Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 20 Juni 2025
Krisis Air di Kawasan Indus dan Kompleksitas Politik
Air adalah kebutuhan dasar kehidupan yang sangat vital bagi manusia dan ekosistem. Namun, pengelolaan air yang efektif menjadi tantangan besar, terutama di kawasan sungai lintas batas seperti Indus River Basin yang dibagi antara Pakistan dan India. Kedua negara ini menghadapi krisis air yang parah, dengan jutaan warga terdampak kekurangan air bersih dan polusi. Paper “Pakistan, India and the Indus River Basin” oleh Muquadas Ilyas (2023) mengkaji secara mendalam bagaimana konflik politik, manajemen air yang lemah, dan ketegangan geopolitik memperburuk krisis ini.
Latar Belakang: Pentingnya Indus River Basin
Konflik Politik dan Dampaknya pada Manajemen Air
Ketegangan Sejarah
Indus Waters Treaty (IWT) 1960
Manajemen Air: Kelemahan dan Tantangan di Pakistan dan India
Informasi dan Data Manajemen
Polusi Air
Konservasi Air
Studi Kasus: Baghlihar Dam dan Dampaknya
Pelajaran dari Pengelolaan Sungai Lintas Negara Lain
Opini dan Rekomendasi
Opini
Rekomendasi
Menuju Pengelolaan Air yang Adil dan Berkelanjutan
Paper ini menegaskan bahwa krisis air di Indus River Basin bukan hanya akibat faktor alam, tetapi juga kegagalan manajemen dan konflik politik yang berkepanjangan antara Pakistan dan India. Pengelolaan air yang efektif memerlukan data akurat, penegakan hukum yang kuat, konservasi, dan kerjasama lintas batas yang konstruktif. Pembelajaran dari sungai lintas negara lain dapat menjadi inspirasi untuk memperbaiki mekanisme yang ada. Dengan upaya bersama dan reformasi, kedua negara dapat mengatasi krisis air yang mengancam jutaan jiwa dan stabilitas regional.
Sumber Artikel
Muquadas Ilyas. Pakistan, India and the Indus River Basin. Master’s Thesis, City College of New York, 2023.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 20 Juni 2025
Mengapa Hydro-Economic Modeling (HEM) Kian Penting?
Pengelolaan sumber daya air menghadapi tantangan yang semakin kompleks akibat perubahan iklim, pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan tekanan ekonomi yang meningkat. Hydro-Economic Modeling (HEM) muncul sebagai pendekatan integratif yang menggabungkan aspek biophysical, ekonomi, dan sosial untuk mendukung pengambilan keputusan dalam pengelolaan air yang berkelanjutan dan adaptif. Paper oleh J. Pablo Ortiz-Partida dkk. (2023) mereview perkembangan terkini aplikasi HEM, menyoroti kategori utama aplikasi, teknik pemodelan, serta tantangan yang masih dihadapi dan potensi inovasi ke depan.
Kerangka dan Metodologi Review
Penulis melakukan tinjauan literatur sistematis terhadap 169 artikel peer-reviewed yang dipublikasikan antara 2009 hingga Juli 2020, dengan fokus pada lima kategori utama aplikasi HEM:
Metode pemilihan artikel menggunakan kata kunci primer dan sekunder terkait ekonomi air, perubahan iklim, dan pengelolaan sumber daya. Analisis mendalam dilakukan terhadap teknik pemodelan, skala spasial dan temporal, variabel yang digunakan, serta implikasi kebijakan.
Teknik Pemodelan dan Karakteristik HEM
Optimasi vs Simulasi
Skala Spasial dan Temporal
Variabel yang Diperhitungkan
Aplikasi Utama HEM dan Studi Kasus Penting
1. Dampak Perubahan Iklim dan Adaptasi
HEM digunakan untuk mengevaluasi dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air dan sektor terkait. Misalnya, model di California menunjukkan bahwa pengelolaan air tanah dapat menjadi buffer penting selama kekeringan, mengurangi dampak ekonomi (Foster et al., 2017). Studi di Mediterania menyoroti perlunya kebijakan adaptasi berbasis skenario ekstrem untuk mengurangi kerugian di sektor pertanian (Escriva-Bou et al., 2017).
2. Manajemen Nexus Air-Pangan-Energi-Ekosistem
HEM membantu mengoptimalkan alokasi air antara irigasi, pembangkit listrik, dan kebutuhan lingkungan. Contoh di Sungai Mekong dan Amu Darya menunjukkan bahwa pengelolaan terintegrasi dapat meningkatkan produksi energi dan pertanian tanpa mengorbankan ekosistem (Jalilov et al., 2016; Do et al., 2020). Di wilayah kering seperti Afrika, pengelolaan air tanah yang berkelanjutan sangat krusial untuk ketahanan pangan (Gohar et al., 2019).
