Accelerated Life Testing

Mengungkap Accelerated Life Testing (ALT): Teknik, Manfaat, dan Studi Kasus dalam Pengujian Keandalan Produk

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Maret 2025


Pendahuluan

Accelerated Life Testing (ALT) merupakan metode penting dalam uji keandalan produk untuk mempercepat deteksi kegagalan dalam kondisi stres tinggi. Buku "Practical Approaches for Accelerated Life Testing" karya James A. McLinn menjelaskan teknik, manfaat, serta aplikasi ALT dalam industri modern. Buku ini mengisi kesenjangan dalam literatur ALT dengan pendekatan yang praktis dan minim teori matematis yang kompleks.

Ringkasan Isi Buku

1. Sejarah dan Latar Belakang ALT

McLinn menguraikan bagaimana ALT berkembang sejak tahun 1940-an, terutama dari kebutuhan militer AS untuk meningkatkan keandalan peralatan elektroniknya. Buku ini menyoroti kontribusi berbagai tokoh, seperti Richard Nelson dari RADC, dalam mengembangkan standar ALT modern.

2. Perencanaan dan Pemilihan Metode ALT

Salah satu aspek terpenting dalam ALT adalah pemilihan metode yang tepat. Buku ini membahas berbagai jenis pengujian, termasuk:

  • Steady-State Testing: Pengujian dalam kondisi tetap.
  • Step-Stress Testing: Pengujian dengan peningkatan stres bertahap.
  • HALT & HASS: Highly Accelerated Life Testing dan Highly Accelerated Stress Screening untuk mendeteksi titik lemah desain.
  • Multifactor Testing: Kombinasi beberapa faktor stres seperti suhu, kelembaban, dan getaran.

3. Menentukan Kondisi Uji dan Parameter

McLinn menekankan pentingnya memilih kondisi uji yang mencerminkan lingkungan operasional sebenarnya tetapi dengan intensitas yang lebih tinggi. Hal ini memungkinkan para insinyur untuk memprediksi umur pakai produk dengan lebih akurat.

4. Administrasi dan Analisis Data ALT

Buku ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana menganalisis data hasil pengujian ALT menggunakan model Weibull, regresi rank, serta metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Studi kasus menunjukkan bagaimana data ALT digunakan untuk memperkirakan masa pakai komponen elektronik.

Studi Kasus dan Data Kuantitatif

Salah satu bagian yang menarik dari buku ini adalah penggunaan data nyata dalam studi kasus. Beberapa angka yang disajikan meliputi:

  • 2002: Sebanyak 92% data global disimpan dalam hard disk drive, yang mendorong pengujian keandalan perangkat penyimpanan digital.
  • 2023: Diperkirakan sekitar 120 zettabyte data akan dihasilkan, meningkatkan kebutuhan akan pengujian keandalan perangkat keras.
  • 98% dari informasi yang ditransmisikan pada tahun 2002 berasal dari panggilan telepon, yang menyoroti pentingnya pengujian keandalan infrastruktur komunikasi.

Kelebihan Buku

  • Pendekatan Praktis – Tidak terlalu teoritis, sehingga cocok bagi insinyur dan manajer kualitas.
  • Contoh Nyata – Disertai dengan studi kasus dari berbagai industri.
  • Panduan Langkah-demi-Langkah – Memudahkan pembaca dalam menerapkan ALT di lingkungan kerja.

Kekurangan Buku

  • Tidak Mencakup Semua Teknik ALT – Beberapa metode seperti vibrasi fatigue dan thermal cycling tidak dibahas secara mendalam.
  • Kurangnya Pembahasan Software ALT – Buku ini lebih fokus pada teori dan aplikasi manual daripada penggunaan perangkat lunak modern untuk ALT.

Kesimpulan

Buku "Practical Approaches for Accelerated Life Testing" adalah sumber daya berharga bagi siapa saja yang ingin memahami dan menerapkan ALT dalam industri mereka. Dengan pendekatan yang lebih praktis dan minim teori statistik yang rumit, buku ini cocok untuk insinyur keandalan, manajer kualitas, dan siapa pun yang ingin meningkatkan umur pakai produk mereka melalui pengujian yang efektif.

Sumber: McLinn, J. A. (2010). Practical Approaches for Accelerated Life Testing. The Reliability Division of ASQ.

Selengkapnya
Mengungkap Accelerated Life Testing (ALT): Teknik, Manfaat, dan Studi Kasus dalam Pengujian Keandalan Produk

Keinsinyuran

Unemployment of Engineering Graduates: The Key Issues

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 20 Maret 2025


Fenomena pengangguran di kalangan lulusan teknik menjadi paradoks yang menarik dalam dunia ketenagakerjaan. Makalah Unemployment of Engineering Graduates: The Key Issues karya Helen Atkinson dan Martin Pennington mengkaji alasan utama di balik tingkat pengangguran lulusan teknik di Inggris, yang mencapai 13,2% pada tahun 2008/2009. Padahal, di sisi lain, industri secara terbuka menyatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak tenaga insinyur.

