Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025
Dalam geografi, statistika, dan arkeologi, pemukiman, tempat, atau tempat berpenghuni adalah suatu komunitas masyarakat yang mendiami suatu tempat tertentu. Kompleksitas suatu pemukiman dapat bervariasi dari sejumlah kecil bangunan yang dikelompokkan hingga kota terbesar dengan kawasan perkotaan di sekitarnya. Daerah pemukiman dapat mencakup desa, kota kecil, kota besar dan kecil. Suatu pemukiman mungkin telah mengetahui ciri-ciri sejarahnya, seperti tanggal atau era pertama kali pemukiman tersebut atau pemukiman pertama suatu kelompok tertentu. Proses pemukiman melibatkan migrasi orang.
Dalam bidang pemodelan prediktif geospasial, pemukiman adalah "kota, kota kecil, desa, atau kumpulan bangunan lain tempat orang tinggal dan bekerja."
Permukiman mencakup fasilitas yang dibangun secara tradisional seperti jalan, pagar, sistem lapangan, pantai dan parit, kolam, taman dan hutan, kincir angin dan kincir air, rumah besar, parit dan gereja.
Bukti geografis paling awal mengenai tempat tinggal manusia terdapat di Jebel Irhoud, tempat delapan individu manusia modern awal berasal dari periode Paleolitik Tengah.
Sisa-sisa hunian tertua yang ditemukan adalah sisa-sisa gubuk yang terbuat dari lumpur dan ranting di lokasi Ohalo (sekarang berada di bawah air) dekat pantai Laut Galilea, sekitar SM. Bangsa Natufia membangun rumah, juga di Levant, sekitar SM. Sisa-sisa pemukiman mirip desa menjadi lebih umum setelah penemuan pertanian.
Disadur : id.wikipedia.org
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025
Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan menyelesaikan pembangunan Bendungan Sadawarna di Kabupaten Subang, Jawa Barat dengan mengedepankan daur ulang alam yang ramah lingkungan. Prinsip infrastruktur yang berorientasi ekologi dan berkelanjutan digunakan dalam pembangunan Bendungan Sadawarna, mulai dari tahap pemetaan, survei, perencanaan, pembebasan lahan, konstruksi hingga operasi dan pemeliharaan (SIDLACOM).
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan infrastruktur yang berorientasi ekologi dan berkelanjutan sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup dan perubahan iklim. Pembangunan infrastruktur ramah lingkungan semakin didorong untuk menciptakan nilai tambah dan keberlanjutan sehingga manfaat infrastruktur dapat dirasakan oleh generasi mendatang.
“Untuk meminimalisir dampak negatif pembangunan infrastruktur terhadap lingkungan, daya dukung lingkungan harus diperhitungkan secara matang dan pengembangan seluruh potensi daerah yang ada harus dioptimalkan, seperti penggunaan material lokal untuk mengurangi konsumsi karbon dioksida,” kata Menteri Basuki.
Sehubungan dengan pembangunan Bendungan Sadawarna, Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air mengoptimalkan potensi efisiensi bendungan dengan mengedepankan 7 konsep daur ulang alam yang hijau. Pertama, pada tahap pembangunan Bendungan Sadawarna telah memiliki laboratorium mekanika tanah dan geoteknik yang mandiri, sehingga mengurangi waktu pengujian laboratorium karena hanya ada 2 (dua) laboratorium di Indonesia yang menguji parameter umum tanggul.
Kedua, Bendungan Sadawarna mengoptimalkan operasionalnya sebagai sumber produksi energi surya (solar panel), sehingga tidak hanya mempunyai manfaat ketahanan pangan, namun juga kemandirian energi operasional. Pembangunan bendungan yang telah selesai dihitung dengan asumsi luas maksimum bendungan yang dimanfaatkan PLTS adalah 5% dan 1 hektar dapat menghasilkan potensi listrik sebesar 1 megawatt (MW). Selanjutnya ditentukan lokasi banjir dan dipilih lokasinya.
