. Selain itu, guru menerima pelatihan praktis dan mendapatkan pengalaman mengajar yang nyata, serta didorong untuk membentuk komunitas belajar yang mendukung bersama rekan-rekannya untuk menghasilkan ide-ide pembelajaran yang kreatif.

Prioritas ketiga adalah serangkaian intervensi untuk mendukung kebutuhan sekolah, guru, dan siswa, serta mencakup pemberian bimbingan tambahan bagi siswa yang berminat mengajar melalui kebijakan Merdeka Belajar, Kampus Merdeka.

“Kebijakan ini memberikan win-win solution bagi siswa dan sekolah yang membutuhkan tenaga pendidik, namun di sisi lain siswa mendapat kredit akademik penuh atas partisipasinya,” kata Suharti. 

Dalam hal hibah sekolah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengalokasikan lebih banyak dana untuk sekolah-sekolah di daerah terpencil sehingga mereka dapat lebih memenuhi kebutuhan logistik dan pengadaan alat pembelajaran.

Prioritas Merdeka Belajar yang keempat adalah pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan dan mempercepat proses pembelajaran. Langkah pertama untuk memastikan transformasi digital yang berguna dan berkelanjutan di sektor pendidikan adalah dengan mengumpulkan, mengintegrasikan, dan memanfaatkan data. Pemangku kepentingan daerah, seperti sekolah dan unit pelaksana teknis (UPT), kemudian memvalidasi dan mengatur data untuk digunakan lebih lanjut dalam pembuatan dan pengembangan platform digital.

Kementerian telah meluncurkan beberapa platform, antara lain Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, Belajar.id, dan Kampus Merdeka, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pihaknya juga telah meluncurkan tiga perangkat digital terkait pengelolaan sumber daya sekolah: Aplikasi Perencanaan Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS), Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah) dan TanyaBOS.

“Transformasi digital melalui gerakan Merdeka Belajar dapat memperkuat ekosistem pendidikan Indonesia dan menginspirasi negara-negara anggota ASEAN,” tegas Suharti.

Transformasi pendidikan ASEAN secara digital

Selama kepemimpinan Indonesia di ASEAN, berupaya untuk menumbuhkan komitmen yang lebih kuat di antara negara-negara AMS untuk menggunakan ICT sebagai pendorong transformasi sistem pendidikan di kawasan.

“Kami menginisiasi penyusunan peta jalan untuk mewujudkan komitmen yang dituangkan dalam Deklarasi Transformasi Digital Sistem Pendidikan di ASEAN. Peta jalan ini juga berfungsi sebagai alat bagi negara-negara ASEAN untuk mencapai tujuan transformasi digital di sektor pendidikan melalui kesepakatan yang telah disepakati. bidang-bidang utama, pencapaian bersama, kerangka waktu indikatif, dan calon mitra,” kata Suharti.

Rodora T. Babaran, direktur pembangunan manusia di Departemen Komunitas Sosial Budaya ASEAN (SOCA) di Sekretariat ASEAN, mengatakan visi blok tersebut pada tahun 2025 menggarisbawahi pentingnya keterampilan dan pengetahuan di era digital, dengan pendidikan sebagai landasan dari visi tersebut. ASEAN yang inklusif.

“Visi Komunitas ASEAN 2025 mengedepankan upaya peningkatan integrasi dan konektivitas regional melalui teknologi digital, serta mendorong ekosistem pendidikan kolaboratif untuk mendukung pertukaran pengetahuan antar institusi, pendidik, dan siswa di seluruh ASEAN,” ujarnya.

Deklarasi ASEAN tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk Dunia Kerja yang Berubah mengakui sifat dinamis dari angkatan kerja modern dan pentingnya peningkatan keterampilan dan pelatihan secara berkelanjutan, mengingat transformasi digital berperan dalam membentuk kembali industri dan pasar kerja.

“Pendidikan harus memainkan peran penting dalam mempersiapkan individu menghadapi dunia kerja yang terus berkembang. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan upaya yang berkelanjutan dan strategis,” kata Babaran.