Penelitian ini berusaha memahami faktor-faktor yang menghambat lulusan teknik mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka. Dengan menggunakan wawancara terhadap lulusan teknik yang menganggur dan perusahaan perekrut insinyur, makalah ini mengungkap permasalahan utama, termasuk pentingnya pengalaman kerja, perbedaan antara gelar MEng dan BEng dalam kriteria perekrutan, serta kemampuan lulusan dalam mengartikulasikan keterampilan mereka kepada calon pemberi kerja.

Ringkasan Isi Makalah

1. Latar Belakang dan Data Pengangguran Lulusan Teknik

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat pengangguran lulusan teknik sebesar 13,2% lebih rendah dibandingkan bidang studi seperti Ilmu Komputer (16,5%) dan Komunikasi (15,1%), tetapi lebih tinggi dibandingkan Kimia (9,2%), Matematika (10,4%), dan Fisika/Astronomi (11,8%). Sementara itu, industri terus mengklaim kekurangan tenaga insinyur.

Penelitian oleh Royal Academy of Engineering (2007) menyebutkan bahwa produksi lulusan teknik di Inggris stagnan, sementara kebutuhan industri terus meningkat. Bahkan, 33% perusahaan mengalami kesulitan merekrut insinyur, terutama di bidang teknik sipil dan energi.

2. Tantangan dalam Proses Rekrutmen Insinyur

Beberapa temuan utama dari penelitian ini meliputi:

  • Kurangnya pengalaman kerja: Sebanyak 29,5% perusahaan menyatakan bahwa lulusan teknik kekurangan pengalaman praktik.
  • Perbedaan antara MEng dan BEng: Banyak perusahaan lebih memilih lulusan MEng dibandingkan BEng, terutama untuk posisi yang mengarah ke Chartered Engineer.
  • Kurangnya keterampilan komunikasi dan komersial: 43% perusahaan menganggap lulusan teknik kurang siap dalam mengaplikasikan teori ke dunia industri.

3. Studi Kasus dan Temuan Kualitatif

Sebagai bagian dari penelitian ini, dilakukan wawancara dengan 66 lulusan teknik yang menganggur serta 19 perusahaan perekrut insinyur. Beberapa temuan utama dari studi ini adalah:

  • Lebih dari 50% lulusan teknik menganggur menyalahkan faktor eksternal, seperti kondisi ekonomi dan persaingan kerja.
  • Sepertiga lulusan teknik tidak memiliki pengalaman kerja yang relevan, dan banyak yang menyesal tidak mengambil kesempatan magang selama kuliah.
  • Sebagian besar perusahaan lebih memilih kandidat dengan pengalaman kerja di dunia industri dibandingkan dengan mereka yang hanya memiliki kualifikasi akademik tanpa pengalaman praktik.

Analisis dan Implikasi

1. Keselarasan Pendidikan dengan Kebutuhan Industri

Penelitian ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kurikulum pendidikan teknik dan kebutuhan industri. Lulusan teknik cenderung memiliki pemahaman teoretis yang kuat, tetapi banyak yang gagal mengaplikasikan ilmunya dalam konteks bisnis dan manufaktur. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan lebih banyak program magang dan pelatihan berbasis industri selama masa studi.

2. Pentingnya Keterampilan Tambahan di Luar Akademik

Selain pengalaman kerja, keterampilan seperti komunikasi, kerja tim, dan kepemimpinan juga menjadi faktor penting dalam mendapatkan pekerjaan. Sayangnya, banyak lulusan teknik tidak menyadari pentingnya mengembangkan keterampilan ini selama kuliah. Oleh karena itu, universitas perlu memperkenalkan lebih banyak program yang mengajarkan keterampilan lunak (soft skills) bagi mahasiswa teknik.

3. Tantangan Mobilitas dan Fleksibilitas Lulusan

Banyak lulusan teknik lebih memilih untuk bekerja di lokasi tertentu yang dekat dengan keluarga dan teman mereka, padahal industri teknik sering kali membutuhkan mobilitas tinggi. Penelitian ini menemukan bahwa lulusan yang lebih fleksibel dalam memilih lokasi kerja memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan.

Rekomendasi untuk Mengatasi Pengangguran Lulusan Teknik

1. Perubahan dalam Kurikulum Pendidikan Teknik

  • Universitas harus menambahkan lebih banyak kesempatan magang dalam kurikulum.
  • Pembelajaran berbasis proyek harus diperluas agar mahasiswa terbiasa menghadapi tantangan dunia industri.
  • Diperlukan integrasi antara teori dan praktik agar mahasiswa lebih siap menghadapi tantangan kerja.

