Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 06 Maret 2025
Humas BRIN di Tangsel, Jakarta, sebuah wilayah metropolitan yang padat penduduk di Asia Tenggara dan sekitarnya, mengidentifikasi polusi udara sebagai masalah serius. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, urbanisasi yang cepat, dan mobilitas penduduk yang tinggi telah meningkatkan emisi gas dan partikel berbahaya ke atmosfer. Sumber polusi ini berasal dari aktivitas industri, lalu lintas, dan gaya hidup sehari-hari, yang menghasilkan emisi yang merusak kualitas udara. Tingkat partikel kecil dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer (PM 2.5) di wilayah Jakarta dan sekitarnya menjadi perhatian utama. Partikel PM 2.5 berasal dari berbagai sumber seperti knalpot kendaraan, industri, pembakaran biomassa, serta proses alami seperti debu dan bakteri. Kepadatan lalu lintas dan banyaknya industri di wilayah tersebut memperparah tingkat PM 2.5.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan PT Nafas Applications India melalui Pusat Pengujian Teknologi dan Standar (PRTPS) untuk mengembangkan data sensor dan metode berbasis data dalam mempelajari sumber polusi. Kerjasama ini bertujuan untuk mengembangkan zona udara bersih di wilayah yang terkena dampak emisi energi tradisional. BRIN dan PT Nafas Application India akan memantau kualitas udara menggunakan data sensor dari berbagai sumber, yang kemudian digunakan untuk menyelidiki sumber pencemaran, termasuk menentukan sumber yang paling berkontribusi terhadap peningkatan PM 2.5. Selain itu, kerja sama ini bertujuan untuk menciptakan zona udara bersih di wilayah yang terkena dampak emisi energi tradisional. BRIN dan PT Nafas Application India akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan strategi mitigasi yang tepat untuk mengurangi tingkat PM 2.5.
Direktur Organization for Research on Energy and Manufacturing (OREM), Hasnan Abimanyu, menyatakan bahwa kemitraan ini akan memperkuat kontribusi BRIN dalam kemajuan teknologi dan penelitian terkait pengumpulan data. Sementara itu, CEO PT Nafas Applications India, Nathan Roestady, menggarisbawahi pentingnya kerja sama dengan BRIN dalam mengatasi masalah polusi udara yang kompleks. Teg Muttaky, direktur Pusat Penelitian Teknologi dan Standar Pengujian, menambahkan bahwa kerja sama ini merupakan langkah awal yang baik untuk tahun 2024. Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan wawasan berharga dan langkah nyata dalam mengatasi permasalahan pencemaran udara di Jakarta dan sekitarnya, serta memberikan dasar untuk mengembangkan strategi mitigasi yang tepat untuk menjaga lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi seluruh masyarakat di wilayah tersebut.
Sumber: www.brin.go.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 06 Maret 2025
Humas BRIN melaporkan bahwa Teknologi Organic Rankine Cycle (ORC) dianggap sebagai solusi potensial untuk energi baru terbarukan (EBT) yang efisien dan dapat diandalkan. Teknologi ini mampu menghasilkan listrik dari berbagai sumber panas, termasuk energi panas bumi, limbah panas, dan energi matahari. ORC adalah siklus termodinamika yang menggunakan cairan organik sebagai media kerja untuk menghasilkan listrik. Teknologi ini dapat digunakan pada berbagai rentang suhu panas, termasuk sumber panas yang tidak dapat dimanfaatkan dengan teknologi konvensional, seperti panas bumi suhu rendah dan limbah panas.
Untuk mendukung penelitian dan pengembangan teknologi ORC guna meningkatkan efisiensi dan kinerjanya, Organisasi Penelitian Energi dan Manufaktur (OREM) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan PT Bumi Resik Nusantara Raya (PT. BRNR) sepakat untuk bekerja sama. Mereka akan mengoptimalkan penggunaan listrik dan menghasilkan energi listrik yang lebih bersih dan terjangkau. Kesepakatan ini dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani pada Rabu (17 Januari 2021) di BJ Habibie Serpong KST.