“Peta jalan Deklarasi Transformasi Digital Sistem Pendidikan di ASEAN memegang kunci untuk mewujudkan transformasi tersebut. Peta jalan ini bukanlah dokumen statis, melainkan dokumen hidup yang akan terus beradaptasi dan berkembang seiring dengan perubahan kebutuhan teknologi dan pendidikan.”

Peta jalan kepemimpinan Indonesia bertujuan untuk mengoperasionalkan komitmen dan tindakan Deklarasi Transformasi Digital Sistem Pendidikan di ASEAN; menegaskan kembali visi untuk membangun komunitas ASEAN yang berketahanan; memajukan proses pemulihan dari kerugian pembelajaran; dan memanfaatkan potensi teknologi digital dalam meningkatkan akses dan partisipasi dalam pendidikan, meningkatkan praktik belajar mengajar, dan meningkatkan pengelolaan informasi pendidikan.

Dokumen ini juga dimaksudkan sebagai alat bagi negara-negara anggota ASEAN untuk mengoordinasikan upaya mereka untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dan dengan demikian akan menguraikan bidang-bidang utama, pencapaian, kerangka waktu indikatif, dan calon mitra.

Roadmap Transformasi Digital Sistem Pendidikan di ASEAN akan disampaikan pada Pertemuan 35th Senior Officials Committee for the ASEAN Socio-Cultural Community (SOCA) dan 30th ASEAN Socio-Cultural Community Council (ASCC) Meeting. Pertemuan akan dilaksanakan pada akhir Agustus 2023. Peta jalan tersebut juga akan diserahkan kepada para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-43 pada September 2023 untuk disetujui.

Disadur dari: www.thejakartapost.com

Selengkapnya
Indonesia Inisiasi Peta Jalan ASEAN untuk Transformasi Digital Sistem Pendidikan

Ilmu Ekonomi

Kesetimbangan

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025


Kesetimbangan (bahasa Inggrisequilibrium) dapat merujuk pada beberapa hal, antara lain

  • Kesetimbangan kimia, suatu keadaan sewaktu konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah terhadap waktu.
  • Kesetimbangan hidrostatik, suatu keadaan dalam suatu sistem sewaktu suatu kompresi karena gravitasi diimbangi oleh suatu gaya gradien tekanan.

Sumber Artikel : wikipedia

Selengkapnya
Kesetimbangan

Pendidikan

Pengertian dan Manfaat Blended Learning Bagi Mahasiswa

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025


Pengertian blended learning

Blended learning adalah kombinasi antara pembelajaran daring (online) dan pembelajaran tatap muka (offline) sehingga konsep ini dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pendidikan yang menggabungkan bahan-bahan pembelajaran pendidikan online dan kesempatan untuk interaksi dalam kelas. Blended Learning juga sering disebut sebagai teknologi-mediated instruction, web-enhanced instruction, atau mixed-mode instruction.

Pembelajaran daring dapat memberikan fleksibilitas dan aksesibilitas yang lebih besar, sementara pembelajaran tatap muka memberikan interaksi sosial dan dukungan langsung dari guru. 

Dalam konsep blended learning, mahasiswa dapat belajar secara mandiri melalui materi pembelajaran online yang telah disediakan oleh guru. Setelah itu, mahasiswa dapat bertemu dengan guru dan teman sekelas untuk diskusi dan kegiatan tatap muka, seperti diskusi kelompok atau praktikum. 

Blended learning memungkinkan mahasiswa untuk belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan mengembangkan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi untuk belajar secara efektif. Dengan demikian, konsep ini dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa. 

Manfaat blended learning untuk pembelajaran 

Blended learning menjadi semakin terkenal sejak penyebaran Covid-19 yang meningkat, terutama karena wabah tersebut membuat banyak negara, termasuk Indonesia, menghentikan pembelajaran tatap muka di sekolah. Dampaknya pada dunia pendidikan sangat terasa, dengan peserta didik yang tidak dapat menghadiri sekolah.  