2. Peningkatan Kesadaran Akan Pentingnya Pengalaman Kerja

  • Mahasiswa harus lebih didorong untuk mencari pengalaman kerja sejak dini.
  • Universitas perlu memberikan lebih banyak fasilitas untuk membantu mahasiswa mendapatkan magang.
  • Perusahaan harus lebih aktif dalam menawarkan program pelatihan dan mentoring bagi mahasiswa teknik.

3. Perubahan dalam Strategi Rekrutmen dan Pelatihan di Industri

  • Perusahaan perlu memperluas kriteria rekrutmen untuk mencakup lulusan yang memiliki keterampilan teknis kuat, meskipun tanpa pengalaman kerja langsung.
  • Industri perlu berinvestasi lebih banyak dalam pelatihan kerja bagi lulusan baru.
  • Pemerintah dapat memberikan insentif bagi perusahaan yang berkomitmen merekrut dan melatih lulusan teknik.

Kesimpulan

Makalah Unemployment of Engineering Graduates: The Key Issues memberikan wawasan yang mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran lulusan teknik di Inggris. Beberapa kesimpulan utama yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

  1. Meskipun industri mengklaim kekurangan tenaga insinyur, banyak lulusan teknik yang tetap menganggur karena kurangnya pengalaman kerja dan keterampilan praktis.
  2. Perusahaan cenderung lebih memilih lulusan MEng dibandingkan BEng, karena dianggap lebih siap untuk menghadapi tantangan dunia industri.
  3. Soft skills seperti komunikasi dan kepemimpinan menjadi faktor penting dalam keberhasilan mendapatkan pekerjaan.
  4. Fleksibilitas lokasi kerja menjadi salah satu faktor utama yang membedakan antara lulusan yang bekerja dan yang masih menganggur.
  5. Universitas dan industri harus bekerja sama lebih erat untuk memastikan lulusan teknik memiliki keterampilan dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Dengan adanya reformasi dalam kurikulum pendidikan teknik, peningkatan kesadaran akan pentingnya pengalaman kerja, serta perubahan strategi rekrutmen di industri, tingkat pengangguran lulusan teknik dapat ditekan, sehingga mereka dapat lebih siap dalam menghadapi dunia kerja.

Sumber: Helen Atkinson & Martin Pennington. Unemployment of Engineering Graduates: The Key Issues. Engineering Education, 7:2, 2012.

 

Selengkapnya
Unemployment of Engineering Graduates: The Key Issues

Keinsinyuran

UUD Keinsinyuran

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 20 Maret 2025


Hukum keinsinyuran menjadi landasan utama dalam mengatur praktik profesi insinyur di Indonesia. Makalah Tugas Makalah Review Artikel dengan Topik UUD Keinsinyuran karya Muhammad Virgyawan dari Universitas Brawijaya membahas peran Undang-Undang Keinsinyuran dalam menjamin profesionalisme dan integritas insinyur di Indonesia. Makalah ini menyoroti pentingnya kepatuhan terhadap standar hukum serta implikasi dari regulasi terhadap praktik insinyur dalam pembangunan nasional.

Penelitian ini juga meninjau bagaimana UUD Keinsinyuran berkontribusi dalam membangun profesionalisme insinyur serta memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dan industri. Dengan adanya regulasi ini, diharapkan para insinyur dapat bekerja secara lebih etis dan bertanggung jawab dalam mendukung pertumbuhan infrastruktur serta inovasi teknologi di Indonesia.

Ringkasan Isi Makalah

1. Latar Belakang Hukum Keinsinyuran

Dalam makalah ini dijelaskan bahwa insinyur memiliki peran krusial dalam pembangunan suatu negara. Seiring dengan meningkatnya tuntutan terhadap keandalan dan keselamatan proyek infrastruktur, dibutuhkan regulasi yang mampu menjamin kualitas dan profesionalisme tenaga insinyur. Beberapa poin penting dalam latar belakang UUD Keinsinyuran meliputi:

  • Standarisasi praktik keinsinyuran melalui regulasi formal.
  • Perlindungan hukum bagi insinyur dalam menjalankan tugasnya.
  • Penetapan kode etik yang mengatur batasan moral dan profesional dalam profesi ini.

Dalam hal ini, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran menjadi dasar hukum bagi praktik insinyur di Indonesia.

2. Implementasi Undang-Undang Keinsinyuran

UU Keinsinyuran telah memberikan status legal kepada lulusan Program Profesi Insinyur (PPI), yang berarti bahwa gelar insinyur (Ir.) kini bukan hanya sekadar gelar akademik, tetapi juga merupakan sertifikasi profesi. Beberapa poin penting dalam implementasi UU ini adalah:

  • Perlindungan hukum bagi insinyur, sehingga mereka memiliki kewenangan dalam menjalankan tugas profesinya.
  • Sertifikasi dan lisensi sebagai syarat utama untuk bekerja di bidang keinsinyuran.
  • Kewajiban untuk mengikuti standar keselamatan dan mutu dalam setiap proyek.