Hasnan Abimanyu, Ketua OREM, menyatakan bahwa kemitraan ini merupakan langkah penting dalam mengeksplorasi potensi energi terbarukan. Xhaka, perwakilan PT Bumi Resik Nusantara Raya, menyambut baik kesempatan untuk berkolaborasi dengan BRIN dalam pengembangan teknologi ORC. Mereka berharap kerja sama ini dapat mencapai kemajuan signifikan dalam energi ramah lingkungan.
Proyek pengembangan prototipe turbin ORC yang dilakukan oleh tim kolaboratif ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap penyediaan listrik yang bersih dan terjangkau. Selain itu, kerja sama ini juga diharapkan dapat memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan teknologi antara sektor publik dan swasta. Pengembangan turbin ORC kecil ini dianggap sebagai langkah maju dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia, yang diharapkan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Selain itu, diharapkan juga dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan bagi masyarakat setempat.
Sebagai informasi tambahan, kegiatan ini didukung oleh mekanisme RISPRO (Pendanaan Penelitian Inovatif-Produktif Komersial) - LPDP - dan kontribusi dari mitra PT. Bumi Resik Nusantara.
Sumber: www.brin.go.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 06 Maret 2025
Inovasi Teknologi Presisi dalam Meningkatkan Kualitas Hasil Pertanian Untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian, diperlukan inovasi teknologi, salah satunya adalah teknologi presisi. Teknologi presisi merupakan pengelolaan sistem informasi teknologi yang menggabungkan strategi manajemen dan teknologi untuk efisiensi penggunaan sumber daya, dengan tujuan mencapai hasil optimal dan mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PR SPBPDH), bekerja sama dengan PT Habibi Digital Nusantara dalam mengembangkan riset keberlanjutan menggunakan teknologi presisi dengan layanan Internet of Things (IoT) dan sensor real time. Tujuan kerja sama ini adalah mengembangkan pengetahuan terkait teknologi berbasis digital untuk mendukung keberlanjutan di sektor energi dan pangan.
Kepala PR SPBPDH BRIN, Nugroho Adi Sasongko, menjelaskan bahwa kerja sama ini melibatkan riset keberlanjutan dalam pemanfaatan teknologi presisi dengan layanan IoT dan sensor real time, termasuk analisis keberlanjutan dan penilaian daur hidup. BRIN dan PT Habibi Digital Nusantara akan melakukan identifikasi potensi keberlanjutan dan pengembangan menggunakan teknologi presisi dengan layanan IoT dan sensor real time, serta melakukan penilaian keberlanjutan dan daur hidup budi daya di lingkungan terkendali komoditas hortikultura.
Sebagai badan berbasis riset, BRIN akan terlibat dalam penyusunan proposal pembiayaan riset kepada pihak ketiga, penyusunan karya tulis ilmiah nasional/internasional, dan penyusunan permohonan kekayaan intelektual. Metodologi yang digunakan dalam analisis keberlanjutan adalah MSA dan dalam analisis penilaian daur hidup menggunakan LCA. Direktur PT Habibi Digital Nusantara, Irsan Rajamin, menegaskan bahwa perusahaannya berfokus pada inovasi teknologi pertanian. Visi perusahaan tersebut adalah membangun peradaban melalui IoT agriculture. Harapannya, kerja sama ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan sektor pertanian.
Sumber: brin.go.id
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Kinerja logistik dalam rantai pasok merupakan faktor kunci dalam keberhasilan suatu organisasi di era globalisasi. Paper ini, yang ditulis oleh Mohd Fathi Mohamad, Zulkifli M Udin, dan Kamal Imran Sharif dari Universiti Utara Malaysia, membahas bagaimana manajemen inventaris, pergudangan, dan transportasi memengaruhi efisiensi rantai pasok dan daya saing perusahaan.
