Bentuk Pemerintahan
Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022
Aristokrasi (Yunani ἀριστοκρατία aristokratía, dari ἄριστος aristos "excellent," dan κράτος kratos "kekuatan") adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan berada di tangan kelompok kecil, yang mendapat keistimewaan, atau kelas yang berkuasa. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani aristokratia, yang berarti "aturan yang terbaik". Pada saat asal kata di Yunani Kuno, hal itu dipahami sebagai pemerintahan terbaik oleh warga yang memenuhi syarat dan sering kontras baik dengan bentuk monarki, aturan satu individu. Di kemudian waktu, aristokrasi biasanya dilihat sebagai pemerintahan oleh kelompok istimewa, individu yang terbaik, kelas bangsawan, dan kontras dengan demokrasi.
Konsep
Konsep berkembang di Yunani Kuno, di mana sebuah dewan warga yang terkemuka yang umumnya diberi kuasa dan kontras dengan demokrasi langsung, di mana dewan warga laki-laki diangkat sebagai "senat" di sebuah negara kota atau unit politik lainnya. Orang Yunani tidak menyukai konsep monarki, dan sebagai sistem demokrasi mereka yang jatuh, aristokrasi ditegakkan.
Di Roma kuno, Republik terdiri dari aristokrasi serta konsul, senat, dan perkumpulan suku. Pada Abad Pertengahan dan awal era modern, aristokrasi terutama terdiri dari kelas bangsawan berpengaruh, mendapat keistimewaan karena keturunan dan sering dengan kekayaan yang dimiliki. Sejak Revolusi Prancis, aristokrasi secara umum telah kontras dengan demokrasi, di mana semua warga negara harus memegang beberapa bentuk kekuasaan politik. Namun, perbedaan ini sering disederhanakan.
Dalam buku berjudul Leviathan, Thomas Hobbes menggambarkan aristokrasi sebagai persemakmuran di mana perwakilan dari warga adalah pengumpulan per bagian. Sederhananya, itu adalah pemerintahan di mana hanya bagian tertentu dari populasi umum yang dapat mewakili.
Penggambaran modern dari aristokrasi cenderung menganggapnya bukan sebagai aristokrasi yang sah (pemerintahan oleh yang terbaik), melainkan sebagai plutokrasi (pemerintahan oleh orang kaya).
Sebagai salah satu istilah bentuk pemerintahan, aristokrasi dapat dibandingkan dengan:
Para pendukung aristokrasi
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Nilai
Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022
Nilai adalah sebuah alat yang menunjukkan alasan mendasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan." Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.
Dengan bahasa sederhana, nilai adalah hal berharga yang harus dijaga setiap insan karena merupakan tolak ukur suatu keputusan dan tindakan akhir.
Pentingnya nilai
Secara umum, nilai memengaruhi sikap dan perilaku.
Jenis-jenis nilai
Rokeach Value Survey
Milton Rokeach menciptakan Rokeach Value Survey.(RVS) RVS terdiri atas dua kumpulan nilai, dengan setiap kumpulan memuat 18 pokok nilai individual. Satu kumpulan, yang disebut nilai terminal, merujuk pada keadaan-keadaan akhir yang diinginkan. Ini adalah tujuan yang ingin dicapai seseorang selama hidupnya. Kumpulan lainnya, disebut dengan nilai instrumental, merujuk pada perilaku atau cara-cara yang lebih disukai untk mencapai nilai terminal.
Kelompok kerja kontemporer
Jumlah kelahiran per seribu orang di Amerika Serikat. Segmen berwarna biru adalah generasi boomer.
Beberapa analisis baru mengenai nilai kerja telah digabungkan ke dalam empat kelompok yang berusaha mendapatkan nilai unik dari kelompok atau generasi yang berbeda-beda dalam angkatan kerja Amerika Serikat. Nilai memang mengalami perubahan dari generasi ke generasi.
Generasi Boomer adalah kelompok yang lahir setelah perang dunia II ketika para veteran kembali ke keluarga mereka masing-masing dan zaman sudah membaik. Boomers memasuki angkatan kerja dari pertengahan tahun 1960-an sampai pertengahan tahun 1980-an.
Nilai lintas kultur
Kerangka Hofstede untuk menilai kultur
Salah satu pendekatan yang paling banyak digunakan untuk menganalisis variasi kultur dibuat pada akhir tahun 1970-an oleh Geert Hofstede. Hofstede menemukan bahwa manajer dan karyawan memiliki lima dimensi nilai kultur nasional yang berbeda-beda.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Politik
Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagai subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada Undang-Undang (objek dari kekuasaan).
Sudut pandang kekuasaan
Kekuasaan bersifat positif
merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Allah kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat mempengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk melakukan suatu -tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental. Namun di dalam kekuasaan tidak semua yang berkuasa memiliki kewenangan, karena kewenangan bersifat khusus
Sifat kekuasaan Position Power adalah kekuasaan yang sudah dimiliki oleh seseorang pada suatu organisasi. Sifat kekuasaan ini biasanya ada pada seseorang yang memiliki jabatan di suatu organisasi. Dalam hal ini, jabatan yang dimaksud, seperti ketua atau dewan pembina. Apabila seseorang sudah memiliki jabatan ketua, maka ia sudah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengarahkan anak buahnya. Bagi seseorang yang sudah memiliki kuasa di suatu organisasi, tetapi tidak bisa mengemban tanggung jawab dengan benar, maka kemungkinan besar organisasi yang dipimpinnya akan sulit untuk berkembang. Oleh sebab itu, sudah seharusnya seseorang yang memiliki jabatan di organisasi harus mempunyai wawasan yang luas supaya organisasi yang dipimpin tidak mengalami kemunduran. Salah satu cara untuk memperluas wawasan adalah membaca buku.
Kekuasaan bersifat Negatif
Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam memengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.
Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan menuju kekuasaan selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai politik. Partai partai politik berusaha untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai politik selanjutnya mengirimkan calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif. Dalam pemilihan umum legislatif secara langsung seperti yang terjadi di Indonesia dalam Pemilu 2004 maka calon anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat.
Sifat kekuasaan Personal Power adalah kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang bukan di organisasi melainkan dalam hubungan sosialnya. Dengan kata lain, seseorang itu sudah memiliki jabatan di lingkungan masyarakat, seperti jabatan RT, RW, Kepala Desa, dan sebagainya. Biasanya seseorang yang memiliki sifat Personal Power ini namanya sudah di lingkungan masyarakatnya. Hampir sama dengan seseorang yang memiliki kuasa di suatu organisasi, individu yang memiliki Personal Power juga harus bisa mengarahkan anggota masyarakatnya agar menciptakan hubungan yang harmonis. Apabila pemegang kuasa tidak bisa menciptakan hubungan yang harmonis antar anggota masyarakat, maka bisa memunculkan kesalahpahaman antar anggota masyarakat. Oleh sebab itu, dalam sifat Personal Power pemilik kuasa harus pandai menjaga komunikasi dengan baik kepada seluruh anggotanya.
Legitimasi kekuasaan
Dalam pemerintahan mempunya makna yang berbeda: "kekuasaan" didefinisikan sebagai "kemampuan untuk memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu yang bila tidak dilakukan", akan tetapi "kewenangan" ini akan mengacu pada klaim legitimasi, pembenaran dan hak untuk melakukan kekuasaan. Sebagai contoh masyarakat boleh jadi memiliki kekuatan untuk menghukum para kriminal dengan hukuman mati tanpa sebuah peradilan sedangkan orang-orang yang beradab percaya pada aturan hukum dan perundangan-undangan dan menganggap bahwa hanya dalam suatu pengadilan yang menurut ketentuan hukum yang dapat memiliki kewenangan untuk memerintahkan sebuah hukuman mati.
Dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial, kekuasaan telah dijadikan subjek penelitian dalam berbagai empiris pengaturaneluarga (kewenangan orang tua), kelompok-kelompok kecil (kewenangan kepemimpinan informal), dalam organisasi seperti sekolah, tentara, industri dan birokrat (birokrasi dalam organisasi pemerintah) dan masyarakat luas atau organisasi inklusif, mulai dari masyarakat yang paling primitif sampai dengan negara, bangsa-bangsa modern atau organisasi (kewenangan politik).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), legitimasi adalah keterangan yang mengesahkan atau membenarkan bahwa pemegang keterangan adalah betul-betul orang yang dimaksud atau kesahan. Sementara itu, legitimasi berasal dari bahasa Latin, yaitu lex yang artinya hukum.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangannya, legitimasi bukan hanya membicarakan tentang hukum yang ada di dalam sebuah peraturan saja, tetapi juga membahas hukum-hukum yang berlaku di masyarakat, seperti norma-norma dalam lingkungan masyarakat. Pada dasarnya, pengertian legitimasi kekuasaan menurut para ahli berbeda-beda. Meskipun pengertian legitimasi kekuasaan berbeda-beda, tetapi secara garis besar legitimasi kekuasaan adalah suatu bentuk yang dibuat masyarakat dalam menerima dan percaya terhadap pemerintahan, pemimpin, pejabat negara, dan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa selama masyarakat merasa terlindungi dan merasa sejahtera, maka mereka bisa menerima dan percaya terhadap kepemimpinan suatu pemerintahan.
Namun, apabila ada anggota masyarakat yang merasa kalau dirinya atau kelompoknya tidak terlindungi, maka legitimasi kekuasaan pemerintahan bisa saja hancur atau tidak bisa dipertahankan. Tidak hanya itu, hal dapat terjadi karena para pemimpin dan pejabat negara tidak dapat menunjukkan kinerja dengan baik, sehingga anggota masyarakat banyak kecewa.Dengan demikian, bagi pemerintah yang ingin mempertahankan legitimasinya sudah seharusnya bisa memenuhi kebutuhan masyarakatnya agar kesejahteraan bagi anggota masyarakat dapat terjamin. Semakin banyak masyarakat yang sejahtera, maka legitimasi pemerintahan di mata masyarakat akan terus meningkat.
Sifat kekuasaan
Kekuasaan cenderung korup adalah ungkapan yang sering kita dengar. Kekuasaan dapat dikatakan melekat pada jabatan ataupun pada diri orang tersebut, penjelasannya adalah sebagai berikut:
French & Raven mengatakan bahwa ada lima jenis kekuasaan:
Sumber kekuasaan bila dikaitkan dg kegunaan, maka sbb:
Sumber – sumber kekuasaan meliputi:
Pengertian Kekuasaan Menurut Para Ahli
Menurut Montesquieu, kekuasaan itu dibagi menjadi tiga golongan. Kekuasaan yang dibagi menjadi tiga golongan ini saat ini dikenal dengan istilah Trias Politica. Adapun tiga golongan kekuasaan yang dimaksud, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikatif.
Setiap golongan kekuasaan memiliki tugas yang berbeda-beda. Kekuasaan legislatif memiliki tugas untuk membuat peraturan dan Undang-Undang. Kekuasaan eksekutif mempunyai tugas untuk menjalankan peraturan dan Undang-Undang yang telah diciptakan. Kekuasaan yudikatif mempunyai tugas untuk mengadili sesuatu seseorang yang memiliki kesalahan atau pelanggaran sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Max Weber mengatakan bahwa kekuasaan adalah sebuah kesempatan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok dengan tujuan untuk memenuhi keinginan atau kehendaknya dalam hubungan sosial walaupun harus menentang atau menghadapi kehendak orang lain. Berdasarkan pengertian ini, kekuasaan dapat diartikan sebagai sesuatu yang menyeramkan karena harus memaksa orang lain untuk mewujudkan keinginannya.
Ramlan Surbakti menyatakan bahwa kekuasaan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang digunakan untuk memengaruhi orang lain melalui cara berpikir dan perilaku yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemegang kuasa.
Menurut Miriam Budiardjo, kekuasaan adalah seseorang atau kelompok yang memiliki kekuatan atau kemampuan yang di mana kekuatan itu digunakan untuk memengaruho perilaku individu atau kelompok lainnya yang sesuai dengan keinginannya.
Walter Nord mengungkapkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan yang digunakan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tertentu dan berbeda dari tujuan-tujuan lainnya.
Menurut Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan, kekuasaan adalah sebuah hubungan antara individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya dengan tujuan untuk menentukan suatu tindakan atau aksi agar tidak berbeda arah dan sesuai dengan yang tindakan yang diinginkan.
Menurut John Locke, kekuasaan adalah suatu hal yang tidak bisa dijadikan berada di dalam satu unsur yang sama atau suatu hal itu harus dipisah satu sama lain. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pengertian kekuasaan dari John Locke ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan federatif.
Menurut John Locke setiap kekuasaan memiliki tugasnya masing-masing, seperti kekuasaan legislatif yang memiliki tugas untuk membuat peraturan dan Undang-Undang. Kekuasaan eksekutif yang bertugas untuk menjalankan Undang-Undang yang telah dibuat oleh kekuasaan legislatif dan memiliki kewenangan untuk mengadili. Kekuasaan federatif memiliki tugas untuk menjaga keamanan negara dan menjaga hubungan negara dengan negara lainnya.
Itulah beberapa pengertian kekuasaan menurut para ahli. Di Indonesia, pemegang kekuasaan dibagi menjadi tiga bagian,yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikatif. Dengan kata lain, Indonesia menggunakan Trias Politica dari Montesquieu.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Psikologi
Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Charles Darwin, pengarang buku
The Expression of the Emotions in Man and Animals.
Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Prancis, émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam.
Berbagai macam ekspresi dari emosi manusia
Aspek emosi
Charles Darwin, pengarang buku The Expression of the Emotions in Man and Animals.
Terdapat aspek emosi yang fundamental yang harus dipertimbangkan, diantaranya:
Biologi emosi
Semua emosi berasal dari sistem limbik otak yang kira-kira berukuran sebesar sebuah kacang walnut dan terletak di batang otak Orang-orang cenderung merasa bahagia ketika sistem limbik mereka secara relatif tidak aktif. Sistem limbik orang tidaklah sama. Sistem limbik yang lebih aktif terdapat pada orang-orang yang depresi, khususnya ketika mereka memperoleh informasi negatif.
Intensitas
Setiap orang memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rangsangan pemicu emosi yang sama. Dalam sejumlah kasus, kepribadian menjadi penyebab perbedaan emosi tersebut. Pada saat lain, perbedaan tersebut timbul sebagai hasil dari persyaratan-persyaratan pekerjaan.
Frekuensi dan durasi
Suksesnya pemenuhan tuntutan emosional seorang karyawan dari suatu pekerjaan tidak hanya bergantung pada emosi-emosi yang harus ditampilkan dan intensitasnya tetapi juga pada seberapa sering dan lamanya mereka berusaha menampilkannya.
Rasionalitas dan emosi
Emosi penting terhadap pemikiran rasional karena emosi memberikan informasi penting mengenai pemahaman terhadap dunia sekitar. Dalam suatu organisasi, kunci pengambilan keputusan yang baik adalah menerapkan pemikiran dan perasaan dalam suatu keputusan.
Fungsi emosi
Dalam ”The Expression of the Emotions in Man and Animals”, Charles Darwin menyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah. Emosi sangat berguna karena ‘memotivasi’ orang untuk terlibat dalam tindakan penting agar dapat bertahan hidup –tindakan-tindakan seperti mengumpulkan makanan, mencari tempat berlindung, memilih pasangan, menjaga diri terhadap pemangsa, dan memprediksi perilaku. Emosi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. manusia lain.
Klasifikasi emosi
Salah satu cara mengklasifikasikan emosi adalah berdasarkan apakah emosi tersebut positif atau negatif. Emosi-emosi positif -seperti rasa gembira dan rasa syukur- mengekspresikan sebuah evaluasi atau perasaan menguntungkan, sedangkan emosi-emosi negatif -seperti rasa marah atau rasa bersalah- mengekspresikan sebaliknya. Emosi tidak dapat netral, karena menjadi netral berarti menjadi nonemosional.
Sumber-sumber emosi dan suasana hati
Kepribadian
Kepribadian memberi kecenderungan kepada orang untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu, contohnya beberapa orang merasa bersalah dan merasakan kemarahan dengan lebih mudah dbandingkan orang lain, sedangkan orang lain mungkin merasa tenang dan rileks dalam situasi apa pun. Intinya, beberapa orang memiliki kecenderungan untuk memiliki emosi apa pun secara lebih intens atau memiliki intensitas afek (perbedaan individual dalam kekuatan di mana individu-individu mengalami emosi mereka) tinggi.
Hari dalam seminggu dan waktu dalam sehari
Orang-orang cenderung berada dalam suasana hati terburuk di awal minggu dan berada dalam suasana hati terbaik di akhir minggu.
Cuaca
Cuaca menjadi sebuah peristiwa yang luar biasa sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Seorang ahli menyimpulkan, "Berlawanan dengan pandangan kultur yang ada, data ini menunjukkan bahwa orang-orang tidak melaporkan suasana hati yang lebih baik pada hari yang cerah atau sebaliknya.
Stres
Sebuah penelitian menghasilkan pernyataan, "Adanya peristiwa yang terus-menerus terjadi yang menimbulkan stres tingkat rendah menyebabkan para pekerja mengalami tingkat ketegangan yang semakin lama seiring berjalannya waktu semakin meningkat.
Aktivitas sosial
Orang-orang dengan suasana hati positif biasanya mencari interaksi sosial dan sebaliknya, interaksi sosial menyebabkan orang-orang mempunyai suasana hati yang baik. Jenis aktivitas sosial juga berpengaruh. Penelitian mengungkap bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal, atau Epicurean lebih diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana hati yang positif dibandingkan dengan kejadian-kejadian formal atau yang bersifat duduk terus-menerus.
Tidur
Tidur adalah salah satu sumber emosi dan suasana hati
Kualitas tidur memengaruhi suasana hati. Para sarjana dan pekerja dewasa yang tidak memperoleh tidur yang cukup melaporkan adanya perasaan kelelahan yang lebih besar, kemarahan, dan ketidakramahan. Satu dari alasan mengapa tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk pengambilan keputusan dan membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.
Olahraga
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga mampu meningkatkan suasana hati menjadi positif.
Olahraga adalah salah satu sumber emosi dan suasana hati
Usia
Suatu penelitian atas orang-orang yang berusia 18 hingga 94 tahun mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknya semakin jarang terjadi seiring bertambahnya usia seseorang.
Gender
Dalam perbandingan antargender, wanita menunjukkan ekspresi emosional yang lebih besar dibandingkan pria. Mereka mengalami emosi secara lebih intens dan mereka menunjukkan ekspresi emosi positif maupun negatif yang lebih sering, kecuali kemarahan. Tidak seperti pria, wanita juga menyatakan lebih nyaman dalam mengekpresikan emosi dan mampu membaca petunjuk nonverbal dan paralinguistik secara lebih baik.
Batasan eksternal pada emosi
Gadis di Muyuan County, Jiangxi, Cina. Orang Cina mengalami lebih banyak emosi positif.
Setiap organisasi mendefinisikan batasan-batasan yang mengidentifikasi emosi-emosi yang dapat diterima dan sampai tingkat mana karyawan dapat mengekspresikannya.
Sebagai contoh, di Cina orang menyatakan bahwa mereka mengalami lebih sedikit emosi positif dan negatif dibandingkan orang-orang dalam budaya lainnya, dan apa pun emosi yang mereka alami adalah kurang intensitasnya dibandingkan pada kultur lain.
Regulasi emosi
Emosi kadang dapat sangat intens sehingga terasa seperti mengambil alih tubuh dan pikiran, membuat individu tidak berdaya. Meskipun demikian, emosi meruapakan suatu hal yang dapat dikontrol. Regulasi emosi adalah proses dan strategi yang digunakan untuk mengatur emosi yang individu miliki, kapan individu memiliki emosi tersebut, dan bagaimana individu merasakan atau mengkespresikan. Regulasi emosi memiliki kemiripan dengan coping. Perbedaanya terletak pada fokus afek yang ingin dikontrol; coping bertujuan untuk mengurangi afek negatif, sedangkan regulasi emosi dapat diaplikasikan baik pada emosi positif maupun negatif.
Kerja emosional
Kerja emosional adalah situasi saat seorang karyawan mengekspresikan emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat kerja. Konsep kerja emosional muncul dari penelitian-penelitian atas pekerjaan terkait pelayanan, contohnya sebuah maskapai penerbangan mengharapkan pramugari mereka untuk gembira. Tetapi kerja emosional dapat relevan untuk semua jenis pekerjaan. Sebagai contoh, seorang manajer mengharapkan bawahannya untuk bersikap sopan dalam interaksi dengan rekan-rekan kerja. Tantangan sebenarnya adalah ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi sementara pada saat yang bersamaan mengalami emosi yang lain. Perbedaan ini disebut disonansi emosional.[16] Jika dibiarkan, perasaan terkungkung dari frustasi, kemarahan, dan kebencian akhirnya dapat menyebabkan kelelahan emosional dan kejatuhan mental.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Penulis Tiongkok
Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022
Sun Tzu (/ˈsuːnˈdzuː/;merujuk pada Sūn Zǐ) juga merupakan seorang Jenderal dari Tiongkok, ahli strategi militer, dan filsuf yang hidup pada Zaman Musim Semi dan Gugur pada masa Tiongkok Kuno. Sun Tzu diketahui sebagai penulis The Art of War, sebuah strategi militer yang secara luas berpengaruh terhadap filosofi Barat dan Timur. Diluar peninggalannya sebagai penulis The Art of War, Sun Tzu merujuk kepada figur sejarah dari Tiongkok dan Kebudayaan Asia. Dia lahir dengan nama Sun Wu dan dikenal dengan nama Changqing. Nama Sun Tzu sendiri merupakan sebuah gelar kehormatan yang berarti “Master Sun”.
LahirSun Wu
544 SM (tradisional)
Qi atau Wu, Kerajaan Zhou Meninggal 496 SM (tradisional; umur 47–48)
Gusu, Wu, Kerajaan Zhou
Sejarah mengenai Sun Tzu masih belum pasti. Sima Qian dan ahli sejarah kuno lainnya menempatkan dia sebagai menteri dari Raja Helü di Negara Wu dan menetapkan masa hidupnya antara 544–496 SM. Para pakar modern mengemukakan bahwa Sun Tzu hidup pada Periode Negara Perang berdasarkan gaya komposisi dan deskripsinya mengenai Medan Perang. Sejarah juga mencatat bahwa keturunan Sun Tzu yaitu Sūn Bin (孫彬) juga menulis mengenai taktik militer yang juga berjudul The Art of War. Dalam beberapa karya klasik Tiongkok Sun Tzu merujuk kepada Sun Tzu dan Sun Bin, beberapa ahli sejarah percaya bahwa keidentikan mereka merujuk pada ditemukannya Perjanjian Militer Sun Bin pada tahun 1972.
Hasil kerja Sun Tzu telah banyak dipuji dan digunakan di sepanjang Asia Timur karena komposisinya. Selama abad ke 20, The Art of War mengalami pertumbuhan popularitas dan secara praktik digunakan oleh Masyarakat Barat. Karya ini juga mempengaruhi banyak usaha di Asia, Eropa, dan Amerika termasuk budaya, politik, bisnis, dan olahraga, sebagaimana juga dalam medan perang modern.
Kehidupan
Perkamen bambu tentang "Art of War" yang
ditemukan pada tahun 1972 di Provinsi Shandong dan
disimpan di Museum Shandong.
Sumber-sumber lain yang tersedia belum menemukan kesepakatan mengenai tempat lahir Sun Tzu. Pada kronik The Spring and Autumn Annals dikatakan bahwa Sun Tzu lahir pada masa Dinasti Qi, sementara Sima Qian dalam Records of Grand Historian mengatakan bahwa Sun Tzu merupakan warga lokal Wu. Kedua sumber setuju bahwa Sun Tzu lahir pada akhir Spring and Autumn Period dan dia aktif sebagai seorang jenderal dan ahli strategi. Dia melayani Raja Helu dari Wu pada akhir abad ke 6 sebelum masehi, dimulai sekitar tahun 512 SM. Kemenangan Sun Tzu menginspirasinya untuk menulis The Art of War. The Art of War merupakan satu dari banyak Pakta Militer yang digunakan dalam Periode Negara Perang, sebuah masa dimana terjadi perang yang secara terus menerus terjadi antara 7 negara - Zhao, Qi, Qin, Chu, Han, Wei, dan Yan - yang bertarung untuk memperebutkan kekuasaan ke wilayah timur daratan Tiongkok.
Satu dari banyaknya cerita tentang Sun Tzu didapat dari Sima Qian. Sebelum mempekerjakan Sun Tzu, Raja Wu ingin menguji kemampuannya untuk melatih dengan memintanya melatih selir-selirnya yang berjumlah 180 orang untuk dijadikan tentara. Sun Tzu membagi mereka menjadi dua kelompok dan menunjuk dua selir kesayangan raja untuk memimpin masing-masing kelompok atau disebut jenderal. Saat Sun Tzu memerintahkan para selir menghadap ke kanan, mereka tertawa. Sebagai respon dari hal itu, Sun Tzu mengatakan bahwa para jenderal dalam hal ini bertanggung jawab untuk memastikan bahwa para tentara memahami perintah yang diberikan pada mereka. Kemudian, dia mengulangi perintah itu lagi dan sekali lagi para selir tertawa. Sun Tzu kemudian memerintahkan eksekusi terhadap dua selir favorit raja, meskipun raja melakukan protes. Dia menjelaskan bahwa jika para jenderal mengerti apa yang diperintahkan, tetapi tidak mematuhinya, hal itu adalah jelas kesalahan pemimpinnya. Sun Tzu juga mengatakan bahwa saat seorang jenderal ditunjuk, maka itu adalah tugasnya untuk melaksanakan misi yang telah diberikan, meskipun raja melakukan protes. Setelah kedua selir tersebut dibunuh, masing-masing kelompok digantikan pemimpin baru. Setelahnya, kedua kelompok itu melakukan setiap manuver yang diperintahkan dengan sempurna karena mereka sangat menyadari konsekuensi dari tindakan cerobah yang telah dilakukan.
Sima Qian menegaskan bahwa setelahnya Sun Tzu membuktikan bahwa teorinya bekerja sangat efektif dalam medan perang (contohnya dalam Perang Boju). Sun Tzu memiliki karier yang sukses di militer dan menulis The Art of War berdasarkan pengalaman dan keahliannya yang teruji. Bagaimanapun, dalam Zuozhuan, sebuah teks sejarah yang ada sebelum Records of Grand Historian, lebih memberikan penjelasan detail mengenai Perang Boju, namun tidak menyebutkan Sun Tzu sama sekali.
Historisitas
Dimulai sekitar abad ke-12, beberapa ahli mulai meragukan keberadaan historis Sun Tzu, utamanya karena dia tidak disebutkan dalam Sejarah Klasik The Commentary of Zuo (Zuo zhuan 左傳), yang menyebutkan tokoh-tokoh penting dari Periode Musim Semi dan Gugur. Nama “Sun Wu” (孫武) tidak muncul dalam teks apapun sebelum Records of the Grand Historian, dan mungkin namanya adalah sebuah julukan deskriptif yang dibuat-buat dan memiliki arti “Prajurit Buronan”: Nama “Sun” dapat diartikan sebagai ‘buronan’ (xùn 遜), sementara “Wu” adalah kebijaksanaan Tiongkok Kuno dari “Beladiri, gagah berani” (wǔ 武), yang berhubungan dengan peran Sunzi sebagai kembaran (doppelgänger) pahlawan dalam cerita Wu Zixu. Para skeptis mengutip ketidakakuratan sejarah yang memungkinkan dan anakronisme dalam teks, menyimpulkan bahwa buku itu sebenarnya merupakan kompilasi dari penulis yang berbeda dan strategi-strategi militer. Hubungan dari para penulis The Art of War bervariasi antara para ahli, orang-orang dan gerakan-gerakan sosial yang ada, termasuk Sun; sarjana dari Negara Chu yaitu Wu Zixu; seorang penulis anonim; sebuah sekolah teori di Negeri Qi atau Negeri Wu; Sun Bin; dan lain-lain. Tidak seperti Sun Wu, Sun Bin tampaknya adalah seseorang yang sungguh ada dan merupakan penguasa yang sebenarnya dalam urusan militer. Dia mungkin telah menjadi inspirasi bagi terciptanya tokoh sejarah "Sunzi" melalui bentuk euhemerisme. Nama Sun Wu selanjutnya muncul pada sumber selanjutnya Records of the Grand Historian (Shiji 史記) dan Wu Yue chunqiu. Satu-satunya pertarungan bersejarah yang dikaitkan pada Sun Tzu yaitu Perang Boju, tidak memiliki catatan pertarungan dirinya.
Munculnya fitur dari The Art of War dalam teks-teks sejarah lainnya dianggap bukti kesejarahan tentang keberadaannya dan bukti karya penulisannya. Konsep strategi tertentu seperti klasifikasi medan (peperangan) dikaitkan dengan Sun Tzu. Penggunaannya (konsep strategi Sun Tzu) dalam karya-karya lain seperti Metode Sima dianggap sebagai bukti prioritas mengenai sejarah (keberadaan) Sun Tzu. Menurut Ralph Sawyer, sangat mungkin Sun Tzu memang ada dan tidak hanya menjabat sebagai seorang jenderal perang tetapi juga merupakan penulis dari buku yang menyandang namanya (The Art of War). Dalam The Art of War dikatakan bahwa ada perbedaan antara perang skala besar dan teknik canggih yang dirinci dalam teks, serta pertempuran skala kecil yang lebih primitif (dipercaya banyak digunakan di Tiongkok selama abad ke-6 SM). Menentang hal tersebut, Sawyer berpendapat bahwa ajaran Sun Wu sangat mungkin diajarkan kepada generasi-generasi di keluarganya atau bahkan untuk para murid di sekolah-sekolah kecil dan pada akhirnya termasuk Sun Bin. Keturunannya atau para siswa mungkin telah merevisi atau memperluas titik-titik tertentu dalam teks aslinya.
Para skeptis mengidentifikasi masalah dengan sudut pandang tradisionalis ke sudut pandang anakronisme dalam The Art of War termasuk mengidentifikasi istilah, teknologi (seperti busur anakronistik dan kavaleri yang tidak disebutkan), ide-ide filosofis, peristiwa, dan teknik militer yang tidak seharusnya tersedia untuk Sun Wu. Selain itu, tidak ada catatan sejarah mengenai seorang jenderal profesional selama Zaman Musim Semi dan Gugur; ini hanyalah bagian dari Periode Negara Perang, sehingga masih ada keraguan mengenai pangkat dan keahlian militer Sun Tzu. Hal ini menyebabkan banyak kebingungan tentang kapan The Art of War benar-benar ditulis. Pandangan tradisional pertama menyatakan bahwa The Art of War ditulis pada 512 SM oleh Sun Wu, yang aktif selama tahun-tahun terakhir Periode Musim Semi dan Gugur (c. 722-481 BC). Pandangan kedua, sebagaimana yang dikemukakan oleh para sarjana seperti Samuel Griffith, menempatkan The Art of War selama masa pertengahan hingga akhir Periode Negara Perang (c. 481-221 BC). Akhirnya, aliran ketiga mengklaim bahwa teks bambu tersebut diterbitkan pada paruh terakhir abad 5 SM; hal ini didasarkan pada bagaimana penganutnya menafsirkan slip bambu yang ditemukan di Yin-ch'ueh-shan pada tahun 1972 AD.
The Art of War
The Art of War secara tradisional dianggap berasal dari Sun Tzu. The Art of War menyajikan filsafat perang untuk mengelola konflik dan memenangkan pertempuran. Hal ini diterima sebagai sebuah karya besar mengenai strategi dan telah sering dikutip dan dijadikan referensi oleh para jenderal dan ahli teori sejak pertama kali diterbitkan, diterjemahkan, dan didistribusikan secara internasional.
There are numerous theories concerning when the text was completed and concerning the identity of the author or authors, but archeological recoveries show The Art of War had taken roughly its current form by at least the early Han. Because it is impossible to prove definitively when the Art of War was completed before this date, the differing theories concerning the work's author or authors and date of completion are unlikely to be completely resolved. Some modern scholars believe that it contains not only the thoughts of its original author but also commentary and clarifications from later military theorists, such as Li Quan and Du Mu.
Dari teks militer yang ditulis sebelum Unifikasi Tiongkok dan pembakaran buku Shi Huangdi di abad ke 2 sebelum masehi, enam karya besar berhasil selamat. Selama Dinasti Song yang berikut-berikutnya, enam karya ini disatukan dengan sebuah teks Tang (dinasti) menjadi sebuah koleksi yang dinamakan Seven Military Classics. Sebagai bagian penting dari kompilasi tersebut, The Art of War membentuk pondasi teori militer ortodok pada awal masa Tiongkok modern. Untuk mengilustrasikan poin ini, buku tersebut disyaratkan sebagai bacaan wajib untuk lulus dalam tes penunjukan kekaisaran dalam mengisi posisi militer.
The Art of War milik Sun Tzu menggunakan bahasa yang mungkin tidak biasa dalam sebuah teks barat untuk topik medan perang dan strategi. Contohnya, pada bab sebelas dikatakan bahwa seorang pemimpin harus “tenang dan tidak dapat ditebak” dan memiliki kemampuan untuk memahami “rencana yang tak terduga”. Teks ini (The Art of War) berisi banyak komentar serupa yang sudah lama membuat bingung pembaca barat yang kurang memahami konteks Asia Timur. Arti dari pernyataan-pernyataan tersebut lebih jelas ketika menginterpretasikan konteks pemikiran dan praktik Taoisme. Sun Tzu melihat seorang jenderal yang ideal sebagai seorang master Taoisme yang tercerahkan, yang mana hal ini menuntun The Art of War dianggap sebagai sebuah contoh utama strategi penganut Taois.
Buku ini juga menjadi populer di kalangan para pemimpin politik dan orang-orang dalam manajemen bisnis. Meskipun memiliki judul The Art of War dan membahas strategi secara luas, namun juga menyentuh pada administrasi publik dan perencanaan. Teks tersebut menguraikan teori peperangan, namun (dapat) juga (mengacu pada) diplomasi dan (cara) budidaya hubungan dengan negara-negara lain sebagai aspek penting untuk perkembangan negara.
Pada 10 April 1972, Makam Yinqueshan Han secara tidak sengaja ditemukan oleh pekerja konstruksi di Shandong. Para ahli menemukan sebuah koleksi naskah kuno yang ditulis pada slip bambu yang ternyata masih terawat dengan baik. Di antara temuan tersebut terdapat The Art of War dan Metode Militer Sun Bin. Meskipun bibliografi Dinasti Han menyatakan bahwa publikasi terakhir yang masih ada diteruskan dan ditulis oleh seorang keturunan Sun, publikasi itu telah hilang. Ditemukannya karya Sun Bin dianggap sebagai momen penting oleh para sarjana, baik karena hubungan Sun Bin ke Sun Tzu dan karena penambahan pekerjaan pada pemikiran militer di akhir zaman kuno Tiongkok. Penemuan tersebut secara keseluruhan, sangat signifikan dalam menambah pengetahuan mengenai teori militer yang dibuat pada Periode Negara Perang. Risalah Sun Bin adalah satu-satunya teks militer yang selamat dari Periode Negara Perang dan ditemukan pada abad kedua puluh serta memiliki kemiripan dengan The Art of War jika dibandingkan dengan teks yang lain.
Peninggalan
The Art of War milik Sun Tzu telah mempengaruhi banyak tokoh penting. Sima Qian menceritakan bahwa Kaisar pertama dalam sejarah China, Qin Shi Huangdi, menganggap The Art of War sebagai buku yang sangat berharga dalam mengakhiri Periode Negara Perang. Pada abad ke-20, Pemimpin Komunis Tiongkok, Mao Zedong pada kemenangannya atas Chiang Kai-shek dan Kuomintang pada tahun 1949 berhutang budi pada The Art of War. Karya ini (The Art of War) sangat mempengaruhi tulisan-tulisan Mao tentang perang gerilya, yang selanjutnya mempengaruhi pemberontakan komunis di seluruh dunia.
The Art of War diperkenalkan ke Jepang pada tahun 760 AD dan buku ini dengan cepat menjadi populer di kalangan jenderal Jepang. Melalui pengaruhnya pada Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyasu, karya ini secara signifikan mempengaruhi penyatuan Jepang di era modern awal. Sebelum Restorasi Meiji, penguasaan ajaran-ajarannya dihormati di kalangan samurai dan ajaran-ajaran tersebut didorong (untuk diajarkan) dan dicontohkan (dalam ajaran) oleh daimyo yang berpengaruh dan para shogun. Selanjutnya, karya ini tetap populer di kalangan angkatan bersenjata Kekaisaran Jepang. Laksamana Armada, Togo Heihachiro, yang memimpin kemenangan pasukan Jepang dalam Perang Rusia-Jepang, adalah seorang pembaca setia dari Sun Tzu.
Ho Chi Minh menerjemahkan karya ini untuk tentara Vietnam dengan tujuan belajar. Umumnya Vo Nguyen Giap, ahli strategi di balik kemenangan atas pasukan Prancis dan Amerika di Vietnam adalah juga seorang mahasiswa yang sangat rajin dan seorang praktisi dari ide-ide Sun Tzu.
Konflik Asia-Amerika melawan Jepang, Korea Utara, dan Vietnam Utara membawa Sun Tzu menjadi perhatian pemimpin militer Amerika. Lembaga Militer di Amerika Serikat, melalui Command and General Staff College, telah mengarahkan semua unit untuk menyokong perpustakaan-perpustakaan di bawah naungan masing-masing kantor pusat untuk melanjtkan edukasi para personil mengenai The Art of War. The Art of War disebutkan sebagai sebuah contoh karya untuk dipertahankan pada setiap fasilitas dan staf yang bertugas jaga berkewajiban untuk menyiapkan makalah singkat serta mempresentasikannya kepada petugas yang lain mengenai bacaan mereka. Serupa dengan hal itu, The Art of War milik Sun Tzu juga terdaftar dalam Professional Reading Program Korps Angkatan Laut. Selama Perang Gulf pada tahun 1990an, Jenderal Norman Schwarzkopf Jr. dan Jenderal Colin Powell menerapkan prinsip-prinsip Sun Tzu yang terkait dengan penipuan, kecepatan, dan titik lemah seseorang musuh.[30] Bagaimanapun, Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya dikritik karena tidak benar-benar memahami karya Sun Tzu dan tidak menghargai The Art of War dalam konteks yang lebih luas mengenai masyarakat Tiongkok.
Retorika Taois adalah sebuah komponen yang tergabung ke dalam The Art of War. Menurut Steven C. Combs dalam "Sun-zi and the Art of War: The Rhetoric of Parsimony", medan peperangan "digunakan sebagai metafora untuk retorika, dan bahwa keduanya secara filosofis didasarkan pada seni." Combs menulis "Medan peperangan dianalogikan sebagai persuasi, sebagai (bentuk) pertempuran antara hati dan pikiran." Penerapan strategi The Art of War sepanjang sejarah dikaitkan dengan retorika filosofisnya. Taoisme adalah prinsip utama dalam The Art of War. Combs membandingkan Taois Tiongkok kuno hingga ke retorika Aristoteles tradisional, terutama untuk perbedaannya dalam hal persuasi. Retorika Taois dalam strategi medan perang The Art of War digambarkan sebagai "damai dan pasif, mendukung keheningan selama berbicara.” Bentuk komunikasi ini adalah bentuk kekikiran. Sifat pelit, yang sangat ditekankan dalam The Art of War sebagai cara menghindari konfrontasi dan menjadi sosok spiritual dengan alam, membentuk prinsip-prinsip dasar Taoisme.
Mark McNeilly dalam Sun Tzu and The Art Modern Warfare menulis bahwa interpretasi modern dari Sun dan peran pentingya sepanjang sejarah Tiongkok sangat penting dalam memahami dorongan China untuk menjadi negara adidaya di abad kedua puluh satu. Para sarjana Tiongkok modern secara eksplisit mengandalkan pelajaran strategis sejarah dan The Art of War dalam mengembangkan teori mereka, (Para sarjana) melihat hubungan langsung antara perjuangan modern mereka dan orang-orang Tiongkok pada masa Sun Tzu. Ada nilai keuntungan yang dirasakan dalam ajaran Sun Tzu dan penulis tradisional Tiongkok lainnya, yang mana digunakan secara teratur dalam mengembangkan strategi bagi Negara Tiongkok dan para pemimpinnya.
Pada tahun 2008, produser Zhang Jizhong mengadaptasi kisah hidup Sun Tzu untuk dijadikan serial televisi drama sejarah sepanjang 40-episode berjudul Bing Sheng, dibintangi Zhu Yawen sebagai Sun Tzu.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Liberalisme Klasik
Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022
Laissez-faire (IPA: [lɛse fɛr]) adalah sebuah frasa bahasa Prancis yang berarti "biarkan terjadi" (secara harafiah "biarkan berbuat"). Istilah ini berasal dari diksi Prancis yang digunakan pertama kali oleh para psiokrat pada abad ke 18 sebagai bentuk perlawanan terhadap intervensi pemerintah dalam perdagangan. Laissez-faire menjadi sinonim untuk ekonomi pasar bebas yang ketat selama awal dan pertengahan abad ke-19. Secara umum, istilah ini dimengerti sebagai sebuah doktrin ekonomi yang tidak menginginkan adanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Pendukung doktrin ini berpendapat bahwa suatu perekonomian perusahaan swasta (private-enterprise economy) akan mencapai tingkat efesiensi yang lebih tinggi dalam pengalokasian dan penggunaan sumber-sumber ekonomi yang langka dan akan mencapai pertumpuhan ekonomi yang lebih besar bila dibandingkan dengan perekonomian yang terencana secara terpusat (centrally planned economy). Pendapat ini didasarkan pada pemikiran bahwa kepemilikan pribadi atas sumber daya dan kebebasan penuh untuk menggunakan sumber daya tersebut akan menciptakan dorongan kuat untuk mengambil risiko dan bekerja keras. Sebaliknya, birokrasi pemerintah cenderung mematikan inisiatif dan menekan perusahaan.
Dalam pandangan laissez-faire, kewajiban negara bukanlah melakukan intervensi untuk menstabilkan distribusi kekayaan atau untuk menjadikan sebuah negara makmur untuk melindungi rakyatnya dari kemiskinan, melainkan bersandar pada sumbangan dan sistem pasar. Laissez faire juga menyatakan bahwa pemerintah tidak boleh memberi hak khusus dalam bisnis. Misalnya, penganut dari laissez-faire mendukung ide yang menyatakan bahwa pemerintah tidak boleh membuat monopoli legal atau menggunakan kekuasaan dan paksaan untuk merusak monopoli de facto. Pendukung dari laissez-faire juga mendukung ide perdagangan bebas dalam artian negara tidak boleh melakukan proteksi, seperti tarif dan subsidi, di wilayah ekonominya.
Pada masa awal dari teori ekonomi Eropa dan Amerika, kebijakan laissez-faire terbentuk konflik dengan merkantilisme, yang telah menjadi sistem dominan di Britania raya, Spanyol, Prancis dan negara Eropa lainnya pada masa kejayaannya.
Istilah laissez-faire sering digunakan bergantian dengan istilah "pasar bebas". Beberapa menggunakan laissez-faire untuk merujuk pada perilaku "biarkan terjadi, biarkan lewat" dalam hal-hal di luar ilmu ekonomi.
Laissez-faire dihubungkan dengan Liberalisme klasik, libertarianisme dan Obyektivisme. Asalnya dikenalkan dalam bahasa Inggris tahun 1774, oleh George Whatley, dalam buku Principles of Trade, yang di dampingi oleh Benjamin Franklin. Ekonom klasik, seperti Thomas Malthus, Adam Smith dan David Ricardo tidak menggunakan istilah ini. Jeremy Bentham menggunakan ini, tetapi hanya dalam Liga Hukum Anti-Jagung dan nyaris sama dengan pengertian Inggrisnya.
Teori Ekonomi
Laissez-faire berarti bahwa mahzab pemikiran ekonomi neoklasik memegang pandangan pasar yang murni atau liberal secara ekonomi: bahwa pasar bebas sebaiknya dibiarkan pada seperti apa adanya, dan akan didispensasikan dengan inefisiensi dalam cara yang lebih bebas dan cepat seperti pemberian harga, produksi, konsumsi, dan distribusi dari barang dan jasa dibuat untuk ekonomi yang lebih baik atau efisien.
Ekonom Adam Smith dalam bukunya 'Wealth of Nations' berpendapat bahwa sebuah "tangan tak terlihat" dari pasar akan memandu masyarakat untuk bertindak dengan mengikuti kepentingan pribadi mereka sendiri, karena satu-satunya cara menghasilkan uang adalah dengan melalui pertukaran secara sukarela, dan satu-satunya cara untuk mendapatkan uang dari masyarakat adalah untuk memberikan apa yang mereka inginkan. Smith menunjukkan kalau seseorang tidak mendapatkan makan malam dengan mengandalkan belas kasih dari tukang daging, petani atau tukang roti. Tapi mereka mengandalkan kepentingan pribadi mereka dan membayar mereka atas kerja keras mereka.
Teori Politik
Laissez-faire disebut dalam pernyataan sebelumnya bahwa semua warga kota memiliki persamaan hak, dan pemerintah tidak boleh turut campur dalam memperkuat persamaan pengeluaran melalui redistribusi pemerintah dan tindakan lain. Pengemuka laissez-faire menyukai negara yang netral antara bermacam grup yang bersaing yang bertarung untuk keuntungan dan kekuatan politik di dalam satu negara. Pendukung dari laissez-faire penting untuk ekonomi campuran dalam landasan yang mengarah ke politik kepentingan golongan di mana setiap kelompok mencari keuntungan itu sendiri pada pengeluaran dari orang lain dan dari konsumen.
Sejarah Laissez-Faire
Pada abad ke 19 di Inggris, laissez-faire memiliki pengikut yang sedikit namun kuat seperi Liberalis Manchester seperti Richard Cobden dan Richard Wright. Tahun 1867, ini berujung pada kesepakatan perdagangan bebas ditandatangani antara Britania dan Prancis, setelah beberapa dari perjanjian ini ditandatangani bersama negara-negara Eropa lainnya. Koran The Economist didirikan sebelumnya pada tahun 1843, dan perdagangan bebas didiskusikan dalam sebuah tempat berjulukan The Cobden Club, didirikan setahun setelah kematian Richard Cobden, tahun 1866.
Bagaimanapun, laissez-faire tidak pernah menjadi doktrin negara manapun, dan diakhir seribu delapanratus-an, negara-negara Eropa malah menganut sistem intervionisme dan proteksionisme lagi. Prancis contohnya, mulai membatalkan ksepakatannya dengan negara Eropa lain tahun 1890. Proteksionisme Jerman dimulai (lagi) pada Desember 1878 surat dari Bismarck, berujung pada tarif yang keras dan tinggi tahun 1879.
Amerika Serikat
Walaupun periode sebelum Perang Saudara Amerika dikenal atas pengaruh terbatas dari pemerintahan federal, ada beberapa bagian intervensi yang signifikan dalam ekonomi—khususnya setelah 1820-an. Contoh nyata dari intervensi pemerintah pada periode sebelum perang saudara termasuk didirikannya First National Bank dan Second National Bank dan juga bermacam usaha proteksionis (contohnya tarif 1828). Beberapa dari proposal ini menemui tentangan yang cukup keras, dan membutuhkan banyak sekali tawar menawar sebelum dimasukan dalam undang-undang. Contohnya, First National Bank tidak akan sampai ke meja Presiden Washington dalam absenya kesepakatan yang dicapai oleh Alexander Hamilton dan beberapa anggota selatan dari Kongres untuk menetapkan ibu kota di District of Columbia.
Sebagian besar penentang asas ekonomi campuran di Amerika Serikat terdaftar pada American School (ekonomi). Sekolah pemikiran ini terinspirasi oleh ide-ide Alexander Hamilton, yang mengajukan pembuatan dari bank yang disponsori pemerintah dan kenaikan tarif untuk memenangkan kepentingan industri utara. Setelah kematian Hamilton, proteksionis yang lebih toleran pada periode sebelum perang saudara Amerika datang dari Henry Clay dan American System-nya.
Setelah Perang Saudara, gerakan menuju ekonomi campuran dipercepat dengan lebih banyak lagi proteksionisme dan regulasi pemerintah. Pada tahun 1880-an dan 1890-an, kenaikan tarif signifikan dipakai (lihat Tarif McKinley dan Tarif Dingley). Lebih lanjut, dengan adanya Undang-Undang Komersial Antar Negara Bagian tahun 1887, dan Undang-Undang Anti-trust Sherman, pemerintah federal mulai mengasumsikan sebuah peran yang makin menanjak dalam pengaturan dan pengarahan ekonomi negara.
Pada Era Progresif disahkannya undang-undang untuk lebih mengontrol dalam ekonomi, yang dibuktikan oleh program New Freedom pemerintahan Wilson.
Depresi Hebat
Ada banyak debat tentang hubungan antara laissez-faire dan terjadinya depresi hebat. Beberapa ekonom dan sejarawan (seperti John Maynard Keynes) berpendapat kalau laissez-faire membuat kondisi dibawah depresi hebat menanjak. Sarjana lain seperti Milton Friedman dan Murray Rothbard, mengatakan bahwa Depresi bukanlah hasil dari kebijakan ekonomi laissez-faire tetapi intervensi pemerintah dalam moneter dan sistem kredit. Isu ini, masih menjadi perdebatan keras dalam ekonomi, politik, dan sejarah.
Pada karya Keynes tahun 1936, The General Theory of Employment Interest and Money, Keynes mengenalkan konsep dan istilah yang ditujukan untuk membantu menjelaskan Depresi Hebat. Satu pendapat untuk kebijakan ekonomi laissez-faire selama resesi ialah jika konsumsi jatuh, maka rasio bunga akan jatuh juga. Tingkat bunga yang lebih rendah akan mengakibatkan peningkatan investasi dan permintaan akan tetap konstan. Bagaimanapun, Keynes percaya kalau adaalasan kenapa investasi tidak selamanya secara otomatis naik sebagai reaksi atas jatuhnya konsumsi. Bisnis membuat investasi berdasar pada ekspektasi atas adanya keuntungan. Menurut Keynes, jika jatuhnya konsumsi muncul pada waktu lama, bisnis akan menganalisis tren akan menurunkan harapan dari penjualan masa depan. Maka, menurut Keynes, hal terakhir yang mereka pikir menarik ialah berinvestasi dalam meningkatkan produksi pada masa depan bahkan apabila bunga yang lebih rendah membuat modal tidak menjadi mahal. Dalam kasus ini, menurut Keynes dan kebalikan dari Hukum Say, ekonomi bisa ditaruh dalam kejatuhan umum. ((Keen 2000:198)) Ekonom Keynesian dan sejarawan berpendapat kalau dinamika memperkuat diri ini adalah apa yang terjadi dalam tingkat yang ekstrem pada Depresi Hebat, di mana kebangkrutan merupakan hal umum dan investasi, yang membutuhkan tingkat optimisme, sangat harang terjadi. Solusi dari masalah ini, menurut Keynes, untuk melepaskan ketidakstabilan pasar melalui intervensi pemerintah. Dalam pandangan ini, karena aktor swasta tidak bisa diandalkan untuk membuat permintaan agregat selama resesi, pemerintah memiliki kewajiban untuk membuat permintaan.
Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, Keynes spertinya memiliki pandangan yang lebih disenangi dari pemerintahan fasis saat itu, karena, ketika dia dia disorot ketika edisi Jerman dari The General Theory of Employment Interest and Money, "teori dari produksi agregat, di mana inti dari ['The General Theory of Employment Interest of Employment Interest and Money'], bisa diadaptasi lebih mudah diadapsi ke kondisi negara otalitarian [eines totalen Staates] dibanding teori produksi dan distribusi dari produksi yang diberi ditaruh pada kondisi kompetisi bebas dan tingkat tinggi dari laissez-faire.
Freidrich August von Hayek dan Milton Friedman, dengan kontras, berpendapat kalau Depresi Hebat bukanlah hasil dari kebijakan ekonomi laissez-faire tetapi hasil dari terlalu besarnya intervensi pemerintah dan regulasi atas pasar. Mereka mencatat bahwa Depresi Hebat merupakan depresi terlama dalam sejarah Amerika Serikat dan satu-satunya depresi di mana pemerintah mengintervensi besar-besaran. Dalam karya Friedman, Captilaism and Freedom deia berpendapat: "Sebuah agensi yang dibuat pemerintah--The Federal Reserve System-- telah diberi tugas untuk kebijakan moneter. Tahun 1930 dan 1931, agensi ini melaksanakan tanggung jawab dengan baik untuk mengganti apa tindakan yang lain menjadi kontraksi moderat menjadi bencana besar-besaran.
