Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Anisa pada 19 Maret 2025
Pemerintah berkomitmen untuk memenuhi komitmen net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Oleh karena itu, pemerintah tengah membuat peta jalan (roadmap) untuk mengatasi berbagai masalah dan ancaman perubahan iklim di masa depan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan pada diskusi Road to COP26: Tekad Generasi Muda Indonesia Mencegah Perubahan Iklim & Mendukung Energi Bersih di Jakarta, Kamis (7/10), bahwa transformasi menuju net zero emission menjadi komitmen bersama kita paling lambat 2060.
Pemerintah tengah mengadopsi lima prinsip utama untuk mencapai target emisi nol: pengurangan bahan bakar fosil; peningkatan penggunaan energi baru terbarukan (EBT); penggunaan listrik di sektor transportasi; peningkatan penggunaan listrik di rumah tangga dan bisnis; dan penggunaan Carbon Capture and Storage (CCS).
Arifin menjelaskan, "Kami telah menyiapkan peta jalan transisi menuju energi netral mulai tahun 2021 hingga 2060 dengan beberapa startegi kunci."
Arifin juga menjelaskan langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk mencapai target emisi nol. Di tahun 2021, pemerintah akan mengeluarkan Peraturan Presiden yang mengatur EBT dan pensiun tembaga. Dia menjelaskan bahwa selain PLTU yang sudah berkontrak dan sedang dalam proses konstruksi, tidak ada tambahan PLTU baru lainnya.
Di tahun 2022, Undang-Undang EBT akan berlaku, dan 2 juta rumah tangga akan memiliki kompor listrik setiap tahunnya. Di tahun 2024, jaringan listrik pintar (juga dikenal sebagai smart grid) dan meteran pintar akan dibangun, dan di tahun 2025, bauran EBT akan mencapai 23%, dengan PLTS yang paling dominan.
Di tahun 2030, jaringan gas akan mencapai 10 juta rumah tangga, 2 juta kendaraan listrik (mobil) dan 13 juta motor, 300 ribu penyaluran BBG, pemanfaatan Dymethil Ether dengan penggunaan listrik sebesar 1.548 kilowatt jam per orang, dan pemerintah akan memberhentikan impor LPG dan 42% EBT pada tahun 2027.
Semua PLTU tahap pertama subkritis akan berhenti beroperasi pada tahun 2031. Di tahun 2035, interkoneksi antar pulau akan dimulai untuk COD, dengan konsumsi listrik sebesar 2.085 kilowatt-jam per kapita dan bauran EBT mencapai 57%, terutama dari PLTU, hidro, dan panas bumi.
Di tahun 2040, bauran EBT akan mencapai 71%, PLT diesel tidak lagi digunakan, lampu LED akan mencapai 70%, dan konsumsi listrik akan mencapai 2.847 kWh/kapita.
Pemerintah berencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama dalam lima tahun setelah COD dimulai. “Kami juga mempertimbangkan penggunaan energi nuklir yang direncanakan dimulai tahun 2045 dengan kapasitas 35 GW sampai dengan 2060,” kata Arifin.
Selanjutnya, pada tahun 2050, bauran EBT diproyeksikan mencapau 87%, didorong oleh PLTS dan Hydro, dan didukung oleh penggunaan kendaraan listrik, kompor listrik 52 juta rumah tangga, penyaluran jaringan gas sebanyak 23 juta sambungan rumah tangga, dan konsumsi listrik 4.299 kilowatt jam per kapita. (NO)
Sumber:
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Anisa pada 19 Maret 2025
Indonesia, yang terletak di antara dua jalur pegunungan muda, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania, dikenal sebagai negara dengan jumlah gunung berapi terbanyak di dunia. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjadi rumah bagi beberapa gunung berapi tertinggi di dunia. Berdasarkan data dari Global Volcanism Program, Smithsonian Institution, National Museum of Natural History, berikut adalah lima gunung api tertinggi di dunia yang terdapat di negara ini.
DI urutan terakhir, Coropuna adalah gunung berapi aktif yang terletak di pegunungan Andes di Peru, merupakan kompleks yang meliputi area seluas 240 kilometer persegi. Puncak tertingginya mencapai ketinggian 6.377 meter di atas permukaan laut, menjadikannya gunung tertinggi ketiga di Peru. Gunung ini dianggap suci oleh suku Inca, dan lapisan esnya yang tebal menjadi yang terluas di zona tropis Bumi.
