Ekonomi dan Bisnis

Apa Saja Peran dan Tanggung Jawab Insinyur Penjualan dan Pemasaran

Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 20 Februari 2025


Pemasaran telah berkembang dan merupakan kategori yang sangat terkenal. Para profesional telah berkembang dari bertanya apa itu pemasaran hingga memberikan masukan mereka ke dalam peran tersebut. Peran seorang ahli pemasaran telah berevolusi menjadi ahli penjualan dan pemasaran.

Pemasaran juga telah digerakkan oleh teknologi, dan saluran pemasaran digital telah menjadi hampir sama pentingnya dengan praktik pemasaran konvensional. Di situlah peran insinyur penjualan dan pemasaran mulai diperhitungkan. Seorang insinyur penjualan dan pemasaran menerapkan keahlian teknis untuk mendorong inisiatif penjualan dan pemasaran.

Tanggung jawab insinyur penjualan dan pemasaran meliputi:

  • Memahami teknis sebuah proyek.
  • Membuat konsep dan melaksanakan kampanye.
  • Melakukan analisis persaingan dan mendukung semua aktivitas lain yang dianggap perlu.

Mari kita lihat peran dan tanggung jawab insinyur penjualan dan pemasaran:

  • Deskripsi pekerjaan insinyur penjualan dan pemasaran
  • Peran insinyur penjualan dan pemasaran telah berkembang secara drastis dengan diversifikasi aktivitas pemasaran ke dalam berbagai segmen yang mencakup teknologi dan platform online yang berbeda.

Saat ini, pekerjaan insinyur penjualan dan pemasaran yang khas akan membutuhkan penanganan aktivitas berikut:

  • Memberikan dukungan teknis serta berbagai dukungan terkait aplikasi kepada tim penjualan dan pemasaran serta pelanggan
  • Mempersiapkan dokumen informasi terperinci dan materi pemasaran yang terkait dengan produk dan layanan
  • Memelihara informasi harga pada produk tertentu
  • Mengonsep strategi untuk memasarkan produk, menghasilkan konversi penjualan, dan memberikan pengalaman pelanggan yang unggul
  • Melacak penjualan yang ditargetkan dan aktual untuk menentukan sejauh mana dukungan pemasaran yang diperlukan
  • Mencari dan menyimpan informasi tentang produk pesaing untuk riset pasar
  • Berpartisipasi dalam pengembangan produk dan proses masuk ke pasar
  • Mengidentifikasi saluran dan teknologi penjualan dan pemasaran baru serta menemukan solusi terbaik untuk mempromosikan bisnis
  • Selain itu, tanggung jawab insinyur penjualan dan pemasaran termasuk mengukur kinerja kampanye pemasaran, lokasi , anggaran dan melakukan aktivitas peningkatan kampanye untuk ROI yang lebih baik atas pengeluaran pemasaran.

Cara menjadi insinyur penjualan dan pemasaran
Menjadi seorang insinyur penjualan dan pemasaran bukanlah pencapaian yang mudah. Namun, ini adalah karier yang memuaskan bagi mereka yang mau berusaha dan memperoleh pengetahuan dan spesialisasi yang diperlukan untuk berbagai peran insinyur penjualan dan pemasaran yang tersedia di domain ini. Pertama-tama, Anda harus belajar secara mendalam tentang apa itu pemasaran dalam bisnis, dan apa perbedaan antara penjualan dan pemasaran. Memahami profesi ini adalah langkah pertama untuk menjadi insinyur penjualan dan pemasaran yang sukses.

Karena ini adalah profil tingkat manajemen, sebagian besar peran insinyur penjualan dan pemasaran membutuhkan gelar sarjana atau bahkan MBA dalam Penjualan dan Pemasaran. Bahkan jika Anda tidak memiliki gelar khusus dalam bidang penjualan dan pemasaran atau gelar master, Anda masih bisa sukses di bidang ini jika Anda seorang lulusan dan mengambil sertifikasi untuk kursus penjualan secara online.

Jalur karier insinyur penjualan dan pemasaran
Hampir tidak ada batasan untuk peluang kerja atau pertumbuhan dalam jalur karier profesional penjualan dan pemasaran. Ketika Anda menghabiskan lebih banyak waktu di bidang ini, Anda mungkin akan merasa percaya diri, dan organisasi Anda akan mempercayai Anda dengan peran dan tanggung jawab insinyur penjualan dan pemasaran yang lebih besar. Bahkan jika Anda adalah seseorang yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di bidang penjualan dan pemasaran dan sekarang ingin meningkatkan karier Anda, Anda dapat mengambil sertifikasi penjualan atau pemasaran online untuk menambah bobot pada resume Anda dan lebih banyak keterampilan pada profil Anda.