Studi ini menyoroti bahwa pengelolaan logistik yang efisien dapat meningkatkan efisiensi hingga 30%, dengan strategi yang tepat dalam pengelolaan stok, penyimpanan barang, dan distribusi.
Metodologi Penelitian
✅ Kajian literatur tentang faktor utama yang memengaruhi kinerja logistik.
✅ Analisis hubungan antara inventaris, pergudangan, dan transportasi dalam rantai pasok.
✅ Studi kasus industri manufaktur dan ritel, mengukur efektivitas strategi logistik yang diterapkan.
Temuan Utama
1. Peran Manajemen Inventaris dalam Kinerja Logistik
📌 Inventaris berlebih dapat meningkatkan biaya operasional hingga 25%, tetapi persediaan yang terlalu rendah meningkatkan risiko kekurangan stok.
📌 Just-in-Time (JIT) dan Economic Order Quantity (EOQ) terbukti meningkatkan efisiensi rantai pasok dengan mengurangi biaya penyimpanan dan stok berlebih.
📌 Penerapan teknologi prediktif dalam manajemen inventaris dapat meningkatkan akurasi peramalan permintaan hingga 35%.
2. Efisiensi Pergudangan dan Dampaknya terhadap Rantai Pasok
📌 Desain gudang yang optimal dapat mengurangi waktu pencarian barang hingga 40%, meningkatkan efisiensi operasional.
📌 Sistem pergudangan otomatis berbasis AI dan IoT telah mengurangi kesalahan pencatatan inventaris hingga 50% di beberapa perusahaan logistik global.
📌 Penempatan gudang yang strategis membantu dalam mengoptimalkan rute distribusi dan mengurangi biaya transportasi.
3. Transportasi sebagai Tulang Punggung Kinerja Logistik
📌 Pemilihan moda transportasi yang tepat dapat mengurangi biaya distribusi hingga 20%.
📌 Integrasi third-party logistics (3PL) meningkatkan efisiensi pengiriman dan mengurangi keterlambatan distribusi.
📌 Optimasi rute berbasis AI dan big data membantu dalam mengurangi waktu pengiriman dan meningkatkan ketepatan waktu hingga 90%.
Studi Kasus: Implementasi Manajemen Logistik di Industri Manufaktur dan Ritel
📌 Industri manufaktur yang menerapkan metode JIT mengalami penurunan biaya inventaris hingga 28%.
📌 Perusahaan ritel yang mengadopsi sistem pergudangan berbasis teknologi AI mencatat peningkatan efisiensi stok sebesar 37%.
📌 Optimasi transportasi dengan 3PL mengurangi biaya operasional pengiriman hingga 22%.
Tantangan dalam Implementasi Strategi Logistik
⚠ Kurangnya integrasi teknologi dalam sistem logistik.
➡ Solusi: Menggunakan ERP dan sistem manajemen rantai pasok berbasis cloud.
⚠ Tingginya biaya investasi dalam sistem logistik otomatis.
➡ Solusi: Mengadopsi strategi bertahap dalam digitalisasi logistik.
⚠ Variabilitas permintaan pasar yang sulit diprediksi.
➡ Solusi: Analisis data real-time untuk meningkatkan ketepatan prediksi permintaan.
Strategi Optimal untuk Meningkatkan Kinerja Logistik
✅ Penerapan Sistem Digital dalam Manajemen Inventaris
✅ Optimalisasi Pergudangan dengan Automasi
✅ Efisiensi Transportasi dengan Analitik Data
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen inventaris, pergudangan, dan transportasi memiliki dampak signifikan terhadap efisiensi rantai pasok dan kinerja logistik perusahaan.
Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat:
✅ Meningkatkan efisiensi logistik hingga 30%.
✅ Menekan biaya operasional dan meningkatkan profitabilitas.
