BANDUNG, KOMPAS.com - Saat ini, hampir semua kebutuhan industri kimia dalam negeri dipenuhi dari luar neger alias impor. Salah satunya adalah soda ash atau soda abu yang merupakan bahan baku produk-produk yang dibutuhkan masyarakat seperti deterjen, pasta gigi, kaca beserta produk turunannya seperti gelas dan cermin, hingga kendaraan listrik.
"Dalam setahun, Indonesia butuh sekitar 1,2 juta ton soda ash yang 90 persennya dipenuhi impor," ujar Presiden Direktur PT Kaltim Parna Industri Hari Supriyadi dalam rilisnya, Jumat (25/6/2021).
Untuk kebutuhan di ASEAN sendiri sebanyak 2,9 juta ton. Kebutuhan ini terus meningkat, terutama jika penggunaan kendaraan listrik semakin banyak. Hari mencontohkan, kebutuhan soda ash di Tiongkok terus meningkat hingga 2 juta ton per tahun. Untuk itu ia berharap Indonesia mampu memenuhi kebutuhan soda ash sendiri. Ia menilai, Indonesia sangat memungkinkan memproduksi soda ash sendiri. Sebab Indonesia memiliki bahan baku dan sumber daya manusia yang kompeten.
"Kita punya resources yang kuat, kita punya banyak SDM yang mumpuni. Tapi kenapa mencari mudahnya saja dengan memilih impor," beber dia. Apalagi, saat ini terdapat pabrik kaca terbesar di Batang Jawa Tengah yang membutuhkan soda ash dalam jumlah yang besar.
"Alangkah baik ya kalau pabrik kaca ini soda ash-nya disuplai dari dalam negeri. Agar memberi nilai tambah, menghemat devisa, membuka lapangan kerja, dan banyak sekali keuntungannya," kata dia. Sebenarnya, industri kimia termasuk soda ash pernah dibangun pada 1990-an. Namun saat itu terkena imbas krisis ekonomi 1998.
Kemudian bahan baku ash pernah dibangun di NTT yang dekat dengan sumber garam, namun tetap tidak bisa. Ketua panitia 80 tahun Pendidikan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia, Tirto Prakoso Brodjonegoro menjelaskan, soda ash merupakan suatu komponen dasar kimia yang kurang dikenal keberadaan dan fungsinya oleh masyarakat. "Walaupun produk akhirnya sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari," tutupnya.
Sumber: money.kompas.com