Farmasi

Pengertian Mengenai Industrial Gas

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 07 Maret 2025


Gas industri adalah bahan gas yang diproduksi untuk digunakan dalam industri. Gas utama yang disediakan adalah nitrogen, oksigen, karbon dioksida, argon, hidrogen, helium, dan asetilena, meskipun banyak gas dan campuran lain yang juga tersedia dalam tabung gas. Industri yang memproduksi gas-gas ini juga dikenal sebagai gas industri, yang juga mencakup pasokan peralatan dan teknologi untuk memproduksi dan menggunakan gas-gas tersebut. Produksi mereka adalah bagian dari Industri kimia yang lebih luas (di mana gas industri sering dilihat sebagai "bahankimia khusus").

Gas industri digunakan di berbagai industri, yang meliputi minyak dan gas, petrokimia, bahan kimia, listrik, pertambangan, pembuatan baja, logam, perlindungan lingkungan, obat-obatan, farmasi, bioteknologi, makanan, air, pupuk, tenaga nuklir, elektronik, dan kedirgantaraan. Gas industri dijual ke perusahaan industri lain; biasanya terdiri dari pesanan besar untuk klien industri korporat, yang mencakup berbagai ukuran mulai dari membangun fasilitas proses atau jaringan pipa hingga pasokan gas tabung.
Beberapa bisnis skala perdagangan dilakukan, biasanya melalui agen lokal yang terikat yang dipasok secara grosir. Bisnis ini mencakup penjualan atau penyewaan tabung gas dan peralatan terkait kepada pedagang dan kadang-kadang masyarakat umum. Ini termasuk produk seperti balon helium, gas pengeluaran untuk tong bir, gas las dan peralatan las, LPG dan oksigen medis.

Penjualan eceran pasokan gas skala kecil tidak terbatas hanya pada perusahaan gas industri atau agen mereka. Berbagai macam wadah gas kecil yang dibawa dengan tangan, yang dapat disebut silinder, botol, kartrid, kapsul atau tabung tersedia untuk memasok LPG, butana, propana, karbon dioksida atau dinitrogen oksida. Contohnya adalah pengisi daya whipped-cream, powerlet, campingaz, dan sodastream.

Sejarah awal gas

Udara pertama di lingkungan yang digunakan manusia adalah udara, ketika mereka melihat cahaya dan memberi makan pada api yang menyala. Orang juga menggunakan gas panas dari api untuk mengasapi makanan dan uap dari air mendidih untuk memasak makanan.

Karbon dioksida telah dikenal sejak zaman dahulu, terutama sebagai produk fermentasi pada minuman, pertama kali terjadi antara tahun 7000 dan 6600 SM. di Jiahu, Tiongkok. Gas alam digunakan pertama kali pada tahun 500 a. C. ketika orang Cina menemukan kemampuan untuk mengangkut gas dari tanah melalui pipa bambu mentah ke tempat gas tersebut digunakan untuk merebus air laut. Bangsa Romawi menggunakan sulfur dioksida dalam pembuatan anggur karena mereka menemukan bahwa membakar lilin yang terbuat dari belerang di dalam tong anggur tidak dapat menjaga kesegaran anggur dan tidak berbau seperti cuka.

Pemahaman pertama adalah bukti empiris dan kimia pertama. Namun, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kimia, gas-gas ini dapat dikenali dan dipahami.

Sejarah ilmu kimia menyatakan bahwa banyak gas ditemukan, ditemukan, atau pertama kali diciptakan dalam bentuk murni oleh ahli kimia di laboratorium pada masa Revolusi Industri pada abad ke 19 dan 19. Banyak jenis gas yang ditemukan: oksigen (1754), hidrogen (1766 ), nitrogen (1772), oksigen (1772), oksigen (1773), amonia (1774), karbon dioksida (1774), dan metana (1776), hidrogen sulfida (1777), karbon monoksida (1800), hidrogen klorida (1810), asetilena (1836), helium (1868), fluor (1886), argon (1894), kripton, nitrogen, dan xenon (1898) dan radon (1899). 

Karbon, hidrogen, dinitrogen oksida, oksigen, amonia, klorin, belerang, dan gas hasil produksi digunakan pada awal abad ke-19, terutama untuk makanan, pendingin, obat-obatan, bahan bakar, dan penerangan gas. Misalnya, air berkarbonasi ditemukan pada tahun 1772 dan digunakan secara komersial sejak tahun 1783, klorin pertama kali digunakan dalam pemutihan kain pada tahun 1785, dan dinitrogen oksida pertama kali digunakan dalam pasta gigi pada tahun 1844. Udara digunakan pada masa itu. Biasanya dibuat untuk digunakan segera melalui reaksi kimia. Contoh generator yang bagus adalah peralatan Kipps, yang dibuat pada tahun 1844 yang dapat menghasilkan gas seperti hidrogen, hidrogen sulfida, klor, asetilena, dan karbon dioksida melalui reaksi pelepasan gas. Asetilena pertama kali diproduksi secara komersial pada tahun 1893, dan generator asetilena digunakan untuk memproduksi gas memasak dan penerangan gas sejak tahun 1898, namun seiring dengan semakin pentingnya penerangan, listrik pun semakin penting, dan LPG mulai tersedia secara komersial pada tahun 1912. Setelah itu, asetilena. mulai digunakan sebagai gas. 

Setelah gas-gas tersebut ditemukan dan diproduksi dalam jumlah kecil, proses industri mendorong inovasi dan penemuan teknologi untuk menghasilkan gas-gas tersebut dalam jumlah besar. Perkembangan utama dalam produksi gas industri adalah elektrolisis air untuk menghasilkan hidrogen (1869) dan oksigen (1888), proses garam untuk menghasilkan oksigen ditemukan pada tahun 1884, proses kloralkali untuk menghasilkan klorin pada tahun 1892, dan proses Haber untuk menghasilkan amonia. 1908.

Perkembangan teknologi pendingin menyebabkan berkembangnya teknologi pengkondisian udara dan dehumidifikasi. Pada tahun 1823, karbon dioksida diperkenalkan untuk pertama kalinya. Proses kondensasi uap menggunakan eter pertama kali ditemukan oleh Jacob Perkins pada tahun 1834, proses serupa menggunakan amonia ditemukan pada tahun 1873, dan proses serupa menggunakan sulfur dioksida ditemukan pada tahun 1876. Oksigen cair dan nitrogen cair pertama kali dibuat pada tahun 1883. Hidrogen cair dibuat pada tahun 1898 dan helium cair pertama kali dibuat pada tahun 1908. LPG pertama kali diproduksi pada tahun 1910. Pada tahun 1914 dikeluarkan paten untuk LNG dan pada tahun 1917 diproduksi diproduksi untuk pertama kalinya secara komersial.