Keempat, Nevado Incahuasi adalah gunung vulkanik di Andes, Amerika Selatan, terletak di perbatasan Argentina dan Chili. Dengan ketinggian puncak 6.638 meter di atas permukaan laut, gunung ini membentuk kaldera selebar 3,5 kilometer dan dua stratovolcano. Aliran lava basalt-andesit yang dihasilkan mencakup area seluas 10 kilometer persegi.
Di urutan ketiga, Gunung Tipas yang terletak di kompleks pegunungan besar di Andes, Argentina, memiliki tinggi sekitar 6.658 meter di atas permukaan laut. Kompleks ini melibatkan stratovolcanoes, kubah lava, dan aliran lava. Pada tahun 2013, ditemukan danau kawah dengan bau belerang, menunjukkan aktivitas seismik.
Llullaillaco, stratovolcano yang adad di perbatasan Argentina dan Chili, terletak di Puna de Atacama. Dengan ketinggian 6.739 meter, gunung ini merupakan salah satu puncak vulkanik tertinggi di Gurun Atacama, salah satu tempat terkering di dunia. Gunung ini jatuh di nominasi kedua sebagai gunung tertinggi.
Terakhir, Gunung api tertinggi di dunia jatuh kepada Nevado Ojos del Salado yang terletak di Pegunungan Andes di perbatasan Argentina-Chili. Dengan ketinggian mencapai 6.879 meter, gunung ini memiliki iklim kering dengan salju umumnya hanya terdapat di puncaknya selama musim dingin. Meski kondisinya kering, terdapat danau kawah di ketinggian 6.390 meter, menjadikannya danau tertinggi di dunia. Nama "Ojos del Salado" berasal dari "mata garam" dalam bahasa Spanyol, merujuk pada deposit garam yang muncul di antara gletser-gletsernya.
Dengan kekayaan gunung berapi yang tersebar di seluruh negeri, Indonesia bukan hanya destinasi indah bagi para pecinta alam, tetapi juga rumah bagi beberapa gunung berapi tertinggi di dunia. Dari Gunung Coropuna yang disucikan oleh suku Inca di Peru, hingga Gunung Nevado Ojos del Salado yang mencapai ketinggian tertinggi di Pegunungan Andes di perbatasan Argentina-Chili, keberagaman gunung api ini mencerminkan pesona geografis Indonesia yang unik.
Sumber:
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Anisa pada 19 Maret 2025
Sebuah penemuan menarik mengenai bekas gunung api purba baru-baru ini dilaporkan oleh tim geologi yang dikoordinasi oleh Georesearch Plosodoyong Field Camp. Situs Watu Gendong, yang terletak di Kalurahan Beji, Kapanewon Ngawen, Gunungkidul, DI Yogyakarta, menjadi lokasi penemuan ini. Diperkirakan, situs ini muncul sekitar 35 juta tahun yang lalu, menjadikannya sebagai jejak bersejarah yang mencengangkan.
Koordinator Georesearch Plosodoyong Field Camp, Priharjo Sanyoto, menjelaskan bahwa situs Watu Gendong tidak hanya memiliki nilai sejarah yang tinggi, tetapi juga telah menjadi bagian dari cerita turun temurun masyarakat setempat. Menurut kepercayaan lokal, Watu Gendong berasal dari gunung api yang "digendong," dan dari sinilah nama Watu Gendong diambil.
Priharjo Sanyoto menambahkan bahwa penelitian ilmiah ini melibatkan sejumlah peneliti dari berbagai lokasi, termasuk Sragen, Jawa Tengah, hingga Aceh. "Penelitian ini telah dimulai sejak tahun 2016, meskipun sempat mengalami henti sementara dan kini dilanjutkan," ujar Priharjo ketika dihubungi wartawan pada Kamis (13/1/2022).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap jejak-jejak gunung api purba, mengingat bahwa situs Watu Gendong ini merupakan peninggalan dari aliran piroklastik. Piroklastik sendiri merujuk pada material klastik yang terbentuk dari fragmen batuan yang dihasilkan oleh erupsi gunung api yang bersifat eksplosif. Fragmen batuan tersebut, yang dikenal sebagai piroklast, menyusun batuan piroklastik yang menjadi salah satu jenis endapan vulkaniklastik.