Dengan diterapkannya regulasi ini, diharapkan bahwa insinyur Indonesia dapat bekerja dengan lebih profesional dan mendapatkan pengakuan yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun internasional.

3. Etika Profesi dan Kepatuhan terhadap Regulasi

Etika profesi menjadi salah satu aspek yang ditekankan dalam makalah ini. UU Keinsinyuran tidak hanya mengatur aspek teknis dalam pekerjaan insinyur, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai etika profesional, seperti:

  • Integritas dan kejujuran dalam bekerja.
  • Transparansi dalam pengambilan keputusan teknis.
  • Tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.

Melanggar kode etik yang telah ditetapkan dalam UU Keinsinyuran dapat berakibat pada sanksi profesional maupun hukum bagi seorang insinyur.

Studi Kasus dan Implikasi

1. Kasus Implementasi Regulasi dalam Dunia Keinsinyuran

Makalah ini membahas beberapa kasus terkait implementasi UU Keinsinyuran dalam dunia kerja. Salah satu kasus yang diangkat adalah bagaimana regulasi ini berdampak pada proyek infrastruktur nasional. Beberapa proyek besar di Indonesia telah menunjukkan peningkatan kualitas setelah adanya kewajiban sertifikasi bagi tenaga insinyur.

Sebagai contoh, dalam proyek konstruksi jembatan dan jalan tol, regulasi ini memastikan bahwa hanya insinyur yang memiliki sertifikasi yang dapat berpartisipasi dalam perancangan dan pelaksanaan proyek. Hasilnya, terjadi peningkatan dalam hal standar keselamatan serta efisiensi dalam pengerjaan proyek.

2. Tantangan dalam Penerapan UU Keinsinyuran

Meskipun memberikan banyak manfaat, penerapan UU Keinsinyuran masih menghadapi beberapa tantangan, antara lain:

  • Kurangnya sosialisasi tentang pentingnya sertifikasi insinyur.
  • Biaya sertifikasi yang relatif tinggi, sehingga tidak semua insinyur dapat segera memperoleh lisensi.
  • Kurangnya tenaga pengawas yang memastikan kepatuhan terhadap regulasi.

Tantangan-tantangan ini perlu diatasi melalui kebijakan yang lebih baik, seperti subsidi bagi sertifikasi insinyur dan peningkatan peran organisasi profesi seperti Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dalam mengawasi implementasi regulasi.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Efektivitas UU Keinsinyuran

Agar UU Keinsinyuran dapat lebih efektif dalam menciptakan tenaga insinyur yang profesional dan kompetitif, beberapa langkah strategis yang perlu diambil adalah:

1. Peningkatan Sosialisasi dan Edukasi

  • Pemerintah dan universitas harus lebih aktif dalam mensosialisasikan pentingnya regulasi ini.
  • Insinyur muda perlu diberi pemahaman sejak dini mengenai pentingnya etika profesi dan sertifikasi.

2. Penyempurnaan Proses Sertifikasi

  • Biaya sertifikasi perlu disesuaikan agar lebih terjangkau bagi semua insinyur.
  • Mekanisme sertifikasi harus lebih transparan dan berbasis kompetensi nyata.

3. Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum

  • Organisasi profesi seperti PII harus lebih aktif dalam memastikan bahwa setiap proyek mematuhi standar yang ditetapkan dalam UU Keinsinyuran.
  • Penerapan sanksi bagi pelanggar regulasi harus lebih tegas agar memberikan efek jera.

Kesimpulan

Makalah Tugas Makalah Review Artikel dengan Topik UUD Keinsinyuran memberikan wawasan penting mengenai pentingnya regulasi dalam dunia keinsinyuran. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah:

  1. UU Keinsinyuran bertujuan untuk meningkatkan standar profesionalisme dan memberikan perlindungan hukum bagi insinyur di Indonesia.
  2. Dengan adanya regulasi ini, insinyur tidak hanya memiliki kewenangan yang jelas dalam pekerjaannya, tetapi juga bertanggung jawab atas hasil kerja mereka.
  3. Etika profesi merupakan bagian integral dari hukum keinsinyuran, yang mengharuskan insinyur untuk bekerja dengan integritas dan transparansi.
  4. Meskipun memiliki banyak manfaat, implementasi UU Keinsinyuran masih menghadapi beberapa kendala, seperti kurangnya sosialisasi dan tingginya biaya sertifikasi.
  5. Untuk meningkatkan efektivitas regulasi ini, diperlukan upaya lebih lanjut dalam sosialisasi, reformasi sertifikasi, serta penguatan pengawasan dan penegakan hukum.

Dengan adanya regulasi yang lebih baik dan penerapan yang lebih ketat, diharapkan para insinyur di Indonesia dapat lebih profesional, kompetitif, serta berkontribusi secara maksimal dalam pembangunan nasional.

Sumber: Muhammad Virgyawan. Tugas Makalah Review Artikel dengan Topik UUD Keinsinyuran. Universitas Brawijaya, 2023.

 

Selengkapnya
UUD Keinsinyuran

Machine Learning

Revolusi Machine Learning dalam Menjamin Kualitas Produk

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 20 Maret 2025


Pendahuluan: Mengapa Quality Assurance (QA) Masih Menjadi Isu Kritis?

Dalam dunia industri modern, kualitas produk dan layanan merupakan kunci utama untuk memenangkan persaingan pasar. Di tengah kebutuhan konsumen yang semakin menuntut, proses Quality Assurance (QA) menjadi vital untuk menjamin kepuasan pelanggan sekaligus mengurangi biaya produksi akibat kegagalan kualitas. Namun, tantangan di lapangan menunjukkan bahwa banyak perusahaan masih bergantung pada metode manual testing yang memakan waktu, rentan kesalahan manusia, dan sulit diskalakan.

Makalah Lakshmisri Surya hadir untuk menjawab permasalahan tersebut dengan menawarkan solusi berbasis Machine Learning (ML). Surya memaparkan bahwa ML tidak hanya memberikan otomatisasi dalam QA, tetapi juga mampu melakukan prediksi dan perbaikan yang lebih akurat dibanding pendekatan tradisional.

 

Tujuan Penelitian dan Kontribusinya pada Dunia Industri

Paper ini bertujuan mengeksplorasi bagaimana algoritma machine learning dapat merevolusi dunia QA dengan:

  • Meningkatkan akurasi deteksi cacat dalam proses produksi.
  • Mempercepat proses pengujian perangkat lunak (software testing).
  • Mengurangi ketergantungan pada pengujian berbasis manusia, sehingga mempercepat time-to-market.

Kontribusi utama makalah ini adalah menyediakan framework konseptual dan teknis tentang implementasi machine learning dalam QA, mulai dari penerapan pada automated testing, predictive analytics, hingga end-to-end (E2E) testing.

 

Evolusi Quality Assurance: Dari Manual Menuju Machine Learning

Kelemahan Proses Manual QA

  • Memakan banyak waktu dan biaya.
  • Rentan terhadap kesalahan manusia, terutama pada pengujian yang repetitif.
  • Tidak mampu menangani volume data besar dari big data dan sistem Internet of Things (IoT) yang kian kompleks.

Peran Machine Learning

ML mengubah paradigma QA dengan mengandalkan pembelajaran berbasis data. Dengan algoritma cerdas, sistem dapat:

  • Mengidentifikasi pola anomali dari data produksi.
  • Memprediksi potensi kesalahan bahkan sebelum terjadi.
  • Melakukan self-healing terhadap bug perangkat lunak secara otomatis.

Surya menyebutkan bahwa neural networks memainkan peran sentral dalam sistem ini karena kemampuannya mendeteksi cacat kualitas (defect detection) dari data gambar dan data sensor secara real-time.

 

Pendekatan Machine Learning dalam Quality Assurance

1. Supervised Learning

Memanfaatkan dataset historis untuk melatih model prediktif. Algoritma ini sangat efektif dalam defect classification dan defect prediction.

2. Unsupervised Learning

Digunakan untuk clustering dan anomaly detection, menemukan pola tersembunyi dalam data yang tidak berlabel.

3. Deep Learning (DL)

Khususnya Convolutional Neural Networks (CNN) dan Recurrent Neural Networks (RNN), yang digunakan untuk image-based defect detection serta time-series data analysis pada proses produksi.

 

Studi Kasus dan Aplikasi Nyata

Industri Otomotif

  • Battery tabs dan sub-assembly parts diuji kualitasnya menggunakan ultrasonic metal welding (UMW) dan laser spot welding (LSW).
  • Model ML berbasis regularized logistic regression berhasil mengidentifikasi bad welds dengan akurasi tinggi, meningkatkan efisiensi produksi.

 

Perusahaan Teknologi di Amerika Serikat

  • QA berbasis ML memungkinkan waktu pemasaran lebih cepat, reduksi biaya QA, serta peningkatan kepuasan pelanggan.
  • Adopsi ML pada QA membantu perusahaan mengidentifikasi risiko lebih awal dan mengoptimalkan regression testing tanpa mengganggu timeline produksi.

 

Analisis Tambahan dan Opini: Apa yang Bisa Diambil dari Studi Ini?

Kelebihan:

✅ Pendekatan komprehensif terhadap penggunaan ML untuk QA.
✅ Menjelaskan integrasi antara data analytics dan AI dalam QA secara detail.
✅ Penekanan pada predictive quality control dan intelligent supervisory control systems (ISCS) yang mendukung operasi produksi tanpa cacat (zero-defect manufacturing).

