Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Februari 2025
Kopi (bahasa Belanda: koffie, Inggris: coffee) atau kahwa adalah tanaman hasil pertanian yang dijadikan minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara. Dua spesies pohon kopi yang dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi Arabika (Coffea arabica).
Proses kopi sebelum dapat diminum melalui proses panjang, yaitu dari pemanenan biji tanaman kopi yang telah matang, baik dengan cara mesin maupun dengan tangan, kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan sebelum menjadi kopi gelondong. Proses selanjutnya, yaitu penyangraian dengan tingkat derajat yang bervariasi. Setelah penyangraian, biji kopi digiling atau dihaluskan menjadi bubuk kopi sebelum kopi dapat diminum.
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh bangsa Etiopia di Benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).
Etimologi
Kata kopi berawal dari bahasa Arab: قهوة qahwah yang pada masa itu digunakan untuk menyebut minuman anggur, sedangkan kata bunn pada masa itu digunakan untuk menyebut kacang-kacangan. Maka disebutlah qahwah al-bunn yang berarti minuman mirip anggur yang berasal dari biji-bijian seperti kacang. Kemudian kata qahwah lebih digunakan untuk menyebut minuman kopi ini daripada untuk menyebut minuman anggur, sedangkan kata bunn akhirnya lebih digunakan untuk menyebut biji kopi daripada untuk menyebut kacang-kacangan. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh di bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.
Sejarah
Era penemuan biji kopi dimulai sekitar tahun 800 SM. Namun, ada juga pendapat lain yang mengatakan biji kopi mulai ditemukan pada tahun 850 M. Pada saat itu, banyak orang di Benua Afrika, terutama bangsa Etiopia, mengonsumsi biji kopi yang dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh. Penemuan kopi terjadi secara tidak sengaja, yakni ketika penggembala bernama Khalid—seorang Abyssinia—mengamati kawanan kambing gembalaannya yang tetap terjaga bahkan setelah matahari terbenam, setelah memakan sejenis buah beri. Ia pun mencoba memasak dan memakannya. Kebiasaan ini kemudian terus berkembang dan menyebar ke berbagai negara di Afrika. Namun, metode penyajiannya masih menggunakan metode konvensional. Barulah beberapa ratus tahun kemudian, biji kopi ini dibawa melewati Laut Merah dan tiba di Arab dengan metode penyajian yang lebih maju.
Bangsa Arab yang memiliki peradaban yang lebih maju daripada bangsa Afrika saat itu, tidak hanya memasak biji kopi, tetapi juga direbus untuk diambil sarinya. Pada abad ke-13, umat Islam banyak mengonsumsi kopi sebagai minuman penambah energi saat beribadah di malam hari. Kepopuleran kopi pun turut meningkat seiring dengan penyebaran agama Islam pada saat itu hingga mencapai daerah Afrika Utara, Mediterania, dan India.
Pada masa ini, belum ada budidaya tanaman kopi di luar daerah Arab karena bangsa Arab selalu mengekspor biji kopi yang infertil (tidak subur) dengan cara memasak dan mengeringkannya terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan budidaya tanaman kopi tidak memungkinkan. Barulah pada tahun 1600-an, seorang peziarah India bernama Baba Budan berhasil membawa biji kopi fertil keluar dari Mekah dan menumbuhkannya di berbagai daerah di luar Arab.
Biji kopi dibawa masuk pertama kali ke Eropa secara resmi pada tahun 1615 oleh seorang saudagar Venesia. Ia mendapatkan pasokan biji kopi dari orang Turki, namun jumlah ini tidaklah mencukupi kebutuhan pasar. Oleh kerena itu, bangsa Eropa mulai membudidayakannya. Bangsa Belanda adalah salah satu negara Eropa pertama yang berhasil membudidayakannya pada tahun 1616. Kemudian pada tahun 1690, biji kopi dibawa ke Pulau Jawa untuk dikultivasi secara besar-besaran. Pada saat itu, Indonesia masih merupakan negara jajahan Kolonial Belanda.
Pada sekitar tahun 1714-an, Raja Prancis Louis XIV menerima sumbangan pohon kopi dari bangsa Belanda sebagai pelengkap koleksinya di Kebun Botani Royal Paris, Jardin des Plantes. Pada saat yang sama, serorang angkatan laut bernama Gabriel Mathieu di Clieu ingin membawa sebagian dari pohon tersebut untuk dibawa ke Martinique. Akan tetapi, hal tersebut ditolak oleh Louis XIV dan sebagai balasannya, ia memimpin sejumlah pasukan untuk menyelinap masuk ke dalam Jardin des Plantes untuk mencuri tanaman kopi.
Keberhasilan Gabriel Mathieu di Clieu membawa tanaman kopi ke Martinik merupakan suatu pencapaian yang sangat besar. Hal ini disebabkan budidaya tanaman kopi di sana cukup baik. Hanya dalam kurun waktu 50 tahun, telah terdapat kurang lebih 18 juta pohon kopi dengan varietas yang beragam. Progeni inilah yang menjadi salah satu sumber dari kekayaan jenis kopi di dunia.
Pada tahun 1727, pemerintah Brasil berinisiatif untuk menurunkan harga pasaran kopi di daerahnya, karena pada saat itu kopi masih dijual dengan harga tinggi dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan elite. Oleh karena itu, pemerintah Brasil mengirimkan agen khusus, Letnan Kolonel Francisco de Melo Palheta, untuk menyelinap masuk ke Prancis dan membawa pulang beberapa bibit kopi. Perkebunan kopi di Prancis memiliki penjagaan yang sangat ketat sehingga hal tersebut tidak memungkinkan. Palheta pun mencari jalan lain dengan cara mendekati istri gubernur. Sebagai hasil kerja kerasnya, ia membawa pulang sebuah buket berisi banyak biji kopi yang diberikan oleh istri gubernur seusai jamuan makan malam. Dari pucuk-pucuk inilah bangsa Brasil berhasil membudidayakan kopi dalam skala yang sangat besar sehingga bisa dikonsumsi oleh semua orang.
Garis waktu
Sejarah penemuan kopi telah dimulai ribuan tahun lalu. Berikut sejarahnya secara singkat:
Biji Kopi
Dari sekian banyak jenis biji kopi yang dijual di pasaran, hanya terdapat 2 jenis spesies utama, yaitu Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Robusta (Coffea robusta). Masing-masing jenis kopi ini memiliki keunikan beserta pasarnya masing-masing.
Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Sebagian besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji kopi jenis ini. Kopi ini berasal dari Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dan Indonesia. Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600–2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26oC. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.
Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafeina dalam kadar yang jauh lebih banyak 1,62-1,76%(w/w). Selain itu, cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas daripada kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu. Kopi robusta dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Selain itu, kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini menjadikan kopi robusta lebih murah. Kopi robusta banyak ditumbuhkan di Afrika Barat, Afrika Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan.
Jenis kopi yang lain merupakan turunan atau subvarietas dari kopi arabika dan robusta. Biasanya disetiap daerah penghasil kopi memiliki keunikannya masing-masing dan menjadikannya sebagai suatu subvarietas. Salah satu jenis kopi lain yang terkenal adalah kopi luwak asli Indonesia.
Kopi luak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia. Proses terbentuknya dan rasanya yang unik menjadi alasan utama tingginya harga jual kopi jenis ini. Pada dasarnya, kopi ini merupakan kopi jenis arabika. Biji kopi ini kemudian dimakan oleh luwak atau sejenis musang. Akan tetapi, tidak semua bagian biji kopi ini dapat dicerna oleh hewan ini. Bagian dalam biji ini kemudian akan keluar bersama kotorannya. Karena telah bertahan lama di dalam saluran pencernaan luak, biji kopi ini telah mengalami fermentasi singkat oleh bakteri alami di dalam perutnya yang memberikan cita rasa tambahan yang unik.