“Saat ini kami sedang menghitung kebutuhan penjualan energi surya. Apalagi yang digunakan saat ini sebagai input pekerjaan sekitar 70 ribu watt, namun ke depan tidak hanya internal tapi juga eksternal,” kata Direktur Utama. perusahaan.BBWS Citarum Dinas PUPR Bastar.
Bendungan Sadawarna Cipunagara - daerah aliran sungai sepanjang 137 km yang mengalir dari gunung Bukit ngul di pegunungan Bandung utara dan mengalir ke Laut Jawa, tepat di bagian utara Barat. Jawa Dengan luas daerah tangkapan air 695,61 hektar, aliran bendungan ini juga dapat digunakan untuk turbin yang dapat diubah menjadi listrik sebesar 2 MW
Ketiga, Bendungan Sadawarna akan dilengkapi dengan tangki kecil sebagai saluran pembuangan air. sistem pengelolaannya, mengadopsi konsep pengolahan air kolam secara alami. Kolam alami ini pada akhirnya akan memenuhi kebutuhan air lingkungan dari fasilitas bendungan UPB dengan mengolah pasokan air alami menggunakan ruang untuk menampung limpasan untuk penyaringan dan penempatan biologis dan kemudian mengolah kerikil di dasar kolam. Air di kolam kemudian dipompa ke menara air setinggi 7 meter, yang diarahkan secara gravitasi ke bangunan dan rumah, dan air drainase kembali ke ruangan dan kolam.
Keempat, tanggul bendungan induk Bendungan Sadawarna akan dilengkapi dengan bentuk geometris dan akan ditanami rumput lebat di bagian hilir bendungan untuk perawatan agar lebih alami. Terletak di Desa Sadawarna, Kecamatan Cibogo, Subang, bendungan ini memiliki tinggi 40 meter, panjang 933 meter, dan lebar puncak 10 meter.
Kelima, pengutamaan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan juga didukung dengan penyiapan zona hijau di sepanjang jalan lingkar yang nantinya akan dikelola oleh masyarakat sekitar dalam forum masyarakat pengelolaan bendungan dan di bawah pimpinan IPPU dan BBWS Citarum. izin dan persetujuan Kementerian PUPR panjangnya 21,3 km, dimana tanaman keras produktif akan ditanam sehingga masyarakat setempat dapat menikmati hasil panennya. Selain itu, pohon-pohon ditanam di kawasan lanskap seperti baobab, abara, kelor, gayami bodhi, jengkol, kecap dan semua pohon mangga yang terdapat di Indonesia.
Tugas zona hijau tidak hanya menghiasi estetika dan lanskap, tetapi juga menyerap karbon. Selain itu, pengelolaan ruang terbuka hijau juga diintegrasikan sebagai sumber daya konservasi sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat tanpa mengurangi fungsi utama bendungan sebagai waduk. RTH yang disiapkan tersebar di lahan seluas 93 hektar yang ditanami pohon-pohon bernilai ekonomi antara lain mangga, nangka, alpukat, matoa, petai, duku, kelengkeng, sirsak, dan jengkol.
Konsep daur ulang alam hijau keenam dan ketujuh adalah pembangunan dekorasi pelimpah dan bangunan pendukung bendungan, dengan mengutamakan dekorasi seni dan budaya lokal seperti helikopter, julang ngapak dan rumah leuit Batu Curie di berbagai fasilitas pendukung bendungan, termasuk kantor administrasi dan gudang bahan , rumah generator, musala, tempat parkir, alun-alun, rumah dinas, dek observasi, taman kanak-kanak, gerbang utama, tugu Kujang dan jembatan pelabuhan.
Bendungan Sadawarna telah dibangun sejak dimulainya kontrak pada November 2018 dengan total biaya APBN sebesar Rp 2 triliun. Bangunan ini terbagi menjadi dua unit, yang pertama merupakan paket yang dilaksanakan oleh Kerja Sama Operasi (KSO) PT. Wijaya Karya - PT Daya Mulia Turangga - PT Barata Indonesia, progres pekerjaan sampai 04/07/2022 93,76% dan paket II diselesaikan oleh KSO PT. Nindya Karya - PT Adhi Karya, progres 87,50%.