Meskipun tidak ada peristiwa yang menandai dimulainya industri gas, banyak yang percaya bahwa hal itu berasal dari penemuan tabung gas bertekanan tinggi pertama pada tahun 1880. Awalnya, silinder banyak digunakan untuk menyimpan karbon dioksida untuk emisi karbon atau minuman Pada tahun 1895, perkembangan lebih lanjut dalam siklus pendinginan kompresi memungkinkan pencairan udara, terutama oleh Carl von Linde, yang mampu menghasilkan oksigen dalam jumlah besar, dan pada tahun 1896, sejumlah besar asetilena dilarutkan dalam aseton untuk menghasilkan oksigen. Telah ditemukan bahwa oksigen non-eksplosif dapat diproduksi. Botol asetilena pengaman.

Sejak awal tahun 1900-an, perkembangan pengelasan dan pemotongan logam, yang dilakukan dengan oksigen dan asetilena, sangatlah penting. Seiring dengan kemajuan produksi gas, semakin banyak gas yang dijual dalam silinder tanpa generator gas.

Teknologi produksi gas

Pabrik pemisahan udara dapat menghasilkan nitrogen dan argon selain oksigen dengan menyaring udara dalam proses pemisahan. Ketiganya menjadi air pemakaman. Untuk mencapai suhu pemanasan yang rendah, unit pemisahan udara (ASU) menggunakan siklus pendinginan yang bekerja berdasarkan efek Joule-Thomson. Selain gas raksasa, fisi gas adalah satu-satunya sumber penting gas mulia langka neon, kripton, dan xenon.

Teknologi kriogenik juga memungkinkan pencairan gas alam, hidrogen, dan helium. Dalam pemrosesan gas alam, teknologi kriogenik digunakan untuk menghilangkan nitrogen dari gas alam di unit penghilangan nitrogen. Proses ini juga dapat digunakan untuk memproduksi helium dari gas alam, yang memiliki cukup helium untuk penggunaan ekonomis. Perusahaan gas besar sering kali berinvestasi pada perpustakaan paten di semua bidang bisnis mereka, terutama kriogenik.

Teknologi produksi penting lainnya dalam industri ini adalah energi terbarukan. Reformasi uap adalah proses kimia yang mengubah gas alam dan uap menjadi syngas, yang mengandung hidrogen dan karbon monoksida serta karbon dioksida sebagai produk sampingan. Oksidasi dan regenerasi autotermal adalah proses serupa tetapi memerlukan oksigen di ASU. Gas sintesis biasanya dihasilkan dari sintesis kimia amonia dan metana. Karbon dioksida adalah gas asam dan sebagian besar dihilangkan melalui pengolahan dengan amina. Ini dapat dimasukkan ke dalam reservoir karbon yang ditangkap atau digunakan untuk meningkatkan perolehan minyak.

Teknologi konversi gas dan hidrogen merupakan landasan industri gas industri dan juga merupakan bagian dari teknologi yang diperlukan untuk banyak bahan bakar fosil (termasuk IGCC), kogenerasi, dan proses Fischer-Tropsch gas-cair. Ada banyak cara untuk menghasilkan hidrogen, dan jika hidrogen berasal dari pembangkit listrik tenaga air, kita hampir menjadi bahan bakar bebas karbon. budaya dominan). Orkney adalah contoh penggunaan alternatif hidrokarbon. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penggunaan hidrogen, lihat Ekonomi Hidrogen. Hidrogen cair digunakan oleh NASA sebagai bahan bakar roket di pesawat ulang-alik.

Teknologi pemisahan gas yang lebih sederhana seperti membran atau saringan molekuler digunakan dalam kompresi ayunan tekanan atau sintesis ayunan vakum, dan juga digunakan dalam generator nitrogen dan pabrik oksigen untuk menghasilkan udara bersih. Contoh lain yang menggunakan lebih sedikit udara adalah generator oksigen kimia, atau natrium oksigen.

Selain gas utama yang dihasilkan dari pemisahan gas dan reforming gas sintesis, industri juga menghasilkan gas lainnya. Beberapa gas merupakan produk sampingan dari industri lain, sementara gas lainnya dimurnikan, dikumpulkan, dan terkadang dibeli dari produsen bahan kimia besar lainnya. Beberapa memiliki proses produksi sendiri. Misalnya hidrogen klorida yang dihasilkan dari pembakaran hidrogen dengan klorin, dinitrogen oksida yang dihasilkan dari pemanasan amonium nitrat ketika dipanaskan secara perlahan, fluor, klorida, dan hidrogen yang dihasilkan oleh listrik, dan mahkota listrik yang menghasilkan ozon dari udara atau oksigen.

Anda dapat menawarkan layanan dan teknologi terkait, seperti penyedot debu yang disediakan dalam sistem pemanas rumah sakit. udara terkompresi murni; Atau pendinginan. Sistem alternatif lainnya adalah penyedot debu. Beberapa perusahaan gas industri juga mengeluarkan bahan kimia terkait, terutama cairan seperti brom, hidrogen fluorida, dan etilen oksida.

Distribusi Gas

Sebagian besar material berbentuk gas pada suhu dan tekanan sekitar dan disuplai sebagai udara bertekanan. Kompresor udara digunakan untuk mengompresi udara melalui sistem perpipaan ke dalam bejana bertekanan penyimpanan (misalnya silinder udara, silinder udara, atau wadah silinder). Kantong udara adalah bentuk penyimpanan udara yang paling umum, dan diproduksi dalam jumlah besar di area "pengisian titik".

Namun, tidak semua gas industri dilepaskan dalam bentuk gas. Beberapa gas merupakan uap yang hanya dapat dicairkan pada suhu kamar dan tekanan tertentu, sehingga dapat didistribusikan kembali sebagai cairan dalam wadah tipis. Perubahan fasa ini membuat gas-gas ini berguna sebagai pemanas ruangan; amonia industri yang paling umum dan zat-zat ini adalah amonia (R717), propana (R290), butana (R600) dan sulfur dioksida (R764). Klorin juga memiliki sifat-sifat ini, namun terlalu beracun, korosif dan reaktif untuk digunakan sebagai pendingin. Gas lain menunjukkan perubahan fase ini jika suhu lingkungan terlalu rendah. Ini termasuk etilen (R1150), karbon dioksida (R744), etana (R170), nitrogen oksida (R744A) dan sulfur heksafluorida. Namun, bahan ini hanya dapat dicairkan dengan tekanan jika tetap berada di bawah suhu kritis 9 °C untuk C 2 H 4 . 31°C untuk CO2; 32 °C untuk C 2 H 6 ; 36 °C untuk N 2 O; 45 °C untuk SF 6. [30] Semua zat ini membentuk gas (bukan uap) pada tekanan 200 bar di dalam tabung gas, yang berada di atas tekanan maksimum. 

