Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bakal jadi tulang punggung pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) ke depannya.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Direktorat Jenderal EBTKE Chrisnawan Anditya mengungkapkan dengan realisasi bauran EBT yang baru mencapai 11,2 persen pada 2020 maka perlu ada peningkatan dua kali lipat demi bisa memenuhi target 23 persen pada 2025 mendatang.
"Kita punya potensi EBT yang melimpah namun mempertimbangkan waktunya kita harus manfaatkan semua EBT yang dimiliki. Yang menjanjikan dalam pandangan pemerintah adalah energi surya," kata Chrisnawan dalam Webinarp, Scaling Up Solar in Indonesia: Reform and Opportunity, Kamis (9/9/2021).
Chrisnawan mengungkapkan, pengembangan PLTS ke depannya bakal dibagi menjadi empat jenis PLTS. Pertama, melalui PLTS Atap. Kementerian ESDM menargetkan pengembangan PLTS Atap akan mencapai 3,6 GW pada 2025 mendatang Demi mencapai target, pemerintah kini tengah menyusun revisi Permen ESDM tentang PLTS Atap.
Chrisnawan menjelaskan, dalam regulasi yang baru ini bakal ada sejumlah perubahan antara lain perubahan nilai ekspor energi listrik menjadi 100 persen, jangka waktu kelebihan listrik masyarakat di PLN diperpanjang dari 3 bulan menjadi 6 bulan serta potensi carbon trading yang bisa dimanfaatkan.
Kedua, pengembangan PLTS skala besar. Dalam pengembangan PLTS skala besar, Chrisnawan memastikan hal ini sudah dimasukkan dalam revisi Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang kini tengah difinalisasi. Dari proses terkini, maka total kapasitas PLTS yang bakal dibangun ditargetkan mencapai 6,4 GW.
Ketiga, PLTS Terapung. Chrisnawan mengungkapkan, potensi PLTS Terapung tergolong melimpah. Dari pemetaan yang ada maka potensinya mencapai 27 GW. Kendati demikian tidak seluruhnya dapat dikembangkan.
Demi mengatasi isu intermitensi pada PLTS Terapung, maka pengembangannya harus dilakukan pada waduk yang juga memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
"Jika berkaitan dengan intermitensi, maka PLTS Terapung harus dikembangkan dekat dengan pembangkit hidro, potensi yang ada mencapai 12 GW dan ini angka yang besar," jelas Chrisnawan.
Chrisnawan menambahkan, pihaknya juga telah mengusulkan agar pengembangan PLTS Terapung masuk dalam revisi RUPTL yang tengah dilakukan. Terakhir, pengembangan PLTS Off Grid. Menurutnya, pengembangan ini bakal berfokus pada area-area yang terpencil dan sulit dijangkau.
Keempat strategi pengembangan PLTS Atap ini disebut Chrisnawan sebagai strategi jangka menengah yang bakal dicapai hingga 2030 mendatang.
Dukungan Regulasi
Sejumlah dukungan regulasi kini pun tengah disiapkan pemerintah. Upaya mendorong EBT diharapkan juga selaras dengan target pemerintah mencapai net zero emission pada 2060 mendatang. Chrisnawan mengungkapkan, saat ini ada sejumlah regulasi dan panduan yang diharapkan bisa segera ditetapkan antara lain Peraturan Presiden tentang tarif EBT, RUU EBT hingga RUPTL 2021 - 2030.
"Peraturan Presiden ini akan atraktif untuk investor karena dalam regulasi ini kita sudah menyediakan kompensasi jika harga jual listrik lebih tinggi dari generation cost PLN," terang Chrisnawan.
Chrisnawan mengungkapkan, regulasi ini diharapkan akan diumumkan oleh Presiden Joko Widodo dalam Climate Change Conference (COP26).
Sumber Artikel: kompas.com
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
Energi angin adalah salah satu sumber energi terbarukan yang terbentuk dari rotasi bumi dan akibat perbedaan tekanan. Jenis energi ini rupanya telah dimanfaatkan manusia sejak dulu.
Menurut publikasi ilmiah yang diterbitkan Journal of American Science, energi angin pertama kali dimanfaatkan untuk menggerakkan perahu oleh bangsa Mesir pada 5000 sebelum masehi (SM).
Seiring berkembangnya zaman, energi angin digunakan untuk berbagai hal termasuk kincir angin untuk irigasi dan penggilingan.
