Pendidikan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025
KOMPAS.com - "Sulit Pak, selama daring saya tidak memahami kompetensi siswa," gumam seorang kawan yang sama-sama berprofesi guru kepada saya tempo hari.
Ini hanyalah gambaran singkat bagaimana perasaan seorang guru saat ini. Banyak guru yang merasa skeptis tentang pembelajaran daring. Banyak guru yang beranggapan pembelajaran daring memiliki risiko "learning loss" yang besar pada generasi.
Di sisi lain, selama pandemi berlangsung, banyak orang tua yang akhirnya tidak mendaftarkan anaknya untuk sekolah, terutama anak-anak yang ada pada masa usia dini.
Padahal pada usia dini, tumbuh kembang anak perlu sangat diperhatikan. Hal ini juga bisa menjadi pemicu awal terjadinya learning loss pada generasi.
Risiko learning loss memang sudah diprediksi akan terjadi dari mulai awal terjadinya penutupan sekolah di seluruh dunia karena pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan tentang framework pembukaan kembali sekolah yang dikeluarkan bersama oleh UNESCO, UNICEF, World Bank, dan WFP pada bulan April 2020, dikatakan penutupan sekolah secara global sebagai tanggapan terhadap pandemi menghadirkan risiko merusak pendidikan, perlindungan, dan kesejahteraan anak-anak (UNESCO et al, 2020).
Selain itu, Michelle Kaffenberger, akademisi dari Blavatnik School of Government, University of Oxford, memprediksi anak-anak bisa kehilangan pembelajaran selama lebih dari satu tahun menyusul penutupan sekolah selama tiga bulan karena tertinggal pelajaran ketika sekolah kembali dibuka (Kaffenberger, 2020).
Pada studi yang lain diperkirakan bahwa antara 7 dan 9,7 juta anak akan putus sekolah sekolah karena dampak ekonomi dari pandemi (Wagner dan Warren, 2020).
Dari sisi sejarah, problematika learning loss ini sebenarnya sudah terbukti ada dari pengalaman yang terjadi di masa lalu.
Berdasarkan penelitian berbasis pada pandemi polio tahun 1916 telah ditemukan bahwa penutupan sekolah dapat memiliki dampak negatif jangka panjang pada hasil pendidikan anak-anak, seperti berkurangnya pencapaian sekolah dan keterampilan kognitif atas mereka, selama seumur hidupnya (Meyers dan Thomasson, 2017).
Berdasarkan penelitian-penelitian yang ada itu, kita memahami bahwa learning loss adalah sebuah keniscayaan.
Siswa yang lebih rentan mengalami learning loss adalah siswa yang tidak memiliki akses yang maksimal untuk melakukan pembelajaran daring. Misalnya, siswa yang berada di pedesaan atau daerah pedalaman dimana akses internet sulit didapatkan.
Jika pun ada akses internet, keterbatasan infrastruktur tetap menjadi kendala bagi siswa mengikuti pembelajaran. Misalnya keterbatasan kuota internet, atau tidak adanya perangkat elektronik untuk mengakses internet.
Faktor orangtua juga memiliki dampak yang signifikan pada terjadinya learning loss.
Bagi orangtua yang memiliki tingkat pendidikan rendah atau orangtua yang tidak memahami pembelajaran daring, ada anggapan bahwa pembelajaran daring itu sebenarnya tidak ada atau mengada-ada.
Bagi mereka, tanpa adanya tatap muka, peran sekolah bisa dikatakan tidak ada dalam pembelajaran. Kini, seolah-olah sekolah memasuki masa libur berkepanjangan. Dengan pemikiran orangtua seperti ini yang paling rentan terkena dampaknya adalah siswa putri.
Ada orangtua yang akhirnya memutuskan untuk menikahkan dini putrinya dalam rangka mengurangi beban keluarga.
Selain itu, orangtua yang memiliki kendala ekonomi terkadang juga menjadi problematika.
Alih-alih mendukung anaknya untuk belajar daring, mereka justru terpaksa memanfaatkan anaknya untuk bekerja membantu keuangan orangtua untuk memenuhi kebutuhan keluarga di tengah krisis pandemi.