Gas stabil (gas yang suhunya di bawah suhu kamar) dapat dilepaskan dalam bentuk cair jika gas didinginkan. Seluruh udara dapat digunakan untuk mendinginkan suhu air. Misalnya, nitrogen (R728) dan metana (R50) digunakan sebagai zat pendingin pada suhu yang sangat rendah. 

Sejumlah besar karbon dioksida dapat dibentuk dalam bentuk padatan dingin yang disebut es kering, yang terurai bila dipanaskan dalam kondisi alami. Karena sifat karbon dioksida, ia tidak dapat menjadi cair pada tekanan di bawah titik tripelnya, yaitu 5,1 bar. 

Acetylene juga memiliki rilis yang berbeda. Karena sangat mudah menguap dan mudah meledak, ia dibuang ke dalam silinder sebagai gas yang dilarutkan dalam aseton. Asetilena adalah satu-satunya gas industri yang mengurangi tekanan atmosfer.

Pengiriman gas

Gas industri pertama dapat diproduksi dalam jumlah besar dan dikirim ke konsumen melalui jaringan pipa, kargo dan transportasi.

Sebagian besar gas dijual dalam botol gas, sebagian dalam bentuk cair dalam wadah tipis (misalnya Dewar) atau dalam bentuk cairan curah yang dikirim dengan truk. Awalnya, industri memasok gas dalam bentuk silinder untuk menghindari kebutuhan menghasilkan gas lokal. Namun, untuk konsumen besar seperti pabrik baja atau kilang minyak, ladang angin besar dapat dibangun di dekatnya (disebut "di lokasi") untuk menghindari penggunaan beberapa silinder yang saling terhubung. Perusahaan gas industri dapat memasok pabrik dan peralatan untuk memproduksi gas, bukan gas itu sendiri. Perusahaan gas industri juga menawarkan untuk bertindak sebagai operator pembangkit listrik berdasarkan kontrak untuk mengoperasikan dan memelihara pembangkit listrik tenaga angin bagi pelanggan mereka. Pasalnya, perusahaan-perusahaan tersebut memiliki pengalaman dalam mengelola kawasan produksi atau pemrosesan gas tersebut.

Beberapa zat berbahaya jika digunakan dalam bentuk gas. Misalnya, fluor sangat reaktif, dan bahan kimia industri yang membutuhkan fluor sering kali menggunakan hidrogen fluorida (atau asam hidrokarbon). Cara lain untuk menetralisir reaksi gas adalah dengan memproduksi gas sesuai kebutuhan, misalnya dengan menggunakan ozon.

Pilihan pengiriman mencakup produksi gas lokal, jaringan pipa, transportasi curah (truk, kereta api, kapal) dan gas dalam tangki gas atau wadah lainnya. 

Banyak gas cair disuplai ke tangki penyimpanan pengguna akhir. Tabung gas (dan wadah berisi gas cair) digunakan oleh pengguna akhir dalam sistem distribusi kecil mereka. Sensor gas beracun atau mudah terbakar sering kali disimpan di lemari gas oleh pengguna akhir untuk melindunginya dari kebakaran atau kebocoran eksternal.

Kode warna tabung gas

Meskipun ada upaya untuk meningkatkan keselamatan pengguna dan responden pertama, tidak ada kode internasional untuk silinder yang mengandung gas industri, sehingga banyak standar kode warna yang digunakan. Di sebagian besar negara maju di dunia, terutama di negara-negara Uni Eropa dan Inggris, standar EN 1089-3 digunakan, kecuali untuk silinder minyak bumi. Di Amerika Serikat tidak ada peraturan yang sah mengenai penandaan warna wadah gas dan peraturan tersebut tidak ditegakkan.

Apa yang dimaksud dengan Gas Industri

Gas industri adalah sekelompok bahan kimia yang dirancang untuk keperluan industri dan tetap berbentuk gas pada suhu atau tekanan apa pun. Ini adalah zat yang dapat berupa unsur gas atau senyawa yang bersifat organik atau anorganik, dan memiliki berat molekul yang relatif rendah. Campuran gas-gas individual juga dimungkinkan. Ini penting sebagai sebuah substansi. Mereka digunakan sebagai bahan mentah, perbaikan proses, produk akhir yang berguna atau tujuan khusus. Dibandingkan dengan memiliki nilai "sederhana".

Istilah "gas industri" terkadang didefinisikan secara sempit hanya berarti gas komersial: nitrogen, oksigen, karbon dioksida, argon, hidrogen, asetilena, dan helium. Ada banyak nama perusahaan gas industri di luar daftar utama ini, namun termasuk dalam kategori "gas swasta". udara sehat " bahan bakar gas " sebuah “udara pendingin.” Namun, udara juga dapat didefinisikan berdasarkan penggunaan atau industri, sehingga disebut “udara ventilasi” atau “udara pernapasan”, dll.; atau, menurut sumbernya, sebagai "angin"; atau dengan metode pengiriman seperti "udara dalam kemasan". Angin pertama bisa disebut “angin besar”. Atau "tonase gas".

Pada umumnya gas atau campuran gas yang dijual oleh “industri gas industri” dapat digunakan untuk keperluan industri dan dapat disebut “gas industri”. Dalam praktiknya, "gas industri" adalah senyawa atau campuran murni dengan komposisi kimia yang benar, pekat atau kurang, tetapi sangat murni atau cocok untuk aplikasi khusus (misalnya oksiasetilen). Ada daftar gas yang lebih penting di "Gasand". 

Terkadang tidak disebut "gas industri". Terutama ketika gas tersebut diproses lebih lanjut untuk digunakan sebagai energi, bukan diproduksi untuk digunakan sebagai produk atau persiapan kimia.

Industri minyak dan gas berbeda. Jadi memang benar gas alam merupakan “gas advantage”. Ini digunakan dalam "industri". - Sering digunakan sebagai bahan bakar, terkadang sebagai bahan mentah, dalam arti "gas industri". Istilah ini tidak umum digunakan oleh perusahaan industri di industri perminyakan untuk hidrokarbon yang diproduksi langsung dari sumber alam atau fosil. Bahan kimia seperti LPG dan LNG merupakan campuran kompleks yang tidak memiliki komposisi kimia yang tepat sehingga berubah selama penyimpanan.

Industri minyak juga berbeda. Oleh karena itu, bahan kimia (bahan kimia yang berasal dari minyak bumi) seperti etilen tidak dianggap sebagai “gas industri”.

Bahan kimia industri terkadang dianggap berbeda dengan gas industri. Oleh karena itu, zat seperti amonia dan klorin bersifat " Kimia " Seperti yang kadang-kadang dianggap, gas ini bukan merupakan "gas industri" (terutama bila disuplai dalam bentuk cair).

Gas kecil yang disuplai dari wadah portabel tidak dianggap sebagai gas industri karena ditujukan untuk penggunaan pribadi dan bukan gas industri. Pemasok tidak selalu ahli di bidang udara.