3. Integrasi dengan Model Sektor Lain
Penggabungan HEM dengan model iklim, agronomi, dan ekonomi memungkinkan analisis yang lebih holistik. Misalnya, penggabungan model agronomi dengan HEM di Murray-Darling Basin, Australia, membantu mengidentifikasi jenis tanaman yang lebih tahan iklim ekstrem (Qureshi et al., 2013). Model multi-agen juga digunakan untuk menggambarkan perilaku pengguna air dan interaksi sosial-ekonomi (Yang et al., 2009).
4. Kebijakan Pasar Air dan Harga
HEM digunakan untuk merancang kebijakan harga air yang efisien dan adil, serta menilai potensi pasar air dalam mengatasi kelangkaan. Studi di Valencia, Spanyol, mengembangkan tarif air berbasis kelangkaan yang meningkatkan efisiensi penggunaan (Lopez-Nicolas et al., 2018). Di California, pasar air membantu mengurangi kerugian pertanian hingga 7% selama kekeringan (Jiang dan Grafton, 2012).
5. Pengelolaan Ketidakpastian dan Risiko
Model stochastic dan optimasi dinamis semakin banyak digunakan untuk mengatasi ketidakpastian iklim dan pasar. Misalnya, model reservoir multi-dam di Spanyol mengadopsi stochastic dual dynamic programming untuk mengoptimalkan operasi di bawah variabilitas aliran (Macian-Sorribes et al., 2017). Pengelolaan risiko juga penting dalam pengoperasian pembangkit listrik hidro dan penilaian dampak bencana (Foster et al., 2015).
Kelemahan dan Tantangan HEM Saat Ini
Nilai Tambah dan Tren Masa Depan
Studi Kasus dan Angka Penting
HEM sebagai Alat Strategis Pengelolaan Air Masa Depan
Paper ini memberikan gambaran komprehensif tentang kemajuan dan tantangan hydro-economic modeling dalam konteks pengelolaan sumber daya air global. HEM telah berkembang dari alat evaluasi proyek menjadi sistem pendukung keputusan yang mengintegrasikan aspek hidrologi, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Namun, agar HEM dapat benar-benar efektif, perlu ada peningkatan dalam representasi ekosistem, integrasi data sosial, peningkatan resolusi model, dan keterlibatan pemangku kepentingan.
Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan pertumbuhan permintaan air, HEM menawarkan kerangka kerja yang adaptif dan holistik untuk merancang kebijakan dan investasi yang berkelanjutan. Ke depan, pengembangan model yang lebih operasional dan inklusif akan menjadi kunci untuk meningkatkan ketahanan air dan kesejahteraan masyarakat secara global.
Sumber Artikel
J. Pablo Ortiz-Partida, Angel Santiago Fernandez-Bou, Mahesh Maskey, José M. Rodríguez-Flores, Josué Medellín-Azuara, Samuel Sandoval-Solis, Tatiana Ermolieva, Zoe Kanavas, Reetik Kumar Sahu, Yoshihide Wada, Taher Kahil. Hydro-Economic Modeling of Water Resources Management Challenges: Current Applications and Future Directions. Water Economics and Policy, Vol. 9, No. 1 (2023) 2340003.
Manajemen Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025
Pendahuluan
Dalam lingkungan bisnis global yang kompetitif, manajemen rantai pasokan yang efektif menjadi kunci kesuksesan perusahaan. Salah satu faktor penting dalam rantai pasokan adalah Supplier Relationship Management (SRM), yang berfokus pada kolaborasi antara perusahaan dan pemasok untuk meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing.
Penelitian ini mengkaji bagaimana kolaborasi pemasok memengaruhi kinerja perusahaan melalui lean manufacturing dan pengendalian inventaris, dengan fokus pada industri manufaktur di Pulau Jawa, Indonesia. Studi ini memberikan wawasan bagi perusahaan tentang strategi SRM yang optimal untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei terhadap 88 perusahaan manufaktur di sektor bahan kimia dan mineral non-logam di Jawa. Data dianalisis menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan software SmartPLS untuk menguji hubungan antara kolaborasi pemasok, lean manufacturing, pengendalian inventaris, dan kinerja perusahaan.
Temuan Utama
1. Kolaborasi Pemasok Berdampak Positif terhadap Kinerja Perusahaan
2. Lean Manufacturing Tidak Secara Langsung Meningkatkan Kinerja Perusahaan
3. Pengendalian Inventaris sebagai Mediator Kunci
4. Integrasi Lean Manufacturing dan Pengendalian Inventaris Optimal
5. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kolaborasi Pemasok
Implikasi dan Strategi Optimal untuk Perusahaan
Penelitian ini menunjukkan bahwa kolaborasi pemasok yang efektif, jika didukung oleh strategi pengendalian inventaris yang kuat, dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan.
Beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan:
Kesimpulan
Kolaborasi pemasok terbukti memiliki dampak positif terhadap kinerja perusahaan, tetapi manfaatnya akan lebih optimal jika digabungkan dengan strategi pengendalian inventaris yang kuat.
Lean manufacturing sendiri tidak memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, tetapi berperan dalam meningkatkan efektivitas pengendalian inventaris.
Untuk meningkatkan daya saing, perusahaan perlu mengintegrasikan SRM dengan digitalisasi rantai pasokan, meningkatkan transparansi dengan pemasok, serta menerapkan strategi lean manufacturing dan kontrol inventaris yang lebih efektif.
Sumber : Dherma Riofiandi, Zeplin Jiwa Husada Tarigan (2022). The Effect of Supplier Collaboration on Company Performance through Lean Manufacture and Inventory Control. Petra Christian University.
Manajemen Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025
Pendahuluan
Dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat, efektivitas rantai pasokan menjadi faktor utama keberhasilan perusahaan. Supplier Relationship Management (SRM) telah terbukti meningkatkan keandalan pengiriman, mengurangi biaya, mendukung inovasi, dan mengelola risiko. Namun, implementasi SRM tidak selalu seragam di semua industri. Studi ini membandingkan bagaimana berbagai perusahaan industri di Finlandia menerapkan SRM, menyoroti perbedaan praktik, nilai yang diciptakan, serta tantangan yang dihadapi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif, dengan data dari empat perusahaan lintas sektor melalui wawancara semi-terstruktur. Analisis ini memberikan wawasan penting bagi perusahaan yang ingin meningkatkan strategi manajemen pemasok mereka.
Metodologi Penelitian
Studi ini mengumpulkan data melalui wawancara dengan delapan karyawan dari empat perusahaan industri yang berbeda di Finlandia. Sektor yang diteliti meliputi industri logam, elektronik, dan makanan. Data dianalisis menggunakan pendekatan content analysis untuk mengidentifikasi pola dalam praktik SRM, faktor penciptaan nilai, serta hambatan yang dihadapi perusahaan.
Temuan Utama
1. Perbedaan Praktik SRM di Berbagai Sektor
Setiap industri memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengelola pemasok:
2. Faktor-Faktor Penciptaan Nilai dalam SRM
Penelitian mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menciptakan nilai dalam hubungan dengan pemasok:
3. Tantangan dalam Implementasi SRM
Meskipun SRM membawa manfaat besar, terdapat beberapa hambatan yang dihadapi perusahaan:
Analisis dan Implikasi
Temuan studi ini menunjukkan bahwa SRM bukan sekadar proses administratif, tetapi strategi bisnis yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Perusahaan yang menerapkan pendekatan berbasis data, membangun hubungan jangka panjang, dan mengadopsi teknologi digital mampu mengoptimalkan rantai pasokan mereka dengan lebih efektif.
Bagi industri yang masih menghadapi tantangan dalam implementasi SRM, berinvestasi dalam digitalisasi, meningkatkan transparansi komunikasi, dan mengadopsi strategi segmentasi pemasok dapat membantu mengatasi hambatan yang ada.
Rekomendasi untuk Optimalisasi SRM
Kesimpulan
Supplier Relationship Management (SRM) memainkan peran krusial dalam meningkatkan efisiensi, inovasi, dan stabilitas rantai pasokan di berbagai sektor industri di Finlandia. Studi ini menunjukkan bahwa setiap industri memiliki pendekatan unik dalam SRM, tergantung pada kebutuhan dan tantangan spesifiknya.
Untuk mencapai keunggulan kompetitif, perusahaan perlu mengoptimalkan strategi SRM mereka melalui digitalisasi, evaluasi pemasok yang lebih efektif, dan penguatan hubungan jangka panjang dengan mitra strategis. Dengan menerapkan rekomendasi dari studi ini, industri di Finlandia dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar global.
Sumber : Siiri Leppänen (2023). Examining and Comparing Supplier Relationship Management Practices in Industrial Companies Across Sectors in Finland. Lappeenranta–Lahti University of Technology LUT.
Manajemen Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025
Pendahuluan
Organisasi Big Science (BSOs) seperti CERN dan Hubble Space Telescope memainkan peran penting dalam inovasi ilmiah dan teknologi. Namun, apakah pemasok yang bekerja dengan BSOs benar-benar mendapatkan keuntungan dari hubungan ini? Studi oleh Xin Weng (2021) dari Uppsala University mengeksplorasi nilai yang dirasakan pemasok (Supplier-Perceived Value/SPV) dalam hubungan mereka dengan BSOs.