Berdasarkan laporan penelitian-penelitian tersebut risiko learning loss memang sangat besar terjadi di masa pandemi. Namun, hal ini tidak seharusnya membuat kita berpangku tangan dan berdiam diri. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hal ini, apalagi dengan kemajuan era teknologi digital saat ini.
Bagi yang tinggal di perkotaan atau di daerah yang relatif lebih mapan, learning loss bisa saja diminimalisir dengan membuat program pembelajaran dalam jaringan (daring) yang lebih maksimal, efisien dan efektif.
Penggunaan berbagai macam platform pendidikan online bisa menjadi alternatif jalan yang sangat membantu pembelajaran siswa di masa pandemi sehingga siswa tidak terlalu tertinggal dalam belajar.
Dalam hal ini, guru memiliki peran yang sangat penting. Hal ini bisa kita jelaskan dengan analogi guru sebagai seorang koki.
Seorang koki harus bisa meramu resep masakan sehingga bisa menghasilkan masakan yang lezat rasanya. Jika rasanya lezat, orang yang memakannya pasti akan ketagihan, ingin makan lagi setelah mencicipinya.
Koki pun akan merasa senang dan semangat untuk membuat resep-resep lain yang berbeda.
Begitu halnya guru, jika guru mampu meramu pembelajaran daring dengan baik, guru akan merasa senang dan tak sabar untuk memulai pembelajaran.
Sementara siswa akan menantikan pembelajaran dengan rasa penuh penasaran. Penasaran akan hal baru apa yang akan dilakukan gurunya di pembelajaran.
Jika tidak seperti ini, pembelajaran daring bisa menjadi sangat membosankan, apalagi tanpa adanya kreativitas dari guru dalam menyampaikan pembelajarannya.
Sejatinya guru harus mampu menuangkan ide-ide kreatif dan inovatifnya menjadi sebuah proses pembelajaran yang baik sehingga siswa tertarik dan akan tetap semangat mengikuti pembelajaran daring.
Selain guru, kurikulum juga harus dibuat lebih fleksibel dengan menentukan standar minimum pencapaian. Standar pencapaian ketuntasan kurikulum sebelum masa pandemi harus ditinjau ulang.
Materi pelajaran yang tidak begitu perlu bisa dihapuskan, yang terlalu panjangan harus dimodifikasi menjadi lebih singkat, dan yang terlalu dalam harus lebih disederhanakan.
Meskipun hal ini terlihat tidak maksimal, setidaknya hal ini bisa meminimalisir terjadinya learning loss pada siswa.
Sebenarnya, learning loss tidak melulu berkutat tentang persoalan akademik, ada dimensi pendidikan karakter juga di dalamnya.
Dalam pemaparan panduan penyelenggaraan pembelajaran pada semester genap tahun ajaran dan tahun akademik 2020/2021 di masa pandemi Covid-19 pada tanggal 20 November 2020, Mendikbud Nadiem Anwar Makarim menegaskan hilangnya pembelajaran secara berkepanjangan berisiko terhadap pembelajaran jangka panjang, baik kognitif maupun perkembangan karakter.
Jika mau jujur, pembahasan hilangnya pembelajaran karakter semestinya lebih bisa dikedepankan. Sebenarnya, degradasi moral dan penurunan akhlak sudah terjadi jauh sebelum pandemi ini ada.
Sejak dunia memasuki era millenial dan revolusi industri 4.0, kemajuan teknologi, selain memiliki dampak positif, ada juga dampak negatif yang yang sangat signifikan pada pendidikan karakter di sekolah.
Hal ini yang menyebabkan para ahli pendidikan merasa perlu mengedepankan pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter yang mengedepankan nilai-nilai inti yang bersifat universal.
Sebenarnya, andai saja penguatan pendidikan karakter bisa berjalan dengan baik sebelum datangnya pandemi, potensi loss learning, baik di pedesaan atau di perkotaan, otomatis bisa diminimalisir.