Penemuan ini tidak hanya memberikan wawasan lebih dalam tentang sejarah geologi daerah tersebut, tetapi juga membuka potensi penelitian lebih lanjut mengenai peristiwa erupsi gunung api purba di Indonesia. Dengan penelitian ini, kita dapat lebih memahami dinamika alam yang membentuk lanskap yang kita kenal saat ini.
Sumber:
Farmasi
Dipublikasikan oleh Anisa pada 19 Maret 2025
Biologi sel atau sitologi adalah cabang menarik dalam dunia biologi yang mengkhususkan diri dalam memahami kehidupan sel menggunakan lensa optik dan mikroskop. Sejarahnya dimulai dari observasi pertama sel oleh Robert Hooke pada tahun 1665, yang berkembang pesat seiring dengan penemuan mikroskop sederhana oleh Antony van Leeuwenhoek pada 1674 untuk menyelidiki mikroorganisme. Ilmu biologi sel ini fokus pada pengamatan sel sebagai entitas utuh, interaksi molekuler antar-sel, dan reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Subyek pengamatan melibatkan unsur-unsur seperti asam amino, protein, virus, bakteri, dan tentu saja, sel itu sendiri. Skala pengukuran yang digunakan dalam kajian biologi ini berkisar pada mikrometer atau nanometer.
Sel merupakan elemen paling dasar yang membentuk kehidupan di dalam tubuh makhluk hidup. Semua organisme hidup terdiri dari sel-sel yang menjadi struktur terkecil yang tidak dapat dibagi lebih lanjut. Teori sel muncul sebagai tonggak awal dalam perkembangan biologi sel, menyatakan bahwa semua bentuk kehidupan terdiri dari sel dan hasil kerjanya. Penelitian di bidang ini telah mengalami kemajuan sejak awal abad ke-19, dengan kontribusi berbagai ilmuwan seperti Mirbel (1802), Oken (1805), Lamarck (1809), Dutrochet (1824), Turpin (1826), dan terutama Schleiden (1838) serta Schwann (1839) yang secara jelas mengemukakan teori sel.
Teori sel menegaskan bahwa setiap sel berasal dari pembelahan sel lainnya dan menjadi dasar bagi semua studi biologi. Seiring berjalannya waktu, teori ini terus berkembang, terutama dengan kemajuan dalam ilmu biokimia. Terungkap bahwa struktur dan aktivitas sel berkorelasi dengan komposisi kimianya, dan bahwa interaksi antar sel menghasilkan fungsi organisme secara menyeluruh.
Teori sel dapat dirangkum dalam beberapa pernyataan utama, yaitu:
Dengan demikian, biologi sel atau sitologi menjadi landasan penting dalam pemahaman terhadap kehidupan di tingkat sel, sebuah dunia yang terbuka lebar melalui lensa optik dan mikroskop. Sejak zaman observasi pertama oleh Robert Hooke hingga penemuan mikroskop Antony van Leeuwenhoek, cabang ilmu ini terus berkembang, membuka tabir keajaiban kehidupan mikroskopis. Teori sel, sebagai konsep dasar dalam biologi, memberikan fondasi yang kokoh, menyatakan bahwa sel adalah elemen dasar pembentuk kehidupan, berkembang melalui pembelahan sel, dan membawa warisan genetik yang kaya dalam setiap prosesnya.
Pengamatan
Pengamatan dan visualisasi sel dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Pemilihan jenis mikroskop didasarkan pada kemampuan resolusi atau daya pisah terhadap bagian-bagian yang perlu diamati dari sel. Teknik pengamatan dengan mikroskop dapat dilakukan dengan memberikan pewarnaan kontras pada bagian sel yang akan diamati dan teknik pencahayaan yang tepat. Mikroskop digunakan untuk mengamati sel yang memiliki bentuk sederhana, dengan batas pengamatan yaitu ukuran sel yang mikroskopis.
isolasi sel merupakan proses pengambilan suatu partikel sel dari tempat asalnya untuk diteliti lebih lanjut. Sel dapat diisolasi dari suspensi jaringan, dengan dua cara utama, yaitu menggunakan Fluorescence-Activated Cell Sorter (FACS) dan Laser Capture Microdissection (LCM).
Pembiakan sel juga dijelaskan, setelah diisolasi, sel ditumbuhkan (diperbanyak) dengan cara in vitro (menggunakan media) atau in vivo (melibatkan sel hidup). Ada dua jenis biakan atau kultur, yaitu biakan primer dan biakan sekunder.