Meskipun Anda mungkin memulai sebagai eksekutif pemasaran atau manajer akun, secara bertahap, Anda dapat naik jabatan dan menjadi manajer akun senior, VP-penjualan, Direktur - Penjualan dan Pemasaran, atau bahkan Chief Marketing Officer. Bahkan jika Anda memulai perjalanan wirausaha Anda, kualifikasi profesional akan membantu Anda menangani peran dan tanggung jawab insinyur penjualan dan pemasaran dengan lebih baik.

Kursus penjualan online
Penjualan dan pemasaran adalah fungsi integral dari setiap bisnis atau perusahaan publik. Kedua bidang ini akan terus berkembang, menghasilkan lebih banyak peluang. Namun, untuk bersaing dan sukses, selalu disarankan untuk mengambil jalur karir strategis di mana kualifikasi dan sertifikasi yang tepat membantu Anda tumbuh.

Emeritus India menawarkan berbagai kursus penjualan dan pemasaran jangka pendek, program gelar, sertifikasi profesional, dan program eksekutif secara online. Para calon dapat mendaftar di berbagai kursus penjualan secara online untuk memperoleh keterampilan baru dan mengubah karir mereka.

Untuk berkembang di arena penjualan dan pemasaran yang dinamis, Anda harus selalu menyadari bahwa pemasaran adalah tentang mengidentifikasi peluang dan menciptakan komunikasi yang secara efektif menjawab pertanyaan pelanggan dan memberikan pengalaman yang memuaskan.

Para profesional pemasaran saat ini juga bertanggung jawab atas retensi pelanggan di samping memperoleh pelanggan baru. Kursus sertifikasi penjualan dan pemasaran selalu merupakan ide yang bagus untuk sukses di segmen yang memiliki permintaan tinggi dan sangat kompetitif ini.

Disadur dari: pantheon.io

Selengkapnya
Apa Saja Peran dan Tanggung Jawab Insinyur Penjualan dan Pemasaran

Rantai Pasok Digital

Dampak Industry 4.0 terhadap Pengembangan Hubungan Pembeli-Pemasok di Brasil: Analisis Multi-Sektor dalam Konteks Supply Chain 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini mengeksplorasi dampak Industry 4.0 (I4.0) terhadap pengembangan hubungan antara pembeli dan pemasok (Buyer-Supplier Relationship/BSR) di Brasil, dengan fokus pada sektor otomotif, kimia, dan agribisnis. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis berbasis sistem abu-abu untuk mengevaluasi tingkat kematangan perusahaan dalam mengadopsi prinsip Supply Chain 4.0. Dengan melibatkan 38 ahli, artikel ini mengidentifikasi variabel kunci yang memengaruhi hubungan BSR di era digital dan menawarkan wawasan bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kolaborasi.

Kerangka Konseptual

Penelitian ini mendefinisikan variabel dalam dua kategori:

  1. Choice Variables (CV): Mengukur kondisi eksternal dan internal yang memengaruhi keputusan strategis BSR, seperti komunikasi, dinamika pasar, dan profitabilitas.
  2. Maturity Variables (MV): Mengukur kematangan organisasi dalam membangun kepercayaan, kemitraan kolaboratif, dan tingkat otomatisasi digital.

Metode Penelitian:

  • Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan bobot variabel kematangan (MV).
  • Grey Fixed Weight Clustering (GFWC) diterapkan untuk mengklasifikasi tingkat kematangan BSR berdasarkan respons survei.

Temuan Utama

1. Pentingnya Kepercayaan dalam BSR

  • Variabel kepercayaan (MV1) adalah yang paling signifikan dengan bobot 0,5125, menunjukkan bahwa hubungan berbasis kepercayaan mendukung kolaborasi jangka panjang dan efisiensi operasional.
  • Studi Kasus di Sektor Otomotif: Kepercayaan yang ditingkatkan melalui integrasi teknologi I4.0 memungkinkan pengurangan kesalahan pengiriman hingga 15%.

2. Kolaborasi dalam Proyek I4.0

  • Kolaborasi antar mitra (MV2) mendukung implementasi proyek I4.0, terutama dalam penelitian dan pengembangan (R&D).
  • Contoh di Sektor Kimia: Kemitraan kolaboratif membantu meningkatkan fleksibilitas proses hingga 20% dalam menghadapi perubahan pasar yang dinamis.

3. Digitalisasi dan Otomatisasi

  • Tingkat otomatisasi (MV3) mempercepat proses transaksi, seperti pengadaan bahan baku, dengan komunikasi real-time.
  • Agribisnis: Digitalisasi menghasilkan efisiensi waktu respons hingga 30% dalam pengelolaan rantai pasokan.

Analisis Sektoral

Sektor Otomotif

  • Tingkat kematangan digital sektor ini tergolong menengah hingga tinggi.
  • Fokus pada transparansi dan efisiensi melalui IoT dan blockchain menghasilkan penghematan biaya operasional sebesar 20%.

Sektor Kimia

  • Banyak perusahaan masih berada di fase awal digitalisasi.
  • Tantangan utama: kurangnya infrastruktur digital, yang menyebabkan adopsi teknologi I4.0 lebih lambat dibandingkan sektor lain.

Sektor Agribisnis

  • Transformasi "Agro 4.0" menekankan pada penggunaan IoT untuk meningkatkan produktivitas.
  • Kolaborasi dengan pemasok lokal membantu mengurangi ketergantungan pada pemasok besar dan meningkatkan keberlanjutan.

Rekomendasi Strategis

  1. Fokus pada Kepercayaan: Bangun hubungan berbasis nilai dengan pemasok utama untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.
  2. Adopsi Teknologi: Investasikan dalam IoT, blockchain, dan big data untuk meningkatkan transparansi dan kolaborasi.
  3. Penguatan Kolaborasi: Libatkan pemasok dalam R&D untuk mempercepat inovasi dan meningkatkan daya saing.

Kesimpulan

Transformasi Supply Chain 4.0 di Brasil menunjukkan bahwa hubungan pembeli-pemasok yang berbasis kepercayaan dan kolaborasi memainkan peran kunci dalam memastikan keberlanjutan dan efisiensi. Dengan mengintegrasikan teknologi I4.0, perusahaan dapat meningkatkan ketangguhan rantai pasokan dan memanfaatkan peluang pasar secara lebih efektif.

Sumber:
Lucio Flávio Vasconcelos, Tiago F. A. C. Sigahi, Izabela Simon Rampasso, Gustavo Hermínio Salati Marcondes de Moraes, Jefferson de Souza Pinto, & Rosley Anholon (2024). Supply chain 4.0: a multi-sector grey systems-based analysis of buyer-supplier relationship development in Brazil. Production Planning & Control.

Selengkapnya
Dampak Industry 4.0 terhadap Pengembangan Hubungan Pembeli-Pemasok di Brasil: Analisis Multi-Sektor dalam Konteks Supply Chain 4.0

Rantai Pasok Digital

Dampak Digitalisasi dan Integrasi Rantai Pasok terhadap Kinerja Perusahaan: Perspektif Supply Chain 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel "Supply Chain 4.0: The Impact of Supply Chain Digitalization and Integration on Firm Performance" oleh Kam Pui Liu dan Weisheng Chiu, yang diterbitkan di Asian Journal of Business Ethics pada tahun 2021, membahas tentang hubungan antara digitalisasi rantai pasok, integrasi rantai pasok, dan kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji model penelitian yang menginvestigasi efek mediasi integrasi rantai pasok dan efek moderasi digitalisasi rantai pasok.

Latar Belakang dan Motivasi

Industri 4.0, yang berfokus pada digitalisasi dan otomatisasi, telah memunculkan konsep Supply Chain 4.0. Digitalisasi dalam rantai pasok melibatkan penerapan teknologi digital untuk merencanakan dan melaksanakan transaksi, komunikasi, dan tindakan. Walaupun hampir 90% perusahaan percaya digitalisasi akan memberikan keunggulan kompetitif dalam 5 tahun ke depan, 73% masih belum jelas tentang apa arti sebenarnya dari "digitalisasi" rantai pasok. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan dalam literatur tentang bagaimana digitalisasi dan integrasi rantai pasok dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah:

  1. Menguji pengaruh positif digitalisasi rantai pasok terhadap kinerja perusahaan.
  2. Menguji pengaruh positif integrasi rantai pasok terhadap kinerja perusahaan.
  3. Menyelidiki efek mediasi integrasi rantai pasok dalam hubungan antara digitalisasi rantai pasok dan kinerja perusahaan.
  4. Menyelidiki efek moderasi digitalisasi rantai pasok dalam hubungan antara integrasi rantai pasok dan kinerja perusahaan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner online kepada 264 karyawan di Cina yang bekerja di industri rantai pasok. Data dianalisis dengan menggunakan partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM) dengan perangkat lunak SmartPLS 3.0.

Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:

  • Supply Chain 4.0: Penerapan konsep Industri 4.0 dalam konteks rantai pasok.
  • Digitalisasi Rantai Pasok: Penerapan teknologi digital untuk merencanakan dan melaksanakan transaksi, komunikasi, dan tindakan dalam rantai pasok.
  • Integrasi Rantai Pasok: Tingkat kolaborasi strategis perusahaan dengan anggota rantai pasoknya dan pengelolaan proses intra-organisasi dan inter-organisasi secara kolaboratif.
  • Kinerja Perusahaan: Hasil yang dicapai perusahaan dalam hal efisiensi, produktivitas, dan profitabilitas.