Siswa yang berkarakter akan memiliki motivasi belajar yang tinggi pada kondisi apapun. Ada atau tidak ada krisis, siswa yang berkarakter akan bisa tetap bisa belajar dengan caranya sendiri.
Sejatinya, banyak cara belajar yang bisa dilakukan tanpa harus tergantung dengan formalitas pendidikan di sekolah. Hal ini membutuhkan motivasi yang tinggi bagi siswa untuk mengeksplor semua potensi belajar dari lingkungan yang ada di sekitarnya.
Penguatan pendidikan karakter inilah yang telah terlupakan selama ini karena kita terlalu fokus memikirkan kompetensi kognitif siswa.
Bahkan di masa krisis pandemi seperti saat ini, kita masih saja terjebak ke dalam pola pikir yang sama. Akhirnya, kita sendiri yang kerepotan menghadapi ancaman learning loss yang bisa sangat merugikan dampaknya bagi kemanusiaan.
Alhasil, setelah hampir satu tahun pembelajaran daring dilakukan pastinya banyak sudah learning loss yang kita rasakan, baik secara kognitif maupun pengembangan karakter.
Mengedepankan pendidikan karakter yang bisa membuat siswa memiliki motivasi belajar dari dalam dirinya sendiri menjadi hal yang perlu kita lakukan sebagai sebuah alternatif solusi agar learning loss tidak terlalu berdampak buruk.
Meskipun guru tak bisa maksimal memberikan pelajaran, peran orang tua menanamkan pendidikan karakter sejak usia dini menjadi kunci penting pemecahan learning loss yang mungkin terjadi pada siswa di masa krisis seperti sekarang ini.
Sumber: kompas.com
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025
KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 selama satu tahun terakhir ini membuat proses pendidikan terpaksa dilakukan secara daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Namun, banyak siswa tidak bisa mengakses belajar secara virtual karena terkendala akses pada ponsel dan infrastruktur internet.
Tidak semua daerah, mendapat infrastruktur internet, gawai yang memadai. Jika siswa tersebut tinggal di wilayah perkotaan, maka saat ia belajar daring tidak banyak menghadapi kendala. Beda cerita bagi siswa di pelosok pedesaan atau daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
Mereka lebih kesulitan mengakses pembelajaran daring dan mau tidak mau, seringkali ada materi yang tertinggal.
Apalagi, dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat akibat pandemi sekarang ini menyebabkan adanya penurunan kualitas kemampuan linguistik pada anak karena guru tidak bisa menyampaikan materi ajar secara kontekstual.
Oleh karena itu, guru diminta untuk melakukan improvisasi dan inovasi dalam memberikan materi belajar yakni membangun interaksi dengan siswa meski dilakukan secara daring.
Bukan sekadar menyerahkan tugas kepada siswa lewat grup media sosial. Hal itu patut dilakukan untuk terus mengasah kemampuan berbahasa pada anak selama pandemi. Apalagi, setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda.
"Kalau melihat dari sisi pendidikan dan pengajaran, banyak terjadi distorsi materi ajar karena hanya dipahami secara tekstual yang seharusnya guru bisa membangun secara kontekstual," kata Pakar Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Sailal Arimi, dilansir dari laman resmi UGM.
Menurut dia, dalam kondisi normal seorang guru bahasa bisa mengajarkan materi secara kontekstual.
Namun lantaran secara daring bahkan tidak semua siswa belajar secara virtual, menyebabkan penyerapan materi ajar lebih bersifat tekstual, sehingga besar kemungkinan terjadi penurunan pengajaran bahasa atau penurunan kemampuan linguistik.
Menyiasati kondisi ini, ia mengusulkan agar guru banyak melakukan inovasi dan modifikasi agar interaksi dengan siswa bisa terbangun.
Sebab, proses belajar mengajar tidak hanya transfer pengetahuan, namun juga mampu mengubah perilaku dan karakter siswa.
"Jika selama ini hanya mengirimkan perintah mengerjakan tugas sehingga kehilangan konteks. Yang ada hanya teks. Memang murid membaca buku tematik, namun guru tidak hadir di situ," ungkapnya.
Meski kondisi pandemi yang mengharuskan guru dan murid menerapkan protokol kesehatan dengan menjaga jarak, maka salah satu yang bisa dilakukan membangun interaksi secara virtual.
Ia menilai jika siswa SMP dan SMA bisa melakukan kegiatan belajar daring lewat aplikasi pertemuan virtual. Namun berbeda dengan siswa SD. Untuk itu perlu membentuk grup di aplikasi pesan dalam batas waktu tertentu.
"Di aplikasi pesan itu bisa menerapkan umpan balik antar siswa dan guru. Bila ada feedback dan diskusi diberi penilaian dengan waktu setengah atau satu jam. Waktu belajar bisa gantian guru-gurunya," jelasnya.
Sailal mengatakan, agak maklum dengan adanya kegiatan belajar mengajar secara daring di mana pendampingan dari guru digantikan orangtua.
Otomatis, tidak sedikit para orangtua yang merasa kewalahan dan mengeluh dikarenakan mau tidak mau harus belajar kembali untuk memahami dan menguasai materi pelajaran si anak.
"Akibatnya guru sebagai role model untuk belajar budi pekerti bahasa yang baik akibat pandemi ini menjadi jauh berkurang," ungkapnya.
Sumber : kompas.com
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025
Selain itu, aktivitas lain seperti bersosialisasi dan ngobrol dengan orang lain terhenti sementara akibat pandemi. Sekalipun tidak mendapat bantuan langsung dari guru atau dosen, siswa membutuhkan karya dan prestasi. Jangan sampai pandemi Covid-19 membuat pelajar menjadi malas dan terlena. Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni (IKA) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Thonthowi Djauhari ingin berbagi beberapa tips jitu agar sukses dalam pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19.
1. Maksimalkan Alat Bantu
Homeschooling hadir dengan beragam tantangan. Termasuk alat dan infrastruktur untuk berpartisipasi dalam pembelajaran online. Thonthowi mengatakan kesulitan ini bisa diminimalisir jika kampus atau sekolah bisa menerima siswanya tanpa alat bantu. Pihak kampus, lanjut Thonthowi, akan semaksimal mungkin membantu mereka dengan menyediakan fasilitas yang memadai ketika peralatan mereka terbatas. Salah satunya dengan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk membantu siswa yang membutuhkan. Hal ini untuk memastikan mereka dapat terus berpartisipasi dalam proses belajar mengajar secara online. “Kalau semua siswa punya fasilitas yang memadai, bisa dipastikan mereka bisa menyelesaikan proses belajar mengajar di rumah juga,” kata Thonthowi kepada Kompas.com, Minggu (2 Juli 2021). Baca juga: Mahasiswa ITS
2. Meningkatkan Soft Skills
Kompetensi seseorang tidak bisa dilihat hanya dari kemampuannya dalam memahami pelajaran atau dari segi akademik. Namun mereka juga harus memiliki soft skill yang baik. Thonthowi menambahkan, baik mahasiswa maupun sarjana setidaknya harus memoles soft skill mereka. Hal ini diperlukan untuk dapat bekerja setelah lulus. Selain itu, soft skill sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja. Meski di masa pandemi, softskill tetap bisa diasah dengan mengikuti kegiatan kampus meski hanya secara daring. “Dengan tetap terorganisir, Anda dapat meningkatkan keterampilan dalam mengartikulasikan ide, memimpin dan dipimpin, serta bekerja dalam tim,” tambahnya.
3. Berdiskusi untuk menambah ilmu
Selain belajar dari atau dari dosen, materi pembelajaran dapat ditingkatkan melalui diskusi. Bisa dengan teman sekelas, satu kampus, atau bahkan kampus lain. Selain itu, banyak sekali materi di internet berupa video yang dapat dijadikan bahan diskusi untuk memperluas pengetahuan.
4. Inilah Cara Menjangkau Seseorang
Salah satu cara mudah untuk mencapai kesuksesan adalah dengan terinspirasi oleh orang-orang hebat. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca buku atau menonton film dokumenter tentang orang tersebut.
5. Jangan takut gagal.
Thonthowi mengatakan kegagalan adalah hal yang lumrah bagi para pekerja. Lebih baik melakukan sesuatu meski harus gagal terlebih dahulu. “Dari kegagalan tersebut kita bisa belajar apa penyebab kegagalan tersebut. Agar kegagalan tersebut tidak terulang lagi. Jika ini dilakukan secara konsisten dalam pembelajaran daring, maka hal ini akan bisa dilakukan baik oleh pelajar maupun mahasiswa di masa pandemi seperti sekarang,” ujarnya. \N.
Sumber: kompas.com
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025
Pada perencanaan perkotaan, zonasi artinya suatu metode pada mana suatu munisipalitas atau tingkatan pemerintahan lainnya membagi tanah menjadi "zon", masing-masing memiliki seperangkat peraturan untuk pengembangan baru yg tidak sama berasal zona lainnya. Zona bisa ditetapkan buat penggunaan tunggal (misalnya, perumahan, industri), mereka bisa menggabungkan beberapa kegiatan yg kompatibel sesuai penggunaan, atau pada perkara zonasi berbasis bentuk, peraturan yang tidak sama bisa mengatur kepadatan, ukuran, dan bentuk bangunan yang diizinkan, tanpa memandang penggunaannya. hukum perencanaan buat setiap zona memilih apakah biar perencanaan buat pengembangan tertentu bisa diberikan. Zonasi bisa memutuskan aneka macam penggunaan tanah secara eksklusif serta bersyarat. Ini dapat membagikan ukuran dan dimensi lot yang dapat dibagi tanah menjadi, atau bentuk serta skala bangunan. pedoman ini ditetapkan buat membimbing pertumbuhan dan pengembangan perkotaan.
Zonasi ialah metode perencanaan perkotaan yg paling awam digunakan oleh pemerintah lokal di negara-negara maju. pengecualian mencakup Britania Raya serta Kota Houston, Texas. aturan zonasi yang membatasi pembangunan perumahan baru (seperti zonasi rumah tunggal) terkait menggunakan harga yang lebih tinggi dan adalah faktor utama dalam segregasi tempat tinggal pada Amerika perkumpulan berdasarkan pendapatan serta ras.
Tujuan utama zonasi artinya memisahkan penggunaan yang diklaim tidak kompatibel. Secara simpel, zonasi jua dipergunakan buat mencegah pengembangan baru menghambat penggunaan yg sudah ada serta/atau buat mempertahankan "karakter" suatu komunitas, pada mana karakter sering dipergunakan menjadi eufemisme buat merujuk pada susunan rasial, etnis, atau sosioekonomi dari komunitas tersebut.
Zonasi bisa meliputi regulasi terhadap jenis kegiatan yang bisa diterima di lot eksklusif (seperti ruang terbuka, perumahan, pertanian, komersial, atau industri), kepadatan pada mana kegiatan tersebut bisa dilakukan (berasal perumahan berkepadatan rendah seperti tempat tinggal tunggal hingga berkepadatan tinggi seperti gedung apartemen bertingkat tinggi), tinggi bangunan, jumlah ruang yg dapat ditempati struktur, lokasi bangunan di lot (penarikan batas), proporsi jenis ruang pada lot, seperti berapa banyak ruang berlandaskan, permukaan tak tembus, jalur kemudian lintas, dan apakah atau tidak tersedia kawasan parkir.
Zonasi umumnya dikendalikan oleh pemerintah lokal mirip kabupaten atau munisipalitas, meskipun sifat rezim zonasi dapat ditentukan atau dibatasi oleh otoritas perencanaan negara atau nasional atau melalui undang-undang yang memberi kewenangan. pada beberapa negara, seperti Prancis, Jerman, atau Kanada, planning zonasi wajib sesuai dengan pernyataan perencanaan dan kebijakan tingkat lebih tinggi (nasional, regional, negara bagian, provinsi). pada perkara Jerman, kode ini meliputi isi rencana zonasi dan mekanisme hukum. pada Australia, tanah pada bawah kendali pemerintah Federal tidak tunduk di kontrol perencanaan negara bagian. Amerika serikat dan negara federasi lainnya serupa. Zonasi serta perencanaan perkotaan di Prancis dan Jerman diatur sang kode nasional atau federal. pada kasus Jerman, kode ini mencakup isi planning zonasi dan prosedur aturan.
Detail tentang bagaimana sistem perencanaan individual menggabungkan zonasi ke dalam rezim regulasinya bervariasi meskipun niatnya selalu serupa. sebagai contoh, pada negara bagian Victoria, Australia, zona penggunaan huma digabungkan menggunakan sistem penutupan skema perencanaan buat memperhitungkan majemuk faktor yg memengaruhi yang akan terjadi perkotaan yang diinginkan pada lokasi manapun.
Sebagian akbar sistem zonasi mempunyai mekanisme untuk menyampaikan dispensasi (pengecualian asal aturan zonasi), umumnya sebab beberapa kesulitan yang dirasakan akibat sifat spesifik properti yang sedang dipertimbangkan.
Disadur dari Artikel : en.wikipedia.org
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Admin pada 14 Februari 2025
Pendahuluan
Industri 4.0 telah menjadi salah satu fenomena terbesar dalam dunia bisnis dan manufaktur dalam dekade terakhir. Perkembangan teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI), big data analytics (BDA), Internet of Things (IoT), dan blockchain membawa perubahan besar dalam rantai pasok global. Banyak perusahaan menginvestasikan sumber daya besar untuk mengadopsi teknologi ini guna meningkatkan efisiensi operasional, transparansi, dan resiliensi rantai pasok.
Namun, pertanyaan utama yang masih belum terjawab adalah: Sejauh mana adopsi Industri 4.0 benar-benar meningkatkan ketahanan rantai pasok? Apakah teknologi ini secara langsung memperkuat rantai pasok, atau ada faktor perantara yang harus diperhitungkan?
Paper yang ditulis oleh Kerry Huang, Kedi Wang, Peter K.C. Lee, dan Andy C.L. Yeung dalam International Journal of Production Economics mencoba menjawab pertanyaan ini. Menggunakan data dari 408 perusahaan manufaktur di Tiongkok, penelitian ini mengungkap hubungan antara adopsi Industri 4.0, kemajuan teknologi informasi (IT advancement), kapabilitas rantai pasok, dan ketahanan rantai pasok.
Kerangka Teoretis: Dynamic Resource-Based View (RBV)
Dalam penelitian ini, para penulis menggunakan pendekatan Dynamic Resource-Based View (RBV) untuk menjelaskan bagaimana sumber daya teknologi dapat diubah menjadi keunggulan kompetitif.
Pendekatan ini berpendapat bahwa:
Dengan kata lain, adopsi Industri 4.0 tidak langsung meningkatkan resiliensi rantai pasok, tetapi melalui peningkatan kemajuan IT yang kemudian memperkuat kapabilitas rantai pasok.
Metodologi Penelitian: Studi Empiris di 408 Perusahaan
Penelitian ini menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data dari 408 perusahaan manufaktur di Tiongkok. Responden yang dipilih adalah manajer atau eksekutif yang memiliki pengalaman dalam manajemen rantai pasok dan implementasi teknologi digital.
Penelitian ini meneliti 16 teknologi utama Industri 4.0, antara lain:
Para peneliti menguji hubungan antara adopsi teknologi ini dengan peningkatan kemajuan IT, kapabilitas rantai pasok (kolaborasi & visibilitas), dan resiliensi rantai pasok.
Hasil Penelitian dan Temuan Utama
Berdasarkan analisis data, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan utama:
Studi Kasus: Implementasi Industri 4.0 dalam Rantai Pasok
Sebagai contoh nyata, penelitian ini mengutip investasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok.
Di sektor bisnis, perusahaan seperti Foxconn dan Huawei telah sukses mengadopsi teknologi Industri 4.0 untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok mereka.
Selain itu, beberapa perusahaan di industri otomotif juga mulai menggunakan IoT dan big data analytics untuk memprediksi kebutuhan bahan baku dan menghindari keterlambatan produksi akibat gangguan pasokan.
Analisis Perbandingan dengan Penelitian Lain
Beberapa penelitian lain juga menyoroti pentingnya teknologi Industri 4.0 dalam rantai pasok:
Dibandingkan penelitian lain, paper ini memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai hubungan antara teknologi, kapabilitas rantai pasok, dan resiliensi rantai pasok.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan penting:
Bagi perusahaan, penelitian ini menunjukkan bahwa hanya mengadopsi teknologi Industri 4.0 tidak cukup. Perusahaan harus mengembangkan strategi integrasi digital yang kuat agar benar-benar mendapatkan manfaat dari transformasi digital ini.
Sumber:
Huang, K., Wang, K., Lee, P.K.C., & Yeung, A.C.L. (2023). The impact of industry 4.0 on supply chain capability and supply chain resilience: A dynamic resource-based view. International Journal of Production Economics, 262, 108913. https://doi.org/10.1016/j.ijpe.2023.108913
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025
Jakarta-BRIN PR. Wakil Kepala Bidang Kebijakan Pembangunan Pusat Riset dan Inovasi (BRIN) menyelenggarakan focus group Discussion (FGD) isu keilmuan yang mempertajam kebijakan perencanaan daerah pertahanan untuk mendukung pertahanan negara di daerah. bertempat di Gedung Widya Graha Gedung Widya Graha Lantai 1, Gatot Subroto, Jakarta, Senin hingga Selasa (20-21/2).
Tujuan dari kegiatan FGD ini adalah untuk mengumpulkan informasi awal dan mempertajam permasalahan terkait perencanaan kawasan cagar alam. Luaran akhir dari penelitian ini adalah rekomendasi kebijakan (policy document) yang akan disebarkan kepada para pemangku kepentingan mengenai perencanaan kawasan kawasan lindung itu sendiri
Acara tersebut tidak hanya menghadirkan narasumber dari Pusat Riset dan Inovasi Nasional. (BRIN) sendiri, serta para pembicara antara lain Badan Pertahanan Negara, Staf Daerah Panglima TNI (STER), Bagian Umum Perencanaan Wilayah Kementerian ATR/BPN, Bagian Umum Pembangunan Daerah Kementerian . Dalam Negeri, asisten yang bertanggung jawab atas koordinasi perbatasan dan perencanaan wilayah pertahanan pada Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan.
Berbicara masalah konservasi tentunya harus mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan Kawasan Lindung. dalam PP no. 68 disebutkan bahwa penataan kawasan lindung adalah penetapan kawasan lindung yang didasarkan pada perencanaan kawasan lindung, pemanfaatan kawasan lindung, dan pengawasan pemanfaatan kawasan lindung.
Perencanaan kawasan lindung pada dasarnya merupakan unjuk kekuatan satuan TNI, mewujudkan sinergi perencanaan kawasan lindung dengan perencanaan kawasan Provinsi Kabupaten/Kota. Pengertian kawasan lindung adalah kawasan yang tujuannya untuk melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keamanan negara dari ancaman dan gangguan keutuhan. kebangsaan dan negara.
Wakil Kepala Bidang Kebijakan Pembangunan Mego Pinandito dalam konferensi pers tersebut menyampaikan bahwa bersama-sama kita akan mencoba mengkaji ulang penyelenggaraan pertahanan negara berdasarkan sistem pertahanan dan keamanan negara yang bersifat universal, melibatkan seluruh warga negara, melihat seluruh wilayah dan yang juga penting, bagaimana sumber daya nasional lainnya dapat dimasukkan dalam satu sistem pertahanan negara itu sendiri.
Dalam konteks kebijakan pertahanan tahun 2023 disebutkan bahwa salah satu tujuan sistem pertahanan negara adalah terselenggaranya pengelolaan kawasan kawasan lindung. “Sekarang ini sangat penting dan tentunya berkaitan dengan sifat bidang ini. Misalnya bagaimana sebenarnya kebijakan pembangunan, khususnya bidang perlindungan, dimana pelaksanaannya harus terintegrasi dengan alam,” kata Mego.