Penelitian ini membahas manfaat inovasi, peluang pasar, serta tantangan yang dihadapi pemasok dalam memenuhi standar tinggi organisasi sains besar. Dengan analisis data dari 38 pemasok Big Science di Swedia, penelitian ini memberikan wawasan penting bagi perusahaan yang ingin terlibat dalam proyek-proyek ilmiah besar.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis survei dengan 38 pemasok Big Science di Swedia sebagai responden. Analisis dilakukan menggunakan multiple regression dan independent t-test, untuk mengevaluasi hubungan antara fungsi SRM dan nilai yang dirasakan oleh pemasok.
Temuan Utama
1. Hubungan dengan BSOs Meningkatkan Nilai Pasar dan Reputasi Pemasok
2. Manfaat Inovasi dan Pengembangan Produk
3. Proses Produksi dan Manajemen Kualitas Pemasok Mengalami Perubahan Signifikan
4. Tantangan dalam Hubungan Pemasok dengan BSOs
Meskipun banyak keuntungan, penelitian ini menemukan beberapa tantangan utama:
Analisis dan Implikasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan dengan BSOs dapat memberikan keuntungan dalam hal reputasi, inovasi, dan peningkatan kualitas produk, tetapi pemasok perlu memahami bahwa keuntungan finansial langsung sering kali terbatas.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan pemasok untuk memaksimalkan manfaat dari hubungan dengan BSOs meliputi:
Kesimpulan
Supplier Relationship Management (SRM) dalam organisasi Big Science dapat meningkatkan reputasi pemasok, mendorong inovasi, serta meningkatkan kualitas produksi. Namun, pemasok harus menghadapi tantangan seperti biaya adaptasi tinggi dan kurangnya kesinambungan kontrak. Oleh karena itu, pemasok perlu mengembangkan strategi jangka panjang untuk memaksimalkan manfaat dari hubungan dengan BSOs dan mendiversifikasi produk mereka untuk pasar lain.
Sumber : Xin Weng (2021). Supplier-Perceived Value in Big-Science-Supplier Relationships – What Can Suppliers Gain from Delivering to Big-Science Organizations?. Uppsala University.
Manajemen Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025
Pendahuluan
Dalam dunia bisnis modern, manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) menjadi strategi penting dalam mengelola rantai pasok. SRM bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mengoptimalkan integrasi pemasok, dan mengurangi risiko rantai pasok.
Penelitian ini membahas implementasi SRM dalam industri teknik global melalui studi kasus pada sebuah perusahaan teknik internasional di Denmark. Dengan menggunakan metode longitudinal case study, penelitian ini menganalisis strategi integrasi pemasok dari sistem lokal ke global, serta bagaimana perusahaan dapat menerapkan SRM untuk meningkatkan kinerja pemasok dan membangun hubungan bisnis yang lebih kuat.
Tantangan dalam Implementasi SRM di Industri Teknik Global
1. Kompleksitas Integrasi Pemasok Global
2. Ketidakseimbangan antara Globalisasi dan Kebutuhan Lokal
3. Tantangan dalam Pengurangan Jumlah Pemasok
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus longitudinal yang dilakukan dari Maret 2019 hingga Juli 2022 di sebuah perusahaan teknik global. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan manajer rantai pasok, analisis dokumen internal, dan observasi langsung dalam implementasi SRM. Analisis menggunakan model kualitatif dengan metode grounded theory untuk memahami pola hubungan pemasok dan dampaknya terhadap kinerja rantai pasok.
Hasil Penelitian: Strategi Implementasi SRM yang Efektif
1. Integrasi Basis Pemasok dari Sistem Lokal ke Global
2. Peningkatan Kinerja Pemasok melalui SRM
3. Pengurangan Risiko Operasional dan Efisiensi Biaya
Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Industri Teknik Global
1. Pengurangan Jumlah Pemasok secara Bertahap
2. Penggunaan Dashboard Performa untuk Evaluasi Pemasok
3. Peningkatan Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok Strategis
Rekomendasi untuk Meningkatkan Implementasi SRM
1. Optimalisasi Strategi Pengelolaan Pemasok
2. Penggunaan Teknologi untuk Meningkatkan Transparansi
3. Membangun Kemitraan Jangka Panjang dengan Pemasok
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi SRM yang efektif dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok dalam industri teknik global. Strategi supplier prioritization lebih efektif dibandingkan metode pemangkasan pemasok secara langsung. Penggunaan sistem evaluasi berbasis data meningkatkan transparansi dan akurasi pengelolaan pemasok. Hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis menghasilkan efisiensi biaya dan ketahanan rantai pasok yang lebih baik.
Dengan menerapkan SRM yang terstruktur dan berbasis teknologi, perusahaan teknik global dapat mengoptimalkan hubungan dengan pemasok dan menciptakan rantai pasok yang lebih tangguh serta efisien.
Sumber : Andersen, Bjørn Skjønning. (2022). Implementing Supplier Relationship Management in the Global Engineering Industry. Technical University of Denmark.