Dengan kapasitas efektif 41,03 juta m3, bendungan ini mampu mereduksi debit banjir pada kala ulang Q25 dari 535 m3/s 202 m3/s dengan melewati cekungan Cipunagara yang mempunyai tampungan banjir sebesar 26,90 juta m3. Waduk ini juga siap menyuplai air baku sebanyak 1,20 m3/s ke wilayah Subang, Indramayu, dan Sumedang. 4.444 4.444 Bendungan Sadawarna juga mampu mengairi lahan seluas 4.284 hektar di Kabupaten Subang (2.517 ha) dan Indramayu (1.767 ha). Air irigasi dari Bendungan Sadawarna diharapkan dapat membantu petani meningkatkan intensitas tanam dibandingkan dengan cara tadah hujan yang hanya dilakukan setahun sekali. (tiga).
Sumber: pu.go.id
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025
Kanwil Sungai Sulawesi Kabupaten Gorontalo telah menetapkan Struktur Pertahanan Pantai Tanggul Laut Atinggola di Wilayah Administratif Daerah Gorontalo Utara sebagai salah satu destinasi pariwisata provinsi tersebut. Dibutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk mencapai lokasi pembangunan Keselamatan Pantai Atinggola dari pusat kota Gorontalo, terletak tepat di Desa Malagoso, Desa Dumolodo, Subbagian di kawasan Gentuma Raya, Pohjois Gorontalo, Kabupaten Gorontalo.
Awalnya, proyek pekerjaan ini bertujuan untuk mencegah erosi gelombang di Pantai Atinggola yang terus mengikis pemukiman dan ruang publik di Dusun Malagoso. Proyek ini dilaksanakan selama 2 tahun anggaran, dimulai pada tahun 2019 dan dilanjutkan kembali pada tahun 2020 dengan perpanjangan reflektor sepanjang total ±700 meter.
Saat ini, kondisi Beach Guard atau Seawall Atinggola terlihat semakin indah dan manusiawi setelah dilakukan pengecatan aktivitas padat karya di sepanjang reflektor dan jalan inspeksi. Jadi selain dapat melindungi masyarakat dari kerusakan, shelter pantai ini juga dapat dijadikan sebagai destinasi wisata baru di Kawasan Pemerintahan Kabupaten Gorontalo Utara. Dengan demikian, hal ini tidak hanya membawa manfaat untuk menjaga kelestarian alam tetapi juga meningkatkan ekonomi lokal dengan menarik wisatawan.
Tentunya, keberadaan destinasi pariwisata baru ini dapat membawa kemajuan perekonomian bagi masyarakat setempat. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, akan tercipta peluang usaha baru seperti homestay, warung makan, toko suvenir, dan lain sebagainya. Ini akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduk sekitar.
Kedepannya, peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam menjaga dan melestarikan kondisi bangunan keamanan pantai ini agar tetap bermanfaat dan menarik wisatawan baik lokal maupun luar wilayah Gorontalo. Dengan demikian, pembangunan ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Gorontalo Utara.
Sumber: pu.go.id
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025
Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II (BWS NT II) Departemen Umum, Kementerian PUPR SDA sedang mempersiapkan kegiatan penghijauan jalur hijau bendungan untuk penanaman berbagai pohon menjelang perayaan hari bakti PU ke-75 pada 3 Desember 2020. Untuk menjamin kelancaran kegiatan tersebut, Kepala BWS NT II, Agus Sosiawan, terlibat dalam berbagai tahapan bersama rekan-rekannya.
Pengurus Satker PJPA Bendungan PPK-1, Serikat Pensiunan PUPR (IPPU) Perwakilan Wilayah NTT Yopi Manudima, melakukan kunjungan ke salah satu perkebunan pohon Bendungan Raknamo pada tanggal 29 November. Direktur BWS NT II, Agus Sosiawan, menjelaskan bahwa pohon-pohon tersebut akan ditanam di area hijau Bendungan Raknamo di Kabupaten Luas wilayah Kupang serta bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu.
Penanaman bibit dijadwalkan dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2020. Kegiatan penanaman ini dilakukan bekerja sama dengan Kementerian PUPR dan akan dipusatkan di kawasan Bendungan Gondang, Karanganyar, Jawa Tengah, serta akan menggunakan konferensi telepon sebagai sarana komunikasi.
Penanaman pohon ini merupakan bagian dari upaya untuk mengajak masyarakat berpartisipasi aktif dalam konservasi dan pengembangan potensi ekonomi lokal di sekitar bendungan, tanpa mengganggu fungsi utama bendungan sebagai reservoir. Selain manfaat utama seperti irigasi, air baku, pengendalian banjir, dan pembangkit listrik, kehadiran bendungan juga memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Selain itu, BWS NT.II-IPPU Wilayah NTT dan BUMDes Desa Raknamo berencana untuk bersinergi dalam menjaga dan melestarikan tanaman selama musim tanam berlangsung.
Sumber: pu.go.id
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025
Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, kian mendekati penyelesaiannya. Dibangun sejak Desember 2016, bendungan ini ditargetkan rampung dalam 1.470 hari kalender dan akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar.
Bendungan ini memiliki kapasitas tampung 11,22 juta meter kubik, yang setara dengan 11.220 kolam renang olimpik. Kapasitas besar ini akan menunjang tiga fungsi utama bendungan, yaitu:
Irigasi: Bendungan Napun Gete akan mampu mengairi 300 hektar sawah di Kabupaten Sikka. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan di wilayah tersebut. Contohnya, petani dapat menanam padi dua kali setahun instead of only once, sehingga hasil panen mereka pun akan meningkat.
Air Baku: Bendungan ini akan menyediakan air baku 214 liter per detik untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat di sekitar bendungan. Air ini akan diolah terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) sebelum didistribusikan kepada masyarakat.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA): Bendungan Napun Gete juga memiliki potensi untuk menghasilkan energi listrik sebesar 0,71 Megawatt-hour (MWh). Listrik ini akan disalurkan ke jaringan PLN dan dapat membantu mengatasi kekurangan pasokan listrik di Kabupaten Sikka.
Sumber: pu.go.id
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025
Waduk seperti tangki sangat diperlukan, terutama di desa Taenterong II, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, peternakan, dan irigasi. Mata air yang mengalir terus menerus dari Pegunungan Inerie terbuang sia-sia karena tidak ada tempat penampungan.
Pada TA 2020, Kementerian PUPR membangun Waduk Serba Guna Poang di Desa Taenterong II dengan anggaran NTT sebesar €11,5 miliar dari APBN. Kontraktor yang mengerjakan pembangunan ini diatur oleh PT. Cipta Tiga Prima dan Konsultan PT. Cipta Wahana Nusantara Kupang KSO PT. Kencana Adya Daniswara. Waduk ini diharapkan mampu menghidupi 150 KK dan 350 hewan ternak serta mengairi lahan seluas 550 hektar. Selain waduk, dibangun juga 8 tangki hewan dan 6 tangki air murni untuk manusia.
PPK dalam pembangunan bendungan Danau Situ dan Embung II (Flores), Aprianus M. Y. Kale, menyampaikan bahwa pengerjaan sudah dimulai pada awal Agustus. Tahapan awal termasuk pembangunan tanggul setinggi 3 meter, penggalian tandon air, penggalian drainase, dan pengerjaan counter yang mencapai 30 meter. Bahan seperti batu, pasir, dan semen juga sudah dipersiapkan.
Pada 9 Agustus 2020, progres pembangunan Embung Poang sudah mencapai 30,49%, lebih cepat dari rencana. Diharapkan pembangunan selesai 100% pada 7 November 2020, sehingga dapat segera dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Sumber: pu.go.id