Hasil dan Diskusi

Hasil Utama

Hasil penelitian menunjukkan:

  1. Digitalisasi rantai pasok memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (H1 didukung).
  2. Integrasi rantai pasok memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
  3. Integrasi rantai pasok memediasi sebagian hubungan antara digitalisasi rantai pasok dan kinerja perusahaan.
  4. Digitalisasi rantai pasok memoderasi positif hubungan antara integrasi rantai pasok dan kinerja perusahaan.

Angka dan Statistik

  • Pasar digitalisasi dalam logistik dan rantai pasok diperkirakan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 8.5% dari tahun 2020 hingga 2027.
  • Nilai pasar ini adalah US$11.7 miliar pada tahun 2019 dan diproyeksikan mencapai US$23.6 miliar pada tahun 2020 (NASDAQ, 2020).
  • Hampir 90% perusahaan percaya digitalisasi akan memberikan keunggulan kompetitif dalam rantai pasok dalam 5 tahun ke depan (SupplyChainDigest, 2016).
  • Namun, mayoritas perusahaan (73%) merasa sangat tidak jelas tentang apa arti "digitalisasi" rantai pasok (SupplyChainDigest, 2016).

Studi Kasus

Artikel ini merujuk pada studi kasus Scania, yang menunjukkan bahwa digitalisasi membawa peluang pertumbuhan bisnis baru (Björkdahl, 2020).

Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa digitalisasi dan integrasi rantai pasok memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Integrasi rantai pasok memediasi sebagian hubungan antara digitalisasi dan kinerja, dan digitalisasi memoderasi positif hubungan antara integrasi dan kinerja. Temuan ini memberikan implikasi praktis dalam manajemen rantai pasok etis, khususnya dalam meningkatkan visibilitas dan efisiensi operasi.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Perusahaan harus berinvestasi dalam digitalisasi rantai pasok untuk meningkatkan kinerja.
  • Perusahaan harus fokus pada integrasi rantai pasok untuk memaksimalkan manfaat dari digitalisasi.
  • Digitalisasi rantai pasok dapat mendorong tingkat rantai pasok etis yang lebih tinggi melalui peningkatan visibilitas dan efisiensi.

Penelitian Masa Depan

Penelitian masa depan dapat fokus pada:

  • Investigasi lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi digitalisasi rantai pasok.
  • Analisis lebih mendalam tentang dampak digitalisasi pada aspek-aspek kinerja rantai pasok yang berbeda.
  • Studi komparatif tentang digitalisasi rantai pasok di berbagai industri dan negara.

Daftar Pustaka

  • Liu, K. P., & Chiu, W. (2021). Supply Chain 4.0: the impact of supply chain digitalization and integration on firm performance. Asian Journal of Business Ethics, 10(3), 371-389.

Sumber Asli Artikel:

Liu, K. P., & Chiu, W. (2021). Supply Chain 4.0: the impact of supply chain digitalization and integration on firm performance. Asian Journal of Business Ethics, 10(3), 371-389.

Selengkapnya
Dampak Digitalisasi dan Integrasi Rantai Pasok terhadap Kinerja Perusahaan: Perspektif Supply Chain 4.0

Rantai Pasok Digital

Mewujudkan Smart Supply Chain Management di Era Industry 4.0: Peluang dan Tantangan di Amerika Utara

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini menyelidiki bagaimana teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang terkait dengan Industry 4.0 mendukung evolusi smart supply chain management (SSCM) di Amerika Utara. Dengan pendekatan yang mengintegrasikan tinjauan literatur akademik, proyek penelitian nasional, dan strategi pemerintah, penelitian ini menawarkan wawasan mendalam tentang penerapan teknologi cerdas seperti IoT, blockchain, dan big data dalam meningkatkan efisiensi dan ketahanan rantai pasokan.

Kerangka Smart Supply Chain Management (SSCM)

Penelitian ini mengusulkan kerangka hierarkis SSC yang mencakup tiga level utama:

  1. Level 0 - Teknologi Dasar: ICT, AI, big data, blockchain, 3D printing, dan cloud computing membentuk fondasi SSC.
  2. Level 1 - Aplikasi Dasar: Implementasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam logistik, inventaris, dan proses manufaktur.
  3. Level 2 - Rantai Pasokan Terintegrasi: Integrasi multi-partner untuk mengoptimalkan seluruh aliran rantai pasokan secara mandiri dan adaptif.
  4. Level 3 - Industri Pintar: Mendukung manufaktur cerdas, layanan kesehatan, dan kota pintar sebagai hasil akhir dari SSC yang matang.

Temuan Utama

1. Teknologi Pendukung SSCM

  • IoT: Memfasilitasi visibilitas data real-time dan komunikasi antar mitra.
    • Contoh Kasus: Sistem IoT pada logistik mengurangi waktu pengiriman hingga 20%.
  • Blockchain: Menjamin transparansi transaksi dan keamanan data.
    • Contoh Kasus: Blockchain dalam rantai pasokan makanan membantu melacak sumber produk, meningkatkan kepercayaan pelanggan sebesar 15%.
  • Big Data Analytics: Memungkinkan analisis prediktif untuk perencanaan permintaan yang lebih akurat.
    • Angka Penting: Implementasi big data mengurangi biaya inventaris hingga 10%.

2. Strategi Nasional di Amerika Utara

  • Amerika Serikat: Fokus pada manufaktur cerdas melalui inisiatif seperti Advanced Manufacturing Partnership (AMP) dan Manufacturing USA, dengan anggaran total $3 miliar.
  • Kanada: Program Advanced Manufacturing Economic Strategy Table menargetkan peningkatan penjualan manufaktur sebesar 50% pada 2023 melalui digitalisasi.

3. Tantangan SSCM

  • Biaya Implementasi Tinggi: Hambatan besar bagi UKM dalam mengadopsi teknologi Industry 4.0.
  • Kurangnya Standar: Ketidakcocokan teknologi antar mitra rantai pasokan menghambat integrasi.
  • Keamanan Data: Risiko peretasan meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan ICT.

Studi Kasus: Transformasi SSCM di Amerika Utara

Manufaktur Otomotif di Kanada

  • Peningkatan Efisiensi Produksi: Dengan integrasi IoT dan cloud computing, produsen otomotif berhasil mengurangi waktu siklus produksi hingga 30%.
  • Transparansi Rantai Pasokan: Blockchain memastikan asal bahan baku dapat dilacak, mengurangi masalah keaslian produk sebesar 25%.

Industri Makanan di Amerika Serikat

  • Keamanan Pangan: IoT dan big data diterapkan untuk meningkatkan keamanan dan kualitas makanan di seluruh rantai pasokan.
    • Hasil: Penurunan insiden terkait produk cacat sebesar 15%.

Rekomendasi untuk Penelitian Masa Depan

  1. Pengembangan Standar Teknologi: Membentuk standar global untuk kompatibilitas antar sistem SSC.
  2. Fokus pada Keamanan Siber: Meningkatkan keamanan data dalam aplikasi blockchain dan IoT.
  3. Dukungan untuk UKM: Memberikan insentif dan pelatihan untuk mendorong adopsi teknologi oleh usaha kecil.

Kesimpulan

Smart supply chain management di era Industry 4.0 menawarkan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan keberlanjutan. Namun, keberhasilan implementasinya memerlukan kolaborasi erat antara pemerintah, akademisi, dan industri. Artikel ini memberikan panduan strategis untuk memaksimalkan potensi teknologi cerdas dalam rantai pasokan.

Sumber:
Guoqing Zhang, Yiqin Yang, & Guoqing Yang (2023). Smart supply chain management in Industry 4.0: the review, research agenda, and strategies in North America. Annals of Operations Research.

Selengkapnya
Mewujudkan Smart Supply Chain Management di Era Industry 4.0: Peluang dan Tantangan di Amerika Utara

Rantai Pasok Digital

Evolusi dari Supply Chain 4.0 ke Supply Chain 5.0: Tinjauan Sistematis dan Arah Penelitian Masa Depan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel "From Supply Chain 4.0 to Supply Chain 5.0: Findings from a Systematic Literature Review and Research Directions" oleh Guilherme F. Frederico, membahas evolusi dari Supply Chain 4.0 ke Supply Chain 5.0 dalam konteks Industri 5.0. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana fenomena Industri 5.0 mempengaruhi rantai pasok melalui tinjauan literatur sistematis.

Latar Belakang dan Motivasi

Industri 4.0 telah memicu diskusi luas di kalangan akademisi dan praktisi, memengaruhi pasar kompetitif global. Namun, perhatian terhadap peran manusia dalam lingkungan teknologi baru ini telah memunculkan konsep Industri 5.0. Industri 5.0 menekankan kolaborasi antara manusia dan robot, personalisasi produk massal, dan fokus pada masyarakat yang cerdas (Society 5.0). Artikel ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan tentang bagaimana Industri 5.0 akan memengaruhi rantai pasok.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi konstruk yang membentuk konsep Industri 5.0 (RQ1).
  2. Menyelaraskan konstruk Industri 5.0 dengan konteks rantai pasok (RQ2).
  3. Merumuskan pertanyaan penelitian utama terkait Supply Chain 5.0 untuk mendorong penelitian lebih lanjut (RQ3).