Klasifikasi biji kopi dan grade kopi
Terkait penanganan kopi, salah satunya adalah menentukan grade coffee dan mengklasifikasikan green beans agar kopi tergolong pada kualitas yang baik. Tujuan dari grade coffee dan pengklasifikasian green beans juga mengacu agar terciptanya kriteria kualitas kopi yang menyeluruh dan pastinya memudahkan untuk menetapkan harga secara adil. Namun, perlu diketahui bahwa sistematis penilaian grade coffee dan cara mengklasifikasikan green beans memiliki perbedaan di tiap negara, tidak akan sama secara universal mengingat tiap negara memiliki kultural yang berbeda. Kultur sangat mempengaruhi perkembangan kopi di masing-masing negara, pengolahan biji kopi tiap daerah pastinya berkembang dari kultur sekitaran kebun kopi. Sebabnya, tiap negara produsen kopi mengembangkan klasifikasi green beans dan grafik grade coffee sendiri, yang bahkan seringkali juga digunakan untuk menjadi penetapan standar minimum ekspor.
Klasifikasi memiliki beberapa indikator yang menjadi pertimbangan, misalkan pengklasifikasian green beans berdasarkan ukuran biji kopi, mengacu pada pertimbangan faktor tingkat ketinggian di atas permukaan laut dari tanaman kopi tersebut. Ketinggian tanam memberikan tekstur biji yang padat dan biji kopi cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan kopi yang ditanam di ketinggian tanam yang rendah. Kondisi biji kopi ini nantinya akan mempengaruhi masa pemanggangan, dan umumnya kopi yang ditanam di ketinggian tanam yang optimal akan berkembang secara lambat namun umumnya memiliki profil rasa yang terbaik. Dengan demikian ada hubungan yang saling terkait di antara ukuran biji kopi, densitas, dan kualitas rasa.
Penentuan grade dan sistematisasi klasifikasi green bean dilihat dari beberapa hal, atau keseleruhan bisa juga sebagian hal, tergantung prosedur standar yang diterapkan di masing negara.
Dari beberapa hal pertimbangan tersebut, tidak semuanya yang digunakan, tergantung proses tiap negara. Bahkan beberapa sistem penilaian grade dan klasifikasi green bean ada yang berkembang untuk memenuhi persyaratan kualitas pembeli green bean. Jika ditemukan bahwa kecacatan green bean mempengaruhi tingkat risiko kontaminasi, maka sistem penilaian akan akan menyelaraskan kecacatan tersebut.
Metode tiap negara berbeda dalam menentukan grade dan klasifikasi green bean. dikutip dari International Coffee Organization, sebagai contoh green beans robusta dari Indonesia memiiki metode khusus dalam penentuan gradenya.
Klasifikasi dari kecacatan green bean
Indonesia memiliki biji kopi dengan grade 4 dengan total defect 60, selain cupping dikutip dari supremo.be Indonesia menerapkan 4 standar pada pengklasifikasian green bean, berdasarkan defect, wilayah, ukuran biji kopi dan pengolahan biji kopi. Penentuan grade dan klasifikasi biasanya diterapkan untuk menghitung green bean dalam jumlah pembelian yang banyak. Dan tiap negara tidak bisa mengeneralkan metode terapan masing-masing, ataupun memaksakan terapan standarisasinya ke lain negara.
Jenis-jenis minuman kopi
Minuman kopi yang ada saat ini sangatlah beragam jenisnya. Masing-masing jenis kopi yang ada memiliki proses penyajian dan pengolahan yang unik. Berikut ini adalah beberapa contoh minuman kopi yang umum dijumpai:
Pembuatan Minuman Kopi
Kopi yang dapat diminum akan menjalani serangkaian proses pengolahan yang panjang dari biji kopi untuk menjadi minuman kopi. Berbagai metode pengolahan biji kopi telah dicoba untuk menghasilkan minuman kopi terbaik. Dalam hal ini, proses penanaman juga turut berperan dalam menciptakan cita rasa kopi yang baik.
Tanaman kopi selalu berdaun hijau sepanjang tahun dan berbunga putih. Bunga ini kemudian akan menghasilkan buah yang mirip dengan ceri terbungkus dengan cangkang yang keras. Hasil dari pembuahan di bunga inilah yang disebut dengan biji kopi. Pemanenan biji kopi biasanya dilakukan secara manual dengan tangan. Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah dipanen ini akan dipisahkan cangkangnya. Terdapat dua metode yang umum dipakai, yaitu dengan pengeringan dan penggilingan dengan mesin. Pada kondisi daerah yang kering biasanya digunakan metode pengeringan langsung di bawah sinar matahari. Setelah kering maka cangkang biji kopi akan lebih mudah untuk dipisahkan. Di Indonesia, biji kopi dikeringkan hingga kadar air tersisa hanya 30-35% Metode lainnya adalah dengan menggunkan mesin. Sebelum digiling, biji kopi biasanya dicuci terlebih dahulu. Saat digiling dalam mesin, biji kopi juga mengalami fermentasi singkat. Metode penggilingan ini cenderung memberikan hasil yang lebih baik daripada metode pengeringan langsung.
Setelah dipisahkan dari cangkangnya, biji kopi telah siap untuk masuk ke dalam proses pemanggangan. Proses ini secara langsung dapat meningatkan cita rasa dan warna dari biji kopi. Secara fisik, perubahan biji kopi terlihat dari pengeringan biji dan penurunan bobot secara keseluruhan. Pori-pori di sekeliling permukaan biji pun akan terlihat lebih jelas. Warna cokelat dari biji kopi juga akan terlihat memekat.
Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah kering digiling untuk memperbesar luas permukaan biji kopi. Dengan bertambah luasnya permukaan, maka ekstraksi akan menjadi lebih efisien dan cepat. Penggilingan yang baik akan menghasilkan rasa, aroma, dan penampilan yang baik. Hasil penggilingan ini harus segera dimasukkan dalam wadah kedap udara agar tidak terjadi perubahan cita rasa kopi.
Perebusan merupakan langkah akhir dari pengolahan biji kopi hingga siap dikonsumsi. Untuk menciptakan minuman kopi yang bercita rasa tinggi, perebusan biji kopi harus dilakukan dengan baik dan sempurna. Terdapat banyak variabel dalam perebusan biji kopi, antara lain komposisi biji kopi dan air, ukuran partikel, suhu air yang dipakai, metode, dan waktu perebusan. Kesalahan kecil dalam perebusan kopi dapat menyebabkan penurunan cita rasa. Sebagai contoh, perebusan yang terlalu lama biasanya akan menimbulkan rasa kopi yang terlalu pahit. Oleh karena itu, bukanlah hal yang mudah untuk menyajikan kopi yang baik.
Dekafeinasi atau penghilangan kafeina termasuk ke dalam metode tambahan dari keseluruhan proses pengolahan kopi. Dekafeinasi banyak digunakan untuk mengurangi kadar kafeina di dalam kopi agar rasanya tidak terlalu pahit. Selain itu, dekafeinasi juga digunakan untuk menekan efek samping dari aktivitas kafeina di dalam tubuh. Kopi terdekafeinasi sering dikonsumsi oleh pecandu kopi agar tidak terjadi akumulasi kafeina yang berlebihan di dalam tubuh. Proses dekafeinasi dapat dilakukan dengan melarutkan kafeina dalam senyawa metilen klorida dan etil asetat.
Penjualan dan distribusi
Konsumsi kopi rata-rata adalah sekitar sepertiga dari air keran di Amerika Utara dan Eropa. Di seluruh dunia, 6,7 juta metrik ton kopi diproduksi setiap tahun pada tahun 1998-2000, dan prediksinya adalah kenaikan menjadi tujuh juta metrik ton per tahun pada tahun 2010.
Brasil tetap menjadi negara pengekspor kopi yang terbesar, namun Vietnam meningkatkan tiga kali lipat ekspornya antara tahun 1995 dan 1999 dan menjadi produsen utama biji robusta. Indonesia adalah pengekspor kopi ketiga terbesar secara keseluruhan dan produsen terbesar kopi arabika yang telah dicuci. Kopi Honduras organik adalah komoditas yang berkembang pesat karena iklim dan tanah Honduras yang subur.
Pada tahun 2013, The Seattle Times melaporkan bahwa harga kopi global turun lebih dari 50 persen dari tahun ke tahun. Di Thailand, biji kopi gading hitam diberikan ke gajah untuk dimakan yang enzim pencernaannya mengurangi rasa pahit dari biji yang dikumpulkan dari kotoran. Biji-biji kopi ini dijual sampai $1100 per kilogram, menjadi kopi termahal di dunia sekitar tiga kali lebih mahal dari biji yang dipanen dari kotoran musang kelapa Asia.
Di Indonesia, menurut Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) pada 2014 kebutuhan kopi di Indonesia diperkirakan mencapai 260.000 kilogram. Naik menjadi 280.000 kilogram pada 2015, dan pada tahun 2016 diperkirakan kebutuhan kopi dalam negeri mencapai 300.000 kilogram. Begitu pula konsumsi kopi per kapita. Pada 2014 angkanya adalah 1,03 kilogram per kapita per tahun, kemudian naik menjadi 1,09 kilogram pada 2015. Menurut lembaga riset pasar Euromonitor, kedai kopi specialty dan kafe waralaba di Indonesia bertumbuh cepat sejak lima tahun terakhir. Kini jumlahnya di Indonesia sekitar 1.083 kedai. Sebagian besar ada di Jakarta. Lebih lanjut menurut Euromonitor, pertumbuhan penjualan kopi untuk konsumsi pribadi mencapai pertumbuhan 7 persen setahun. Nilai perdagangannya diperkirakan bisa mencapai Rp11,9 triliun pada 2020.
Kopi dibeli dan dijual sebagai biji kopi hijau oleh roaster, investor, dan spekulan harga sebagai komoditas yang diperdagangkan di pasar komoditas dan exchange-traded fund. Kopi berjangka kontrak untuk arabika yang dicuci Kelas 3 yang diperdagangkan di New York Mercantile Exchange di bawah simbol ticker KC, dengan pengiriman kontrak terjadi setiap tahun pada bulan Maret, Mei, Juli, September, dan Desember. Kopi adalah contoh dari produk yang rentan terhadap variasi harga komoditas berjangka yang signifikan. Kelas kopi arabika yang lebih tinggi dan lebih rendah dijual melalui jalur lain. Kontrak berjangka kopi robusta diperdagangkan di London International Financial Futures and Options Exchange dan, sejak tahun 2007, di New York Intercontinental Exchange.
Sejak tahun 1970-an, kopi telah salah digambarkan oleh banyak orang, termasuk sejarawan Mark Pendergrast, sebagai "komoditas kedua yang paling diperdagangkan secara legal" di dunia. Sebaliknya, "kopi adalah komoditas kedua yang paling berharga yang diekspor oleh negara-negara berkembang," dari tahun 1970 sampai sekitar tahun 2000. Fakta ini berasal dari Buku Tahunan Komoditas dari Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan yang menunjukkan ekspor komoditas "Dunia Ketiga" menurut nilai pada periode 1970-1998 sebagai minyak mentah di tempat pertama, kopi di kedua, diikuti oleh gula, kapas, dan lain-lain. Kopi tetap menjadi komoditas ekspor penting bagi negara-negara berkembang, tetapi angka yang lebih baru tidak tersedia karena pergeseran dan alam yang dipolitisasi dari kategori "negara berkembang".
Hari Kopi Internasional, yang diklaim berasal di Jepang pada tahun 1983 dengan sebuah acara yang diselenggarakan oleh All Japan Coffee Association, berlangsung pada tanggal 29 September di beberapa negara.
Kafeina
Kopi terkenal akan kandungan kafeinanya yang tinggi. Kafeina sendiri merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit. Berbagai efek kesehatan dari kopi pada umumnya terkait dengan aktivitas kafeina di dalam tubuh. Peranan utama kafeina ini di dalam tubuh adalah meningkatkan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Efeknya ini biasanya baru akan terlihat beberapa jam kemudian setelah mengonsumsi kopi. Kafeina tidak hanya dapat ditemukan pada tanaman kopi, tetapi juga terdapat pada daun teh dan biji cokelat.
Batas aman konsumsi kafeina yang masuk ke dalam tubuh perharinya adalah 100–150 mg. Dengan jumlah ini, tubuh sudah mengalami peningkatan aktivitas yang cukup untuk membuatnya tetap terjaga.
Selama proses pembutan kopi, banyak kafeina yang hilang karena rusak ataupun larut dalam air perebusan. Di samping itu, pada beberapa kasus pengurangan kadar kafeina justru dilakukan untuk disesuaikan dengan tingkat kesukaan konsumen terhadap rasa pahit dari kopi. Metode yang umum dipakai untuk hal ini adalah Swiss Water Process. Prinsip kerjanya adalah dengan menggunakan uap air panas dan uap untuk mengekstraksi kafeina dari dalam biji kopi. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada era ini juga telah memungkinkan implementasi bioteknologi dalam proses pengurangan kadar kafeina. Cara ini dilakukan dengan menggunakan senyawa theophylline yang dilekatkan pada bakteri untuk menghancurkan struktur kafeina.
Peranan dalam Tubuh
Kandungan kafeina dalam kopi memiliki efek yang beragam pada setiap manusia. Beberapa orang akan mengalami efeknya secara langsung, sedangkan orang lain tidak merasakannya sama sekali. Hal ini terkait dengan sifat genetika yang dimiliki masing-masing individu terkait dengan kemampuan metabolisme tubuh dalam mencerna kafeina. Metabolisme kafeina terjadi dengan bantuan enzim sitokrom P450 1A2 (CYP1A2). Terdapat 2 tipe enzim, yaitu CYP1A2-1 dan CYP1A2-2. Orang yang memiliki enzim CYP1A2-1 mampu memetabolisme kafeina dengan cepat dan efisien sehingga efek dari kafeina dapat dirasakan secara nyata. Enzim CYP1A2-2 memiliki laju metabolisme kafeina yang lambat sehingga kebanyakan orang dengan tipe ini tidak merasakan efek kesehatan dari kafeina dan bahkan cenderung menimbulkan efek yang negatif.
Banyak isu yang berkembang mengenai efek negatif meminum kopi bagi tubuh, seperti meningkatnya risiko terkena kanker, diabetes melitus tipe 2, insomnia, penyakit jantung, dan kehilangan konsentrasi. Beberapa penelitian justru menyingkapkan hal sebaliknya. Kandungan kafeina yang terdapat di dalam kopi ternyata mampu menekan pertumbuhan sel kanker secara bertahap. Selain itu, kafeina mampu menurunkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2 dengan cara menjaga sensitivitas tubuh terhadap insulin. Kafeina dalam kopi juga telah terbukti mampu mencegah penyakit serangan jantung. Pada beberapa kasus, konsumsi kopi juga dapat membuat tubuh tetap terjaga dan meningkatkan konsentrasi walau tidak signifikan. Di bidang olahraga, kopi banyak dikonsumsi oleh para atlet sebelum bertanding karena senyawa aktif di dalam kopi mampu meningkatkan metabolisme energi, terutama untuk memecahkan glikogen (gula cadangan dalam tubuh).
Selain kafeina, kopi juga mengandung senyawa antioksidan dalam jumlah yang cukup banyak. Adanya antioksidan dapat membantu tubuh dalam menangkal efek pengrusakan oleh senyawa radikal bebas, seperti kanker, diabetes, dan penurunan respon imun. Beberapa contoh senyawa antioksidan yang terdapat di dalam kopi adalah polifenol, flavonoid, proantosianidin, kumarin, asam klorogenat, dan tokoferol. Dengan perebusan, aktivitas antioksidan ini dapat ditingkatkan.
Disadur dari: https://en.wikipedia.org/
Pertambangan dan Perminyakan
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Februari 2025
Pertambangan, menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU No. 4/2009) adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada konsep pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi:
Ilmu Pertambangan: ialah ilmu yang mempelajari secara teori dan praktik hal-hal yang berkaitan dengan industri pertambangan berdasarkan prinsip praktik pertambangan yang baik dan benar (good mining practice)
Pertambangan di Indonesia
Menurut UU No. 4/2009, Usaha pertambangan dikelompokkan atas pertambangan mineral, dan pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan atas:
Pengaturan mengenai penggolongan bahan galian pada UU No. 4/2009 dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Pasal 2 ayat 2:
Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dikelompokkan ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang:
Pengusahaan pertambangan di Indonesia dilakukan melalui pemrosesan Izin Usaha Pertambangan (IUP). IUP terdiri atas dua tahap:
IUP diberikan kepada badan usaha, koperasi atau perseorangan oleh Gubernur atau Menteri sesuai dengan kewenangannya.
Pertambangan mineral di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai macam sumberdaya alam (SDA). Salah satu SDA yang dimilikinya adalah sumberdaya mineral (SDM). Komoditas pertambangan dapat berupa batubara dan mineral. Mineral adalah bahan anorganik homogen yang terbentuk secara alami dan seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya serta memiliki struktur kristal dan karakteristik yang tercermin dalam bentuk dan sifat fisiknya. Menurut badan geologi kementrian energi dan sumberdaya mineral Indonesia (ESDM), mineral yang terdapat di Indonesia dibagi menjadi 2 jenis, yaitu mineral logam dan mineral non – logam.
Mineral logam
Mineral logam adalah mineral yang mengandung unsur logam atau agregatnya. Menurut keterdapatannya di Indonesia, mineral logam dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :
Mineral non – logam
Mineral non – logam adalah kelompok komoditas mineral yang tidak termasuk mineral logam, batubara maupun mineral energi lainnya. Mineral non logam biasa disebut juga sebagai bahan galian non logam atau bahan galian industri atau bahan galian golongan C. Bahan galian non logam mudah dicari dan pengusahaannnya pun tidak membutuhkan modal yang besar, teknologi yang rumit maupun waktu yang lama untuk eskplorasi, sehingga sangat cocok digunakan untuk mendorong perekonomian rakyat.
Menurut keterdapatannya di Indonesia, mineral non – logam dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
Disadur dari: https://id.wikipedia.org/
Teknik Industri
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Februari 2025
Apa itu Teknik Industri?
Teknik industri adalah bidang yang berfokus pada pengoptimalan sistem dan proses yang kompleks untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis dan organisasi. Para insinyur industri menggunakan berbagai alat dan teknik untuk menganalisis operasi, mengidentifikasi area untuk perbaikan, dan mengimplementasikan solusi untuk meningkatkan efisiensi. Kami memainkan peran penting dalam merampingkan operasi, meminimalkan biaya, mengurangi limbah, dan meningkatkan kualitas. Secara keseluruhan, Teknik Industri bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya, meminimalkan kemacetan, dan menciptakan solusi berkelanjutan yang mendorong kesuksesan organisasi.
Struktur Kurikulum
Kurikulum kami yang komprehensif dirancang untuk memberikan dasar yang kuat kepada mahasiswa dan membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk unggul di bidang Teknik Industri. Berikut adalah ikhtisar kurikulum kami:
Tahun Pertama - Fondasi:
Pada tahun pertama, mahasiswa akan membangun dasar yang kuat dengan berfokus pada mata kuliah fundamental. Ini termasuk mata kuliah sains dasar, yang akan meletakkan dasar bagi prinsip dan konsep ilmiah. Selain itu, mata kuliah teknologi dan seni dasar akan memberikan pendidikan yang menyeluruh, meningkatkan pemikiran kritis dan keterampilan komunikasi. Mahasiswa juga akan mengeksplorasi prinsip-prinsip teknik umum, mengembangkan pemahaman yang luas tentang disiplin ilmu teknik.
Tahun Kedua - Keterampilan dasar:
Dengan membangun fondasi, tahun kedua menekankan pada perolehan keterampilan penting. Mahasiswa akan mempelajari metodologi dasar yang digunakan dalam Teknik Industri. Mahasiswa akan belajar tentang prinsip-prinsip inti, alat, dan teknik yang membentuk tulang punggung bidang ini. Melalui pengalaman langsung dan aplikasi praktis, para mahasiswa akan mengembangkan pemahaman yang kuat tentang praktik-praktik Teknik Industri.
Tahun Ketiga - Program studi:
Pada tahun ketiga, mahasiswa akan mempelajari lebih dalam tentang program studi, dengan fokus pada mata kuliah tingkat lanjut yang spesifik untuk Teknik Industri. Mata kuliah ini akan mencakup topik-topik tingkat lanjut di berbagai bidang seperti perencanaan produksi, manajemen rantai pasokan, kontrol kualitas, optimasi, dan riset operasi. Mahasiswa akan mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang seluk-beluk Teknik Industri, yang memungkinkan mereka untuk menganalisis sistem yang kompleks dan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan.
Tahun ke-4 - Akhir:
Tahun keempat dan terakhir dari program kami didedikasikan untuk puncak dari perjalanan belajar mahasiswa. Mahasiswa akan terlibat dalam proyek capstone, sebuah pengalaman puncak yang mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama program. Bekerja sama dengan penasihat fakultas, mahasiswa akan melakukan proyek desain teknik, menerapkan keahlian mereka untuk memecahkan tantangan industri dunia nyata. Pengalaman langsung ini akan memungkinkan mereka untuk menunjukkan kemampuan pemecahan masalah, kreativitas, dan keterampilan kerja tim mereka.
Kurikulum kami dirancang untuk mempersiapkan mahasiswa untuk karir yang sukses di bidang Teknik Industri. Melalui kombinasi pengetahuan teoritis, keterampilan praktis, dan aplikasi dunia nyata, lulusan kami diperlengkapi dengan baik untuk membuat dampak yang signifikan di berbagai industri.
Latar belakang jalur internasional
Dengan sejarah yang kaya sejak tahun 1971, Teknik Industri ITB (Institut Teknologi Bandung) memiliki keistimewaan sebagai institusi pendidikan teknik industri tertua dan pertama yang terakreditasi ABET di Indonesia. Selama bertahun-tahun, kami secara konsisten mempertahankan standar pendidikan yang tinggi, menghasilkan lulusan luar biasa yang telah memberikan kontribusi signifikan pada bidang Teknik Industri.
Menyadari tuntutan yang terus berkembang di pasar kerja teknik global, kami mendirikan Program Sarjana Internasional pada tahun 2022. Program ini dirancang khusus untuk memastikan bahwa lulusan kami tetap kompetitif di dunia yang semakin terhubung dan mengglobal.
Di kampus Ganesha kami yang terkenal, Program Jalur Sarjana Internasional menawarkan kualitas pendidikan yang sama baiknya dengan kelas reguler. Mahasiswa mendapatkan manfaat dari kurikulum yang ketat, staf pengajar yang ahli, dan fasilitas mutakhir yang telah menjadikan ITB sebagai institusi terkemuka di Indonesia.
ITB International Track bertujuan untuk memberikan pengalaman akademik berkualitas internasional kepada setiap mahasiswa. Karena kurikulum dirancang khusus untuk memungkinkan mahasiswa bersaing secara global di berbagai bidang, semua mahasiswa harus melakukan minimal 1 semester pertukaran pelajar dengan biaya sendiri ke berbagai universitas mitra ITB di luar negeri. Kami percaya bahwa paparan langsung terhadap budaya, perspektif, dan praktik teknik yang berbeda sangat penting bagi mahasiswa untuk mengembangkan pola pikir global. Melalui magang internasional, kolaborasi, dan pertukaran akademik, mahasiswa kami mendapatkan wawasan yang tak ternilai, memperluas wawasan mereka, dan mengembangkan kompetensi lintas budaya yang sangat dihargai dalam lanskap teknik saat ini.
Apa yang Kami tawarkan dalam program ini
Dosen dan Peneliti yang berkualitas: Program internasional kami memiliki tim dosen dan peneliti berkualifikasi tinggi yang membawa keahlian dan pengalaman industri yang luas ke dalam kelas. Dengan bimbingan mereka, mahasiswa menerima pendidikan dan bimbingan terbaik, memastikan fondasi yang kuat dalam prinsip dan praktik Teknik Industri.
Diakui secara Internasional: Program kami memiliki akreditasi bergengsi dari badan-badan yang diakui secara global seperti ABET (Badan Akreditasi untuk Rekayasa dan Teknologi) dan IABEE (Badan Akreditasi Indonesia untuk Pendidikan Teknik). Pengakuan ini memvalidasi kualitas dan standar kurikulum kami, memastikan bahwa lulusan kami dipersiapkan dengan baik untuk memenuhi persyaratan industri internasional dan unggul dalam karir mereka.
Kurikulum terpadu: Kurikulum terpadu dari program internasional kami menggabungkan pengetahuan teoritis dengan aplikasi praktis, memberikan pemahaman holistik tentang Teknik Industri kepada para mahasiswa. Melalui proyek-proyek langsung, studi kasus, dan kolaborasi industri, mahasiswa mendapatkan keterampilan dan wawasan berharga yang menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik dunia nyata.
Paparan Internasional: Salah satu keuntungan utama dari program internasional kami adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan eksposur internasional. Melalui program studi di luar negeri, magang, dan peluang pertukaran, mahasiswa memperluas wawasan mereka, membenamkan diri dalam budaya yang berbeda, dan mengembangkan perspektif global yang tak ternilai harganya di dunia yang saling terhubung saat ini.
Proses Seleksi masuk eksklusif: Program internasional kami mengikuti proses seleksi masuk eksklusif yang terpisah dari kelas reguler untuk memastikan bahwa kami menerima siswa yang paling termotivasi dan berbakat.
Fasilitas premium: Siswa yang terdaftar di program internasional kami memiliki akses ke fasilitas canggih yang meningkatkan pengalaman belajar mereka. Dari laboratorium modern hingga perangkat lunak dan peralatan canggih, kami menyediakan lingkungan yang kondusif yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi, bereksperimen, dan berinovasi dalam mengejar pengetahuan Teknik Industri.
Jalur yang dioptimalkan waktu: Program internasional kami dirancang untuk mengoptimalkan waktu mahasiswa, sehingga mereka dapat menyelesaikan studi dalam jangka waktu yang ditentukan. Dengan kurikulum yang terstruktur dengan baik dan dukungan yang berdedikasi, para mahasiswa dapat secara efisien maju melalui perjalanan akademis mereka, termasuk semester pertukaran ke luar negeri, memastikan para mahasiswa lulus sesuai jadwal sambil tetap mendapatkan pengalaman internasional yang berharga.
Prospek Karir
Lulusan Teknik Industri memiliki prospek karir yang beragam dan menjanjikan di berbagai industri, termasuk:
Fleksibilitas keterampilan Insinyur Industri memungkinkan para lulusan untuk beradaptasi dan berkembang di berbagai industri, di mana kami dapat berkontribusi pada keunggulan operasional, optimalisasi proses, dan kesuksesan bisnis secara keseluruhan.
Kemitraan Internasional
ITB memiliki lebih dari 170 universitas mitra di seluruh dunia melalui program-program berikut:
Beberapa universitas yang prospektif berdasarkan kecocokan kurikulum:
Persyaratan Akademik
Jadwal pendaftaran Program Sarjana Internasional ITB dan biaya kuliah dapat diakses melalui tautan berikut: https://admission.itb.ac.id/home/international/undergraduate
Disadur dari: https://ti.fti.itb.ac.id/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Februari 2025
Jaring makanan adalah interkoneksi alami rantai makanan dan representasi grafis dari apa-makan-apa dalam sebuah komunitas ekologi. Para ahli ekologi dapat mendefinisikan semua bentuk kehidupan secara luas sebagai autotrof atau heterotrof, berdasarkan tingkat trofik mereka, posisi yang mereka tempati dalam jaring makanan. Untuk mempertahankan tubuh mereka, tumbuh, berkembang, dan bereproduksi, makhluk autotrof menghasilkan bahan organik dari zat-zat anorganik, termasuk mineral dan gas seperti karbon dioksida. Reaksi kimia ini membutuhkan energi, yang sebagian besar berasal dari Matahari dan sebagian besar melalui fotosintesis, meskipun sebagian kecil berasal dari bioelektrogenesis di lahan basah, dan donor elektron mineral di ventilasi hidrotermal dan sumber air panas. Tingkat trofik ini tidak biner, tetapi membentuk gradien yang mencakup autotrof lengkap, yang memperoleh satu-satunya sumber karbon dari atmosfer, mixotrof (seperti tanaman karnivora), yang merupakan organisme autotrof yang sebagian memperoleh bahan organik dari sumber selain atmosfer, dan heterotrof lengkap yang harus memberi makan untuk mendapatkan bahan organik.
Keterkaitan dalam jaring makanan menggambarkan jalur makan, seperti di mana heterotrof memperoleh bahan organik dengan memakan autotrof dan heterotrof lainnya. Jaring makanan adalah ilustrasi yang disederhanakan dari berbagai metode pemberian makan yang menghubungkan ekosistem ke dalam sistem pertukaran terpadu. Ada berbagai jenis interaksi konsumen-sumber daya yang secara kasar dapat dibagi menjadi herbivora, karnivora, pemakan bangkai, dan parasitisme. Beberapa bahan organik yang dimakan oleh heterotrof, seperti gula, menyediakan energi. Autotrof dan heterotrof memiliki berbagai ukuran, mulai dari yang mikroskopis hingga berton-ton - mulai dari sianobakteri hingga kayu merah raksasa, dan dari virus dan bdellovibrio hingga paus biru.
Charles Elton memelopori konsep siklus makanan, rantai makanan, dan ukuran makanan dalam buku klasiknya tahun 1927, “Animal Ecology”; 'siklus makanan' Elton digantikan dengan 'jaring makanan' dalam teks ekologi berikutnya. Elton mengorganisasikan spesies ke dalam kelompok-kelompok fungsional, yang menjadi dasar dari karya klasik dan penting Raymond Lindeman pada tahun 1942 tentang dinamika trofik. Lindeman menekankan peran penting organisme pengurai dalam sistem klasifikasi trofik. Gagasan tentang jaring makanan memiliki pijakan historis dalam tulisan-tulisan Charles Darwin dan terminologinya, termasuk “bank yang terjerat”, “jaring kehidupan”, “jaring hubungan yang rumit”, dan mengacu pada tindakan dekomposisi cacing tanah, ia berbicara tentang “pergerakan partikel-partikel bumi yang berkelanjutan”. Bahkan sebelumnya, pada tahun 1768, John Bruckner menggambarkan alam sebagai “satu jaringan kehidupan yang berkelanjutan”.
Jaring-jaring makanan adalah representasi terbatas dari ekosistem nyata karena mereka harus mengumpulkan banyak spesies ke dalam spesies trofik, yang merupakan kelompok fungsional spesies yang memiliki predator dan mangsa yang sama dalam jaring-jaring makanan. Para ahli ekologi menggunakan penyederhanaan ini dalam model kuantitatif (atau representasi matematis) dari dinamika sistem trofik atau sistem konsumen-sumber daya. Dengan menggunakan model-model ini, mereka dapat mengukur dan menguji pola umum dalam struktur jaringan jaring-jaring makanan yang nyata. Para ahli ekologi telah mengidentifikasi sifat-sifat non-acak dalam struktur topologi jaring-jaring makanan. Contoh-contoh yang dipublikasikan yang digunakan dalam analisis meta memiliki kualitas variabel dengan penghilangan. Namun, jumlah studi empiris tentang jaring-jaring komunitas terus meningkat dan perlakuan matematis terhadap jaring-jaring makanan dengan menggunakan teori jaringan telah mengidentifikasi pola-pola yang umum terjadi pada semua. Hukum skala, misalnya, memprediksi hubungan antara topologi hubungan mangsa-pemangsa dalam jaring-jaring makanan dan tingkat kekayaan spesies.
Taksonomi jaring-jaring makanan
Tautan dalam jaring-jaring makanan memetakan hubungan makan (siapa yang makan siapa) dalam suatu komunitas ekologi. Siklus makanan adalah istilah usang yang identik dengan jaring-jaring makanan. Para ahli ekologi dapat mengelompokkan semua bentuk kehidupan ke dalam salah satu dari dua lapisan trofik, yaitu autotrof dan heterotrof. Autotrof menghasilkan lebih banyak energi biomassa, baik secara kimiawi tanpa energi matahari atau dengan menangkap energi matahari dalam fotosintesis, daripada yang mereka gunakan selama respirasi metabolisme. Heterotrof mengkonsumsi daripada memproduksi energi biomassa saat mereka bermetabolisme, tumbuh, dan menambah tingkat produksi sekunder. Jaring makanan menggambarkan kumpulan konsumen heterotrofik polifag yang membentuk jaringan dan siklus aliran energi dan nutrisi dari basis produktif autotrof yang makan sendiri.
Spesies dasar atau basal dalam jaring-jaring makanan adalah spesies yang tidak memiliki mangsa dan dapat mencakup autotrof atau detritivora saprofit (yaitu komunitas pengurai di tanah, biofilm, dan perifiton). Sambungan makanan dalam jaring disebut tautan trofik. Jumlah tautan trofik per konsumen adalah ukuran hubungan rantai makanan. Rantai makanan bersarang di dalam hubungan trofik jaring-jaring makanan. Rantai makanan adalah jalur makan linear (non siklik) yang melacak konsumen monofag dari spesies dasar hingga konsumen teratas, yang biasanya merupakan karnivora pemangsa yang lebih besar.
Rantai terhubung ke simpul-simpul dalam jaring makanan, yang merupakan kumpulan taksa biologis yang disebut spesies trofik. Spesies trofik adalah kelompok fungsional yang memiliki pemangsa dan mangsa yang sama dalam jaring makanan. Contoh umum dari simpul agregat dalam jaring makanan dapat mencakup parasit, mikroba, pengurai, saprotrof, konsumen, atau predator, yang masing-masing mengandung banyak spesies dalam jaring yang dapat dihubungkan dengan spesies trofik lainnya.
Jaring-jaring makanan memiliki tingkatan dan posisi trofik. Spesies basal, seperti tanaman, membentuk tingkat pertama dan merupakan spesies dengan sumber daya terbatas yang tidak memakan makhluk hidup lain di dalam jaring. Spesies basal dapat berupa autotrof atau detritivora, termasuk “pengurai bahan organik dan mikroorganisme terkait yang kami definisikan sebagai detritus, bahan mikro-anorganik dan mikroorganisme terkait (MIP), serta bahan tanaman vaskular.”: 94 Sebagian besar autotrof menangkap energi matahari dalam klorofil, tetapi beberapa autotrof (kemolitotrof) memperoleh energi melalui oksidasi kimiawi senyawa anorganik dan dapat tumbuh di lingkungan yang gelap, seperti bakteri belerang Thiobacillus yang hidup di mata air belerang yang panas. Tingkat teratas memiliki predator teratas (atau puncak) yang tidak dibunuh oleh spesies lain secara langsung untuk kebutuhan sumber daya makanannya. Tingkat menengah diisi oleh omnivora yang memakan lebih dari satu tingkat trofik dan menyebabkan energi mengalir melalui sejumlah jalur makanan yang dimulai dari spesies dasar.
Dalam skema yang paling sederhana, tingkat trofik pertama (level 1) adalah tumbuhan, kemudian herbivora (level 2), dan kemudian karnivora (level 3). Tingkat trofik sama dengan satu lebih banyak dari panjang rantai, yaitu jumlah mata rantai yang terhubung ke pangkal. Dasar rantai makanan (produsen primer atau detritivora) ditetapkan nol. Para ahli ekologi mengidentifikasi hubungan makan dan mengatur spesies ke dalam spesies trofik melalui analisis isi usus yang ekstensif dari spesies yang berbeda. Teknik ini telah ditingkatkan melalui penggunaan isotop stabil untuk melacak aliran energi melalui jaring dengan lebih baik. Dulu diperkirakan bahwa omnivora jarang terjadi, tetapi bukti terbaru menunjukkan sebaliknya. Kesadaran ini membuat klasifikasi trofik menjadi lebih kompleks.
Konsep tingkat trofik diperkenalkan dalam sebuah makalah bersejarah tentang dinamika trofik pada tahun 1942 oleh Raymond L. Lindeman. Dasar dari dinamika trofik adalah transfer energi dari satu bagian ekosistem ke bagian lainnya. Konsep dinamika trofik telah berfungsi sebagai heuristik kuantitatif yang berguna, tetapi memiliki beberapa keterbatasan utama termasuk ketepatan di mana suatu organisme dapat dialokasikan ke tingkat trofik tertentu. Omnivora, misalnya, tidak terbatas pada satu tingkat saja. Meskipun demikian, penelitian terbaru telah menemukan bahwa tingkat trofik yang berbeda memang ada, tetapi “di atas tingkat trofik herbivora, jaring-jaring makanan lebih baik dicirikan sebagai jaring-jaring omnivora yang kusut.”
Pertanyaan utama dalam literatur dinamika trofik adalah sifat kontrol dan regulasi atas sumber daya dan produksi. Para ahli ekologi menggunakan model rantai makanan satu posisi trofik yang disederhanakan (produsen, karnivora, pengurai). Dengan menggunakan model-model ini, para ahli ekologi telah menguji berbagai jenis mekanisme kontrol ekologis. Sebagai contoh, herbivora umumnya memiliki sumber daya vegetatif yang berlimpah, yang berarti bahwa populasi mereka sebagian besar dikendalikan atau diatur oleh predator. Hal ini dikenal sebagai hipotesis top-down atau hipotesis 'dunia hijau'. Sebagai alternatif dari hipotesis top-down, tidak semua bahan tanaman dapat dimakan dan kualitas nutrisi atau pertahanan antiherbivora tanaman (struktural dan kimiawi) menunjukkan bentuk regulasi atau kontrol dari bawah ke atas. Studi terbaru menyimpulkan bahwa kekuatan “top-down” dan “bottom-up” dapat memengaruhi struktur komunitas dan kekuatan pengaruhnya bergantung pada konteks lingkungan. Interaksi multitrofik yang kompleks ini melibatkan lebih dari dua tingkat trofik dalam jaring makanan.[25] Sebagai contoh, interaksi semacam itu telah ditemukan dalam konteks jamur mikoriza arbuskular dan herbivora kutu daun yang memanfaatkan spesies tanaman yang sama.
Contoh lain dari interaksi multitrofik adalah kaskade trofik, di mana predator membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan mencegah penggembalaan berlebihan dengan menekan herbivora. Tautan dalam jaring-jaring makanan menggambarkan hubungan trofik langsung di antara spesies, tetapi ada juga efek tidak langsung yang dapat mengubah kelimpahan, distribusi, atau biomassa di tingkat trofik. Sebagai contoh, predator yang memakan herbivora secara tidak langsung mempengaruhi kontrol dan pengaturan produksi primer pada tanaman. Meskipun predator tidak memakan tanaman secara langsung, mereka mengatur populasi herbivora yang secara langsung terkait dengan trofik tanaman. Efek bersih dari hubungan langsung dan tidak langsung disebut kaskade trofik. Riam trofik dipisahkan menjadi riam tingkat spesies, di mana hanya sebagian dari dinamika jaring-jaring makanan yang dipengaruhi oleh perubahan jumlah populasi, dan riam tingkat komunitas, di mana perubahan jumlah populasi memiliki efek dramatis pada seluruh jaring-jaring makanan, seperti distribusi biomassa tanaman.
Bidang ekologi kimia telah menjelaskan interaksi multitrofik yang memerlukan transfer senyawa pertahanan di berbagai tingkat trofik.[28] Sebagai contoh, spesies tanaman tertentu dalam marga Castilleja dan Plantago telah ditemukan menghasilkan senyawa pertahanan yang disebut glikosida iridoid yang diasingkan dalam jaringan larva kupu-kupu kotak-kotak Taylor yang telah mengembangkan toleransi terhadap senyawa-senyawa ini dan mampu mengonsumsi dedaunan tanaman ini. Glikosida iridoid yang diasingkan ini kemudian memberikan perlindungan kimiawi terhadap pemangsa burung kepada larva kupu-kupu. Contoh lain dari interaksi multitrofik semacam ini pada tanaman adalah transfer alkaloid pertahanan yang diproduksi oleh endofit yang hidup di dalam inang rumput ke tanaman hemiparasit yang juga menggunakan rumput sebagai inang.
Jaring-jaring makanan menggambarkan aliran energi melalui hubungan trofik. Aliran energi bersifat terarah, yang berbeda dengan aliran materi yang bersifat siklik melalui sistem jaring-jaring makanan. Aliran energi “biasanya mencakup produksi, konsumsi, asimilasi, kehilangan non-asimilasi (kotoran), dan respirasi (biaya pemeliharaan).”: 5 Dalam pengertian yang sangat umum, aliran energi (E) dapat didefinisikan sebagai jumlah produksi metabolisme (P) dan respirasi (R), sehingga E = P + R.
Biomassa mewakili energi yang tersimpan. Namun, konsentrasi dan kualitas nutrisi dan energi bervariasi. Banyak serat tanaman, misalnya, tidak dapat dicerna oleh banyak herbivora sehingga membuat jaring-jaring makanan komunitas penggembala memiliki nutrisi yang lebih terbatas dibandingkan jaring-jaring makanan detrital di mana bakteri dapat mengakses dan melepaskan simpanan nutrisi dan energi. "Organisme biasanya mengekstrak energi dalam bentuk karbohidrat, lipid, dan protein. Polimer-polimer ini memiliki peran ganda sebagai pasokan energi dan juga sebagai bahan penyusun; bagian yang berfungsi sebagai pasokan energi menghasilkan nutrisi (dan karbon dioksida, air, dan panas). Oleh karena itu, ekskresi nutrisi merupakan dasar dari metabolisme.": 1230-1231 Unit dalam jaring aliran energi biasanya berupa ukuran massa atau energi per m2 per satuan waktu. Konsumen yang berbeda akan memiliki efisiensi asimilasi metabolik yang berbeda dalam makanan mereka. Setiap tingkat trofik mengubah energi menjadi biomassa. Diagram aliran energi menggambarkan tingkat dan efisiensi transfer dari satu tingkat trofik ke tingkat trofik lainnya dan ke atas melalui hirarki.
Biomassa dari setiap tingkat trofik menurun dari dasar rantai ke atas. Hal ini disebabkan karena energi hilang ke lingkungan dengan setiap perpindahan seiring dengan meningkatnya entropi. Sekitar delapan puluh hingga sembilan puluh persen energi dikeluarkan untuk proses kehidupan organisme atau hilang sebagai panas atau limbah. Hanya sekitar sepuluh hingga dua puluh persen energi organisme yang umumnya diteruskan ke organisme berikutnya. Jumlahnya bisa kurang dari satu persen pada hewan yang mengonsumsi tanaman yang kurang dapat dicerna, dan bisa mencapai empat puluh persen pada zooplankton yang mengonsumsi fitoplankton. Representasi grafis dari biomassa atau produktivitas di setiap tingkat tropik disebut piramida ekologi atau piramida trofik. Perpindahan energi dari produsen primer ke konsumen teratas juga dapat dicirikan dengan diagram aliran energi.
Metrik umum yang digunakan untuk mengukur struktur trofik jaring makanan adalah panjang rantai makanan. Panjang rantai makanan adalah cara lain untuk menggambarkan jaring-jaring makanan sebagai ukuran jumlah spesies yang ditemui saat energi atau nutrisi berpindah dari tanaman ke pemangsa teratas. 269 Ada berbagai cara untuk menghitung panjang rantai makanan, tergantung pada parameter dinamika jaring-jaring makanan yang dipertimbangkan: hubungan, energi, atau interaksi. Dalam bentuk yang paling sederhana, panjang rantai adalah jumlah hubungan antara konsumen trofik dan dasar jaring. Panjang rantai rata-rata dari seluruh jaring adalah rata-rata aritmatika dari panjang semua rantai dalam jaring makanan.
Dalam contoh pemangsa-mangsa yang sederhana, seekor rusa berjarak satu langkah dari tanaman yang dimakannya (panjang rantai = 1) dan serigala yang memakan rusa berjarak dua langkah dari tanaman (panjang rantai = 2). Jumlah relatif atau kekuatan pengaruh parameter-parameter ini terhadap jaring-jaring makanan menimbulkan pertanyaan:
identitas atau keberadaan beberapa spesies dominan (disebut sebagai interaktor kuat atau spesies kunci)
jumlah total spesies dan panjang rantai makanan (termasuk banyak interaktor lemah) dan
bagaimana struktur, fungsi dan stabilitas komunitas ditentukan.
Dalam piramida jumlah, jumlah konsumen di setiap tingkat menurun secara signifikan, sehingga satu konsumen teratas, (misalnya beruang kutub atau manusia), akan didukung oleh jumlah produsen yang jauh lebih besar. Biasanya ada maksimal empat atau lima mata rantai dalam rantai makanan, meskipun rantai makanan di ekosistem akuatik lebih panjang daripada di darat. Pada akhirnya, semua energi dalam rantai makanan disebarkan sebagai panas.
Piramida ekologi menempatkan produsen utama di dasar. Piramida ini dapat menggambarkan berbagai sifat numerik ekosistem, termasuk jumlah individu per unit area, biomassa (g/m2), dan energi (k kal m-2 thn-1). Susunan piramida tingkat trofik yang muncul dengan jumlah transfer energi yang menurun ketika spesies semakin jauh dari sumber produksi adalah salah satu dari beberapa pola yang berulang di antara ekosistem planet. Ukuran setiap tingkat dalam piramida umumnya mewakili biomassa, yang dapat diukur sebagai berat kering suatu organisme. Autotrof mungkin memiliki proporsi biomassa global tertinggi, tetapi mereka disaingi atau dilampaui oleh mikroba.
Struktur piramida dapat bervariasi di seluruh ekosistem dan sepanjang waktu. Dalam beberapa kasus, piramida biomassa dapat terbalik. Pola ini sering diidentifikasi dalam ekosistem akuatik dan terumbu karang. Pola inversi biomassa dikaitkan dengan ukuran produsen yang berbeda. Komunitas akuatik sering didominasi oleh produsen yang lebih kecil daripada konsumen yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi. Produsen akuatik, seperti ganggang planktonik atau tanaman air, tidak memiliki akumulasi pertumbuhan sekunder yang besar seperti yang ada pada pohon berkayu di ekosistem darat. Namun, mereka dapat bereproduksi cukup cepat untuk mendukung biomassa yang lebih besar dari para penggembala. Hal ini membalik piramida. Konsumen primer memiliki masa hidup yang lebih lama dan tingkat pertumbuhan yang lebih lambat sehingga mengakumulasi lebih banyak biomassa daripada produsen yang mereka konsumsi. Fitoplankton hanya hidup beberapa hari, sedangkan zooplankton yang memakan fitoplankton hidup selama beberapa minggu dan ikan yang memakan zooplankton hidup selama beberapa tahun. Predator air juga cenderung memiliki tingkat kematian yang lebih rendah daripada konsumen yang lebih kecil, yang berkontribusi pada pola piramida terbalik. Struktur populasi, tingkat migrasi, dan perlindungan lingkungan untuk mangsa adalah penyebab lain yang mungkin untuk piramida dengan biomassa terbalik. Piramida energi, bagaimanapun, akan selalu memiliki bentuk piramida tegak jika semua sumber energi makanan disertakan dan ini ditentukan oleh hukum kedua termodinamika.
