Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 26 Februari 2025
Jakarta (ANTARA) - Salah satu pilar utama konsep pembangunan ibu kota baru Indonesia, yakni Nusantara, adalah keselarasan antara kemajuan infrastruktur dan kelestarian lingkungan, terutama dalam hal pelestarian keanekaragaman hayati.
Nusantara yang terletak di Kalimantan Timur merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati terkaya di Indonesia. Ada banyak spesies yang merupakan spesies endemik di daerah tersebut.
Menurut catatan Otoritas Ibu Kota Nusantara (OIKN), terdapat 3.889 spesies yang terindikasi dapat ditemukan dalam radius 50 kilometer dari kawasan tersebut, termasuk mamalia, burung, reptil, amfibi, ikan, tumbuhan, serangga, dan arakhnida.
Namun, data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) menunjukkan bahwa 440 spesies atau 11,8 persen dari total spesies yang teridentifikasi berada dalam kondisi rentan, kritis, atau terancam punah, sehingga perlu dilakukan upaya konservasi.
Hal ini tidak terlepas dari masalah lingkungan yang tercatat sebelum pekerjaan konstruksi dimulai di Nusantara.
Deforestasi akibat pembalakan liar, kebakaran hutan, penambangan ilegal, perluasan perkebunan kelapa sawit, dan perambahan hutan telah banyak mengubah hutan Kalimantan.
Citra satelit yang dirilis oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) juga menunjukkan bukti nyata berkurangnya tutupan hutan di wilayah Nusantara.
Berdasarkan citra satelit tersebut, pada April 2022, tutupan hutan di Nusantara masih lebat, sementara pada Februari 2024, dampak pembukaan hutan sudah terlihat di beberapa wilayah.
Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam OIKN, Myrna Safitri, mengatakan bahwa kondisi hutan lindung Nusantara masih jauh dari kata ideal. Konversi hutan secara besar-besaran dalam beberapa dekade terakhir - jauh sebelum pembangunan Nusantara dimulai - telah mengubah hutannya.
Menurutnya, tutupan hutan sekunder di Nusantara saat ini hanya 16 persen dari total 256.142 hektar luas wilayah ibu kota baru. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memulihkan setidaknya 120 ribu hektar hingga tahun 2045.
Ia menegaskan bahwa pengembangan Nusantara sebagai kota hutan akan mengedepankan dan perlindungan keanekaragaman hayati. Upaya pemulihan ekosistem juga akan dilakukan untuk menghidupkan kembali hutan tropis Kalimantan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meluncurkan Rencana Pengelolaan Keanekaragaman Hayati, yang akan menjadi peta jalan pembangunan Nusantara yang tetap mengedepankan pelestarian alam dan mencegah pelestarian alam kepunahan di wilayah ibu kota baru.
Rencana yang diluncurkan pada tanggal 26 Maret 2024 ini dibuat melalui diskusi dengan para ahli, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga internasional.
Dokumen tersebut berisi beberapa poin penting mengenai pembangunan Nusantara dan mencakup aspek-aspek seperti melestarikan ekosistem hutan dan lahan basah yang tersisa, pelestarian habitat, perlindungan spesies, dan upaya restorasi.
Rencana ini akan dilaksanakan selama lima tahun - dari tahun 2024 hingga 2029.
Berita terkait: OIKN beralih ke sains warga untuk melindungi keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati di Nusantara
OIKN telah mengidentifikasi tujuh wilayah di Nusantara dan sekitarnya yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Kawasan tersebut antara lain Bentang Alam Gunung Beratus, Taman Hutan Raya Bukit Soeharto, Teluk Balikpapan, Hutan Lindung Sungai Wain, Samboja Lestari (pusat rehabilitasi), Kecamatan Muara Jawa, dan Gunung Parung.
