Profesi & Etika
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Dalam dunia konstruksi, penerapan kontrak kerja antara kontraktor utama (main contractor) dan subkontraktor menjadi elemen kunci dalam memastikan proyek berjalan sesuai rencana. Laporan Profesionalisme Keinsinyuran dalam Penerapan Kontrak Kerja Subkontraktor terhadap Pelaksanaan di Proyek Swasta Tasikmalaya karya M. Ali Hanafiah membahas bagaimana kontrak kerja ini diterapkan di lapangan serta tantangan yang dihadapi dalam implementasinya.
Laporan ini mengulas pentingnya pengawasan berkala dalam pelaksanaan proyek, menganalisis kesesuaian antara kontrak awal dan realisasi di lapangan, serta memberikan wawasan mengenai dinamika kerja antara kontraktor dan subkontraktor dalam proyek konstruksi. Dalam resensi ini, kita akan membahas isi utama laporan, studi kasus dari proyek di Tasikmalaya, serta pelajaran yang dapat diambil untuk meningkatkan efisiensi proyek konstruksi.
Laporan ini bertujuan untuk memahami bagaimana kontrak kerja antara main contractor dan subkontraktor diimplementasikan dalam proyek konstruksi swasta di Tasikmalaya. Beberapa aspek utama yang dibahas meliputi:
Penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan, wawancara dengan pihak terkait, serta analisis dokumentasi kontrak kerja dan laporan proyek. Data yang dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan standar industri untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam implementasi kontrak.
Penerapan Kontrak Subkontraktor di Proyek Tasikmalaya
1. Ketidaksesuaian Volume Pekerjaan dengan Kontrak Awal
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa 69,23% subkontraktor mengalami perubahan volume pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak awal. Ini terjadi karena adanya modifikasi desain, perubahan spesifikasi material, serta kondisi lapangan yang tidak terduga.
Dampaknya:
Sebaliknya, 30,77% subkontraktor tetap sesuai dengan kontrak awal, sehingga tidak ada pekerjaan tambahan atau pengurangan.
2. Tantangan dalam Implementasi Kontrak
Beberapa tantangan yang diidentifikasi dalam laporan ini meliputi:
3. Proses Addendum dan Kerja Tambah Kurang
Dalam proyek konstruksi, perubahan pekerjaan sering kali membutuhkan addendum kontrak. Laporan ini menemukan bahwa banyak perubahan di proyek Tasikmalaya tidak selalu didokumentasikan dengan baik, sehingga menghambat kejelasan tanggung jawab antara pihak-pihak yang terlibat.
Implikasi dari masalah ini:
Relevansi dan Pelajaran dari Kasus Ini
1. Pentingnya Pengawasan Berkala terhadap Pelaksanaan Kontrak
Salah satu temuan utama laporan ini adalah pentingnya kontrol berkala terhadap pekerjaan subkontraktor. Dengan pengawasan yang ketat, proyek dapat berjalan lebih efisien dan risiko ketidaksesuaian dengan kontrak awal dapat diminimalkan.
2. Transparansi dalam Perubahan Kontrak
Agar proyek berjalan dengan lancar, semua perubahan pekerjaan harus didokumentasikan dengan baik dalam bentuk addendum kontrak. Hal ini penting untuk mencegah:
3. Penerapan Standar Kontrak yang Lebih Kuat
Kontrak kerja harus mencakup:
4. Hubungan dengan Tren Industri Konstruksi
Dalam industri konstruksi modern, penerapan teknologi Building Information Modeling (BIM) dapat membantu mengurangi ketidaksesuaian antara rencana proyek dan realisasi di lapangan. Dengan BIM, semua perubahan dapat dianalisis secara digital sebelum diterapkan di lapangan, sehingga mengurangi kebutuhan akan pekerjaan tambah kurang yang tidak terduga.
Laporan Profesionalisme Keinsinyuran dalam Penerapan Kontrak Kerja Subkontraktor terhadap Pelaksanaan di Proyek Swasta Tasikmalaya memberikan wawasan penting tentang dinamika kerja antara kontraktor utama dan subkontraktor dalam proyek konstruksi. Dari laporan ini, kita dapat menarik beberapa pelajaran utama:
Laporan ini menjadi referensi yang berharga bagi para profesional di industri konstruksi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pengelolaan kontrak kerja.