Hal ini mengakibatkan pembelajaran terhenti karena sulit bagi guru untuk memberikan penjelasan secara efektif seperti yang dapat dilakukan dalam kelas. Blended learning menjadi solusi yang tepat untuk menerapkan pembelajaran daring atau PJJ, memungkinkan guru untuk memberikan pembelajaran secara online dan offline secara efektif. Blended learning memiliki beberapa manfaat, di antaranya: 

Fleksibilitas 

Mahasiswa dapat belajar secara mandiri dengan jadwal yang fleksibel melalui konten pembelajaran daring, dan juga dapat bertemu dengan guru dan teman sekelas di lingkungan tatap muka dengan jadwal yang telah ditentukan. 

Aksesibilitas 

Blended learning memungkinkan mahasiswa dari daerah terpencil atau dengan keterbatasan akses transportasi untuk mengakses pembelajaran dengan mudah melalui internet. 

Interaksi sosial 

Pembelajaran tatap muka memungkinkan mahasiswa untuk berinteraksi langsung dengan guru dan teman sekelas, yang dapat meningkatkan kemampuan sosial dan kemampuan berbicara di depan umum. 

Dukungan individual 

Mahasiswa dapat menerima dukungan individual dari guru melalui pembelajaran daring, sementara tatap muka memungkinkan guru untuk memberikan dukungan yang lebih personal. 

Efektivitas pembelajaran 

Dengan kombinasi antara pembelajaran daring dan tatap muka, mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan untuk belajar secara mandiri dan memanfaatkan teknologi untuk belajar secara efektif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka. 

Dalam keseluruhan, blended learning memungkinkan mahasiswa untuk memperoleh manfaat dari kedua metode pembelajaran online dan offline, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar mereka secara keseluruhan.

Apa saja tahapan blended learning?

Dalam implementasinya terdapat Tahapan Blended learning yang menggabungkan pembelajaran tatap muka (PTM) dan pembelajaran daring (online). Berikut adalah tahapan-tahapan dalam blended learning:

  • Perencanaan (planning)

Tahapan blended learning yang pertama yaitu Perencanaan atau planning dalam tahapan ini umumnya aktivitas yang umum dilakukan antara lain menentukan tujuan pembelajaran, selanjutnya memilih model blended learning yang digunakan contohnya seperti model rotasi, model stasiun, model lab, dan model flipped classroom.

Lalu di lanjutkan dengan menentukan konten pembelajarun misalnya berupa materi pembelajaran online atau pertemuan tatap muka. Memilih Platform pembelajaran seperti Google Classroom, Moodle, Open Course Ware guna mendukung blended learning. Dan yang terakhir yaitu menentukan tools untuk melakukan penilaian tugas atau tes secara online

  • Implementasi (implementation)

Tahapan blended learning yang kedua yaitu Implementasi (Implementation). Tahapan ini merupakan inti dari kegiatan pembelajaran blended learning yaitu berupa aktivitas dimana blended learning itu dijalankan misal nya melalui pembelajaran tatap muka, pembelajaran daring (Open Course Ware & E-Learning), serta aktivitas yang mampu mendukung siswa atau murid untuk beradaptasi dengan seluruh implementasi blended learning pemberian tutorial, sesi tanya jawab, dan umpan balik.

  • Evaluasi (evaluation)

Tahapan blended learning yang kedua yaitu Evaluasi (Evaluation). Tahapan ini bertujuan untuk melakukan evaluasi pembelajaran yang sedang berjalan, dimana Guru dapat mengevaluasi efektivitas pembelajaran dengan menganalisis hasil belajar siswa, umpan balik dari siswa, dan observasi terhadap proses pembelajaran. Hasil dari evaluasi ini nantinya akan membantu dalam melakukan perbaikan sistem pembelajaran kedepan dalam implementasi blended learning.

Sumber: it.telkomuniversity.ac.id

Selengkapnya
Pengertian dan Manfaat Blended Learning Bagi Mahasiswa
« First Previous page 763 of 1.119 Next Last »