Hutan Lindung Sungai Wain merupakan hutan dataran rendah yang tersebar di wilayah administratif Balikpapan, yang berbatasan dengan Nusantara. Hutan lindung ini terdiri dari hutan primer yang dikelilingi oleh hutan yang sedikit terdegradasi akibat kebakaran hutan di masa lalu.
Di kawasan hutan lindung tersebut, 42 jenis mamalia, 21 jenis burung, dan 4 jenis reptil ditemukan dari tahun 2016 hingga 2022. Jenis-jenis mamalia tersebut antara lain adalah burung pitta kepala biru, rangkong hitam, kucing teluk, dan beruang madu.
Teluk Balikpapan memiliki luas perairan sekitar 120 km dengan lebar maksimum 7 km, dan garis pantai teluk ini sebagian besar ditutupi oleh hutan bakau. Teluk Balikpapan merupakan habitat buaya muara, penyu hijau, duyung, dan pesut.
Sementara itu, Gunung Parung di bagian barat merupakan kawasan hutan yang membentang dari area konsesi hutan produksi hingga Pegunungan Meratus.
Ada beberapa spesies yang dilindungi di kawasan ini, seperti monyet daun merah marun, layang-layang brahmana, bekantan, dan kuntul ungu.
Taman Hutan Raya Bukit Soeharto yang membentang seluas 64 hektar ini merupakan salah satu kawasan hutan konservasi di Nusantara. Menurut data OIKN, saat ini tutupan lahannya terdiri dari sekitar 57 persen kawasan hutan, dan sisanya digunakan untuk kegiatan ilegal, seperti perkebunan, pertambangan, dan bangunan.
Taman Hutan Raya Bukit Soeharto merupakan habitat macan dahan, rangkong badak, dan owa jawa.
Sementara itu, satwa yang dapat ditemukan di Muara Jawa, yang dulunya merupakan kawasan hutan bakau, antara lain bekantan dan burung kakatua kerah.
Samboja Lestari, yang memiliki luas 1.852 hektar, merupakan pusat rehabilitasi bagi beberapa spesies, seperti orangutan dan beruang madu.
Selain itu, Samboja Lestari juga menjadi rumah bagi burung kutilang Timur Jauh, Rhacophoridae, owa abu-abu, dan monyet daun merah marun.
Melihat tingginya nilai keanekaragaman hayati dan tantangan yang ada, OIKN bekerja keras untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu, beberapa langkah strategis telah disusun dalam Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati.
Untuk mengembalikan fungsi ekologis hutan Kalimantan, Direktur Bina Pemanfaatan Sumber Daya Hutan dan Air OIKN, Pungky Widiaryanto, mengatakan bahwa OIKN akan menetapkan 65 persen dari wilayah Kalimantan sebagai kawasan lindung.
Ini akan mencakup 40 ribu hektar hutan sekunder, 2 ribu hektar hutan bakau, 55 ribu hektar hutan tanaman industri/monokultur, dan 80 ribu hektar pertanian, pertambangan, dan perkebunan kelapa sawit.
Sementara itu, 25 persen dari luas wilayah Nusantara telah dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan 10 persen sisanya akan digunakan untuk tujuan pertanian.
Selain mengembalikan fungsi ekologis hutan, keselarasan antara manusia dan satwa liar di sekitar kawasan Nusantara juga perlu diperhatikan.
Widiaryanto menegaskan bahwa OIKN telah menyusun langkah-langkah untuk mencegah terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar di ibu kota baru.
Berita terkait: OIKN akan bangun perlintasan satwa liar untuk lestarikan keanekaragaman hayati di Nusantara
Disadur dari: /en.antaranews.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 26 Februari 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menargetkan pertumbuhan volume ekspor sekitar 15 persen di tahun 2021. Optimisme tersebut hadir seiring dengan pencapaian positif yang diraih KRAS pada kuartal I-2021. Asal tahu saja, permintaan ekspor KRAS sejak awal 2021 sudah meningkat signifikan. Saat ini, KRAS diketahui telah mendapatkan order ekspor sampai dengan kuartal ketiga mendatang. Direktur Utama KRAS Silmy Karim mengungkapkan, sejak tahun lalu sebenarnya tren ekspor perusahaan telah menunjukkan respon yang cukup positif.
Hal ini kemudian berlanjut hingga awal tahun 2021, di mana realisasi ekspor di kuartal pertama ini jauh lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan oleh manajemen sebelumnya. "Untuk ekspor 2020 kinerja nya baik, kemudian tumbuh signifikan di tahun 2021. Realisasi di kuartal I-2021 sekitar 77.000 ton, lebih tinggi 198 persen dari target kami yang sebesar 38,700 ton untuk kuartal pertama," jelas dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/4/2021) lalu. Silmy menambahkan, target volume ekspor yang ingin dicapai KRAS di tahun ini sebanyak 157.000 ton atau sekitar 6,65 persen dari total pendapatan.
Dengan rinciain, 155.000 ton berasal dari baja lembaran panas dan 2.000 ton sisanya dari pipa baja. "Ini lebih tinggi 15 persen dari realisasi tahun 2020 sekitar 135.000 ton," ujarnya. Dengan target yang telah ditetapkannya, Silmy optimistis proyeksi ekspor KRAS di tahun 2021 akan lebih baik dari realisasi di tahun lalu. Lantaran, masih banyak negara-negara pengekspor lain yang kondisinya belum kembali normal dari dampak pandemi korona beberapa waktu lalu. Di sisi lain, KRAS juga memiliki rencana untuk memperluas tujuan ekspor mereka di tahun ini. Pabrik Hot Strip Mill (HSM) No. 2 yang tengah dalam tahap penyelesaian. Pabrik tersebut diproyeksikan akan meningkatkan produksi perusahaan sekitar 1,5 juta ton per tahun. Ini bakal semakin membuka lebar kesempatan KRAS untuk menggaet target pasar baru. "Rencana dalam waktu dekat adalah pasar India," sebut Silmy.
Hingga saat ini, KRAS telah memasarkan produknya ke berbagai negara tujuan ekspor, seperti Malaysia, Australia, Portugal, Italia, Spanyol, Belgia, Swiss dan negara Eropa barat lain. Namun demikian, Malaysia masih menjadi penopang ekspor KRAS dengan kontribusi sekitar 74 persen dari total volume ekspor. "Tradisional market kami saat ini untuk ekspor masih ke negara Malaysia, sekitar 57.000 ton pada kuartal pertama atau sekitar 74 persen dari volume ekspor di periode tersebut. Targetnya 70 persen Malaysia, 28 persen Eropa dan 2 persen ke Australia," pungkas Silmy.
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 26 Februari 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Industri manufaktur yang menopang pembangunan atau konstruksi rumah atau hunian salah satunya adalah produksi baja lapis aluminium. Industri produk tersebut diharapkan terus menerapkan konsep industri hijau. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun terus mendorong sektor industri manufaktur melakukan transformasi ke arah pembangunan berkelanjutan. Salah satu langkahnya melalui pelaksanaan konsep industri hijau, dengan prinsip menggunakan sumber daya yang efisien, dapat diguna ulang, ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta memanfaatkan sampah sebagai energi alternatif.
"Sejak 2010, Kemenperin telah memberikan penghargaan industri hijau kepada para pelaku industri di Tanah Air,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis, Senin (26/4/2021). Menanggapi hal itu, pelaku industri di sektor baja, Lian Hoa, General Manager PT Tata Metal Lestari mengatakan, upaya pemerintah ke arah pembangunan berkelanjutan merupakan langkah yang patut didukung semua pihak. Menurut Lian, industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Dia berujar, lingkup pembangunan industri hijau ini meliputi standarisasi industri hijau dan pemberian fasilitas untuk industri hijau.
"Penerapan industri hijau ini dilaksanakan dengan pemenuhan terhadap Standar Industri Hijau (SIH) yang secara bertahap dapat diberlakukan secara wajib. Pemenuhan terhadap Standar Industri Hijau oleh perusahaan industri dibuktikan dengan diterbitkannya sertifikat industri hijau atau Green Label (GL) yang sertifikasinya dilakukan melalui suatu rangkaian proses pemeriksaan dan pengujian oleh Lembaga Sertifikasi Industri Hijau (LSIH) yang terakreditasi," terang Lian.
Adapun salah satu produk Tata Metal Lestari, yakni Nexalume, sudah mendapatkan Green Label. Lian mengatakan, sebelum Nexalume mendapat sertifikat Green Label level Gold, perseroan juga menjalani proses pemeriksaan dan pengujian yang dilaksanakan oleh auditor industri hijau dari Green Label Indonesia yang telah mengantongi sertifikasi kompetensi auditor industri hijau.
"Jadi semuanya diaudit, mulai dari teknologi, pekerja, bahan baku, sampai limbahnya. Untuk bahan baku, kita juga bekerja sama dengan perusahaan Rio Tinto yang mensupply material Aluminium yang juga sustainable tentunya. Jadi dicek semua sesuai baku standar dalam parameter penerapan kriteria ramah lingkungan yang ada di cek list auditing di Green Label Indonesia," ujar Lian.
Ia menerangkan, Rio Tinto juga telah memilih PT Tata Metal Lestari sebagai salah satu konsumen yang diberikan Label Responsible Aluminium sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap industri yang berkesinambungan. Lian melanjutkan, dengan sertifikat Green Label ini, maka tercipta produk lokal yang berkelanjutan menurut lingkungan kondisi Indonesia (Go environment). Pun demikian, produk yang sudah memiliki green label sertifikat di Indonesia juga diakui di luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan telah diekspornya Nexalume ke berbagai belahan dunia. "Ada Green label Indonesia, Singapura, Hong Kong, Australia dan China, kita (Indonesia) sudah bergabung dalam Global Ecolabelling Network (GEN). Jadi Apabila produk tersebut sudah ada label GL di salah satu negara maka ada istilah yang namanya Mutual Recognition Agreement. Artinya antar negara lain mengakui label yang ditempelkan di produk tersebut," sebutannya
Tata Metal Lestari merupakan produsen baja lapis Zinc Aluminium dengan merek dagang Nexalume. Corporate Colour pun terinspirasi dari warna biru yang mewakili Langit dan warna hijau yang melambangkan bumi. Perseroan menyatakan juga terus berkomitmen untuk mendukung industri baja yang berkelanjutan dalam rangka pemulihan ekonomi yang mengusung industri ramah lingkungan.
Sumber: www.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 26 Februari 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengklaim kehadiran 3 perusahaan di industri smelter bijih nikel mampu mengurangi angka kemiskinan. Ketiga perusahaan tersebut yakni PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), PT Obsidian Stainless Steel, dan PT Virtue Dragon Nickel Industry.
Hal itu ia sampaikan saat mendampingi Presiden Joko Widodo dalam rangka peresmian pabrik smelter bijih nikel PT GNI di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, pada Senin (27/12/2021). "Hal ini membuktikan adanya kemitraan yang saling menguntungkan antara industri dengan masyarakat guna membawa kemajuan bersama, termasuk tumbuhnya wirausaha di lingkungan pabrik serta dapat meningkatkan infrastruktur sosial yang dibutuhkan masyarakat," kata dia melalui siaran persnya, Rabu (29/12/2021).
Agus menyebut, total investasi dari ketiga industri smelter tersebut mencapai 8 miliar dollar AS. Adapun target penyerapan tenaga kerja sebanyak 27.000 orang. Menperin mengatakan perusahaan yang beroperasi sudah mampu menyumbang penerimaan negara berupa pajak sebesar Rp 1,03 triliun sejak tahun 2019 hingga 2021. "PT GNI, PT Obsidian Stainless Steel, PT Virtue Dragon Nickel Industry, merupakan satu grup yang telah dan akan menjadi bagian dari rencana besar pemerintah Indonesia untuk mendorong hilirisasi industri dalam peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri," kata dia.
Secara keseluruhan, nilai realisasi investasi pabrik smelter nikel yang ada di Indonesia sampai saat ini sudah menembus 15,7 miliar dollar AS. Selanjutnya, ekspor produk feronikel setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini dinilai memberikan dampak positif terhadap penambahan devisa. "Pada tahun 2020, ekspor feronikel mencapai 4,7 miliar dollar AS, dan pada periode Januari hingga Oktober 2021 tercatat sebesar 5,6 miliar dollar AS," ucap Menperin.
Merujuk data World Top Export, Indonesia menempati peringkat ke-1 di dunia sebagai negara pengekspor produk berbasis nikel (stainless steel slab, stainless billet dan stainless steel coil), dengan total ekspor senilai 1,63 miliar dollar AS pada tahun 2020. Lebih lanjut Agus mengatakan keberhasilan dari kebijakan hilirisasi industri berkontribusi pada peningkatan serapan jumlah tenaga kerja. Selain itu, berkembangnya industri smelter di dalam negeri dinilai memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional dan wilayah setempat yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Sebagai ilustrasi, kalau biasanya Kabupaten Konawe ini pertumbuhan ekonominya sekitar 5 persen sampai 6 persen sebelum ada investasi datang, selama dua tahun terakhir ini pertumbuhannya sudah di angka belasan persen," ucapnya.
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 26 Februari 2025
KOMPAS.com - Indonesia mengguncang dunia setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan larangan ekspor bijih nikel ke luar negeri. Akibat ekspor nikel dilarang, Pemerintah Indonesia pun mendapat gugatan dari Uni Eropa. Kendati demikian, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (24/11/2021), Presiden Jokowi tetap melanjutkan pelarangan ekspor bahan mental, bahkan tak hanya nikel tetapi juga bauksit, meski digugat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Meskipun kita memang digugat di WTO, enggak masalah. Tapi di sini (kami melarang nikel karena) kita ingin membuka lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya di negara kita Indonesia. Golnya ada di situ," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (24/11/2021). Dari penyetopan atau larangan ekspor bijih nikel, potensi penyerapan nilai tambah Indonesia tahun ini mencapai 20 miliar dollar AS, lebih tinggi dibandingkan 3-4 tahun yang lalu, yang hanya mencapai 1,1 miliar dollar AS. "Tidak boleh lagi (ekspor) yang namanya bahan mentah, raw material. Ini setop, sudah setop," tegas Jokowi.
Setelah pelarangan ekspor bahan mentah, Nikel Indonesia mengguncang dunia. Sebab, logam berat ini memiliki peran dan manfaat penting bagi berbagai industri di dunia. Lantas, apa itu nikel dan manfaatnya untuk apa saja? Nikel adalah logam keras berwarna putih keperakan dengan sedikit corak semburat keemasan. Ini adalah logam yang kuat, padat, dan memiliki ketahanan terhadap panas dan korosi. Tak heran jika fungsi nikel sangat berguna untuk pengembangan berbagai macam produk, seperti untuk bahan baku pembuatan kabel listrik, koin, hingga peralatan militer.
Dilansir dari Live Science, Logam yang sangat berguna ini adalah No. 28 dalam tabel periodik unsur, antara unsur kobalt dan tembaga. Nikel adalah logam penghantar listrik dan panas yang cukup baik dan merupakan salah satu dari empat unsur logam yang sangat penting, selain kobalt, besi, dan gadolinium. Logam-logam ini memiliki sifat feromagnetik atau mudah dimagnetkan pada suhu kamar. Sebagai logam transisi, nikel memiliki elektron valensi tidak hanya satu lapisan, tetapi dalam dua lapisan, yang memungkinkan logam tersebut membentuk beberapa keadaan oksidasi yang berbeda. Inilah salah satu alasan mengapa nikel termasuk ekspor nikel Indonesia begitu penting.
Asal-usul logam nikel
Penemuan bijih nikel di Eropa pada abad ke-17 disebut sebagai kisah tentang identitas yang keliru. Pada tahun 1600-an, para penambang Jerman mencari tembaga di Ore Mountains. Para penambang ini kemudian menemukan bijih nikel yang sebelumnya tidak dikenal, yang sekarang dikenal sebagai nikel arsenida atau niccolite, yaitu batu nikel dan arsenik berwarna merah kecoklatan pucat. Karena percaya bahwa mereka telah menemukan bijih tembaga lain, para penambang berusaha mengekstraksi tembaga, tetapi ternyata batu-batu itu gagal berproduksi. Para penambang yang frustasi menyalahkan Nickel, iblis nakal dalam mitologi Jerman, karena mempermainkan mereka dan mulai memanggil bijih kupfernickel, yang diterjemahkan sebagai 'setan tembaga'. Namun, satu abad kemudian, pada tahun 1751, ahli kimia Swedia Baron Axel Fredrik Cronstedt mencoba memanaskan kupfernickel dengan arang dan menemukan bahwa berbagai sifatnya dan dengan jelas mengungkapkan bahwa itu bukan tembaga.
Cronstedt dikreditkan sebagai orang pertama yang mengekstrak nikel dan mengisolasinya sebagai elemen baru. Dia membuat nama 'kupfer' dan menyebut unsur baru nikel. Nikel adalah salah satu unsur logam yang paling melimpah kelima di Bumi ini. Kendati demikian, keberadaan nikel, 100 kali lebih terkonsentrasi di bawah kerak bumi, menurut Chemicool. Faktanya, nikel diyakini sebagai elemen paling melimpah kedua di dalam inti bumi, dengan besi menjadi elemen yang paling mendominasi dengan selisih yang besar. Umumnya, nikel ditemukan dalam dua jenis endapan, yakni endapan laterit, yang merupakan hasil pelapukan intensif batuan permukaan yang kaya nikel, dan endapan sulfida magmatik. Menurut Geology.com, nikel juga dapat ditemukan di nodul dan kerak mangan di dasar laut dalam, tetapi saat ini tidak ditambang. Sumber mineral utama nikel adalah limonit, garnierit, dan pentlandite. Norwegia menjadi situs peleburan nikel skala besar pertama pada tahun 1848, dan bijih nikel yang digunakan yakni jenis pirhotit.
Nikel lebih banyak ditemukan di Rusia dan Afrika Selatan pada awal tahun 1900-an, yang selanjutnya memungkinkan nikel mengambil tempat yang kuat di industri. Fungsi nikel di industri Bijih nikel menjadi elemen logam yang sangat penting, bahkan beberapa barang dapat terbuat dari nikel murni. Nikel pun memainkan peran yang mendukung dan menstabilkan berbagai bahan industri lainnya. Biasanya, nikel akan dikombinasikan dengan logam lain untuk menghasilkan produk yang lebih kuat, lebih berkilau, dan lebih tahan lama. Umumnya, nikel digunakan sebagai lapisan luar atau pelindung untuk logam yang lebih lunak. Sebab, kemampuan nikel ini dimanfaatkan untuk menahan suhu yang sangat tinggi.
Nikel adalah logam pilihan untuk membuat superalloy atau super metal yang terbuat dari perpaduan logam yang dikenal akan kekuatan dan ketahanannya terhadap panas, korosi, dan oksidasi. Sekitar 65 persen produksi nikel digunakan memproduksi besi tahan karat dan 20 persen lainnya nikel digunakan untuk membuat baja dan paduan non-besi lainnya, termasuk untuk keperluan militer, industri penerbangan, dan industri lainnya. Sedikitnya, 9 persen nikel digunakan sebagai pelapis, serta 6 persen nikel dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan koin, baterai, dan menyuplai bahan baku untuk keperluan industri elektronik. Indonesia adalah salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia. Tak mengherankan, ekspor nikel Indonesia dalam bentuk bahan mentah yang dihentikan ini telah mengguncang negara-negara di dunia, terutama dari Uni Eropa.