Hibridisasi sel merupakan gabungan dua sel berbeda dengan hasil akhir satu inti sel. Tujuan pembuatan sel hibrid adalah untuk membentuk antibodi monoklonal.
Fraksinasi sel adalah pemisahan sel menjadi organel dan molekul, yang biasanya dilakukan dengan sentrifugasi. Sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan organel berdasarkan ukuran dan densitasnya, dengan prinsip bahwa kecepatan sentrifugasi yang rendah diperlukan untuk memperoleh organel yang besar, dan sebaliknya.
Sumber:
Farmakokimia
Dipublikasikan oleh Anisa pada 19 Maret 2025
Bidang keilmuan kimia obat atau farmasi, yang terletak di perhubungan antara kimia dan farmasi, didedikasikan untuk penciptaan dan kemajuan obat-obatan farmasi. Penemuan, sintesis, dan penciptaan entitas kimia baru yang cocok untuk penggunaan pengobatan merupakan bagian dari kimia obat. Studi tentang obat-obatan yang tersedia saat ini, karakteristik biologisnya, dan korelasi struktur-aktivitas kuantitatif (QSAR) juga disertakan.
Kimia organik, biokimia, kimia komputasi, farmakologi, biologi molekuler, statistik, dan kimia fisik semuanya digabungkan dalam bidang kimia obat yang sangat multidisiplin.
Mayoritas senyawa yang digunakan sebagai obat adalah senyawa organik, yang biasanya diklasifikasikan menjadi dua kelas besar: "biologis" (infliximab, erythropoietin, insulin glargine), yang pada dasarnya merupakan sediaan obat dari protein (antibodi alami dan rekombinan, hormon, dll.) , dan molekul organik kecil (atorvastatin, fluticasone, clopidogrel, dll.). Sebagai obat logam, bahan kimia anorganik dan organologam (seperti bahan berbasis platina, litium, dan galium seperti cisplatin, litium karbonat, dan galium nitrat) juga dapat diklasifikasikan sebagai obat.
Penelitian dan pengobatan penyakit yang terkait dengan logam anorganik dalam sistem biologis merupakan fokus bidang kimia anorganik obat, yang membahas fungsi logam dalam pengobatan (metallotherapeutics). Banyak metaloterapi yang telah dilisensikan untuk pengobatan berbagai kondisi, termasuk diabetes (misalnya V dan Cr), gangguan bipolar (misalnya Li), kanker (misalnya Pt, Ru, Gd, Ti, Ge, V, dan Ga) , dan antimikroba (misalnya, Ag, Cu, dan Ru). Bidang penelitian lainnya termasuk radiofarmasi (misalnya, 186Re untuk perawatan, 99mTc untuk diagnostik), genomik, proteomik, dan agen diagnostik (misalnya, MRI: Gd, Mn; X-ray: Ba, I).
Secara khusus, kimia organik sintetik, aspek produk alami, kimia komputasi, biologi kimia, enzimologi, dan biologi struktural semuanya terkait erat dengan kimia obat dalam praktik paling umum, yang berfokus pada molekul organik kecil dan bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan agen terapeutik baru. Dalam istilah praktis, hal ini memerlukan identifikasi entitas kimia baru berdasarkan sifat kimianya dan kemudian mensintesis dan mengubahnya secara menyeluruh agar sesuai untuk aplikasi terapeutik.
Memahami hubungan struktur-aktivitas (SAR) dari obat-obatan yang sudah tersedia dan senyawa yang sedang dikembangkan dalam kaitannya dengan bioaktivitasnya—yaitu, aktivitas dan sifat biologisnya—termasuk komponen sintetik dan komputasi dari subjeknya. Tujuan dari kimia farmasi adalah untuk memastikan bahwa produk medis sesuai dengan tujuannya dengan tetap berkonsentrasi pada unsur kualitas obat.
Kimia obat membentuk kelompok ilmu yang sangat interdisipliner pada antarmuka biologis, menggabungkan penekanan organik, fisik, dan komputasi dengan bidang biologi seperti farmakologi, toksikologi, kedokteran hewan dan manusia, biologi molekuler, dan biokimia. Bidang-bidang ini bekerja sama dengan manajemen proyek, statistik, dan praktik bisnis farmasi untuk secara sistematis mengawasi perubahan bahan kimia yang teridentifikasi sehingga, setelah formulasi farmasi, bahan tersebut aman dan efektif serta dapat digunakan untuk mengobati penyakit.