Selain itu, penataan ruang nasional atau daerah tidak boleh mempunyai unsur-unsur yang saling bertentangan, dan unsur-unsur pemerintahan nasional dan daerah harus disesuaikan dengan perencanaan daerah yang terbaik, sehingga kita mempunyai kapasitas pertahanan untuk menciptakan ruang pertahanan yang kokoh. “Indonesia mempunyai lautan yang luas dan terbuka. Kita tidak tahu ancamannya dari mana karena kita sangat terbuka,” kata Mego.
Sehubungan dengan pertahanan negara pada tahun 2020, tujuan perencanaan wilayah adalah perlindungan kawasan lindung. Salah satu upaya untuk melindungi kepentingan nasional adalah dengan menjamin keutuhan wilayah negara, mengamankan sumber daya ekonomi, dan melindungi keselamatan warga negara. Hal ini dilaksanakan melalui inisiatif pertahanan negara yang diselenggarakan secara sistematis melalui sistem pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pertahanan pemerintah.
Perencanaan wilayah kawasan lindung harus mempunyai kepastian hukum segera dan dipersiapkan secepatnya, serta kebijakan perencanaan wilayah kawasan lindung harus sinkron antara negara bagian dan provinsi. Penyiapan ruang buffer zone tidak hanya untuk kondisi perang, pada masa damai ruang buffer zone dapat digunakan untuk tugas-tugas kemanusiaan seperti bantuan bencana alam, dimana kita tahu bahwa Indonesia dikelilingi oleh ring of fire yang memungkinkan terjadinya bencana alam. kapan saja, kapan saja
Rekso Sukmono, Kasubbag dan Perencanaan Wilayah Kementerian Pertahanan, mengatakan penataan cagar alam pada dasarnya merupakan rencana pemanfaatan ruang wilayah untuk pengembangan/pengembangan kawasan lindung, dengan mempertimbangkan ancaman terhadap Indonesia secara keseluruhan. . . di perbatasan negara dan di zona konflik serta untuk kepentingan pertahanan dan keamanan.
“Pemerintahan daerah (otonomi daerah) berwenang mengelola, mengembangkan, dan menentukan ruang daerah sesuai dengan kebutuhan daerah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,”; Rex Sukmon menjelaskan.
Merujuk pada PP no. Pasal 26-28 Perpres 68 Tahun 2014 menyatakan bahwa pemerintah provinsi wajib menyediakan lahan untuk pengembangan dan pengembangan kawasan lindung. Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk memberikan lahan kepada satuan TNI mulai dari tingkat pendidikan perorangan hingga tingkat pendidikan umum TNI.
Pengelolaan kawasan lindung dan perencanaan wilayah harus berjalan beriringan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, kalaupun ada permasalahan kecil atau kecil kita bisa memahaminya agar pengelolaan kawasan lindung dan perencanaan wilayah dapat terus berjalan.
Senada dengan itu, Letjen Geografi STER TNI Letkol Yatiman Arid PABANDYA II pada pokoknya mengatakan hal itu pasca terbitnya PP Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan Kawasan Lindung dan Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 22 Tahun 2019 “Petunjuk Penyusunan”. Hal ini dilaksanakan oleh TNI RRWP dan TNI STER yaitu PERPAG.
PERPAG ini berbentuk Perintah Panglima. Untuk persiapan RRWP di markas pasukan. Pasalnya, dalam Peraturan Menteri Hak Asasi Manusia Nomor 22 Tahun 2019 disebutkan bahwa RRWP akan dilaksanakan oleh Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, dan Kepala Staf Angkatan Udara yang akan menjadi dokumen RRWP produk TNI. . . .
Selain itu, hasil penyusunan RRWP akan disampaikan kepada Menteri setelah mendapat persetujuan Panglima TNI. Rencana penyusunan RRWP terus diatur oleh TNI Perpang. Peraturan Panglima TNI tentang Petunjuk Penyusunan RRWP TNI dan ditetapkan dengan Peraturan Panglima TNI No. Peraturan 77 Tahun 2022. ***
Sumber : brin.go.id