✅ Mempercepat waktu pengiriman dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Penerapan teknologi digital dan integrasi sistem dalam manajemen logistik menjadi kunci untuk mencapai rantai pasok yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Sumber : Mohd Fathi Mohamad, Zulkifli M Udin, Kamal Imran Sharif (2018). Inventory, Warehousing, and Transportation Management Impacts Towards Logistics Performance in Supply Chain Management. International Journal of Supply Chain Management, Vol. 7, No. 6, December 2018.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Industri pertanian telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, tetapi menyumbang lebih dari 19% emisi gas rumah kaca global. Tantangan utama dalam rantai pasok pertanian adalah pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan untuk mengurangi jejak ekologis.
Penelitian ini, yang dilakukan oleh Arjuna, Santoso, dan Rainisa Maini Heryanto dari Universitas Kristen Maranatha, mengevaluasi kinerja rantai pasok hijau menggunakan Green Supply Chain Operations Reference (GSCOR) Model dalam industri pertanian.
Metodologi Penelitian
✅ Analisis GSCOR Model → Mengukur performa rantai pasok berdasarkan aspek keberlanjutan.
✅ Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) → Untuk menentukan bobot parameter kinerja.
✅ Metode Objective Matrix (OMAX) & Traffic Light System (TLS) → Untuk menilai dan mengkategorikan tingkat pencapaian kinerja.
✅ Studi kasus perusahaan agrikultur → Fokus pada produksi sayuran dataran tinggi untuk pasar ekspor ke Jepang dan Singapura.
Temuan Utama
1. Evaluasi Kinerja Rantai Pasok Hijau
📌 Performa rantai pasok perusahaan dikategorikan dalam level kuning dengan skor 6.357, menunjukkan kinerja rata-rata.
📌 Tiga indikator utama (KPI) dalam kategori merah yang perlu diperbaiki:
2. Strategi Optimalisasi Green Supply Chain
📌 Efisiensi penggunaan sumber daya:
3. Studi Kasus: Implementasi GSCOR Model dalam Industri Pertanian
📌 Penggunaan metode GSCOR di perusahaan agrikultur Indonesia:
📌 Perbandingan dengan industri lain:
Tantangan dalam Implementasi Green Supply Chain
⚠ Kurangnya regulasi yang mendukung keberlanjutan di industri pertanian.
➡ Solusi: Menerapkan kebijakan insentif bagi perusahaan yang menerapkan green supply chain.
⚠ Tingginya biaya investasi untuk teknologi hijau.
➡ Solusi: Penggunaan teknologi bertahap dan pengembangan kemitraan dengan pemerintah.
⚠ Kurangnya kesadaran dan pelatihan karyawan.
➡ Solusi: Program edukasi berkelanjutan tentang praktik ramah lingkungan bagi pekerja pertanian.
Strategi Implementasi Green SCOR Model di Perusahaan Agrikultur
✅ Optimalisasi Penggunaan Sumber Daya
✅ Meningkatkan Manajemen Limbah
✅ Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok hijau menggunakan GSCOR Model dapat membantu perusahaan agrikultur meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan.
Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat:
✅ Meningkatkan efisiensi operasional hingga 30%.
✅ Mengurangi limbah produksi dan konsumsi bahan berbahaya.
✅ Meningkatkan kepatuhan terhadap standar lingkungan global.
Implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) berbasis GSCOR dapat menjadi solusi jangka panjang bagi industri pertanian dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan daya saing global.
Sumber : Arjuna, Santoso, Rainisa Maini Heryanto (2022). Green Supply Chain Performance Measurement using Green SCOR Model in Agriculture Industry: A Case Study. Jurnal Teknik Industri, Vol. 24, No. 1, June 2022.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Supply Chain Performance Measurement (SCPM) memainkan peran penting dalam mengoptimalkan efisiensi rantai pasok dan meningkatkan daya saing bisnis. Paper yang ditulis oleh Larry Lapide dari AMR Research mengkaji berbagai pendekatan dalam mengukur kinerja rantai pasok, termasuk model SCOR (Supply Chain Operations Reference), Balanced Scorecard, Economic Value Added (EVA), serta Activity-Based Costing (ABC).
Penelitian ini juga membahas bagaimana perusahaan dapat memilih metrik kinerja yang tepat, serta tantangan dalam implementasi sistem pengukuran rantai pasok yang efektif.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini berbasis pada studi literatur dan analisis industri, dengan pendekatan berikut:
✅ Analisis historis mengenai evolusi metode pengukuran kinerja rantai pasok.
✅ Evaluasi pendekatan pengukuran kinerja, termasuk SCOR Model, Balanced Scorecard, EVA, dan ABC.
✅ Studi kasus penerapan sistem pengukuran rantai pasok di berbagai industri, seperti manufaktur, ritel, dan logistik.
Temuan Utama
1. Pentingnya Pengukuran Kinerja dalam Rantai Pasok
📌 Perusahaan yang mengukur kinerja rantai pasok secara rutin mengalami peningkatan efisiensi hingga 30% dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan sistem SCPM.
📌 Metrik yang dipilih harus selaras dengan strategi bisnis, karena metrik yang tidak relevan dapat menyebabkan distorsi dalam pengambilan keputusan.
📌 Beberapa tantangan utama dalam pengukuran kinerja rantai pasok meliputi keterbatasan teknologi, ketidaksesuaian metrik, dan kurangnya dukungan eksekutif.
2. Pendekatan Utama dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
📌 Balanced Scorecard (BSC) → Metrik seimbang berbasis keuangan, pelanggan, proses internal, dan pembelajaran organisasi.
📌 SCOR Model → Mengukur kinerja rantai pasok dalam dimensi keandalan, fleksibilitas, dan biaya.
📌 Economic Value Added (EVA) → Mengukur nilai finansial yang dihasilkan oleh rantai pasok terhadap modal yang digunakan.
📌 Activity-Based Costing (ABC) → Menghitung biaya berdasarkan aktivitas yang memberikan nilai tambah, bukan hanya berdasarkan departemen atau divisi.
3. Studi Kasus: Implementasi SCPM di Berbagai Industri
📌 Industri manufaktur yang menerapkan SCOR Model mengalami penurunan lead time hingga 40% dan peningkatan efisiensi produksi sebesar 25%.
📌 Perusahaan ritel yang menggunakan Balanced Scorecard melaporkan peningkatan tingkat kepuasan pelanggan sebesar 20% dan penurunan biaya operasional sebesar 15%.
📌 Penggunaan teknologi analitik dalam SCPM dapat meningkatkan akurasi prediksi permintaan hingga 35%, membantu perusahaan menghindari stok berlebih atau kekurangan pasokan.
Strategi Optimal untuk Implementasi SCPM
✅ Menyesuaikan Metrik dengan Tujuan Bisnis
✅ Mengadopsi Teknologi Digital dalam Pengukuran Kinerja
✅ Meningkatkan Kolaborasi dan Transparansi dengan Mitra Bisnis
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok yang efektif dapat meningkatkan efisiensi bisnis dan daya saing global.
Dengan memilih model pengukuran yang tepat dan memanfaatkan teknologi digital, organisasi dapat:
✅ Meningkatkan efisiensi operasional.
✅ Menekan biaya dan meningkatkan profitabilitas.
✅ Memperkuat hubungan dengan pemasok dan pelanggan.
Penerapan Balanced Scorecard, SCOR Model, EVA, dan ABC dalam SCPM dapat membantu perusahaan memahami dan mengoptimalkan performa rantai pasok mereka secara lebih strategis dan berbasis data.
Sumber : Larry Lapide (2024). Understanding Supply Chain Performance Measurement and Optimization. AMR Research.