Lebih jauh, Pemerintahan Federal Amerika Serikat membuat sebuah mata uang tetap yang didasarkan nilai emas. Pada satu titik nilai terikat tersebut bisa dibilang lebih tinggi dari harga dunia yang membuat surplus masif atas emas. Permintaan emas naik dan harga dunia meningkat tetapi nilai terikat tersebut terlalu rendah di Amerika Serikat dan membuat migrasi besar-besaran atas emas dari Amerika Serikat. Milton Friedman dan Freidrich Hayek keduanya berpendapat kalau ketidakmampuan untuk beraiksi pada permintaan nilai mata uang membuat kerusuhan dalam bank-bank dan bank tersebut tidak lagi bisa menanganinya, dan tingkat pertukaran tetap antara dollar dan emas keduanya menyebabkan Depresi Hebat, dan tidak memperbaiki, tekanan deflasi. Dia lebih jauh berpendapat dalam tesisnya, kalau pemerintah memberi sakit lebih banyak pada publik Amerika dengan menaikkan pajak, dan mencetak uang untuk membayar hutang (dan menyebabkan inflasi), kombinasi dari apa yang membantu memusnahkan tabungan dari kelas menengah. Friedman menyimpulkan kalau efek dari Depresi Hebat tidak dimitigasi sampai akhir Perang Dunia II dimana ekonomi sampai pada kebangkitan normal dengan penghapusan berbagai pengaturan harga. Opini ini secara khusus menyalahkan sebuah kombinasi dari kebijakan Federal Reserve dan regulasi ekonomi oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai penyebab Depresi Hebat, dan depresi diperparah dengan meningkatkan pajak pendapatan dalam pendapatan tertinggi dari 25% ke 63%, sebuah "pajak cek", dan Tarif Smooth-Hawley. Freidman percaya kalau kebijakan intervesionis Herbert Hoover dan New Deal Franklin Delano Roosevelt akan memperpanjang dan memperparah depresi. Friedman menyimpulkan, "Depresi Hebat dalam Amerika Serikat, jauh dari tanda-tanda atas instabilitas dari sistem perusahaan swasta, merupakan saksi pada berapa besar kerusakan yang bisa terjadi oleh kesalahan-kesalahan pada bagian dari beberapa orang ketika mereka memiliki kekuasaan besar atas sistem moneter dari sebuah negara."
Kembalinya Ekonomi Pasar setelah Perang Dunia Kedua
Artikel utama: Neoliberalisme, Ordoliberalisme, Ekonomi pasar sosial, Reaganomi, dan Tachterisme
Setelah Perang Dunia Kedua, pemikiran laissez-faire dibangkitkan kembali melalui Austrian School dan Chicago School, dan pemikir liberal seperti Ludwig von Mises, Freidrich Hayek dan Milton Friedman, yang berpendapat kalau Dunia Bebas didefinisikan oleh kebebasan itu sendiri, lalu penduduknya harus memiliki kebebasan ekonomi secara penuh. Hong Kong merupakan teritori pertama yang menggunakan kebijakan laissez-faire pada era ini, mengikuti jalan tersebut sejak 1960-an.
jerman memakai ini, dengan dukungan koalisi antara Demokratik Kristen dan Demokrat Sosial, yang dijuluki dengan Ekonomi pasar sosial, yang merestorasi ulang ekonomi Jerman yang hancur karena perang dengan membiarkan harga mengambang bebas. Kemudian pada tahun 1970 dan 1980, ide dari Chicago School'"meresonansi"dalam kebijakan ekonomi di Chili, Reaganomi Ronald Reagan, dan kebijakan privatisasi dari Margaret Tatcher.
Kembalinya ekonomi pasar setelah Perang Dunia Kedua masih jauh dari syarat laissez-faire. Amerika Serikat, pada tahun 1980-an misalnya, berkecendrungan melindungi industri mobil dengan pembatasan ekspor "sukarela" dari Jepang. Salah satu sarjana menulis tentang ini:
Bahasa Inggris
“ By and large, the comparative strength of the dollar against major foreign currencies has reflected high U.S. interest rates driven by huge federal budget deficits. Hence, the source of much of the current deterioration of trade is not the general state of the economy, but rather the government's mix of fiscal and monetary policies — that is, the problematic juxtaposition of bold tax reductions, relatively tight monetary targets, generous military outlays, and only modest cuts in major entitlement programs. Put simply, the roots of the trade problem and of the resurgent protectionism it has fomented are fundamentally political as well as economic.”
Bahasa Indonesia
“ Dari berbagai sisi, kekuatan komparatif dari dolar terhadap mata uang asing yang besar lainnya dicerminkan dalam tingkat bunga Amerika Serikat yang dipicu oleh defisit anggaran Federal yang besar. Maka dari itu, sumber dari banyaknya deteriorasi saat ini dalam perdagangan bukanlah keadaan umum dalam ekonomi, tetapi kebijakan campuran pemerintah atas fiskal dan moneter — dan itu, merupakan cerminan problematik dari penurunan pajak yang tinggi, target moneter yang relatif ketat, pengeluaran militer yang besar, dan hanya sedikit pemotongan anggaran pada program utama. Sederhananya, akar dari masalah perdagangan dan proteksionisme yang makin meningkat itu bersumber dari kebijakan politis dan juga ekonomis.”
Laissez-faire Sekarang
Kebanyakan negara modern industrialis sekarang tidak mewakilkan laissez-faire dalam prinsip maupun kebijakannya, karena biasanya mereka melibatkan sejumlah besar intervensi pemerintah dalam ekonomi. Intervensi ini termasuk upah minimum, kesejahteraan korporasi, antitrust, nasionalisasi, dan kesejahteraan sosial di antara bentuk lain dari intervensi pemerintah. Subsidi untuk bisnis dan agrikultur, kepemilikan pemerintah pada beberapa industri (biasanya dalam sumber daya alam), regulasi dari kompetisi pasar, pembatasan perdagangan dalam bentuk tarif protektif - kuta impor - atau regulasi internal yang mengntungkan industri domestik, dan bentuk lain favoritme pemerintah.
Menurut 2007 Index of Economic Freedom Diarsipkan 2008-02-13 di Wayback Machine. yang dikeluarkan Heritage Foundation, 7 negara dengan ekonomi paling bebas ialah: Hong Kong, Singapura, Singapura, Australia, Amerika Serikat dan Irlandia (semuanya merupakan bekas jajahan Britania). Hong Kong diperingkat satu dari 12 tahun berturut-turut dalam indeks yang tujuannya "menghitung äbsennya koersi pemerintah pada pembatasan produksi, distribusi, atau konsumsi barang dan jasa lebih jauh dari keperluan dari penduduk untuk memproteksi dan menetapkan kebebasan itu sendiri."Milton Friedman memuji pendekatan laissez faire oleh Hong Kong yang mengubah kemiskinan menjadi kemakmuran dalam 50 tahun".
Bagaimanapun pada konfrensi pres pada 11 September 2006, Donald Tsang, Eksekutif dari Hong Kong berkata kalau "Non-Proteksionisme positif merupakan kebijakan yang diusulkan oleh Mentri Keuangan sebelumnya, tetapi kita tidak pernah berkata kalau ketia masih menggunakannya sebagai kebijakan kami yang sekarang.... Kami lebih senang dijulukji dengan kebijakan 'pasar-besar, pemerintah kecil'." Respon dalam Hong Kong terbagi secara luas, sebagian melihat sebagai pengumuman untuk meninggalkan non-intervesionisme positif, yang lain melihatnya sebagai respon yang lebih realistis ke kebijakan pemerintah pada beberapa tahun terakhir, seperti intervensi pada pasar modal untuk mencegah broker.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org