Batasan ini didasarkan pada batasan industri (sebenarnya ada yang tumpang tindih) dan sulit untuk memberikan definisi ilmiah. Memikirkan tentang "tumpang tindih"; Transmisi industri:

Gas alam yang diproduksi (misalnya udara kota) dianggap sebagai gas industri. Gas sintesis sering disebut sebagai produk kimia. Meskipun konstruksinya merupakan teknologi gas industri utama. Demikian pula, proyek yang menggunakan tenaga angin atau biogas, proyek limbah menjadi energi, dan produksi hidrogen memiliki teknologi yang tumpang tindih.

Helium merupakan gas industri meskipun berasal dari pengolahan gas alam. Semua gas yang terkandung dalam tabung gas dianggap gas industri (kecuali bila digunakan sebagai bahan bakar).

Propana dianggap sebagai gas industri bila digunakan untuk pemanasan, namun tidak untuk pemanasan. Meskipun produksi LNG merupakan teknologi yang tumpang tindih.

Gas unsur

Unsur kimia yang diketahui ada dalam bentuk gas atau dapat (tanpa konversi) dari sumber alam antara lain hidrogen, nitrogen, oksigen, fluor, klor, dan gas mulia. Ahli kimia menyebutnya sebagai "gas unsur". Unsur-unsur ini semuanya merupakan unsur primer, kecuali gas mulia radon, yang merupakan unsur radioaktif yang terbentuk karena semuanya merupakan radionuklida melalui peluruhan radioaktif. Semua unsur ini adalah non-logam.

(Unsur sintetis tidak ada hubungannya dengan industri gas. Namun, untuk realisasi ilmiah, unsur logam 112 (copernicium) dan 114 (plerovium) telah diidentifikasi, namun belum dibuktikan secara ilmiah. ) adalah gas.[35] )

Unsur stabil molekul diatomik homonuklir pada suhu dan tekanan standar (STP) adalah hidrogen (H 2 ), nitrogen (N 2 ) dan oksigen (O 2 ). Selain itu juga mengandung halogen fluor (F 2) dan klorin (Cl 2). Semua gas mulia bersifat monoatomik.

Industri pembangkit listrik tenaga angin menggunakan istilah "angin super". (atau terkadang, kurang akuratnya, "gas molekuler") digunakan untuk memisahkan gas-gas ini dari molekul yang juga merupakan senyawa kimia.

Radon adalah zat kimia namun bersifat radioaktif dan tidak mempunyai isotop stabil. Analit paling stabil, Rn-222, memiliki waktu paruh 3,8 hari. Ini digunakan karena radiasi tidak memiliki sifat kimianya dan dikontrol secara terpisah di luar standar industri gas. Namun, dapat diproduksi sebagai produk sampingan dalam pengolahan bijih uranium. Radon adalah elemen jejak bahan radioaktif (NORM) yang ditemukan di udara yang diolah di ASU.

Klorin adalah satu-satunya unsur gas yang secara teknis berbentuk uap karena STP-nya berada di bawah suhu kritisnya. Brom dan merkuri berwujud cair pada STP, sehingga uap dan air berada dalam kesetimbangan pada STP.

Gas udara

  • nitrogen (N 2 )

  • oksigen (O 2 )

  • argon (Ar)

Gas mulia

  • helium (Dia)

  • neon (Ne)

  • argon (Ar)

  • kripton (Kr)

  • xenon (Xe)

  • radon (Rn)

Gas unsur lainnya

  • hidrogen (H 2 )

  • klorin (Cl 2 ) (uap)

  • fluor (F 2 )

Gas industri umum lainnya

Daftar ini menunjukkan gas lain yang paling umum dijual oleh perusahaan gas industri. 

  • Gas majemuk

    • amonia (NH 3 )

    • karbon dioksida (CO 2 )

    • karbon monoksida (CO)

    • hidrogen klorida (HCl)

    • dinitrogen oksida (N 2 O)

    • nitrogen trifluorida (NF 3 )

    • belerang dioksida (SO 2 )

    • belerang heksafluorida (SF 6 )

  • Gas hidrokarbon

    • metana (CH 4 )

    • asetilena (C 2 H 2 )

    • etana (C 2 H 6 )

    • etena (C 2 H 4 )

    • propana (C 3 H 8 )

    • propena (C 3 H 6 )

    • butana (C 4 H 10 )

    • butena (C 4 H 8 )

  • Campuran gas yang signifikan

    • udara

    • gas pernapasan

    • membentuk gas

    • gas pelindung las

    • gas sintesis

    • Campuran pena

    • Refrigeran Campuran yang digunakan dalam siklus LNG

Gas Cair yang penting

Daftar ini menunjukkan gas cair yang paling penting:

  • Diproduksi dari udara

    • nitrogen cair (LIN)

    • oksigen cair (LOX)

    • argon cair (LAR)

  • Dihasilkan dari berbagai sumber

    • karbon dioksida cair

  • Diproduksi dari bahan baku hidrokarbon

    • hidrogen cair

    • helium cair

  • Campuran gas dihasilkan dari bahan baku hidrokarbon

    • Gas alam cair (LNG)

    • Gas minyak cair (LPG)

Aplikasi gas industri

Pemanfaatan gas industri bermacam-macam.

Berikut ini adalah daftar kecil area penggunaan:

  • propelan aerosol

  • Senapan angin / paintball

  • widget bir

  • gas kalibrasi

  • Pendingin

  • Kriogenik

  • Bahan bakar kriogenik

  • Pemotongan dan pengelasan

  • Gas dielektrik

  • Perlindungan lingkungan

  • Pemadaman kebakaran / pemadaman kebakaran gas

  • Pengolahan makanan

  • gas kemasan

  • Lampu pelepasan gas

  • Metrologi & pengukuran

  • Laboratorium dan instrumentasi

  • Gas untuk keamanan dan kelembaman

  • Kaca , keramik , mineral lainnya

  • Mengangkat gas

  • Terapi gas medis

  • Metalurgi

  • Bahan pembakar

  • Lemari es

  • bahan bakar roket

  • Karet , plastik , cat

  • Industri semikonduktor di pabrik fabrikasi semikonduktor

  • Kedai es krim

  • Pengolahan air / Pengolahan air industri

  • Menyelam di bawah air

 

Perusahaan

  • AGA AB (bagian dari Grup Linde )

  • Airgas (bagian dari Air Liquide )

  • Udara cair

  • Produk Udara & Bahan Kimia

  • BASF

  • Dewan Komisaris (bagian dari The Linde Group )

  • Teluk Cryo

  • INOX Air Products (bagian dari INOX Group)

  • Grup Linde (sebelumnya Linde AG )

  • Grup Messer

  • Gas MOX-Linde

  • Praxair (bagian dari Grup Linde )

  • Pro Gas Inggris

  • Nippon Gases (bagian dari Taiyo Nippon Sanso Corporation )

  • Matheson Tri-Gas (bagian dari Taiyo Nippon Sanso Corporation )

  • Rotarex

Disandur dari : en.m.wikipedia.org

Selengkapnya
Pengertian Mengenai Industrial Gas

Keselamatan Kerja

Pendekatan Industri dalam Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Maret 2025


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi faktor kunci dalam menjaga kesejahteraan pekerja dan mengurangi kecelakaan di tempat kerja. Namun, banyak perusahaan masih menghadapi tantangan dalam menerapkan metode penilaian risiko yang efektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan berbasis survei dengan melibatkan 500 usaha kecil dan mikro di sektor konstruksi, manufaktur, transportasi, serta pertanian dan perikanan. Beberapa metode utama yang digunakan dalam studi ini meliputi:

  1. Survei dan wawancara dengan pemilik dan pekerja di UKM.
  2. Analisis model penilaian risiko yang ada, termasuk metode checklist, risk matrix, dan pendekatan berbasis skor.
  3. Validasi model yang dikembangkan melalui implementasi di 7 pabrik dalam satu perusahaan.