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR). Prosesnya meliputi:

  1. Perencanaan: Menentukan kata kunci pencarian ("Industry 5.0", "Supply Chain", "Society 5.0", "Industry 4.0"), database (Web of Science dan Scopus), dan periode waktu (2015-2021).
  2. Pelaksanaan: Mengidentifikasi 330 artikel, menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi, serta menganalisis data.
  3. Pelaporan: Menyajikan hasil secara terstruktur berdasarkan analisis sampel artikel yang relevan.

Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:

  • Industri 4.0: Revolusi industri yang didorong oleh digitalisasi dan teknologi otomatisasi.
  • Industri 5.0: Evolusi dari Industri 4.0 yang menekankan kolaborasi manusia-robot, personalisasi, dan keberlanjutan.
  • Supply Chain 4.0: Penerapan teknologi Industri 4.0 dalam manajemen rantai pasok.
  • Supply Chain 5.0: Konsep baru yang mencakup kolaborasi manusia-robot, personalisasi massal, dan Society 5.0 dalam konteks rantai pasok.
  • Society 5.0: Visi masyarakat yang sangat cerdas yang didukung oleh teknologi Industri 4.0 dan 5.0.

Hasil dan Diskusi

Identifikasi Konstruk Industri 5.0 (RQ1)

Analisis literatur menghasilkan empat konstruk utama Industri 5.0:

  1. Strategi Industri: Fokus pada visi dan tujuan strategis Industri 5.0.
  2. Inovasi dan Teknologi: Teknologi yang mendasari Industri 5.0, seperti AI, IoT, dan robotika kolaboratif.
  3. Masyarakat dan Keberlanjutan: Dampak sosial dan lingkungan dari Industri 5.0.
  4. Isu Transisi: Tantangan dan peluang dalam transisi dari Industri 4.0 ke Industri 5.0.

Penyelarasan Konstruk dengan Rantai Pasok (RQ2)

Konstruk Industri 5.0 diselaraskan dengan konteks rantai pasok, membentuk dasar untuk kerangka kerja Supply Chain 5.0. Ini mencakup:

  • Kolaborasi Manusia-Robot (Cobot): Mengintegrasikan robotika dengan keterampilan manusia untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi.
  • Personalisasi Massal: Memenuhi kebutuhan pelanggan individu melalui produksi yang fleksibel dan adaptif.
  • Society 5.0: Menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan, inklusif, dan berpusat pada manusia.

Agenda Penelitian Supply Chain 5.0 (RQ3)

Artikel ini mengusulkan agenda penelitian untuk Supply Chain 5.0, termasuk:

  • Bagaimana teknologi Industri 5.0 dapat meningkatkan kolaborasi antara manusia dan robot dalam rantai pasok?
  • Bagaimana rantai pasok dapat mengadopsi model personalisasi massal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan individu?
  • Bagaimana rantai pasok dapat berkontribusi pada tujuan keberlanjutan dan sosial Society 5.0?

Studi Kasus dan Angka

Artikel ini, yang didasarkan pada tinjauan literatur, tidak menyajikan studi kasus atau angka spesifik. Namun, artikel ini merujuk pada penelitian yang menunjukkan potensi Industri 5.0 untuk meningkatkan efisiensi, personalisasi, dan keberlanjutan dalam rantai pasok.

Kesimpulan

Artikel ini menyimpulkan bahwa Supply Chain 5.0 merupakan evolusi dari Supply Chain 4.0 yang menekankan kolaborasi manusia-robot, personalisasi massal, dan fokus pada masyarakat yang cerdas (Society 5.0). Artikel ini mengidentifikasi empat konstruk utama Industri 5.0 dan mengusulkan agenda penelitian untuk Supply Chain 5.0.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Organisasi perlu memahami dan merangkul konsep Industri 5.0 dan Supply Chain 5.0.
  • Organisasi perlu berinvestasi dalam teknologi dan keterampilan yang mendukung kolaborasi manusia-robot, personalisasi massal, dan keberlanjutan.
  • Organisasi perlu berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain untuk menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan, inklusif, dan berpusat pada manusia.

Penelitian Masa Depan

Artikel ini menyarankan beberapa area untuk penelitian masa depan, termasuk:

  • Studi empiris untuk menguji kerangka kerja Supply Chain 5.0.
  • Penelitian tentang dampak Supply Chain 5.0 pada kinerja rantai pasok.
  • Penelitian tentang peran pemerintah dalam mempromosikan adopsi Supply Chain 5.0.

Sumber Artikel: Frederico, G.F. From Supply Chain 4.0 to Supply Chain 5.0: Findings from a Systematic Literature Review and Research Directions. Logistics 2021, 5, 49.

Selengkapnya
Evolusi dari Supply Chain 4.0 ke Supply Chain 5.0: Tinjauan Sistematis dan Arah Penelitian Masa Depan

Pertanian

Peran Sektor Peternakan bagi Ekonomi Indonesia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Kontribusi sektor peternakan pada Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan publikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) dilihat dari PDB triwulan atas dasar harga konstan tahun 2021-2022 yaitu berkontribusi sebesar Rp 167,63 triliun dan pada triwulan ke-1 2022 berkontribusi 46,06 triliun. Dari data tersebut bisa terlihat, pada kuartal I 2022 peternakan memberikan kontribusi 6,92% (year on year/yoy).

Masih dari sumber yang sama, tercatat bahwa Jawa Barat menduduki peringkat pertama sebagai perusahaan ternak besar dan kecil di Indonesia. Pada 2022 terdapat 22 perusahaan, meningkat 1 unit dibandingkan tahun 2021.

Apa itu Peternakan?

Menurut Wikipedia, peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.

Secara umum, pasti kamu sudah tahu peran peternakan. Ya, yang paling banyak orang tahu yaitu memenuhi kebutuhan pangan khususnya protein hewani dan juga sumber pendapatan atau peluang kerja. Akan tetapi, masih ada peran lain dari peternakan seperti memenuhi usaha pertanian yang berkelanjutan dan perbaikan lingkungan hidup serta menghindari masyarakat dari kemiskinan.

Pada kenyataanya, peran untuk memenuhi kebutuhan pangan dari segi angka konsumsi daging di Indonesia masih rendah. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata konsumsi daging sapi/kerbau di Indonesia sebesar 0,009 kilogram (kg) per kapita per minggu selama periode 2017-2021.

Jenis-Jenis Peternakan

Proporsi Peternakan Unggas

Jenis-jenis ternak di Indonesia terbagi kedalam beberapa kategori, di antaranya:

  1. Ternak Besar

Yang tergolong dalam kategori ternak besar di antaranya sapi potong, sapi perah, kerbau, dan kuda. Menurut laporan Badan Pusat Statistik “Peternakan dalam Angka 2022” berikut angka terkait populasi ternak besar di Indonesia:

  • Populasi sapi potong di Indonesia dari tahun 2015 hingga 2021 menunjukkan grafik yang cenderung stagnan. Pada tahun 2015 populasi sapi potong di Indonesia sebesar 15,42 juta ekor dan terus bertumbuh secara positif hingga mencapai 17,44 juta ekor pada tahun 2020, dan pada tahun 2021 mencapai 18,05 juta ekor
  • Populasi sapi perah tertinggi terdapat di Jawa Timur sekitar 301,78 ribu ekor, diikuti oleh Jawa Tengah sebanyak 142,12 ribu ekor, dan Jawa Barat sebanyak 119,92 ribu ekor pada tahun 2021. Sedangkan Bali, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat adalah provinsi-provinsi yang tidak ada populasi sapi perah pada tahun 2021.
  • Secara umum populasi kerbau antara tahun 2015 sampai dengan tahun 2021 mengalami turun naik untuk jumlah populasinya yaitu 1,34 juta di tahun 2015 kemudian menurun tiap tahunnya sampai dengan tahun 2018 yaitu berjumlah 894 ribu ekor. Kemudian pada tahun 2019 mulai ada kenaikan hingga sekarang yaitu menjadi sebanyak 1,19 juta ekor pada tahun 2021. Dominasi populasi ternak kerbau terdapat di Sumatera yaitu sebesar 37,96 persen, dan Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 25,96 persen.
  • Populasi kuda di Indonesia pada tahun 2015 tercatat 0,43 juta ekor dan terus mengalami pertumbuhan negatif hingga mencapai hanya 0,37 juta ekor di tahun 2019 dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar minus 1,08 persen sampai dengan tahun 2021.
  1. Ternak Kecil

Yang tergolong dalam ternak kecil antara lain kambing, domba, dan babi. Untuk kambing dibedakan dalam 3 jenis antara lain kambing lokal, kambing asli, dan kambing import. Masih dari hasil riset Badan Pusat Statistik, berikut ini angka populasi untuk ternak kecil di Indonesia.

  • Populasi kambing di Indonesia pada tahun 2015 tercatat 19,01 juta ekor dan bergerak perlahan hingga mencapai 19,23 juta ekor pada tahun 2021. Secara regional, populasi kambing tertinggi berada di Pulau Jawa. Populasi kambing secara rata-rata juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,23 persen per tahun.
  • Pertumbuhan populasi babi tahun 2021 sudah mulai ada kenaikan pertumbuhannya yaitu sekitar 0,58 persen per tahunnya
  • Populasi domba yang setiap tahun mengalami pertumbuhan yang positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,97 persen per tahun.
  1. Ternak Unggas

Ayam dan itik termasuk dalam kategori ternak unggas. Termasuk segala jenis ayam misalkan ayam petelur, ayam buras, dan pedaging. Pun begitu dengan itik misalkan itik manila.

  • Populasi ayam ras pedaging mengalami kenaikan pada tahun 2021 yang tidak terjadi pada tahun sebelumnya yang mengalami penurunan pada tahun 2020 mencapai 7,9 persen dari tahun 2019 dari semula 3,17 miliar ekor menjadi 2,92 miliar ekor
  • Populasi ayam ras petelur di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 368,19 juta ekor. Populasi terbesar berada di Pulau Jawa sebesar 232,88 juta ekor
  • Populasi itik manila di Indonesia tahun 2021 tercatat 8,34 juta ekor. Secara regional/ pulau, populasi itik manila terbesar di Pulau Jawa.
  1. Aneka Ternak

Yang termasuk dalam aneka ternak di antaranya kelinci dan burung puyuh.

  • Populasi kelinci di Indonesia tahun 2021 tercatat sekitar 1,20 juta ekor. Secara regional/pulau, populasi kelinci terbesar berada di Pulau Jawa. Bila dijabarkan menurut Provinsi populasi kelinci terbesar menurut provinsi yaitu Jawa Timur sebanyak 353,50 ribu ekor disusul oleh Jawa Tengah sebanyak 320,62 ribu ekor
  • Populasi burung puyuh di Indonesia tahun 2021 tercatat 15,23 juta ekor. Provinsi dengan populasi burung puyuh terbesar adalah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 4,59 juta ekor disusul oleh Jawa Timur sebanyak 4,29 juta ekor.

Ciri-Ciri Usaha Peternakan Indonesia

Jenis-jenis ternak bisa juga dikatakan sebagai ciri-ciri usaha peternakan dilihat dari populasinya. Ada lagi, ciri-ciri peternakan berdasarkan cara yang terjadi dari masa ke masa.

  1. Peternakan Tradisional

Peternakan tradisional adalah sistem pemeliharaan ternak yang telah digunakan selama berabad-abad. Cara ini ditandai dengan penggunaan metode berteknologi rendah dan fokus pada peternakan berkelanjutan. Sistem peternakan tradisional sering dijumpai di negara-negara berkembang, di mana mereka menjadi sumber makanan dan pendapatan penting bagi masyarakat pedesaan.

Adapun ciri-cirinya antara lain:

  • Jumlah ternak sedikit
  • Tenaga umum berasal dari keluarganya sendiri
  • Kurang menyerap teknologi
  • Pendapatan atau keuntungan masih rendah
  1. Peternakan Backyard

Salah satu bentuk peternakan yang dilakukan dalam skala kecil. Cara ini sering dilakukan oleh individu atau keluarga yang memelihara ternak untuk digunakan sendiri. Peternakan di halaman belakang atau backyard bisa menjadi cara yang berkelanjutan untuk menghasilkan makanan, tetapi penting untuk mempertimbangkan dengan hati-hati kebutuhan hewan dan dampaknya terhadap lingkungan.

Adapun ciri-ciri dari usaha peternakan backyard antara lain:

  • Jumlah ternak sedikit karena terbatas lahan
  • Penggunaan teknologi skala menengah
  • Biasanya digunakan oleh usaha ternak ayam, ras atau sapi perah
  1. Peternakan Modern

Bentuk peternakan yang dilakukan dalam skala besar. Ditandai dengan penggunaan metode teknologi tinggi dan fokus pada efisiensi. Sistem pertanian modern sering dijumpai di negara-negara maju, di mana mereka menjadi sumber makanan penting bagi sejumlah besar orang.

Peternakan Indonesia Berkembang Cepat

2018 lalu, Presiden Joko Widodo dalam acara “Indo Livestock” Pameran Peternakan yang diadakan di Jakarta menjelaskan bahwa komoditas peternakan Indonesia sudah banyak diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Vietnam, dan Malaysia. Selain itu, di bidang industri peternakan, ayam kampung sudah dapat menghasilkan sampai 100 ribu day old chicken (DOC). 

Di bidang teknologi peternakan, inseminasi buatan dan transfer embrio di Indonesia sudah diakui oleh negara lain. Teknologi inseminasi buatan dan transfer embrio tersebut dapat meningkatkan rata-rata populasi ternak Indonesia sebesar 8 persen. 

Terkait penyakit, peternakan di Indonesia belum sepenuhnya bebas dari penyakit misalkan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), hal ini bisa disiasati dengan memasifkan pelaksanaan vaksinasi, dan juga pendataan ternak.

Sumber: https://www.pasarmikro.id/

Selengkapnya
Peran Sektor Peternakan bagi Ekonomi Indonesia
« First Previous page 625 of 1.108 Next Last »