Sumber: M. Ali Hanafiah. Profesionalisme Keinsinyuran dalam Penerapan Kontrak Kerja Subkontraktor terhadap Pelaksanaan di Proyek Swasta Tasikmalaya. Universitas Katolik Soegijapranata, April 2023.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Keselamatan kebakaran di bangunan tempat tinggal merupakan isu kritis yang sering kali dipengaruhi oleh perilaku penghuni. Studi ini mengkaji berbagai elemen yang berkontribusi terhadap kesiapsiagaan penghuni dalam menghadapi kebakaran, termasuk faktor usia, gangguan fisik dan mental, tingkat pengetahuan tentang kebakaran, serta faktor sosial ekonomi. Dengan menggunakan metodologi meta-analysis, penelitian ini mengumpulkan dan menganalisis temuan dari berbagai sumber untuk memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana penghuni merespons situasi kebakaran.
Faktor Risiko Personal dalam Keselamatan Kebakaran
1. Pengaruh Usia terhadap Perilaku Keselamatan Kebakaran
2. Dampak Gangguan Fisik dan Mental dalam Situasi Kebakaran
3. Pengetahuan dan Pengalaman dalam Menghadapi Kebakaran
4. Persepsi Risiko dan Pengambilan Keputusan
Faktor Risiko Umum dalam Keselamatan Kebakaran
1. Akses dan Jalur Evakuasi
2. Rencana Evakuasi dan Instruksi Keselamatan
3. Ketersediaan dan Pemanfaatan Peralatan Keselamatan Kebakaran
4. Kepadatan dan Hambatan saat Evakuasi
5. Penggunaan Teknologi dalam Keselamatan Kebakaran
Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan Kebakaran
Kesimpulan
Paper Influences on Resident’s Fire Safety Behaviours: An Evidence Review memberikan wawasan yang komprehensif tentang bagaimana berbagai faktor—baik pribadi maupun lingkungan—mempengaruhi respons penghuni terhadap kebakaran. Dengan memahami faktor-faktor ini, langkah-langkah yang lebih efektif dapat diambil untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan keselamatan penghuni dalam situasi darurat.
Sumber Artikel
Allen Jones, A. (2022). Influences on Resident’s Fire Safety Behaviours: An Evidence Review. Cardiff: Welsh Government, GSR report number 10/2023.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Kebakaran merupakan salah satu bencana paling merusak yang dapat berdampak pada kehidupan manusia, infrastruktur, dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei untuk mengumpulkan data dari 210 penduduk dewasa di lingkungan Arepo, Ogun State. Dari total kuesioner yang dibagikan, 150 valid digunakan untuk analisis. Studi ini mengukur persepsi warga tentang penyebab utama kebakaran serta kesiapan mereka dalam menghadapi bencana dengan menggunakan skala Likert 5 poin.
Teknik analisis yang digunakan meliputi:
Penyebab Utama Kebakaran di Arepo
Hasil survei mengungkapkan bahwa kebakaran di Arepo paling sering terjadi di lingkungan perumahan, dengan insiden kebakaran di area pemukiman menduduki peringkat kedua tertinggi dari enam kategori lokasi kebakaran yang diteliti. Penyebab utama kebakaran di wilayah ini meliputi:
Sebagai contoh, dalam salah satu kejadian kebakaran besar di Arepo, kebakaran terjadi akibat korsleting listrik yang menyebar dengan cepat ke bangunan sekitar karena material bangunan yang tidak tahan api. Kurangnya sistem deteksi dini juga memperparah situasi.
Dampak Kebakaran di Arepo
Dampak kebakaran di wilayah ini cukup luas, mencakup:
Analisis ini sejalan dengan laporan National Emergency Management Agency (NEMA) yang mencatat bahwa di Lagos, Nigeria, tingkat kematian akibat kebakaran antara 2009-2014 mencapai 98,4%. Angka ini menunjukkan bahwa risiko kebakaran di Nigeria, termasuk di Arepo, masih sangat tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah di Arepo tidak dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran yang memadai. Meskipun 100% responden memiliki jalur keluar darurat, hanya 74,7% yang memiliki alat pemadam kebakaran, sementara keberadaan detektor asap dan alarm kebakaran masih kurang dari 65%. Selain itu, tidak adanya pos pemadam kebakaran di wilayah Arepo menjadi salah satu kendala utama dalam menangani kebakaran dengan cepat. Warga sering kali harus menunggu bantuan dari kota terdekat, yang menyebabkan keterlambatan dalam pemadaman api dan meningkatkan tingkat kerusakan.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan beberapa langkah untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebakaran di Arepo:
1. Meningkatkan Kesadaran dan Edukasi Keselamatan Kebakaran
2. Membangun Pos Pemadam Kebakaran Lokal
3. Peningkatan Regulasi dan Infrastruktur
Kesimpulan
Dengan implementasi strategi yang lebih baik, diharapkan risiko kebakaran di Arepo dapat berkurang secara signifikan, serta menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi masyarakat setempat.
Sumber Artikel
O.C. Oloke, A.O. Oluwatobi, A. Oni, D. Oke. Assessment of Causes and Control of Fire Disaster in Arepo Neighbourhood, Ogun State, Nigeria. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science, Vol. 993, 2022, 012004.
Reliability Block Diagram
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 14 Maret 2025
Pendahuluan
Industri minyak dan gas menghadapi tantangan besar dalam menjaga keamanan operasional di tengah kondisi lingkungan yang ekstrem. Salah satu sistem keselamatan utama dalam industri ini adalah High Integrity Pressure Protection System (HIPPS), yang berfungsi mencegah tekanan berlebih pada pipa dan peralatan produksi guna menghindari risiko ledakan atau kebocoran.
Penelitian yang dilakukan oleh Jacob Glæsner di Aalborg University Esbjerg berfokus pada evaluasi kuantitatif keandalan HIPPS pada Svend oil & gas platform. Studi ini membandingkan tiga metode analisis utama, yaitu Reliability Block Diagram (RBD), Fault Tree Analysis (FTA), dan Markov Modelling, untuk menentukan metode paling efektif dalam menilai keandalan HIPPS dan memastikan sistem ini memenuhi standar Safety Integrity Level (SIL) 2.
Pendekatan Evaluasi Keandalan HIPPS
Reliability Block Diagram (RBD)
Pendekatan ini digunakan untuk memodelkan keandalan sistem berdasarkan konfigurasi blok yang mewakili komponen individu. Jika salah satu blok gagal dalam sistem seri, seluruh sistem dianggap gagal. Sebaliknya, jika sistem memiliki konfigurasi paralel atau redundansi, kegagalan satu blok tidak serta-merta menyebabkan kegagalan sistem secara keseluruhan.
Metode RBD sangat cocok untuk sistem yang memiliki konfigurasi redundan seperti HIPPS, karena memungkinkan analisis terhadap bagaimana penempatan sensor dan logic solver dapat meningkatkan keandalan. Namun, pendekatan ini memiliki keterbatasan dalam menangani kegagalan yang saling bergantung (dependent failures) dan kurang fleksibel dalam memodelkan sistem yang berubah seiring waktu.
Fault Tree Analysis (FTA)
Metode FTA digunakan untuk menguraikan hubungan antar komponen HIPPS dalam bentuk diagram pohon kegagalan. Dengan menggunakan pendekatan logika AND-OR, FTA dapat mengidentifikasi penyebab utama kegagalan dan menghitung probabilitas kegagalan sistem secara keseluruhan.
Pendekatan ini sangat bermanfaat dalam menganalisis Probability of Failure on Demand (PFD), yang merupakan indikator penting dalam menentukan apakah HIPPS memenuhi standar SIL 2 atau tidak. Namun, semakin kompleks sistem yang dianalisis, semakin sulit pula menyusun diagram pohon yang merepresentasikan seluruh kegagalan potensial.
Markov Modelling
Berbeda dengan dua metode sebelumnya, Markov Modelling mampu menangani perubahan status sistem secara dinamis. Dalam model ini, setiap komponen HIPPS memiliki beberapa kemungkinan kondisi, seperti berfungsi normal, mengalami degradasi, atau mengalami kegagalan total. Dengan menggunakan persamaan probabilistik, metode ini dapat memodelkan dampak dari perawatan prediktif dan deteksi dini terhadap keandalan HIPPS.
Keunggulan utama dari pendekatan Markov adalah kemampuannya dalam menangani kegagalan yang saling bergantung dan memodelkan sistem yang berubah seiring waktu. Namun, metode ini memiliki kompleksitas perhitungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan RBD dan FTA, serta memerlukan data yang lebih rinci untuk memberikan hasil yang akurat.
Studi Kasus: Evaluasi HIPPS pada Svend Platform
Penelitian ini menerapkan metode di atas pada HIPPS yang digunakan di Svend oil & gas platform. Beberapa hasil yang ditemukan adalah sebagai berikut:
Hasil dan Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
✅ Markov Modelling adalah metode paling akurat dalam menganalisis keandalan HIPPS karena mampu menangani kegagalan yang saling bergantung dan memodelkan perubahan sistem secara dinamis.
✅ RBD merupakan metode yang lebih sederhana dan mudah diimplementasikan, tetapi kurang mampu menangani kegagalan terkait antar komponen.
✅ FTA memberikan hasil yang cukup akurat untuk menentukan PFD dan menilai kepatuhan terhadap standar SIL, tetapi kompleksitasnya meningkat saat sistem menjadi lebih besar.
✅ Penerapan redundansi pada sensor dan logic solver dapat meningkatkan keandalan HIPPS secara signifikan, sehingga lebih efektif dalam mencegah tekanan berlebih.
Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa High Integrity Pressure Protection System (HIPPS) merupakan elemen penting dalam memastikan keamanan operasional di industri minyak dan gas. Dengan menggunakan Reliability Block Diagram (RBD), Fault Tree Analysis (FTA), dan Markov Modelling, operator dapat memilih metode terbaik untuk memastikan sistem HIPPS memenuhi standar Safety Integrity Level (SIL) 2.
Sumber Asli: Glæsner, J. (2017). Quantitative Reliability Modelling and Functional Safety Calculations of Svend Topside High Integrity Pressure Protection System. Aalborg University Esbjerg.
Profesi & Etika
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Etika profesi merupakan salah satu pilar utama dalam dunia kerja, terutama dalam bidang teknik sipil dan arsitektur. Jurnal Pelanggaran Etika Profesi Pada Proyek Hambalang karya Amirudin Kurdi membahas bagaimana pelanggaran etika dalam proyek ini menjadi salah satu contoh terbesar kegagalan tata kelola proyek di Indonesia. Jurnal ini menyoroti berbagai bentuk penyimpangan, seperti mark-up anggaran, manipulasi hasil survei, serta pelanggaran dalam proses lelang proyek yang menyebabkan skandal korupsi besar.
Dalam resensi ini, kita akan membahas isi utama jurnal, studi kasus dari proyek Hambalang, serta relevansi dan pelajaran yang dapat diambil untuk mencegah kasus serupa di masa depan.
Proyek pembangunan Sport Center Hambalang di Bogor bertujuan untuk meningkatkan kualitas atlet nasional dengan menyediakan fasilitas olahraga bertaraf internasional. Pembangunan ini menjadi prioritas pemerintah karena Sekolah Atlet Ragunan dianggap sudah tidak memadai. Namun, dalam pelaksanaannya, proyek ini penuh dengan penyimpangan yang melibatkan pejabat tinggi negara dan BUMN.
Jurnal ini mengidentifikasi beberapa pelanggaran etika utama, antara lain:
Studi Kasus: Pelanggaran Etika dan Dampaknya
1. Mark-Up Anggaran Proyek
Salah satu bentuk pelanggaran paling mencolok dalam proyek ini adalah penggelembungan anggaran secara tidak wajar. KPK menemukan bahwa anggaran proyek ini mengalami peningkatan cepat hingga mencapai Rp 1,2 triliun, jauh di atas perkiraan awal Rp 300 miliar.
Dampaknya:
2. Manipulasi Hasil Survei Kelayakan Tanah
Seharusnya, proyek konstruksi besar diawali dengan studi kelayakan yang jujur dan transparan. Namun, dalam proyek Hambalang, hasil survei kelayakan disembunyikan. Konsultan proyek tidak melaporkan bahwa tanah di Hambalang merupakan clay soil yang tidak stabil, yang dapat menyebabkan amblesnya bangunan.
Dampaknya:
3. Penyimpangan dalam Proses Lelang
Panitia lelang melanggar banyak prosedur, seperti:
Dampaknya:
Relevansi dan Pelajaran dari Kasus Hambalang
1. Pentingnya Transparansi dan Akuntabilitas dalam Proyek Publik
Kasus Hambalang menjadi contoh nyata bagaimana kurangnya transparansi dapat menyebabkan korupsi besar-besaran. Oleh karena itu, proyek publik harus diawasi secara ketat oleh lembaga independen agar tidak terjadi penyalahgunaan dana.