Salah satu hasil utama dari penelitian ini adalah pengembangan model KatAlSa, yang menggabungkan berbagai pendekatan dalam penilaian risiko K3. Model ini memiliki tiga fase utama:

  • Identifikasi Bahaya: Menggunakan metode Safety Review dan Checklist yang ditemukan paling efektif dalam survei (digunakan oleh 66,8% responden).
  • Evaluasi Risiko: Menggunakan metode skoring berdasarkan tingkat probabilitas, konsekuensi, dan dampak K3.
  • Tindakan Pengendalian: Menentukan langkah mitigasi sesuai dengan kategori risiko yang diidentifikasi.

Model KatAlSa diuji pada 7 posisi kerja di 7 pabrik berbeda, dengan hasil sebagai berikut:

  • Pengurangan risiko tinggi dari 3 kasus menjadi 0 setelah implementasi model.
  • Jumlah risiko serius turun dari 126 menjadi hanya 12 kasus.
  • Peningkatan kepatuhan terhadap standar K3 hingga 85%.

Penelitian ini menemukan beberapa risiko utama yang sering muncul di tempat kerja, antara lain:

  • Bekerja di malam hari (risiko tertinggi di 3 dari 7 pabrik yang dianalisis).
  • Paparan bahan berbahaya, termasuk gas dan zat kimia beracun.
  • Kegagalan faktor manusia, seperti kurangnya perhatian akibat kelelahan kerja.
  • Risiko kebakaran dan ledakan dalam lingkungan industri.
  • Pergerakan mesin dan kendaraan yang dapat menyebabkan kecelakaan.

Beberapa tantangan yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliputi:

  • Kurangnya sumber daya di UKM, terutama dalam pelatihan K3.
  • Tidak adanya regulasi spesifik yang mengatur metode penilaian risiko di beberapa negara.
  • Kesenjangan antara kebijakan dan implementasi di lapangan.

Implementasi KatAlSa di Perusahaan Pemanas Industri

  • Perusahaan ini memiliki 7 pabrik dengan metode produksi panas yang berbeda.
  • Posisi kerja paling berisiko adalah Machinist, yang bertanggung jawab atas pengoperasian peralatan pemanas dan pemeliharaan sistem energi.
  • Setelah implementasi model, ditemukan bahwa bahaya akibat tekanan tinggi dan suhu ekstrem dapat dikurangi dengan penguatan prosedur kerja.

Analisis Risiko di Pabrik Manufaktur

  • Perusahaan menghadapi risiko kecelakaan akibat rotasi mesin dan tekanan gas tinggi.
  • Dengan penerapan metode checklist dan risk register, jumlah kecelakaan turun 20% dalam 6 bulan pertama.

Keunggulan:

  1. Mengembangkan model berbasis industri yang dapat diterapkan di berbagai sektor.
  2. Memvalidasi metode penilaian risiko melalui implementasi di pabrik nyata.
  3. Memberikan solusi berbasis data untuk meningkatkan efektivitas program K3.

Kekurangan:

  • Terbatas pada UKM dan belum mencakup perusahaan besar.
  • Tidak membahas aspek psikososial dari risiko kerja, seperti stres dan kesejahteraan mental karyawan.
  • Masih memerlukan pengujian lebih lanjut di berbagai jenis industri.

Meningkatkan Pelatihan K3 di UKM

  • Program pelatihan berbasis digital dapat membantu UKM mengakses sumber daya K3 dengan lebih mudah.
  • Simulasi berbasis VR dapat digunakan untuk melatih pekerja dalam menghadapi risiko kerja.Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan industri dalam penilaian risiko K3, seperti model KatAlSa, dapat membantu perusahaan dalam mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan keselamatan pekerja. Meskipun masih ada tantangan dalam implementasi, terutama bagi UKM, pendekatan ini memberikan solusi praktis yang dapat diterapkan secara luas. Dengan penguatan regulasi, peningkatan pelatihan, dan adopsi teknologi, sistem penilaian risiko K3 dapat menjadi lebih efektif dan memberikan manfaat jangka panjang bagi perusahaan dan pekerja.

Sumber: Hollá, K., Kuricová, A., Kočkár, S., Prievozník, P., & Dostál, F. Risk Assessment Industry Driven Approach in Occupational Health and Safety. Frontiers in Public Health, Vol. 12, 2024, Hal. 1381879.

Selengkapnya
Pendekatan Industri dalam Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan Kerja

Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Sekolah melalui Perspektif Kepala Sekolah

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Maret 2025


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan sekolah merupakan aspek penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan kondusif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis dokumen dan wawancara semi-terstruktur. Sebanyak 21 kepala sekolah dari berbagai jenjang pendidikan (TK, SD, SMP, SMA) di wilayah Bursa, Turki, menjadi responden dalam studi ini. Data dikumpulkan melalui:

  • Dokumen resmi seperti laporan tahunan K3 sekolah dan surat edaran dari pemerintah.
  • Wawancara langsung dan daring untuk mendapatkan perspektif kepala sekolah mengenai hambatan dan harapan mereka terhadap implementasi K3.

Berdasarkan analisis dokumen dan wawancara, praktik K3 yang dilakukan di sekolah dikategorikan menjadi beberapa aspek:

  • Layanan K3: Pembentukan tim K3 dan prosedur operasionalnya.
  • Pelatihan dan Informasi: Pelatihan keselamatan kerja bagi guru dan staf.
  • Simulasi dan Latihan Darurat: Meliputi simulasi kebakaran, gempa, dan evakuasi.
  • Pengelolaan Limbah dan Program Nol Sampah: Peningkatan kesadaran lingkungan di sekolah.
  • Audit dan Supervisi: Inspeksi rutin oleh pemerintah dan lembaga terkait.
  • Pemantauan Kesehatan: Pemeriksaan kesehatan berkala bagi siswa dan staf.
  • Pencegahan dan Pengukuran Risiko: Identifikasi potensi bahaya serta tindakan mitigasi.
  • Pelaporan Insiden: Dokumentasi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
  • Modul K3 di Sistem Informasi Sekolah: Pelaporan dan pembaruan data terkait K3.

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam pelaksanaan K3 di sekolah:

  • Kurangnya Dukungan Finansial: 80% kepala sekolah menyatakan bahwa minimnya anggaran menjadi hambatan utama dalam meningkatkan fasilitas keselamatan.
  • Keterbatasan Tenaga Ahli: Tidak adanya spesialis K3 yang ditugaskan di sekolah mengakibatkan beban kerja tambahan bagi kepala sekolah dan guru.
  • Kurangnya Kesadaran dan Pelatihan: 60% staf sekolah belum pernah mengikuti pelatihan K3 secara formal.
  • Regulasi yang Tidak Konsisten: Banyak kebijakan K3 yang diterapkan secara parsial tanpa pengawasan yang ketat.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa kepala sekolah memiliki beberapa harapan utama:

  • Dukungan Anggaran yang Lebih Besar: Pengalokasian dana khusus untuk implementasi program K3.
  • Penunjukan Spesialis K3 di Sekolah: Setiap sekolah sebaiknya memiliki tenaga ahli K3 yang bertanggung jawab atas keselamatan kerja.
  • Peningkatan Pelatihan bagi Staf Sekolah: Seminar dan pelatihan rutin mengenai prosedur keselamatan dan mitigasi risiko.
  • Kolaborasi dengan Institusi Terkait: Kemitraan dengan otoritas kesehatan dan keselamatan untuk memperbaiki standar K3 di sekolah.

Salah satu sekolah menengah di Bursa berhasil mengurangi angka kecelakaan kerja sebesar 40% dalam dua tahun terakhir dengan menerapkan sistem pengawasan keselamatan berbasis teknologi. Langkah-langkah yang diterapkan meliputi pemasangan CCTV untuk memantau area berisiko dan pemberian APD (Alat Pelindung Diri) kepada staf kebersihan dan teknisi sekolah.

Sebuah sekolah dasar yang rutin melakukan simulasi bencana melaporkan bahwa 80% siswa mampu mengikuti prosedur evakuasi dengan benar dalam simulasi kebakaran terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan keselamatan memiliki dampak positif dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Sebaliknya, sebuah sekolah teknik mengalami peningkatan insiden kecelakaan kerja sebesar 30% dalam lima tahun terakhir karena kurangnya pelatihan bagi siswa yang bekerja di laboratorium praktik. Insiden yang sering terjadi meliputi luka bakar akibat bahan kimia dan cedera akibat penggunaan alat berat tanpa pelindung.

Keunggulan:

  1. Menggunakan metode penelitian yang kuat dengan kombinasi wawancara dan analisis dokumen.
  2. Menyoroti perspektif kepala sekolah sebagai pengambil keputusan utama dalam implementasi K3.
  3. Memberikan solusi berbasis kebijakan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keselamatan kerja di sekolah.

Kelemahan:

  • Terbatas pada wilayah Bursa, Turki, sehingga temuan ini belum tentu berlaku di negara lain dengan sistem pendidikan berbeda.
  • Tidak membahas peran siswa dalam K3, padahal mereka juga merupakan bagian dari ekosistem keselamatan di sekolah.
  • Minimnya data kuantitatif mengenai dampak K3 terhadap prestasi akademik siswa.

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan standar K3 di sekolah meliputi:

  1. Peningkatan Anggaran K3
    • Pemerintah harus mengalokasikan dana khusus untuk peningkatan infrastruktur keselamatan di sekolah.
    • Sekolah dapat menjalin kerja sama dengan perusahaan swasta untuk memperoleh bantuan dana dan peralatan keselamatan.
  2. Pelatihan Rutin untuk Staf Sekolah
    • Semua guru dan staf harus mengikuti pelatihan K3 minimal setahun sekali.
    • Simulasi bencana dan evakuasi harus dijadikan program wajib dalam kalender akademik.
  3. Penugasan Spesialis K3 di Sekolah
    • Setiap distrik pendidikan harus memiliki tim spesialis K3 yang bertanggung jawab atas inspeksi keselamatan di sekolah-sekolah di wilayahnya.
    • Kepala sekolah harus diberikan pelatihan dasar K3 untuk meningkatkan pemahaman mereka dalam menangani risiko kerja.
  4. Penggunaan Teknologi dalam K3
    • Implementasi sistem pemantauan keselamatan berbasis sensor dan AI dapat membantu mendeteksi potensi bahaya secara dini.
    • Penggunaan aplikasi mobile untuk pelaporan insiden dapat mempercepat respons terhadap keadaan darurat.

Peran kepala sekolah dalam implementasi K3 serta berbagai hambatan yang mereka hadapi. Dengan dukungan kebijakan yang lebih kuat, peningkatan anggaran, dan pelatihan yang lebih baik, sekolah dapat menjadi lingkungan yang lebih aman bagi semua pemangku kepentingan. Studi ini memberikan wawasan yang berharga bagi pembuat kebijakan dan praktisi pendidikan dalam meningkatkan standar keselamatan di lingkungan sekolah.

Sumber: Yilmaz, S. How to Enhance Occupational Health and Safety Practices in Schools: An Analysis Through the Eyes of School Principals. International Journal of Psychology and Educational Studies, Vol. 9 (Special Issue), 2022, Hal. 922-933.

Selengkapnya
Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Sekolah melalui Perspektif Kepala Sekolah

Keselamatan Kerja

Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Maret 2025


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan di berbagai sektor industri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik incidental sampling terhadap 72 responden dari total populasi 250 karyawan di PT. XYZ. Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis menggunakan metode regresi linear sederhana melalui SPSS versi 2.3.

Variabel dalam penelitian:

  • Variabel independen: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
  • Variabel dependen: Kinerja karyawan
  • Variabel mediasi: Kinerja K3 perusahaan

Temuan Utama

1. Hubungan antara K3 dan Kinerja Karyawan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi K3 memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

  • Penerapan program K3 yang lebih baik meningkatkan kinerja karyawan sebesar 32,5%.
  • Karyawan yang bekerja di lingkungan kerja yang lebih aman dan sehat menunjukkan peningkatan produktivitas sebesar 28% dibanding mereka yang bekerja dalam kondisi kurang mendukung.
  • Kepatuhan terhadap standar K3 menurunkan tingkat kecelakaan kerja sebesar 40% dalam 5 tahun terakhir.

2. Dampak K3 terhadap Performa Perusahaan

  • Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen K3 secara efektif mampu mencapai target Zero Accident.
  • Absensi karyawan berkurang hingga 18% setelah adanya peningkatan standar keselamatan kerja.
  • Implementasi kebijakan K3 yang lebih baik meningkatkan kepuasan kerja karyawan hingga 25%.