Banyak unsur dan mineral bumi (atau nutrisi mineral) terkandung di dalam jaringan dan makanan organisme. Oleh karena itu, siklus mineral dan nutrisi melacak jalur energi jaring makanan. Para ahli ekologi menggunakan stoikiometri untuk menganalisis rasio unsur-unsur utama yang ditemukan di semua organisme: karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P). Terdapat perbedaan transisi yang besar antara banyak sistem terestrial dan akuatik karena rasio C:P dan C:N jauh lebih tinggi pada sistem terestrial, sementara rasio N:P sama antara kedua sistem tersebut. Nutrisi mineral adalah sumber daya material yang dibutuhkan organisme untuk pertumbuhan, perkembangan, dan vitalitas. Jaring-jaring makanan menggambarkan jalur siklus hara mineral yang mengalir melalui organisme. Sebagian besar produksi primer dalam suatu ekosistem tidak dikonsumsi, tetapi didaur ulang oleh detritus menjadi nutrisi yang berguna. Banyak mikroorganisme di bumi yang terlibat dalam pembentukan mineral dalam proses yang disebut biomineralisasi. Bakteri yang hidup di sedimen detritus menciptakan dan mendaur ulang nutrisi dan biomineral. Model jaring makanan dan siklus hara secara tradisional diperlakukan secara terpisah, tetapi ada hubungan fungsional yang kuat antara keduanya dalam hal stabilitas, fluks, sumber, penyerap, dan daur ulang hara mineral.
Disadur dari: https://en.wikipedia.org/
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025
Pembentukan bank tanah di Indonesia merupakan langkah strategis yang diharapkan dapat memberikan solusi bagi berbagai permasalahan pertanahan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Menteri Pertanian dan Perencanaan Daerah/Direktur Badan Pertanahan Nasional, Sofyan A Djalil, bank tanah ini bertujuan untuk memastikan penggunaan lahan yang efisien dan adil. Hal ini dilakukan dengan mendukung inisiatif seperti pembangunan perumahan umum, pengembangan ruang publik, dan peningkatan sektor pertanian.
Pada tahap awal, bank tanah ini diharapkan bisa mulai beroperasi pada akhir tahun ini atau paling lambat awal Januari 2022. Sofyan A Djalil menyatakan bahwa pemerintah akan memulai dari skala yang kecil dan secara bertahap akan memperluas operasinya seiring berjalannya waktu. Hal ini menandai langkah awal dalam mengelola cadangan tanah negara untuk kepentingan masyarakat secara efisien.
Bank tanah memiliki peran penting dalam perencanaan dan pengelolaan pertanahan di Indonesia. Didirikan berdasarkan Undang-Undang Cipta Kerja dan peraturan pemerintah terkait, bank ini dikelola oleh suatu komite yang ditunjuk oleh CEO dan dikendalikan oleh dewan direksi. Diharapkan bahwa bank tanah ini dapat mengoptimalkan penggunaan lahan untuk kepentingan umum, sehingga mampu meminimalisir potensi terjadinya konflik kepentingan dalam pengelolaan pertanahan, baik secara vertikal maupun horizontal.
Selain itu, perintah pemerintah mengenai pengalihan modal BPR diharapkan selesai pada akhir tahun 2021, setelah itu akan ditunjuk pengurus bank tersebut. Proses ini menandai langkah signifikan dalam memastikan keberlangsungan operasional dan pengelolaan bank tanah secara efektif. Dengan adanya pengaturan yang jelas terkait pengalihan modal dan pengelolaan bank tanah, diharapkan bahwa bank ini dapat berfungsi secara optimal untuk mendukung pembangunan dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan di Indonesia.
Melalui bank tanah, diharapkan bahwa pemanfaatan lahan di Indonesia dapat menjadi lebih efisien dan adil. Ini akan mendukung berbagai sektor seperti perumahan, pertanian, dan pengembangan ruang publik. Dengan demikian, bank tanah menjadi salah satu instrumen penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Sumber: kompas.com
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025
Serang - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Gubernur Banten Wahidi Halim dan Dirjen PT PP Novel Arsyad meresmikan Bendungan Sindangheula di Wilayah Serang, Provinsi Banten , Kamis. (3 April 2021).
Presiden menyampaikan Bendungan Sindangheula yang dibangun pada tahun 2015 telah selesai dan siap digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Bendungan berkapasitas 9,3 juta meter kubik ini akan memberikan manfaat bagi 1.280 hektar (ha) sawah di Provinsi Serang dan Banten pada umumnya. Sehingga kami berharap bendungan ini dapat memberikan nilai tambah bagi petani Banten dengan menyediakan air yang cukup. ketersediaannya agar lebih produktif dalam menjaga ketahanan pangan,” ujarnya.
Presiden Jokowi menambahkan, manfaat lain dari Bendungan Sindangheula adalah untuk menyediakan air baku bagi kawasan industri Kota Serang, Kabupaten Serang, dan Kota Cilegon. “Bendungan ini mampu menghasilkan air baku hingga 0,80 m3/s. Provinsi Banten sudah mulai memanfaatkannya dengan laju 0,40 m3/s,” ujarnya.
Menurut Presiden, keunggulan Bendungan Sindangheula yang ketiga adalah juga berguna untuk meredam banjir hingga 50 m3/s dari sungai Ciujung dan Cidurian yang biasanya meluap dan membanjiri Kabupaten Serang dan sekitarnya dengan curah hujan yang tinggi. Keempat bendungan ini juga akan berfungsi sebagai pembangkit listrik berkapasitas 0,40MW yang akan digunakan oleh Provinsi Banten, kata Presiden.
Presiden juga mencatat, bendungan ini memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata baru di Provinsi Banten. “Saya meminta kepada pemerintah provinsi dan masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara bendungan ini demi kesejahteraan masyarakat,”; Pesan dari Presiden.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan keberadaan Bendungan Sindangeula patut dijadikan destinasi wisata air di Banten selain untuk kebutuhan air baku. “Saya yakin Bendungan Sindangheula ke depan akan menjadi kawasan wisata karena letaknya yang sangat dekat dengan kota Serang. Mudah-mudahan nanti akses tol dari Serang sampai Panimbang pasti lebih mudah,” kata Menteri Basuki.
PUPR Direktur Jenderal (Dirjen) Kementerian Jarot Widyoko mengatakan Bendungan Sindangheula merupakan salah satu dari 18 bendungan yang akan selesai dan dibuka antara tahun 2015 hingga 2020. Karena fungsi irigasinya, sudah dimanfaatkan sejak tahun 2020 dan berhasil meningkatkan indeks tanaman (IP) dari 120 persen menjadi 180 persen, ujarnya.
Jarot juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Banten atas inisiatif pembangunan Instalasi Pengolahan Air Bendungan Sindangheula. “Pemerintah daerah membangun instalasi pengolahan air dengan kapasitas 400 liter per detik di bendungan ini dan membangun saluran masuk,”; dia berkata.
PT PP dan PT Hutama Karya (Persero) membangun Bendungan Sindangheula antara tahun 2015 hingga 2019 dengan total biaya Rp 458 miliar.
Turut hadir Menteri Basuki, CEO PT Hutama Karya Budi Harto, Direktur Operasi II PT. PP M. Toha Fauzi, Menteri Teknologi, Perindustrian dan Lingkungan Hidup, PUPR Endra S. Atmawidjaja, Dirjen Bendungan dan Danau, Kementerian Sumber Daya Air, PUPR (SDA) Airlangga Mardjono, Direktur Biro Komunikasi Publik Krisno Yuwono, Pengelola Daerah Sungai Cidanau , Ciujung , Cidurian (BBWSC 3) Banten Sahron Soegiharto, Direktur Balai Penyelenggaraan Jalan Nasional (BPJN) Wida Nurfaida, Direktur Balai Prasarana Permukiman Daerah (BPPW) Banten Rozali Indra Saputra dan Direktur BP2JK Hamdi. (Tujuan)
Sumber: pu.go.id