Pemanfaatan energi angin untuk menggerakkan kincir angin untuk irigasi dan penggilingan pertama kali dilakukan oleh bangsa Asia, khususnya bangsa Persia, pada abad ke-7.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kincir angin yang hanya digunakan untuk keperluan pertanian, penggilingan, dan irigasi dikembangkan untuk menghasilkan listrik.
Kincir angin yang dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik biasanya disebut sebagai turbin angin. Sejarah mencatat, turbin angin pertama kali dibuat oleh Pour La Cour pada abad ke-19 di Denmark untuk pembangkitan listrik di daerah yang terpencil.
Lantas, bagaimana cara kerja turbin angin?
Turbin angin merupakan seperangkat teknologi yang mengubah energi angin menjadi energi listrik dalam sistem pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).
Secara sederhana dan ringkas, turbin angin memiliki beberapa bagian inti yakni bilah, poros, generator, dan tiang penyangga.
Melansir European Wind Energy Association (EWEA), turbin angin mengubah energi kinetik yang dimiliki energi angin menjadi energi mekanik.
Energi kinetik dari angin menabrak bilah turbin angin sehingga bilah ini berputar membuat porosnya berotasi.
Rotasi poros inilah yang kemudian menggerakkan generator dan akhirnya menghasilkan listrik.
Jenis-jenis Turbin Angin
Secara umum, turbin angin diklasifikasikan menjadi dua jenis yakni turbin angin sumbu horizontal dan turbin angin sumbu vertikal.
Sesuai namanya, turbin angin sumbu horizontal memilik poros horizontal alias mendatar. Menurut Kementerian Energi AS, turbin angin jenis ini sangat umum digunakan di “Negeri Paman Sam”.
Sedangkan jenis turbin angin sumbu vertikal memiliki poros verikal alias berbentuk tegak. Turbin angin sumbu vertikal memiliki beberapa variasi pada bilahnya dan kebanyakan dinamai menurut penemu desainnya.

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Offshore (Shutterstock)
Aplikasi Turbin Angin
Di era modern, aplikasi turbin angin dapat dikategorikan berdasarkan di mana mereka dipasang dan bagaimana energi yang dihasilkan terhubung ke jaringan.
Ada tiga aplikasi pemanfaatan turbin angin berdasarkan tempatnya yakni turbin angin darat, turbin angin lepas pantai, dan turbin angin terdistribusi.
Turbin angin darat merupakan turbin angin yang dipasang di darat dan biasanya memiliki kapasitas terpasang mulai 100 kilowatt hingga beberapa megawatt.
Sedangkan turbin angin lepas pantai dipasang di lautan dan memiliki ukuran yang cenderung besar. Turbin ini mampu menangkap angin laut yang kuat dan menghasilkan energi dalam jumlah besar.
Sementara turbin angin terdistribusi adalah turbin angin yang dipasang untuk kebutuhan sendiri. Biasanya, turbin angin ini dimanfaatkan secara independen di rumah tangga atau untuk menyuplai listrik di sebuah situs di daerah-daerah terpencil.
Sumber Artikel: kompas.com
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
Inggris akan meluncurkan dana 160 juta poundsterling (Rp3,11 triliun) untuk membantu pengembangan energi angin lepas pantai terapung.
Pengembangan turbin angin lepas pantai terapung tersebut merupakan bagian dari upaya negara untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dan mencegah perubahan iklim.
Pengumuman itu muncul ketika Inggris berupaya meningkatkan ambisi “hijau”-nya sebelum menjadi tuan rumah KTT iklim COP 26 di Glasgow mulai Minggu (31/10/2021).
“Turbin angin lepas pantai terapung adalah kunci untuk mendapatkan sumber energi angin yang kami miliki di Inggris,” kata Menteri Energi Inggris Kwasi Kwarteng sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu (30/10/2021).
Inggris memiliki target untuk memproduksi 40 gigawatt listrik dari pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) lepas pantai pada 2030.
Target tersebut dikatakan akan cukup memberi daya pada setiap rumah.
Dari target tersebut, PLTB lepas pantai terapung ditargetkan benrkontribusi sebesar 1 gigawatt.
PLTB lepas pantai terapung adalah teknologi baru dengan biaya yang jauh lebih tinggi daripada PLTB yang memiliki fondasi di dasar laut.
Namun, biaya pengembangan semakin murah jika ada banyak proyek yang dibuat.
Selain itu, teknologi ini membuka potensi untuk mengembangkan PLTB dengan lokasi yang lebih jauh di lepas pantai.
Pemerintah mengatakan, rincian alokasi dana tersebut akan ditetapkan setelah berkonsultasi dengan industri.