2. Penerapan Kode Etik Profesi yang Ketat
Kode etik insinyur, seperti yang diatur oleh Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET), mengharuskan insinyur untuk bersikap jujur dan tidak memihak. Jika prinsip ini diterapkan dengan ketat, kasus manipulasi hasil survei seperti di Hambalang dapat dicegah.
3. Reformasi Sistem Lelang dan Pengadaan Barang
Untuk mencegah terulangnya kasus serupa, sistem lelang harus lebih transparan dan bebas dari intervensi politik. Setiap pelanggaran harus ditindak tegas, dan proses seleksi harus dilakukan secara terbuka dengan standar internasional.
4. Pentingnya Keberlanjutan dalam Pembangunan Infrastruktur
Keputusan membangun proyek di tanah yang tidak stabil menunjukkan kurangnya pertimbangan terhadap aspek keberlanjutan. Seharusnya, proyek besar mempertimbangkan aspek lingkungan agar tidak menyebabkan kerusakan yang lebih besar di kemudian hari.
Jurnal Pelanggaran Etika Profesi Pada Proyek Hambalang karya Amirudin Kurdi mengungkap bagaimana pelanggaran etika dapat merusak proyek besar dan menyebabkan kerugian negara yang sangat besar. Dari kasus ini, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting:
Kasus Hambalang bukan hanya pelajaran bagi dunia konstruksi, tetapi juga bagi semua sektor profesional agar selalu menjunjung tinggi integritas dan profesionalisme.
Sumber: Amirudin Kurdi. Pelanggaran Etika Profesi Pada Proyek Hambalang. Jurnal Teknik Sipil - Arsitektur Volume 17 No.1, Mei 2018.
Industri Minyak dan Gas
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Industri minyak dan gas merupakan salah satu sektor dengan risiko tinggi terhadap kecelakaan, kebakaran, ledakan, dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, penerapan sistem tanggap darurat kebakaran sangat penting untuk meminimalkan risiko, melindungi pekerja, serta menjaga lingkungan tetap aman. Paper ini membahas bagaimana perusahaan minyak dan gas di Jawa Tengah menerapkan sistem tanggap darurat kebakaran, termasuk identifikasi potensi bahaya, fasilitas perlindungan kebakaran, serta langkah-langkah pencegahan. Studi ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, dengan data yang dikumpulkan pada Februari–April 2017.
Potensi bahaya kebakaran dalam perusahaan minyak dan gas sangat tinggi, terutama dalam fasilitas produksi dan penyimpanan. Beberapa sumber utama bahaya kebakaran meliputi:
Studi mencatat bahwa beberapa insiden kebakaran telah terjadi di perusahaan ini, termasuk:
Penelitian ini menemukan bahwa perusahaan telah menerapkan dua jenis sistem perlindungan kebakaran, yaitu proteksi aktif dan proteksi pasif.
A. Proteksi Kebakaran Aktif
Proteksi aktif mencakup berbagai alat pemadam kebakaran yang langsung berfungsi saat terjadi kebakaran, termasuk:
B. Proteksi Kebakaran Pasif
Proteksi pasif dirancang untuk membantu evakuasi dan mencegah penyebaran kebakaran, termasuk:
Perusahaan telah membentuk tim pemadam kebakaran internal, yang terdiri dari 3 tim dengan total 18 orang, yang berjaga 24 jam dalam dua shift:
Setiap tim terdiri dari:
Perusahaan secara rutin mengadakan:
Penelitian ini menyoroti pentingnya sistem tanggap darurat dengan membandingkannya dengan beberapa insiden kebakaran besar di sektor minyak dan gas, termasuk:
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan sistem tanggap darurat kebakaran yang baik sangat penting untuk mencegah dampak besar.
Studi ini menegaskan bahwa perusahaan minyak dan gas di Jawa Tengah telah menerapkan sistem tanggap darurat kebakaran yang cukup baik, namun masih perlu beberapa peningkatan, seperti:
Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat lebih siap menghadapi insiden kebakaran, melindungi pekerja, serta menjaga stabilitas operasional dan lingkungan.
Sumber Asli Paper
Habibah, A. N., & Cahyaningrum, I. (2022). The Implementation of Fire Emergency Response in the Central Java Oil and Gas Company. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 11(1), 21-32.