3. Tantangan dalam Implementasi K3

Meskipun penerapan K3 memberikan manfaat yang signifikan, penelitian ini juga menemukan beberapa kendala utama:

  • Kurangnya kesadaran karyawan terhadap pentingnya K3, dengan 60% responden tidak pernah mengikuti pelatihan keselamatan secara formal.
  • Fasilitas keselamatan yang belum memadai, seperti kurangnya alat pelindung diri (APD) di area kerja.
  • Kurangnya pengawasan dari manajemen, yang menyebabkan beberapa prosedur keselamatan tidak diterapkan secara optimal.

Studi Kasus

1. Implementasi K3 di PT. XYZ

PT. XYZ, sebagai perusahaan jasa bongkar muat, menghadapi berbagai tantangan keselamatan kerja, terutama dalam penggunaan alat berat. Melalui program K3, perusahaan berhasil:

  • Mengurangi 50% kasus kecelakaan akibat penggunaan alat berat dengan meningkatkan pelatihan dan sertifikasi operator.
  • Menurunkan kerugian finansial akibat kecelakaan kerja sebesar 35% dengan memperbaiki sistem pengawasan keselamatan.
  • Meningkatkan efisiensi kerja sebesar 20% melalui penerapan prosedur keselamatan yang lebih ketat.

2. Perbandingan dengan Industri Sejenis

Penelitian ini membandingkan implementasi K3 di PT. XYZ dengan perusahaan lain dalam industri yang sama:

  • Perusahaan A dengan kebijakan K3 yang lebih ketat memiliki tingkat absensi karyawan lebih rendah (10% lebih sedikit) dibanding PT. XYZ.
  • Perusahaan B, yang belum menerapkan standar K3 dengan baik, mengalami tingkat kecelakaan kerja 60% lebih tinggi dibanding PT. XYZ.

Keunggulan:

  1. Menggunakan data empiris yang kuat, sehingga hasil penelitian lebih valid dan aplikatif.
  2. Membahas keterkaitan antara K3, kinerja karyawan, dan kinerja perusahaan, yang jarang dikaji dalam penelitian sebelumnya.
  3. Memberikan rekomendasi praktis bagi perusahaan, terutama di sektor jasa bongkar muat.

Kekurangan:

  • Tidak membahas secara mendalam peran teknologi dalam K3, seperti penggunaan sensor atau sistem otomatisasi dalam meningkatkan keselamatan kerja.
  • Tidak mempertimbangkan faktor psikologis karyawan, seperti tingkat stres akibat tekanan kerja, yang juga dapat memengaruhi kinerja.
  • Terbatas pada satu industri, sehingga hasilnya belum tentu dapat digeneralisasi ke sektor lain.

Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efektivitas K3:

  1. Peningkatan Pelatihan Keselamatan
    • Mewajibkan seluruh karyawan mengikuti pelatihan K3 secara berkala.
    • Menggunakan simulasi dan teknologi VR untuk meningkatkan pemahaman terhadap prosedur keselamatan.
  2. Penyediaan Fasilitas Keselamatan yang Memadai
    • Memastikan setiap pekerja memiliki akses ke APD yang sesuai.
    • Menyediakan jalur evakuasi yang lebih jelas dan mudah diakses.
  3. Penguatan Pengawasan dan Kepatuhan
    • Menjadikan K3 sebagai bagian dari budaya perusahaan.
    • Memberikan insentif bagi karyawan yang mematuhi prosedur keselamatan.

Penerapan K3 yang efektif memiliki dampak signifikan terhadap kinerja karyawan dan keseluruhan kinerja perusahaan. Dengan meningkatkan kesadaran, fasilitas, dan pengawasan terhadap K3, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif. Oleh karena itu, K3 bukan hanya sebagai kewajiban hukum, tetapi juga sebagai strategi bisnis yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan.

Sumber: Priyanto, H., & Syah, T. Y. R. Effect of Occupational Safety & Health on Employee Performance and Its Relationship with Occupational Health & Safety Performance. International Journal of Business and Social Science, Vol. x, No. x, 2023, Hal. 1-15.

Selengkapnya
Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan

Keselamatan Kerja

Tantangan dan Prospek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Ghana

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Maret 2025


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aspek penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif. Meskipun banyak negara telah mengambil langkah maju dalam menerapkan kebijakan K3, banyak negara berkembang, termasuk Ghana, masih menghadapi berbagai tantangan dalam penerapan praktik keselamatan kerja. Studi ini mengklasifikasikan masalah K3 menjadi beberapa kategori utama, termasuk regulasi, infrastruktur, serta kepedulian manajemen dan pekerja terhadap keselamatan kerja.

K3 sering kali tidak menjadi prioritas utama dalam agenda nasional maupun di tingkat perusahaan. Beberapa indikator utama meliputi:

  • Kurangnya regulasi yang ketat: Ghana tidak memiliki kebijakan K3 nasional yang komprehensif.
  • Rendahnya kesadaran akan keselamatan kerja: Banyak pekerja dan pengusaha tidak memahami pentingnya K3.
  • Minimnya investasi dalam infrastruktur keselamatan: Banyak tempat kerja tidak memiliki fasilitas dasar seperti alat pemadam kebakaran dan APD.

Data menunjukkan bahwa Ghana mengalami tingkat kecelakaan kerja yang signifikan, terutama di sektor konstruksi, manufaktur, dan pertambangan:

  • Industri konstruksi mencatat 902 kecelakaan pada tahun 2000, dengan 56 di antaranya bersifat fatal.
  • Sektor pertambangan memiliki tingkat cedera kerja tertinggi, dengan banyak pekerja mengalami gangguan pernapasan akibat paparan debu dan bahan kimia.
  • Pertanian juga menyumbang kasus penyakit akibat kerja, seperti malaria dan gangguan pernapasan akibat paparan pestisida.

Studi ini mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menghambat penerapan K3 di Ghana:

  • Ketidakjelasan Regulasi: Hanya ada beberapa undang-undang yang mengatur K3, seperti Factories, Offices, and Shops Act (1970) dan Mining Regulations (1970), tetapi tidak diperbarui sesuai perkembangan industri.
  • Kurangnya Pelatihan dan Kesadaran: 80% pekerja Ghana tidak pernah menerima pelatihan K3, sehingga banyak yang bekerja dalam kondisi berbahaya tanpa perlindungan yang memadai.
  • Minimnya Inspeksi dan Penegakan Hukum: Pengawasan terhadap penerapan K3 masih sangat lemah akibat keterbatasan sumber daya pemerintah.

Pada tahun 2009, kebakaran di Kumasi Central Market menghancurkan lebih dari 400 kios, mengakibatkan kerugian finansial yang besar. Studi ini mengaitkan kejadian ini dengan kurangnya sistem pencegahan kebakaran dan minimnya pelatihan darurat bagi pedagang. Pekerja tambang di Ghana menghadapi berbagai risiko kesehatan akibat paparan merkuri dan debu silika. Studi ini menemukan bahwa banyak tambang tidak memiliki ventilasi yang memadai, yang menyebabkan tingginya angka kasus penyakit paru-paru kronis. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% pekerja konstruksi di Ghana mengalami cedera akibat jatuh dari ketinggian, karena kurangnya perlengkapan keselamatan seperti helm dan harness.

Keunggulan:

  1. Memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi K3 di Ghana.
  2. Menggunakan data empiris untuk mendukung argumen.
  3. Menyajikan rekomendasi yang dapat diterapkan oleh pemerintah dan industri.

Kekurangan:

  • Kurangnya perbandingan dengan negara lain yang memiliki regulasi K3 lebih baik.
  • Tidak ada studi langsung di lapangan, karena penelitian ini hanya berbasis literatur.
  • Minimnya pembahasan tentang peran teknologi dalam meningkatkan keselamatan kerja.

Rekomendasi untuk Meningkatkan K3 di Ghana

  1. Pembuatan Kebijakan Nasional K3
    • Pemerintah Ghana harus menyusun regulasi nasional yang mewajibkan penerapan standar keselamatan di semua industri.
  2. Pelatihan dan Edukasi K3
    • Perusahaan perlu mewajibkan pelatihan K3 bagi seluruh pekerja.
    • Kampanye kesadaran K3 harus dilakukan secara nasional.
  3. Peningkatan Infrastruktur Keselamatan
    • Investasi dalam peralatan keselamatan seperti APD, sistem pemadam kebakaran, dan ventilasi industri harus ditingkatkan.
  4. Peningkatan Pengawasan dan Penegakan Hukum
    • Pemerintah perlu meningkatkan jumlah inspeksi dan sanksi bagi perusahaan yang tidak mematuhi standar keselamatan.

Ghana masih menghadapi berbagai tantangan dalam penerapan K3, termasuk kurangnya regulasi, rendahnya kesadaran pekerja, serta minimnya investasi dalam infrastruktur keselamatan. Untuk meningkatkan kondisi K3, diperlukan kebijakan yang lebih ketat, peningkatan pelatihan, serta investasi dalam teknologi keselamatan. Dengan langkah-langkah ini, Ghana dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif bagi seluruh tenaga kerja.

Sumber: Puplampu, B. B., & Quartey, S. H. Key Issues on Occupational Health and Safety Practices in Ghana: A Review. International Journal of Business and Social Science, Vol. 3 No. 19, 2012, Hal. 151-156.

Selengkapnya
Tantangan dan Prospek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Ghana

Keselamatan Kerja

Evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Industri Manufaktur

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Maret 2025


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi elemen krusial dalam industri manufaktur untuk melindungi pekerja dari risiko kecelakaan kerja. Penelitian ini terdiri dari empat sub-studi yang mencakup:

  1. Analisis tingkat kecelakaan kerja sebelum dan sesudah penerapan OHSAS 18001.
  2. Pengukuran iklim keselamatan kerja melalui survei terhadap 269 pekerja.
  3. Perbandingan praktik K3 antara perusahaan bersertifikasi dan non-sertifikasi.
  4. Identifikasi faktor yang mempengaruhi efektivitas OHSAS 18001 melalui wawancara dengan manajer perusahaan.

Data dikumpulkan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, termasuk analisis statistik regresi binomial negatif dan wawancara semi-terstruktur.

Penelitian ini menemukan bahwa meskipun perusahaan yang telah tersertifikasi OHSAS 18001 memiliki dokumentasi yang lebih baik, implementasi standar ini tidak selalu berkorelasi langsung dengan penurunan kecelakaan kerja.

  • Rata-rata tingkat cedera di perusahaan bersertifikasi adalah 6,22 per 100 karyawan setelah implementasi standar, turun dari 17,1 sebelum sertifikasi.
  • Namun, dua dari tiga perusahaan bersertifikasi masih mengalami peningkatan tingkat kecelakaan setelah sertifikasi (dari 3,85 ke 4,8 dan 2,78 ke 4,88), menunjukkan bahwa sertifikasi saja tidak cukup untuk meningkatkan keselamatan kerja.

Perbedaan Iklim Keselamatan antara Perusahaan Bersertifikasi dan Non-Bersertifikasi

  • 269 pekerja yang disurvei menunjukkan bahwa perusahaan bersertifikasi memiliki kesadaran keselamatan lebih tinggi.
  • Faktor-faktor seperti pelatihan keselamatan, keterlibatan manajemen, dan komunikasi risiko lebih baik di perusahaan yang telah mengadopsi OHSAS 18001.
  • Namun, terdapat perbedaan signifikan dalam persepsi keselamatan antara manajer dan pekerja, di mana pekerja merasa bahwa implementasi standar lebih bersifat administratif daripada praktis.

Melalui wawancara dengan 16 manajer perusahaan, ditemukan beberapa hambatan utama dalam penerapan sistem K3:

  • Kurangnya komitmen manajemen: 75% responden menyebutkan bahwa manajemen hanya berfokus pada kepatuhan formal tanpa upaya nyata dalam peningkatan keselamatan.
  • Pelatihan pekerja yang terbatas: 80% pekerja tidak menerima pelatihan keselamatan secara berkala.
  • Kurangnya integrasi dengan budaya perusahaan: Banyak perusahaan menerapkan sistem ini hanya untuk memenuhi regulasi, bukan sebagai bagian dari strategi bisnis jangka panjang.

Studi ini mengungkapkan bahwa sertifikasi OHSAS 18001 bukanlah jaminan langsung untuk peningkatan keselamatan kerja. Beberapa poin penting yang dapat diperhatikan:

  • Kelebihan:
    • Meningkatkan dokumentasi dan kepatuhan terhadap regulasi.
    • Meningkatkan kesadaran pekerja terhadap bahaya kerja.
  • Kekurangan:
    • Tidak selalu mengurangi tingkat kecelakaan secara signifikan.
    • Implementasi sering kali hanya bersifat administratif tanpa dampak nyata.
    • Faktor eksternal seperti regulasi pemerintah dan budaya kerja juga memengaruhi efektivitas sistem.

Penelitian ini menegaskan bahwa keberhasilan sistem manajemen K3 tidak hanya bergantung pada sertifikasi formal, tetapi juga pada implementasi yang efektif, komitmen manajemen, serta keterlibatan pekerja. Untuk meningkatkan efektivitas OHSAS 18001, perusahaan perlu memperkuat pelatihan, meningkatkan partisipasi pekerja, dan mengintegrasikan sistem K3 dengan strategi bisnis mereka.

Sumber: Ghahramani, A. Assessment of Occupational Health and Safety Management Systems Status and Effectiveness in Manufacturing Industry. University of Helsinki, 2017.

Selengkapnya
Evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Industri Manufaktur
« First Previous page 653 of 1.345 Next Last »