Kritik dan Tantangan:

❌ Studi masih bersifat teoritis, dengan minim implementasi kasus nyata berskala besar.
❌ Tidak dibahas secara mendalam mengenai tantangan etika dan bias data dalam ML yang bisa mempengaruhi hasil QA.
❌ Tantangan lain adalah kebutuhan data berkualitas tinggi untuk pelatihan model ML, sesuatu yang tidak selalu tersedia di semua industri.

 

Tren Industri dan Relevansi Penelitian

Industri 4.0 dan Smart Manufacturing

Paper ini sangat relevan di era Industri 4.0, di mana automation, IoT, dan big data menjadi tulang punggung produksi modern. Perusahaan seperti Toyota, General Electric, dan Siemens sudah mengintegrasikan AI-driven QA untuk:

  • Mendeteksi cacat produksi lebih dini.
  • Mengurangi scrap rate.
  • Meningkatkan yield produksi.

 

Future Quality Assurance (QA) Tools

  • ML-Driven Testing Frameworks: seperti Test.ai dan Applitools yang menggunakan AI untuk pengujian otomatis.
  • Predictive Maintenance: integrasi ML dalam prediksi kegagalan mesin sebelum terjadi downtime.

 

Implikasi Praktis di Industri Indonesia

  1. Manufaktur Otomotif
    Perusahaan seperti Astra International dapat memanfaatkan ML untuk QA baterai kendaraan listrik, memperbaiki proses laser welding di lini produksi EV.
  2. Industri Tekstil
    Penggunaan image recognition berbasis CNN untuk mendeteksi cacat kain, mengurangi return produk akibat defect.
  3. Startup Software Development
    Pengembangan aplikasi mobile dengan automated ML testing bisa mempercepat siklus pengembangan sekaligus menjamin user experience (UX) yang lebih baik.

 

Rekomendasi untuk Penelitian Selanjutnya

  1. Integrasi Real-Time QA System berbasis IoT dan Edge AI.
  2. Eksplorasi Explainable AI (XAI) untuk meningkatkan trust dan transparansi dalam sistem QA berbasis ML.
  3. Penelitian lintas sektor: implementasi QA berbasis ML pada industri farmasi, kesehatan, dan pangan.

 

Kesimpulan: Masa Depan Quality Assurance Ada di Machine Learning

Paper ini memberikan gambaran jelas bahwa Machine Learning adalah masa depan Quality Assurance (QA). Teknologi ini memungkinkan deteksi cacat lebih cepat, prediksi risiko lebih akurat, dan otomatisasi proses QA yang sebelumnya memerlukan tenaga kerja intensif.

Bagi perusahaan yang ingin tetap kompetitif di era digital, mengadopsi solusi QA berbasis ML bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.

 

Referensi : 

Surya, L. (2019). Machine learning-future of quality assurance. International Journal of Emerging Technologies and Innovative Research (www. jetir. org), ISSN, 2349-5162.

Selengkapnya
Revolusi Machine Learning dalam Menjamin Kualitas Produk

Keselamatan Kerja

Analisis Kepatuhan Keselamatan Kerja di Industri Telekomunikasi Malaysia

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025


Keselamatan kerja merupakan salah satu isu penting dalam dunia ketenagakerjaan, terutama di industri yang memiliki risiko tinggi seperti telekomunikasi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Chandrakantan Subramaniam, Faridahwati Mohd. Shamsudin, dan Ahmad Said Ibrahim Alshuaibi menginvestigasi persepsi karyawan terhadap keselamatan kerja dan kepatuhan terhadap aturan keselamatan di sebuah perusahaan telekomunikasi besar di Malaysia. Dengan menggunakan metode Partial Least Square – Structural Equation Modeling (PLS-SEM), penelitian ini mengungkap faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam kepatuhan terhadap keselamatan kerja.

Penelitian ini melibatkan 135 karyawan teknis di perusahaan telekomunikasi Malaysia yang bekerja dalam lingkungan berisiko tinggi. Survei dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi keselamatan kerja dan bagaimana persepsi ini berkontribusi terhadap kepatuhan terhadap aturan keselamatan. Model yang digunakan terdiri dari lima aspek utama persepsi karyawan:

  1. Keselamatan dalam Pekerjaan (Job Safety)
  2. Keselamatan Rekan Kerja (Co-worker Safety)
  3. Keselamatan Supervisor (Supervisor Safety)
  4. Kebijakan Keselamatan Manajemen (Management Safety Practices)
  5. Kepuasan terhadap Program Keselamatan (Satisfaction with Safety Programs)

Hasil analisis menunjukkan bahwa praktik keselamatan oleh manajemen merupakan prediktor paling signifikan dalam mempengaruhi kepatuhan karyawan terhadap aturan keselamatan.

1. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kepatuhan Keselamatan

Dari lima aspek yang dianalisis, tiga faktor utama yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan terhadap keselamatan kerja adalah praktik keselamatan manajemen, keselamatan rekan kerja, dan keselamatan dalam pekerjaan. Praktik keselamatan manajemen memiliki pengaruh paling besar terhadap kepatuhan karyawan, disusul oleh peran rekan kerja dalam membangun budaya keselamatan. Persepsi karyawan terhadap keselamatan dalam pekerjaan mereka juga turut memengaruhi kepatuhan terhadap aturan keselamatan.

Sebaliknya, dua faktor lainnya, yaitu keselamatan supervisor dan kepuasan terhadap program keselamatan, tidak menunjukkan hubungan signifikan terhadap kepatuhan karyawan.

2. Statistik Kecelakaan Kerja di Industri Telekomunikasi Malaysia

Data dari Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Malaysia (DOSH) menunjukkan tren kecelakaan kerja yang meningkat dalam sektor transportasi, penyimpanan, dan telekomunikasi. Pada tahun 2007, terdapat beberapa kasus kecelakaan yang dilaporkan, dengan angka cedera ringan dan kematian yang relatif rendah. Namun, pada tahun 2014, jumlah kecelakaan meningkat secara signifikan, menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kebijakan keselamatan di tempat kerja.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa rekomendasi untuk meningkatkan keselamatan kerja di industri telekomunikasi:

  1. Meningkatkan Peran Manajemen dalam Keselamatan
    • Manajemen perlu lebih aktif dalam mengawasi dan mendukung kebijakan keselamatan.
    • Menyediakan alat keselamatan yang lebih memadai dan melakukan inspeksi berkala.
  2. Memperkuat Budaya Keselamatan di Antara Rekan Kerja
    • Mendorong komunikasi terbuka tentang keselamatan di lingkungan kerja.
    • Menetapkan mekanisme pelaporan insiden yang mudah diakses dan tidak menimbulkan ketakutan bagi karyawan.
  3. Pelatihan Keselamatan yang Lebih Relevan
    • Pelatihan harus lebih spesifik terhadap risiko di tempat kerja masing-masing.
    • Menggunakan metode interaktif seperti simulasi untuk meningkatkan efektivitas pelatihan.
  4. Peningkatan Pengawasan Keselamatan oleh Supervisor
    • Supervisor perlu lebih aktif dalam memantau dan menegakkan aturan keselamatan.
    • Menerapkan sistem penghargaan bagi karyawan yang menunjukkan kepatuhan tinggi terhadap aturan keselamatan.
  5. Evaluasi dan Penyempurnaan Program Keselamatan
    • Melakukan survei berkala untuk mengevaluasi efektivitas program keselamatan.
    • Menggunakan data kecelakaan untuk menyesuaikan kebijakan keselamatan di masa depan.

Kesimpulan

Penelitian ini mengungkap bahwa praktik keselamatan oleh manajemen adalah faktor paling signifikan dalam meningkatkan kepatuhan karyawan terhadap keselamatan kerja. Selain itu, budaya keselamatan yang kuat di antara rekan kerja juga memainkan peran penting. Sebagai rekomendasi, manajemen harus lebih aktif dalam mendukung dan mengawasi kebijakan keselamatan serta meningkatkan pelatihan keselamatan yang lebih relevan dengan risiko di tempat kerja.

Sumber Asli

Subramaniam, C., Shamsudin, F. M., & Alshuaibi, A. S. I. Investigating Employee Perceptions of Workplace Safety and Safety Compliance Using PLS-SEM among Technical Employees in Malaysia. Journal of Applied Structural Equation Modeling, 1(1), 44-61, June 2017.

Selengkapnya
Analisis Kepatuhan Keselamatan Kerja di Industri Telekomunikasi Malaysia

Keinsinyuran

The Role of Mechanical Engineers in Achieving Sustainable Development Goals

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025


Insinyur mesin memainkan peran penting dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama dalam inovasi teknologi yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan efisiensi energi. Makalah The Role of Mechanical Engineers in Achieving Sustainable Development Goals, yang diterbitkan dalam Procedia Manufacturing oleh Imhade P. Okokpujie, Ojo Sunday Isaac Fayomi, dan Sunday Olayinka Oyedepo, membahas bagaimana insinyur mesin dapat berkontribusi terhadap keberlanjutan melalui penelitian, desain, dan penerapan teknologi ramah lingkungan.

Makalah ini mengidentifikasi tantangan utama dalam industri teknik mesin dan mengusulkan solusi berbasis penelitian terapan guna mempercepat penerapan teknologi yang lebih hijau. Para penulis menekankan perlunya transisi dari riset dasar ke riset terapan guna meningkatkan efektivitas akademisi dan industri dalam menyelesaikan tantangan lingkungan global.

Ringkasan Isi Makalah

1. Latar Belakang dan Tantangan dalam Teknik Mesin

Para penulis menjelaskan bahwa insinyur mesin berperan dalam menciptakan teknologi yang lebih efisien dan berkelanjutan. Beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam bidang ini meliputi:

  • Kurangnya adopsi teknologi hijau dalam manufaktur.
  • Kegagalan desain sistem teknik yang mengurangi efisiensi energi.
  • Kurangnya kurikulum pendidikan teknik yang berfokus pada keberlanjutan.