Disadur dari:
Farmakologi-Farmasi Klinik
Dipublikasikan oleh Anisa pada 19 Maret 2025
Perancangan obat, juga dikenal sebagai "rancangan obat rasional" atau "rancangan obat rasional", adalah proses mengembangkan obat baru yang didasarkan pada informasi tentang target biologis. Obat biasanya terdiri dari molekul organik kecil yang mengaktifkan atau menghentikan fungsi biomolekul seperti protein, yang memberikan manfaat terapeutik bagi pasien. Perancangan obat, dalam pengertian yang paling dasar, mencakup pembuatan molekul yang bentuk dan muatannya saling melengkapi dengan target biomolekuler yang berinteraksi dan oleh karena itu akan terikat dengan mereka. Perancangan obat sering bergantung pada pemodelan komputer, tetapi tidak selalu. Pemodelan jenis ini juga disebut desain obat berbantuan komputer. Terakhir, desain obat berbasis struktur adalah desain yang bergantung pada pemahaman tentang struktur target biomolekuler tiga dimensi.
"Desain obat" dan "desain ligan" serupa. Sebelum suatu ligan dapat dianggap sebagai obat yang aman dan efektif, sifat lain, seperti bioavailabilitas, waktu paruh metabolik, dan efek samping, harus dioptimalkan. Ini terlepas dari kenyataan bahwa teknik desain untuk memprediksi afinitas pengikatan cukup berhasil. Teknik desain rasional seringkali membuat prediksi fitur tambahan ini sulit.
Karena tingkat pengurangan yang tinggi, terutama selama fase klinis pengembangan obat, lebih banyak perhatian difokuskan pada tahap awal proses perancangan obat untuk memilih kandidat obat dengan sifat fisikokimia yang diharapkan akan menyebabkan lebih sedikit masalah selama pengembangan dan akhirnya menghasilkan obat yang disetujui dan dipasarkan. Selain itu, percobaan in vitro yang dilengkapi dengan metode komputasi semakin banyak digunakan dalam penemuan obat awal untuk memilih senyawa dengan profil toksikologi yang lebih disukai dan ADME (penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi).
Desain obat menggunakan lomputer
Memprediksi apakah dan seberapa kuat suatu bahan kimia tertentu akan menempel pada suatu target adalah tujuan utama perancangan obat. Metode paling umum untuk menentukan intensitas interaksi antarmolekul antara molekul kecil dan target biologisnya adalah mekanika molekuler atau dinamika molekul. Teknik ini juga digunakan untuk mensimulasikan perubahan konformasi pada target yang dapat terjadi pada pengikatan molekul kecil, serta memperkirakan konformasi molekul kecil tersebut. Teori fungsional densitas, teknik kimia kuantum ab initio semi-empiris, dan metode lain sering digunakan untuk memperkirakan sifat elektronik (polarisasi, potensial elektrostatik, dll.) dari kandidat obat yang akan mempengaruhi afinitas pengikatan selain memberikan parameter yang dioptimalkan untuk molekuler. perhitungan mekanika.
Prediksi semikuantitatif dari afinitas pengikatan juga dapat diperoleh dengan menggunakan teknik mekanika molekuler. Selain itu, estimasi afinitas pengikatan dapat diperoleh dengan menggunakan metode penilaian berbasis pengetahuan. Dengan menyesuaikan afinitas eksperimental dengan energi interaksi yang ditentukan secara komputasi antara molekul kecil dan target, pendekatan ini menghasilkan prediksi persamaan afinitas pengikatan melalui teknik statistik seperti jaringan saraf, pembelajaran mesin, dan regresi linier.
Pada prinsipnya, hanya satu bahan kimia yang harus disintesis, sehingga menghemat banyak waktu dan uang, karena pendekatan komputasi harus mampu memprediksi afinitas sebelum suatu senyawa dibuat. Pada kenyataannya, teknik komputasi saat ini memiliki kelemahan dan hanya memberikan perkiraan afinitas yang benar secara kualitatif. Pada kenyataannya, menemukan obat yang ideal terkadang memerlukan beberapa tahap desain, sintesis, dan pengujian. Dengan menurunkan jumlah putaran yang diperlukan, pendekatan komputasi telah mempercepat penemuan dan sering kali menghasilkan struktur unik.
Disadur dari: