Green Supply Chain Management

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Manajemen Rantai Pasokan Hijau dan Kinerja Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Artikel "Green Supply Chain Management and Firm Sustainable Performance: Unlocking the Role of Transactional and Transformational Leadership in Firm Sustainable Operations" karya Jawad Abbas (2024) membahas bagaimana gaya kepemimpinan memengaruhi penerapan manajemen rantai pasokan hijau (GSCM) dan kinerja berkelanjutan perusahaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki dampak signifikan terhadap keberhasilan GSCM, sementara kepemimpinan transaksional berperan lebih kecil. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, artikel ini mengungkap bagaimana GSCM dapat meningkatkan performa lingkungan, sosial, dan ekonomi perusahaan.

Latar Belakang
Rantai pasokan hijau telah menjadi prioritas utama dalam strategi keberlanjutan perusahaan. Dengan mengadopsi GSCM, perusahaan tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga memperoleh keunggulan kompetitif. Penelitian ini berfokus pada dua gaya kepemimpinan utama:

  • Transformasional: Menginspirasi karyawan melalui visi bersama untuk keberlanjutan.
  • Transaksional: Menekankan struktur, target, dan evaluasi untuk menjaga efisiensi operasional.

Studi ini menggabungkan teori Natural Resource-Based View (NRBV) dan Stakeholder Theory untuk menjelaskan bagaimana kepemimpinan memengaruhi implementasi GSCM.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei yang melibatkan 253 responden dari manajer dan karyawan di beberapa kota besar di Pakistan, seperti Lahore dan Karachi. Data dianalisis menggunakan model persamaan struktural (SEM) untuk mengevaluasi hubungan antara kepemimpinan, GSCM, dan kinerja berkelanjutan.

Hasilnya:

  • Kepemimpinan transformasional memiliki koefisien 0,363 untuk GSCM dan 0,273 untuk kinerja berkelanjutan (OSP), dengan nilai p signifikan (<0,05).
  • Kepemimpinan transaksional menunjukkan pengaruh signifikan terhadap OSP (koefisien 0,431) tetapi tidak signifikan terhadap GSCM (koefisien 0,154).

Studi Kasus dan Angka-Angka

  1. Green Procurement
    Implementasi pengadaan hijau mengurangi emisi dan limbah, meningkatkan reputasi perusahaan. Dalam penelitian ini, 87% responden setuju bahwa pengadaan hijau memperbaiki kinerja lingkungan.
  2. Efek Kepemimpinan pada GSCM
    • Transformasional: 71% responden melaporkan peningkatan kesadaran lingkungan melalui pendekatan ini.
    • Transaksional: Hanya 42% responden yang melihat efek langsung pada efisiensi rantai pasokan.
  3. Efisiensi Operasional
    Perusahaan yang menggunakan pendekatan GSCM mencatat pengurangan biaya hingga 25% dibandingkan metode tradisional, terutama dalam pengelolaan limbah dan logistik.

Dampak GSCM terhadap Kinerja Berkelanjutan
Penelitian menunjukkan bahwa GSCM tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga memperbaiki hubungan dengan pemangku kepentingan. Temuan kunci:

  • Pengurangan Emisi: GSCM menurunkan emisi karbon rata-rata 15% per tahun.
  • Kinerja Ekonomi: Pendapatan perusahaan meningkat hingga 12% karena daya tarik pasar terhadap produk ramah lingkungan.

Rekomendasi Strategis

  1. Penguatan Kepemimpinan Transformasional
    • Pemimpin harus menginspirasi karyawan untuk berinovasi dalam implementasi GSCM.
    • Pendidikan lingkungan dan pelatihan diperlukan untuk memastikan adopsi strategi hijau yang efektif.
  2. Kolaborasi dengan Mitra Rantai Pasokan
    Kerja sama dengan pemasok untuk menciptakan rantai pasokan yang transparan dan ramah lingkungan adalah langkah penting.
  3. Adopsi Teknologi Hijau
    Investasi dalam teknologi seperti blockchain dan IoT dapat meningkatkan efisiensi sekaligus memastikan keberlanjutan.

Kesimpulan
Artikel ini menyoroti bahwa kepemimpinan transformasional adalah kunci keberhasilan GSCM. Dengan mengintegrasikan praktik hijau ke dalam operasi sehari-hari, perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Studi ini memberikan wawasan berharga bagi pembuat kebijakan dan manajer untuk memperkuat komitmen mereka terhadap keberlanjutan.

Sumber Artikel:
Abbas, J. (2024). Green Supply Chain Management and Firm Sustainable Performance: Unlocking the Role of Transactional and Transformational Leadership in Firm Sustainable Operations. Environment, Development, and Sustainability.

 

Selengkapnya
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Manajemen Rantai Pasokan Hijau dan Kinerja Berkelanjutan

Green Supply Chain Management

Tema Kunci dan Peluang Penelitian dalam Manajemen Rantai Pasokan Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Artikel yang diterbitkan di Omega (2017) ini membahas tentang key themes dan research opportunities dalam Sustainable Supply Chain Management (SSCM). Reefke dan Sundaram melakukan literature review dan studi Delphi untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi tema-tema penting dalam SSCM, serta mengusulkan agenda penelitian untuk memajukan bidang ini. Artikel ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi akademisi dan praktisi dalam memfokuskan upaya mereka pada inisiatif keberlanjutan yang paling relevan.

Latar Belakang dan Permasalahan

Dalam ekonomi global saat ini, supply chain memainkan peran yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk benar-benar mengejar pembangunan bisnis yang berkelanjutan, dinamika yang mendasari dan tema-tema berpengaruh untuk keberlanjutan dalam supply chain harus dipahami. Area ini ditandai dengan pengetahuan teoretis dan aplikasi praktis yang terbatas. Dampak supply chain yang tidak berkelanjutan dan seringkali tidak diperhitungkan biasanya tidak dapat dikaitkan hanya dengan satu anggota supply chain, melainkan merupakan produk dari interaksi dinamis di dalam rantai. Pemahaman saat ini tentang SSCM terbatas dalam hal tinjauan dan kategorisasi elemen dan persyaratan penting untuk pengembangan supply chain yang berkelanjutan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed-methods, menggabungkan literature review dengan studi Delphi. Literature review digunakan untuk memperoleh gambaran umum tentang teori yang tersedia dan mengembangkan kategorisasi awal. Studi Delphi dilakukan secara online selama tiga putaran dengan melibatkan para ahli di bidang supply chain dan keberlanjutan.

Key Themes dalam SSCM

Studi ini mengidentifikasi empat key themes yang penting dalam praktik dan penelitian SSCM:

  1. Planning: Melibatkan desain dan perencanaan supply chain, termasuk demand planning, capacity planning, dan network design. Perencanaan yang tepat sangat penting untuk membangun supply chain yang berkelanjutan, tetapi seringkali diabaikan dalam praktik.
  2. Execution: Berkaitan dengan pengelolaan pesanan, inventaris, aliran material, manufaktur, pengiriman, serta pergudangan dan transportasi. Eksekusi yang efisien bergantung pada perencanaan, koordinasi, dan kolaborasi yang baik.
  3. Coordination: Menekankan pada pemeliharaan kontrol atas proses supply chain melalui pemantauan operasi, analisis, dan optimasi proses. Koordinasi yang efektif diperlukan untuk menyelaraskan persyaratan keberlanjutan internal dan eksternal.
  4. Collaboration: Fokus pada membangun dan memelihara hubungan supply chain untuk menciptakan keunggulan kompetitif. Praktik kolaboratif diperlukan untuk memfasilitasi tujuan keberlanjutan jangka panjang dan menghilangkan penolakan terhadap perubahan.

Research Opportunities dalam SSCM

Studi ini juga mengidentifikasi sejumlah research opportunities dalam SSCM, yang dikategorikan ke dalam:

  • Governance: Berkaitan dengan struktur organisasi, kebijakan, dan mekanisme akuntabilitas yang mendukung SSCM.
  • Risk: Melibatkan identifikasi, penilaian, dan mitigasi risiko lingkungan dan sosial dalam supply chain.
  • Compliance: Menekankan pada kepatuhan terhadap peraturan lingkungan dan sosial, serta standar industri.
  • Performance Management: Fokus pada pengukuran dan pengelolaan kinerja keberlanjutan supply chain.
  • Sustainability Dimensions: Mencakup dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan dari keberlanjutan dalam supply chain.

Studi Kasus dan Angka-Angka

Artikel ini tidak menyajikan studi kasus atau angka-angka spesifik. Namun, hasil studi Delphi menunjukkan bahwa para ahli percaya bahwa tema-tema dan peluang penelitian yang diidentifikasi memiliki relative importance yang berbeda. Misalnya, tata kelola (governance) dianggap sangat penting untuk SSCM, sedangkan risiko (risk) dan kepatuhan (compliance) juga dinilai signifikan.

Implikasi Teoritis dan Manajerial

Penelitian ini memberikan kontribusi teoretis dengan memberikan kerangka kerja untuk memahami dan mengkategorikan tema-tema penting dalam SSCM. Secara manajerial, penelitian ini menawarkan panduan bagi praktisi tentang bagaimana memprioritaskan inisiatif keberlanjutan dan mengalokasikan sumber daya secara efektif.

Opini dan Analisis Tambahan

Artikel ini menyoroti pentingnya pendekatan holistik dan terintegrasi untuk SSCM. Dengan mempertimbangkan keempat key themes dan berbagai research opportunities, perusahaan dapat mengembangkan strategi keberlanjutan yang lebih komprehensif dan efektif. Selain itu, artikel ini menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi dan praktisi untuk memajukan bidang SSCM.

Keterbatasan dan Penelitian Masa Depan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, studi Delphi mengandalkan opini para ahli, yang mungkin bersifat subjektif. Kedua, penelitian ini tidak memberikan bukti empiris tentang efektivitas tema-tema dan peluang penelitian yang diidentifikasi. Penelitian masa depan dapat mengatasi keterbatasan ini dengan menggunakan metode kuantitatif dan melakukan studi kasus.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, artikel ini memberikan kontribusi yang berharga bagi pemahaman kita tentang SSCM. Penelitian ini mengidentifikasi key themes dan research opportunities yang penting untuk praktik dan penelitian SSCM. Artikel ini memberikan panduan praktis bagi perusahaan yang ingin meningkatkan kinerja keberlanjutan supply chain mereka.

Sumber:

Reefke, H., & Sundaram, D. (2017). Key Themes and Research Opportunities in Sustainable Supply Chain Management – Identification and Evaluation. Omega, 66(Part B), 195-211.

Selengkapnya
Tema Kunci dan Peluang Penelitian dalam Manajemen Rantai Pasokan Berkelanjutan

Green Supply Chain Management

Rantai Pasokan Hijau dan Berkelanjutan dalam Ekonomi Platform: Inovasi dan Tantangan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Artikel "Green and Sustainable Supply Chain Management in the Platform Economy" oleh Malin Song, Ron Fisher, Ana Beatriz Lopes de Sousa Jabbour, dan Ernesto D.R. Santibañez Gonzalez (2022) mengkaji pentingnya rantai pasokan hijau dan berkelanjutan (GSSCM) dalam konteks ekonomi platform. Dengan fokus pada inovasi teknologi, kolaborasi lintas industri, dan pengelolaan sumber daya yang efisien, artikel ini membagi pembahasan ke dalam enam kategori utama, termasuk inovasi berbasis platform dan pengelolaan data dalam supply chain medis.

Ekonomi Platform dan GSSCM
Dalam ekonomi digital, platform menjadi model bisnis yang dominan, digunakan oleh perusahaan seperti Alibaba, JD.com, dan Google. Ekonomi platform memungkinkan penggunaan data besar, IoT, dan komputasi awan untuk menciptakan efisiensi operasional dan mengurangi jejak lingkungan. Studi ini menyoroti bahwa integrasi ekonomi platform dengan GSSCM dapat menciptakan rantai pasokan yang lebih hijau melalui inovasi teknologi seperti blockchain dan algoritma prediktif.

Studi Kasus dan Dampak

  1. Tekstil dan Ekonomi Sirkular
    Studi oleh Kazancoglu et al. (2020) menemukan 25 hambatan implementasi ekonomi sirkular dalam industri tekstil, termasuk kendala teknologi dan ekonomi. Penggunaan metodologi FDEMATEL mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antar hambatan ini.
  2. Industri Farmasi dan Risiko Disrupsi
    He et al. (2021) menggunakan model kontrak opsi untuk mengelola risiko disrupsi dalam rantai pasokan farmasi. Strategi ini memastikan kelangsungan pasokan melalui kemitraan dengan perusahaan yang memiliki risiko rendah terhadap gangguan.
  3. Efisiensi Air dalam Rantai Pasokan Tiongkok
    Long et al. (2021) menghitung jejak air di seluruh tahap rantai pasokan Tiongkok. Mereka mengembangkan model EIO-LCA yang menunjukkan peluang konservasi air di berbagai sektor, menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk mengurangi konsumsi air.
  4. Penggunaan Teknologi Blockchain
    Khan et al. (2021) menganalisis dampak teknologi blockchain pada ekonomi sirkular. Mereka menemukan bahwa blockchain meningkatkan efisiensi logistik dan transparansi dalam rantai pasokan, memperkuat kinerja lingkungan dan ekonomi perusahaan.

Kolaborasi dan Disrupsi dalam Rantai Pasokan Medis
Studi ini juga mengkaji rantai pasokan medis, khususnya selama pandemi COVID-19. Peningkatan limbah medis akibat tingginya permintaan produk seperti masker menjadi tantangan besar. Dengan analitik data dan platform berbasis ekonomi, studi ini menunjukkan bahwa efisiensi pengelolaan rantai pasokan medis dapat ditingkatkan untuk mengurangi limbah dan memitigasi dampak lingkungan.

Tantangan dan Rekomendasi
Meskipun memiliki potensi besar, implementasi GSSCM menghadapi beberapa tantangan:

  • Biaya Awal yang Tinggi: Investasi dalam teknologi baru dapat menjadi hambatan besar, terutama bagi perusahaan kecil.
  • Regulasi dan Dukungan Pemerintah: Kebijakan yang lebih kuat diperlukan untuk mendorong adopsi praktik hijau.
  • Kesadaran Publik: Edukasi konsumen tentang pentingnya produk ramah lingkungan dapat meningkatkan permintaan dan mendorong perusahaan untuk beralih ke GSSCM.

Kesimpulan
Artikel ini menegaskan bahwa GSSCM dalam konteks ekonomi platform adalah langkah strategis menuju keberlanjutan global. Dengan memanfaatkan teknologi modern dan kolaborasi lintas industri, perusahaan dapat mencapai keseimbangan antara keberlanjutan lingkungan, keuntungan ekonomi, dan tanggung jawab sosial.

Sumber Artikel:
Song, M., Fisher, R., Jabbour, A. B. L. de S., & Santibañez Gonzalez, E. D. R. (2022). Green and sustainable supply chain management in the platform economy. International Journal of Logistics Research and Applications, 25(4-5), 349-363.

 

Selengkapnya
Rantai Pasokan Hijau dan Berkelanjutan dalam Ekonomi Platform: Inovasi dan Tantangan

Green Supply Chain Management

Pengaruh Green Supply Chain Management terhadap Kinerja Keuangan: Peran Social Control dan Environmental Dynamism

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Artikel yang diterbitkan di IEEE Transactions on Engineering Management (2019) ini meneliti hubungan antara Green Supply Chain Management (GSCM) dan kinerja finansial perusahaan manufaktur di China. Penelitian ini menyoroti peran penting social control (mekanisme kontrol sosial) dan environmental dynamism (dinamika lingkungan) sebagai faktor moderasi yang memengaruhi efektivitas praktik GSCM. Artikel ini mencoba mengatasi kesenjangan dalam literatur dengan memeriksa GSCM dalam konteks pasar berkembang seperti China, yang seringkali ditandai oleh disrupsi yang tak terhindarkan.

Latar Belakang dan Permasalahan

Isu-isu seperti perubahan iklim, polusi lingkungan, dan penipisan sumber daya telah meningkatkan perhatian global terhadap lingkungan. Akibatnya, perusahaan berusaha mengembangkan strategi korporat untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan kualitas lingkungan. Integrasi pertimbangan lingkungan ke dalam supply chain management (SCM) telah menarik perhatian besar.

Namun, hasil penelitian tentang hubungan antara GSCM dan kinerja perusahaan masih belum meyakinkan. Artikel ini berpendapat bahwa hanya berfokus pada efek langsung GSCM mungkin tidak memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana GSCM memfasilitasi kinerja keuangan. Oleh karena itu, penelitian ini mengintegrasikan wawasan dari social exchange theory (SET) dan contingency theory (CT) untuk memeriksa sejauh mana mekanisme social control dan environmental dynamism memengaruhi hubungan GSCM-kinerja.

Teori dan Hipotesis

Penelitian ini mengusulkan model teoritis yang menjelaskan hubungan antara praktik GSCM, social control, environmental dynamism, dan kinerja keuangan. Model ini didasarkan pada social exchange theory (SET), yang menyatakan bahwa perilaku perusahaan tidak hanya dijelaskan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh faktor sosial. Contingency theory (CT) juga digunakan, yang menyatakan bahwa efektivitas praktik manajemen bergantung pada faktor kontekstual seperti environmental dynamism.

Hipotesis utama yang diajukan adalah:

  • H1: Green Purchasing (GP) berdampak positif pada kinerja keuangan.
  • H2: Green Customer Cooperation (GCC) berdampak positif pada kinerja keuangan.
  • H3: Social control memoderasi secara positif hubungan antara GP dan kinerja keuangan.
  • H4: Social control memoderasi secara positif hubungan antara GCC dan kinerja keuangan.
  • H5: Environmental dynamism memoderasi hubungan antara social control, GP, dan kinerja keuangan.
  • H6: Environmental dynamism memoderasi hubungan antara social control, GCC, dan kinerja keuangan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan data cross-sectional dari 185 perusahaan manufaktur di China. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang praktik GSCM, social control, environmental dynamism, dan kinerja keuangan. Data dianalisis menggunakan analisis regresi untuk menguji hipotesis.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

  • Dalam lingkungan yang dinamis, efek gabungan praktik social control dan GSCM adalah positif dan signifikan.
  • Social control memainkan peran penting dalam memperkuat dampak GSCM pada kinerja keuangan.
  • Environmental dynamism memoderasi hubungan antara social control, praktik GSCM, dan kinerja keuangan.

Studi Kasus dan Angka-Angka

Meskipun artikel ini tidak menyajikan studi kasus secara eksplisit, implikasinya adalah bahwa perusahaan yang mampu menerapkan praktik GSCM secara efektif sambil memanfaatkan mekanisme social control akan mencapai kinerja keuangan yang lebih baik, terutama dalam lingkungan yang dinamis.

Tidak ada angka spesifik yang diberikan dalam abstrak atau informasi yang tersedia, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dalam GSCM dengan social control yang efektif menghasilkan ROI (Return on Investment) yang lebih tinggi di pasar China.

Implikasi Teoritis dan Manajerial

Penelitian ini memberikan beberapa kontribusi teoritis dan manajerial:

  • Kontribusi Teoritis: Penelitian ini memperluas penelitian tentang manajemen lingkungan dengan memeriksa kembali pernyataan umum bahwa implementasi GSCM dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini juga berkontribusi pada literatur dengan menambahkan social control sebagai moderator dari hubungan tersebut. Selain itu, penelitian ini mengintegrasikan CT untuk menemukan keadaan di mana social control dapat membantu atau merusak hubungan antara GSCM dan kinerja keuangan.
  • Implikasi Manajerial: Penelitian ini memberikan panduan bagi perusahaan tentang bagaimana menerapkan praktik GSCM yang efektif, terutama di pasar berkembang seperti China. Penelitian ini menekankan pentingnya membangun hubungan yang kuat dengan pemasok dan pelanggan, serta menyesuaikan praktik GSCM dengan lingkungan yang dinamis. Perusahaan harus berinvestasi dalam membangun kepercayaan dan hubungan yang kuat dengan mitra supply chain mereka untuk memastikan bahwa praktik GSCM diimplementasikan secara efektif.

Keterbatasan dan Penelitian Masa Depan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini menggunakan data cross-sectional, yang membatasi kemampuan untuk membuat kesimpulan kausal. Kedua, penelitian ini hanya berfokus pada perusahaan manufaktur di China, yang membatasi kemampuan untuk menggeneralisasi temuan ke konteks lain.

Penelitian masa depan dapat mengatasi keterbatasan ini dengan menggunakan data longitudinal dan memeriksa praktik GSCM di konteks lain. Penelitian masa depan juga dapat mengeksplorasi peran faktor-faktor lain, seperti inovasi dan teknologi, dalam memengaruhi hubungan antara GSCM dan kinerja keuangan.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, artikel ini memberikan kontribusi yang berharga bagi pemahaman kita tentang hubungan antara GSCM dan kinerja keuangan. Penelitian ini menyoroti peran penting social control dan environmental dynamism sebagai faktor moderasi yang memengaruhi efektivitas praktik GSCM. Penelitian ini memberikan panduan praktis bagi perusahaan yang ingin meningkatkan kinerja keuangan mereka melalui implementasi GSCM yang efektif.

Opini dan Analisis Tambahan

Artikel ini memberikan wawasan yang berharga tentang kompleksitas implementasi GSCM di pasar berkembang seperti China. Dengan mempertimbangkan peran social control dan environmental dynamism, penelitian ini menawarkan perspektif yang lebih bernuansa tentang faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan praktik GSCM.

Namun, penting untuk dicatat bahwa implementasi GSCM yang sukses membutuhkan pendekatan holistik yang mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk budaya organisasi, dukungan manajemen puncak, dan keterlibatan karyawan. Perusahaan harus mengembangkan strategi GSCM yang disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks spesifik mereka.

Sumber:

Zhang, M., Tse, Y. K., Dai, J., & Chan, H. K. (2019). Supply Chain Management and Financial Performance: Roles of Social Control and Environmental Dynamism. IEEE Transactions on Engineering Management, 66(1), 20-34.

Selengkapnya
Pengaruh Green Supply Chain Management terhadap Kinerja Keuangan: Peran Social Control dan Environmental Dynamism

Green Supply Chain Management

Tinjauan Praktik Manajemen Rantai Pasokan Hijau: Dampak pada Kinerja Operasional dan Lingkungan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Artikel "A Short Review on Green Supply Chain Management Practices" oleh Shaikh, Shahbaz, dan Odhano (2020) memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana praktik manajemen rantai pasokan hijau (GSCM) memengaruhi kinerja operasional dan lingkungan perusahaan. Dengan berfokus pada desain produk yang ramah lingkungan, efisiensi energi, dan kolaborasi dengan mitra rantai pasokan, artikel ini menjelaskan bagaimana GSCM menjadi elemen penting dalam mencapai keberlanjutan dan keunggulan kompetitif.

Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir, kesadaran akan dampak lingkungan telah mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik GSCM. GSCM mencakup manajemen lingkungan yang komprehensif mulai dari desain produk hingga logistik terbalik (reverse logistics). Perusahaan yang menerapkan praktik ini menunjukkan pengurangan limbah, peningkatan efisiensi operasional, dan peningkatan reputasi merek.

Praktik Utama dalam GSCM

  1. Manajemen Lingkungan Internal
    • Audit Lingkungan: Program audit untuk memastikan kepatuhan terhadap standar lingkungan.
    • Sertifikasi ISO 14000: Banyak perusahaan, seperti Eastman Chemical Company, telah mengadopsi standar ini untuk meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi limbah.
  2. Kolaborasi dengan Pemasok dan Pelanggan
    • Desain Produk Ramah Lingkungan: Mengurangi konsumsi bahan berbahaya dan mendesain ulang produk untuk daur ulang dan penggunaan ulang.
    • Pengemasan Berkelanjutan: Coca Cola berhasil mengurangi penggunaan material kemasan sebanyak 31.000 metrik ton.
  3. Desain Proses dan Produk
    • Pengurangan Emisi: Westpac Bank telah mengadopsi teknologi transportasi rendah emisi dan mengurangi konsumsi energi secara signifikan.
    • Logistik Terbalik: Optimasi proses untuk mendaur ulang material secara efisien.

Studi Kasus

  1. Eastman Chemical Company
    Eastman telah menetapkan tujuan penurunan emisi TRI (Toxic Release Inventory) dan menggunakan material daur ulang untuk mengurangi limbah. Pengelolaan energi yang cermat memungkinkan penggunaan panas dari satu proses kimia ke proses lain, menghasilkan efisiensi biaya yang signifikan.
  2. Coca Cola Enterprises
    Perusahaan ini menginvestasikan $34,8 juta dalam skema efisiensi lingkungan pada 2008. Selain itu, Coca Cola berhasil mengurangi jejak karbon sebesar 15% dari baseline 2007 dan menyelamatkan lebih dari 300 juta liter air melalui inisiatif keberlanjutan.
  3. Westpac Bank
    Bank ini telah menjadi pelopor dalam sertifikasi Carbon Neutral dan mengintegrasikan bahan daur ulang dalam pengemasan produk mereka, menghasilkan pengurangan biaya logistik dan emisi.
  4. Ernst and Young
    Ernst and Young memberikan layanan konsultasi terkait pengurangan emisi karbon dan manajemen risiko, memperkuat posisi mereka sebagai pemimpin dalam praktik keberlanjutan.

Dampak GSCM pada Kinerja
Artikel ini menyoroti bahwa GSCM tidak hanya meningkatkan kinerja lingkungan tetapi juga kinerja operasional perusahaan. Beberapa manfaat utama meliputi:

  • Efisiensi Biaya: Penggunaan energi terbarukan oleh 40% perusahaan menghasilkan penghematan biaya energi yang signifikan.
  • Peningkatan Pangsa Pasar: Produk ramah lingkungan menarik lebih banyak pelanggan, seperti yang ditunjukkan oleh Coca Cola.
  • Reputasi Merek: Perusahaan yang menerapkan GSCM memiliki reputasi lebih baik di mata konsumen.

Tantangan dan Prospek GSCM
Meskipun menawarkan banyak keuntungan, GSCM juga menghadapi tantangan, seperti:

  • Biaya Implementasi Awal: Investasi awal untuk teknologi ramah lingkungan dapat menjadi hambatan bagi perusahaan kecil.
  • Kesadaran dan Pelatihan: Dibutuhkan pendidikan berkelanjutan untuk manajer dan karyawan agar dapat memanfaatkan sepenuhnya potensi GSCM.

Namun, dalam jangka panjang, manfaat yang diberikan GSCM melebihi biaya yang dikeluarkan, terutama dengan meningkatnya tekanan konsumen dan regulasi lingkungan.

Kesimpulan
Artikel ini menegaskan bahwa manajemen rantai pasokan hijau adalah langkah strategis yang penting untuk masa depan. Dengan mengadopsi praktik ini, perusahaan dapat mencapai keseimbangan antara keuntungan ekonomi, tanggung jawab sosial, dan pelestarian lingkungan.

Sumber Artikel: Shaikh, F. A., Shahbaz, M. S., & Odhano, N. (2020). A Short Review on Green Supply Chain Management Practices: The Impact on Operational and Environmental Performance. Engineering, Technology & Applied Science Research, Vol. 10, No. 2, pp. 5367-5370.

Selengkapnya
Tinjauan Praktik Manajemen Rantai Pasokan Hijau: Dampak pada Kinerja Operasional dan Lingkungan

Green Supply Chain Management

Menciptakan Rantai Pasokan Berkelanjutan: Peran Komunikasi dalam Praktik Keberlanjutan SCM

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Disertasi karya Saif Mir dari University of Arkansas (2017) ini mengupas tuntas tentang bagaimana organisasi dapat menciptakan sustainable supply chains (rantai pasokan berkelanjutan) melalui pengaruh pada para profesional supply chain management (SCM). Mir berpendapat bahwa para profesional SCM adalah kunci perubahan dalam organisasi mereka, dan komunikasi merupakan alat penting untuk membujuk mereka dalam mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan. Disertasi ini terdiri dari tiga studi yang menggunakan metodologi berbeda untuk meneliti peran komunikasi dalam pengembangan dan implementasi inisiatif keberlanjutan.

Studi 1: Grounded Theory Investigation

Studi pertama menggunakan pendekatan grounded theory untuk mengidentifikasi faktor-faktor jaringan, komunikasi, dan struktural yang membangun business case (alasan bisnis) yang kuat untuk pengembangan inisiatif keberlanjutan. Business case yang kuat ini secara positif memengaruhi niat para profesional SCM dan mendorong adopsi sukarela kegiatan yang mendukung terciptanya sustainable supply chain.

Melalui serangkaian wawancara mendalam dengan para profesional SCM, Mir menemukan bahwa terdapat empat faktor utama yang mendorong adopsi praktik berkelanjutan:

  • *Business Case:* Organisasi yang melihat keberlanjutan sebagai peluang bisnis, bukan sekadar kewajiban etis, lebih mungkin untuk mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan. Misalnya, perusahaan yang mampu mengurangi biaya melalui efisiensi energi atau pengurangan limbah akan memiliki business case yang lebih kuat untuk keberlanjutan.
  • *Network Factors:* Kolaborasi dengan mitra rantai pasokan, organisasi industri, dan lembaga pemerintah dapat memberikan pengetahuan, sumber daya, dan dukungan yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan inisiatif keberlanjutan.
  • *Communication Factors:* Komunikasi yang efektif sangat penting untuk membangun kesadaran, memotivasi karyawan, dan berbagi praktik terbaik. Komunikasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat audiens yang berbeda.
  • *Structural Factors:* Struktur organisasi, kebijakan, dan insentif dapat memengaruhi perilaku para profesional SCM. Organisasi yang memiliki struktur yang mendukung keberlanjutan, seperti tim keberlanjutan khusus atau metrik kinerja yang terkait dengan keberlanjutan, lebih mungkin untuk mencapai tujuan keberlanjutan mereka.

Studi 2: Field Experiment

Studi kedua adalah eksperimen lapangan yang meneliti efektivitas pesan-pesan normatif dalam memotivasi voluntary pro-environmental behavior of employees (VPBE) (perilaku pro-lingkungan sukarela karyawan). Eksperimen ini melibatkan 645 truk di sebuah perusahaan truk berukuran sedang. Para pengemudi menerima pesan mingguan yang dirancang untuk mendorong perilaku pro-lingkungan, seperti mengurangi idle time (waktu idle) dan meningkatkan efisiensi bahan bakar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua dari lima pesan yang diuji efektif dalam mendorong VPBE. Pesan-pesan ini menekankan norma-norma sosial dan manfaat pribadi dari perilaku pro-lingkungan. Misalnya, satu pesan menyoroti bahwa sebagian besar pengemudi lain di perusahaan tersebut telah berhasil mengurangi idle time mereka, sementara pesan lain menekankan bahwa mengurangi idle time dapat menghemat uang pengemudi untuk bahan bakar.

Studi ini menunjukkan kekuatan komunikasi dalam memengaruhi perilaku karyawan dan memberikan bukti empiris tentang efektivitas pesan-pesan normatif dalam konteks keberlanjutan.

Studi 3: Vignette-Based Experiment

Studi ketiga menggunakan eksperimen berbasis vignette (sketsa) untuk menyelidiki peran komunikasi inter-organisasi sebagai sarana persuasi bagi para manajer SCM untuk mengimplementasikan inisiatif keberlanjutan dalam organisasi mereka. Vignette adalah deskripsi singkat dari situasi hipotetis yang digunakan untuk mengeksplorasi bagaimana orang akan bereaksi dalam situasi tertentu.