Sumber: www.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 26 Februari 2025
KOMPAS.com - Rapat konsultasi Uni Eropa dan Indonesia di Organisasi Perdagangan Dunia WTO soal larangan kebijakan ekspor bijih nikel gagal temui kesepakatan. Namun di balik perseteruan itu, berbagai organisasi mempertanyakan penanganan dampak lingkungan akibat aktivitas pertambangan. Ketika Asosiasi baja Eropa EUROFER menyambut keputusan Uni Eropa untuk meminta WTO membentuk panel guna mengupayakan penghapusan larangan ekspor yang diberlakukan oleh Indonesia untuk produksi baja tahan karat, terutama bijih nikel dan bijih besi, EUROFER menyampaikan kekhawatirannya. Juru bicara EUROFER Charles de Lugnisan cemas jalur produksi 'terintegrasi' yang digunakan Indonesia untuk memproduksi baja tahan karat hingga tujuh kali akan menghasilkan CO2 lebih intensif daripada metode tanur busur listrik yang digunakan di Eropa. "Risikonya adalah bahwa baja yang secara artifisial murah dan sangat berpolusi menggantikan baja yang lebih bersih dari produsen domestik UE dan mitra dagang tradisional.”
Dagang vs lingkungan
Sementara Uni Eropa dan pemerintah Indonesia bersitegang dalam sengketa ekspor bijih nikel, lembaga-lembaga pemerhati lingkungan mengingatkan agar 'kedua raksasa' itu jangan hanya bergulat di urusan perdagangan.
Merah Joharsyah dari organisasi Jaringan Advokasi Tambang JATAM menandaskan demi ambisi baterai mobil listrik, Indonesia lebih menitikberatkan industri hilir, namun tutup mata urusan ongkos lingkungan. Sementara itu kepentingan Uni Eropa menurutnya, lebih pada urusan melindungi pasokan nikel untuk komunitas dagang di Eropa,
"Bagaimana persoalan nikel dari aspek daya rusak lingkungan? Ada 29 dari 56 pulau kecil yang ditambang nikelnya dan mengorbankan pulau kecil seperti Pulau Gee, pulau Gebe, Pulau Wawoni‘i hingga Pulau Obi," tutur Merah dan menambahkan, dalam riset JATAM, industri nikel juga dianggap mengorbankan nasib nelayan di Morowali dan wilayah lainnya.
Kerusakan ekosistem
Dari penelitian lapangan yang dilakukan organisasi Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), disebutkan proyek tambang nikel telah menghancurkan mata air yang menjadi sumber air minum masyarakat di sejumlah kawasan di dataran tinggi Pulau Wawonii, khususnya Wawoni'i Tenggara dan Wawoni‘i Selatan.
Deputi Pengelolaan Pengetahuan, Parid Ridwanuddin mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sebanyak 76,63 persen masyarakat Pulau Wawonii sangat tergantung dengan sumber mata air. Selain itu secara ekologis, praktik tambang nikel di Pulau Wawoni‘i menurut hasil penelitian di lapangan telah menyebabkan kerusakan terumbu karang.
"Tak sedikit nelayan di Desa Masolo, Kecamatan Wawoni'i Tenggara, melaporkan bahwa lebih dari dua hektar terumbu karang mengalami kerusakan yang cukup parah. Kini masyarakat sudah sulit menemukan ikan-ikan karang." "Meski pertambangan nikel di atas hutan, tetapi limbahnya akan berakhir di pesisir atau laut. Dalam jangka panjang, kerusakan terumbu karang akan terus meluas jika proyek pertambangan tidak dihentikan."
Sumber: www.kompas.com