Sumber Artikel: kompas.com
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
Kebutuhan untuk mengganti energi fosil menjadi energi terbarukan semakin kuat untuk disuarakan.
Dunia semakin sadar bahwa untuk mencegah perubahan iklim, energi fosil harus dikurangi atau bahkan distop.
Di berbagai belahan dunia, sejumlah negara secara proaktif mendorong pengembangan energi terbarukan.
Sebagai contoh di Amerika Serikat (AS), pemerintahan Presiden Joe Biden getol menyuarakan perubahan iklim.
Kelompok negara-negara kaya G7 juga menekan agar pembangunan pembangkit listrik dengan batu bara harus dihentikan.
Di sisi lain, sejumlah energi terbarukan semakin dilirik. Melansir Al Arabiya, berikut lima teknologi energi terbarukan yang tengah naik daun.
1. Sistem Penyimpanan Energi Baterai

Ilustrasi Baterai untuk Mobil Elektrifikasi (Shutterstock/Roman Zaiets)
Baterai memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk memberi daya pada ponsel atau kendaraan listrik bagi yang memilikinya.
Selain itu, baterai juga merupakan salah saku komponen kunci untuk menyimpan energi yang dihasilkan pembangkit listrik ramah lingkungan seperti tenaga angin dan tenaga surya.
Sifat intermittent yang dimiliki tenaga angin dan tenaga surya membuat kedua pembangkit listrik ini membutuhkan baterai untuk menyimpan daya listrik yang dihasilkan.
International Renewable Energy Agency (IRENA) melaporkan bahwa teknologi penyimpanan energi seperti baterai dapat digunakan untuk berbagai aplikasi di sektor ketenagalistrikan.
Kendati demikian, investasi untuk teknologi ini sangat besar dengan fokus peningkatan kapasitas baterai namun dengan ukuran yang semakin kecil.
2. Hidrogen

Fuel Cell yang digunakan Toyota Mirai (KompasOtomotif)
Sumber daya energi ini adalah salah satu yang terbaru dalam sektor energi terbarukan, dan semakin mengemuka akhir-akhir ini.
Hidrogen di masa depan bisa menjadi bahan bakar untuk kereta api, pesawat terbang, mobil, truk, atau bahkan untuk pabrik.
Pemanfaatan hidrogen sebagai bahan bakar dengan teknologi fuel cell dinilai ramah lingkungan karena sangat rendah emisi.
Kendaraan fuel cell hampir mirip dengan kendaraan listrik karena sama-sama menggunakan daya listrik yang disimpan di baterai untuk menggerakkan kendaraan mobil.
Bedanya, kendaraan ini memproduksi listrik sendiri dari penyediaan bahan bakar hidrogen dan oksigen.
3. Konsentrator Tenaga Surya

Ilustrasi Panel Surya (linesolar.com)
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan panel surya bukanlah teknologi yang asing untuk saat ini.
Apalagi, belakangan ini banyak orang yang mulai memasang panel surya untuk mencukupi kebutuhan energi listrik mereka.
Sejumlah negara bahkan perusahaan energi juga berfokus mengembangkan kapasitas PLTS dalam beberapa tahun ke depan.
Kini, teknologi yang sedang naik daun dari panel surya adalah konsentrator tenaga surya.
Dengan menggunakan cermin untuk memfokuskan sinar matahari ke zona yang lebih kecil, cahaya menjadi terkonsentrasi.
Hal ini menciptakan lebih banyak energi yang kemudian dapat menghasilkan tenaga listrik. Teknologi ini menjadi salah satu metode yang disukai untuk proyek skala besar.
4. Energi Angin

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Offshore (Shutterstock)
Sama seperti tenaga surya, energi angin bukanlah teknologi yang mutakhir. Teknologi ini bahkan dimanfaatkan orang ratusan tahun lalu.
Energi terbarukan ini memanfaatkan energi angin yang diubah menjadi energi kinetik oleh bilah-bilah turbin angin.
Bilah-bilah ini kemudian memutar generator sehingga menghasilkan listrik. Banyak negara yang getol berinvestasi di teknologi ini.
Apalagi di daerah dengan angin yang kencang, pengembangan energi angin menjadi primadona.
5. Waste to Energy

Ilustrasi pengelolaan sampah dengan cara membakar sampah plastik
Waste to energy merupakan sistem yang mengubah sampah atau barang-barang yang bernilai ekonomis rendah menjadi energi.
Sistem ini adalah proses menghasilkan energi dalam bentuk panas atau listrik dari sampah.