Dalam studi ini, para manajer SCM disajikan dengan vignette yang menggambarkan situasi di mana mereka harus memutuskan apakah akan menginvestasikan sumber daya dalam inisiatif keberlanjutan. Vignette tersebut memvariasikan jenis pesan yang diterima para manajer SCM, serta fokus keberlanjutan mereka (yaitu, apakah mereka lebih fokus pada manfaat ekonomi atau lingkungan dari keberlanjutan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi tergantung pada fokus keberlanjutan manajer SCM. Manajer yang lebih fokus pada manfaat ekonomi dari keberlanjutan lebih mungkin untuk mengimplementasikan inisiatif keberlanjutan ketika mereka menerima pesan yang menekankan manfaat ekonomi tersebut. Sebaliknya, manajer yang lebih fokus pada manfaat lingkungan dari keberlanjutan lebih mungkin untuk mengimplementasikan inisiatif keberlanjutan ketika mereka menerima pesan yang menekankan manfaat lingkungan tersebut.

Studi ini menyoroti pentingnya menyesuaikan komunikasi dengan nilai-nilai dan motivasi audiens. Dengan memahami apa yang penting bagi para manajer SCM, organisasi dapat mengembangkan pesan-pesan yang lebih persuasif dan efektif dalam mendorong adopsi praktik-praktik berkelanjutan.

Implikasi Disertasi

Disertasi ini memiliki implikasi teoretis dan praktis yang signifikan. Secara teoretis, disertasi ini berkontribusi pada literatur supply chain dengan menyoroti bahwa komunikasi bukan hanya alat untuk bertukar informasi, tetapi juga dapat digunakan untuk persuasi. Disertasi ini juga memberikan wawasan tentang bagaimana faktor-faktor jaringan, komunikasi, dan struktural dapat memengaruhi adopsi praktik-praktik berkelanjutan dalam rantai pasokan.

Secara praktis, disertasi ini memberikan panduan bagi organisasi tentang bagaimana mengembangkan dan mengimplementasikan inisiatif keberlanjutan yang efektif. Disertasi ini menekankan pentingnya membangun business case yang kuat untuk keberlanjutan, membangun jaringan dengan mitra rantai pasokan, dan menyesuaikan komunikasi dengan kebutuhan dan minat audiens yang berbeda.

Salah satu poin penting dari disertasi ini adalah perlunya menyelaraskan komunikasi dan tanggung jawab pekerjaan. Hal ini memberikan wawasan manajerial mengenai komunikasi inter- dan intra-organisasi yang efektif dalam menciptakan sustainable supply chains. Dengan kata lain, pesan-pesan keberlanjutan harus relevan dengan pekerjaan sehari-hari para profesional SCM agar mereka merasa termotivasi untuk bertindak.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, disertasi Saif Mir ini memberikan kontribusi yang berharga bagi pemahaman kita tentang bagaimana menciptakan sustainable supply chains. Melalui tiga studi yang dirancang dengan baik, Mir menunjukkan bahwa komunikasi adalah alat yang ampuh untuk membujuk para profesional SCM dalam mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan. Disertasi ini memberikan panduan praktis bagi organisasi yang ingin meningkatkan kinerja keberlanjutan mereka dan menciptakan rantai pasokan yang lebih berkelanjutan.

Studi Kasus dan Angka-Angka

  • Perusahaan Truk: Studi eksperimen lapangan pada perusahaan truk menunjukkan bahwa pesan normatif yang efektif dapat mengurangi idle time truk secara signifikan, yang menghasilkan penghematan bahan bakar dan pengurangan emisi. Meskipun angka pastinya tidak disebutkan secara spesifik dalam abstrak, implikasinya adalah bahwa intervensi komunikasi yang ditargetkan dapat menghasilkan dampak lingkungan yang positif dan nyata.
  • Fokus Keberlanjutan Manajer SCM: Eksperimen berbasis vignette menunjukkan bahwa manajer yang fokus pada keuntungan ekonomi lebih responsif terhadap pesan yang menekankan manfaat finansial dari inisiatif keberlanjutan. Ini menggarisbawahi pentingnya menyesuaikan komunikasi dengan motivasi dan nilai-nilai individu untuk meningkatkan adopsi praktik-praktik berkelanjutan.

Sumber: Mir, S. (2017). Creating Sustainable Supply Chains: Influencing Sustainable Practices in the Supply Chain (Doctoral Dissertation). University of Arkansas, Fayetteville.

Selengkapnya
Menciptakan Rantai Pasokan Berkelanjutan: Peran Komunikasi dalam Praktik Keberlanjutan SCM
« First Previous page 668 of 1.160 Next Last »