Solusi yang diusulkan dalam makalah ini mencakup peningkatan metode riset di universitas, investasi dalam desain produk yang lebih berkelanjutan, serta penerapan teknologi manufaktur ramah lingkungan.

2. Peran Insinyur Mesin dalam Keberlanjutan

Insinyur mesin memiliki kontribusi besar dalam mencapai SDGs, terutama dalam:

  • Desain sistem hemat energi, seperti mesin industri dengan konsumsi daya lebih rendah.
  • Pengembangan teknologi berbasis energi terbarukan, termasuk sistem pendingin dan pemanas yang efisien.
  • Reduksi limbah industri melalui desain yang lebih baik dan pemakaian kembali material.

Sebagai contoh, makalah ini menyoroti bahwa pengembangan material tahan lama dan teknik produksi berbasis daur ulang dapat mengurangi limbah hingga 30% di sektor manufaktur.

3. Studi Kasus: Implementasi Teknologi Hijau

Penelitian ini menyajikan studi kasus di industri manufaktur yang telah menerapkan prinsip keberlanjutan:

  • Sebuah pabrik otomotif yang berhasil mengurangi konsumsi energi hingga 25% dengan memodifikasi desain mesin dan menggunakan sumber energi terbarukan.
  • Penggunaan material berbasis biomassa dalam industri plastik yang mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil hingga 40%.
  • Implementasi sistem pendinginan berbasis energi matahari yang mengurangi emisi karbon sebesar 15% dibandingkan sistem konvensional.

Analisis dan Implikasi

1. Keunggulan Pendekatan yang Dikembangkan

Makalah ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis keberlanjutan dalam teknik mesin dapat memberikan berbagai manfaat, antara lain:

  • Efisiensi energi yang lebih tinggi, yang mengurangi biaya operasional.
  • Pengurangan dampak lingkungan, melalui desain yang lebih ramah lingkungan.
  • Peningkatan daya saing industri, karena teknologi hijau semakin diminati di pasar global.

2. Tantangan dalam Implementasi

Meskipun memiliki banyak keunggulan, penerapan konsep ini masih menghadapi beberapa hambatan:

  • Biaya investasi awal yang tinggi untuk teknologi hijau.
  • Kurangnya tenaga kerja dengan keahlian di bidang keberlanjutan.
  • Keterbatasan regulasi yang mendukung transisi ke teknologi hijau.

Rekomendasi untuk Pengembangan Lebih Lanjut

Agar konsep keberlanjutan dalam teknik mesin dapat diterapkan lebih luas, beberapa rekomendasi yang diusulkan adalah:

1. Reformasi Kurikulum Teknik Mesin

  • Meningkatkan fokus pada keberlanjutan dalam pendidikan teknik.
  • Menambahkan mata kuliah wajib terkait energi terbarukan dan desain ramah lingkungan.

2. Peningkatan Penelitian dan Inovasi

  • Mendorong kolaborasi antara universitas dan industri untuk mengembangkan teknologi hijau.
  • Memberikan insentif bagi perusahaan yang menerapkan sistem manufaktur berkelanjutan.

3. Regulasi dan Kebijakan Pemerintah

  • Menetapkan standar efisiensi energi yang lebih ketat.
  • Memberikan subsidi untuk industri yang berinvestasi dalam teknologi hijau.
  • Mendorong penggunaan energi terbarukan melalui kebijakan fiskal.

Kesimpulan

Makalah ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana insinyur mesin dapat berkontribusi terhadap pencapaian SDGs melalui inovasi teknologi yang lebih berkelanjutan. Beberapa kesimpulan utama dari makalah ini adalah:

  1. Insinyur mesin memiliki peran strategis dalam mengembangkan solusi teknologi yang mendukung keberlanjutan.
  2. Desain sistem hemat energi dan penggunaan material daur ulang dapat membantu mengurangi dampak lingkungan industri manufaktur.
  3. Implementasi teknologi hijau masih menghadapi tantangan biaya, tenaga kerja, dan regulasi.
  4. Diperlukan reformasi dalam pendidikan teknik, peningkatan penelitian, serta kebijakan pemerintah yang mendukung keberlanjutan.

Dengan menerapkan rekomendasi yang diusulkan, insinyur mesin dapat berkontribusi lebih besar dalam menciptakan teknologi yang ramah lingkungan serta memastikan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Sumber: Okokpujie, I. P., Fayomi, O. S. I., & Oyedepo, S. O. The Role of Mechanical Engineers in Achieving Sustainable Development Goals. Procedia Manufacturing, 2019.

 

Selengkapnya
The Role of Mechanical Engineers in Achieving Sustainable Development Goals
« First Previous page 100 of 909 Next Last »