Dengan menggunakan berbagai macam teknologi yang terus berkembang, metode ini mendapat banyak perhatian karena mengatasi dua masalah sekaligus yakni mengolah sampah dan memproduksi energi.
Ada beberapa teknologi dalam sistem ini, tergantung jenis sampah dan energi yang ingin dihasilkan.
Sumber Artikel: kompas.com
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
Rencana Inggris untuk revolusi industri hijau telah menarik investasi senilai ratusan miliar poundsterling. Keterangan ini disampaikan pemerintah pada Kamis (14/10) menjelang pertemuan puncak investasi di London yang akan mempertemukan beberapa pemodal besar di dunia.
Data pemerintah menunjukkan investasi senilai 5,85 miliar pound (Rp 112,7 triliun) telah direalisasikan atau disepakati sejak November 2020, ketika Perdana Menteri Boris Johnson meluncurkan rencana 10 poin untuk memprioritaskan teknologi hijau dan tujuan iklim dalam pemulihan ekonomi Inggris dari pandemi Covid-19. Rencana tersebut menargetkan investasi swasta senilai Rp 808,4 triliun pada 2030 di bidang energi, bangunan, transportasi, inovasi, dan lingkungan alam di samping penciptaan 250 ribu lapangan pekerjaan hijau.
Inggris ingin mempromosikan kemampuannya melindungi alam (greencredential) sebelum menjadi tuan rumah konferensi iklim COP26 PBB di Glasgow bulan depan. Inggris akan mencoba menengahi kesepakatan internasional yang kompleks untuk menghentikan kenaikan suhu global.
Pemerintah juga ingin menarik dana yang akan membantunya meraih keunggulan dalam perlombaan negara maju untuk memanfaatkan permintaan akan teknologi hijau yang lebih baik. Pekerjaan berketerampilan tinggi dan bergaji tinggi harus menyertainya.
Dengan pemikiran itu, Johnson Selasa depan akan menjamu para bankir utama termasuk Kepala Eksekutif JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon dan CEO Blackrock Larry Fink pada pertemuan puncak investasi di London. Acara yang dihadiri oleh para menteri, pemimpin industri, dan bangsawan Inggris itu dirancang untuk menggalang pendanaan.
Penggalangan dana ditujukan bagi proyek-proyek untuk membantu Inggris memenuhi tujuan iklimnya dan meregenerasi kawasan pasca-industri di Inggris. Selama ini tujuan tersebut tertinggal puluhan tahun akibat fokus ekonomi pada sektor jasa.
Sumber Artikel: republika.co.id
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
Holding BUMN sektor Pariwisata InJourney melihat pemulihan sektor pariwisata baru terjadi pada 2023 mendatang. Acara internasional salah satu cara untuk meningkatkan tingkat kunjungan ke tempat pariwisata.
"Kita lihat bahwa kebangkitan pariwisata pada 2023, serangkaian acara sudah disiapkan untuk memicu traffic ke Indonesia," kata Direktur Utama InJourney Donny Oskaria, dalam Raker PHRI, Rabu (9/2/2022).
Donny menjelaskan beberapa inisiatif kunci yang akan dilakukan sampai tahun 2024. Mulai dari restrukturisasi pengelolaan bandara menjadi kelas dunia. Mulai dari Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Kualanamu, Hang Nadim, Hasanuddin.
"Serta me-launching airlines di pasar medium services. Pelita Air Service masuk di situ. Diharapkan bisa mengisi kekosongan jumlah pesawat yang menghubungkan Indonesia pasca pandemi. Di mana airlines saat ini sedang turbulensi," jelasnya.
Selain itu ada transformasi Sarinah menjadi retail management di 2022, transformasi bisnsi TWC, hingga penataan Taman Mini Indonesia indah, juta transformasi bisnis Hotel Indonesia Natour (HIN).
Juga penyelenggaraan acara internasional seperti KTT G-20, Moto GP, juga festival di Danau Toba, Borobudur, juga di Mandalika, Labuan Bajo, juga side event lainnya.
"Corenya event, demand akan mengisi tingkat hunian hotel," jelasnya.
Sementara Ketua PHRI Hariyadi Sukamdari memprediksi pemulihan sektor pariwisata terjadi pada 2023 mendatang juga. dengan asumsi tidak ada lonjakan baru dari Covid - 19.
"Sama pandangannya dengan InJourney, kalau nggak ada serangan baru dari Covid, kita lihat di Q2 sudah start bergulir tren pemulihan. Di mana posisinya nanti kembali pada 2019," jelasnya.
Sumber Artikel: cnbcindonesia.com