Meningkatkan Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi: Perspektif Manajer Proyek di Industri Swedia

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj

26 Mei 2025, 12.20

pexels.com

Pendahuluan

Industri konstruksi merupakan tulang punggung pembangunan fisik dan ekonomi di banyak negara, termasuk Swedia. Namun, masalah klasik seperti keterlambatan proyek, pembengkakan biaya, dan kualitas hasil yang tidak konsisten sering kali berakar pada satu isu utama: rendahnya produktivitas tenaga kerja. Penelitian oleh Pia Malin Bartoschek dan Filip Kamenov Kirchev (2021) menyajikan analisis komprehensif tentang bagaimana produktivitas tenaga kerja berkontribusi terhadap keberhasilan proyek konstruksi, khususnya dari sudut pandang manajer proyek di industri konstruksi Swedia.

Resensi ini bertujuan membedah temuan utama studi tersebut, menyajikan data dan wawasan praktis, serta memperkaya pembahasan dengan opini kritis dan perbandingan dengan praktik global.

Latar Belakang Penelitian

Swedia dan Tantangan Produktivitas di Sektor Konstruksi

Swedia mengalami peningkatan 35,4% lapangan kerja di industri konstruksi antara 2010 hingga 2020. Nilai industri ini pada 2019 mencapai 53,3 miliar euro. Namun, menurut Jonsson (2005), produktivitas tenaga kerja tetap rendah akibat perencanaan buruk, minimnya kepemimpinan, dan tingginya biaya konstruksi.

Definisi dan Pentingnya Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja diukur dari output per jam kerja. Ini mencerminkan efisiensi tenaga kerja dalam menghasilkan hasil proyek. Florez dan Cortissoz (2016) menyebutkan bahwa biaya tenaga kerja menyumbang 30–50% dari total biaya proyek, menjadikannya faktor utama dalam optimasi biaya.

Tujuan Penelitian dan Pertanyaan Kunci

Penelitian ini bertujuan menjawab: "Bagaimana kesuksesan proyek dapat dicapai melalui optimalisasi produktivitas tenaga kerja?" Fokusnya adalah pada persepsi manajer proyek mengenai faktor-faktor penentu produktivitas dan bagaimana mereka mengelola faktor tersebut sepanjang siklus proyek.

Metodologi

Pendekatan Kualitatif Deduktif

Penelitian ini menggunakan pendekatan wawancara mendalam dengan manajer proyek dari tiga perusahaan besar di Swedia: JM AB, Svevia, dan Atrium Ljungberg. Lima wawancara dilakukan, dianalisis dengan content analysis.

Framework Teoretis

Kerangka utama yang digunakan adalah 10-Factor Model dari Pinto dan Slevin (1988), yang mengidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan proyek: komunikasi, dukungan manajemen puncak, perencanaan proyek, konsultasi klien, rekrutmen personel, tugas teknis, penerimaan klien, pemantauan, serta troubleshooting.

Temuan Lapangan

Faktor Pendorong Produktivitas Tenaga Kerja

Dari wawancara, faktor-faktor yang konsisten muncul sebagai pendorong utama produktivitas adalah:

  • Perencanaan awal yang matang

  • Dukungan manajemen puncak

  • Gaya kepemimpinan yang suportif

  • Komunikasi lintas fungsi yang efektif

  • Pelatihan dan pengalaman tim

  • Teknologi digital seperti BIM (Building Information Modeling)
     

Studi Kasus: Atrium Ljungberg

Sebagai perusahaan properti, Atrium bertindak sebagai kontraktor utama dan mengelola proyek secara menyeluruh. Mereka menekankan pentingnya desain awal, risk assessment berkala, serta komunikasi terpusat melalui BIM. Manajer proyek menyatakan bahwa investasi di awal siklus proyek, meskipun mahal, menghindari masalah besar di fase eksekusi.

Studi Kasus: JM AB dan Svevia

JM AB fokus pada pembangunan perumahan, sementara Svevia pada infrastruktur. Kedua perusahaan menyoroti pentingnya keterlibatan tim sejak awal, pelatihan berkala, serta gaya kepemimpinan kolaboratif. Salah satu manajer menyatakan bahwa proyek sukses bergantung pada "perencanaan mikro dan kemampuan merespons risiko secara dinamis".

Analisis Faktor Produktivitas

Faktor Organisasi

Top management support menentukan akses ke sumber daya dan validasi keputusan teknis. Struktur organisasi yang terlalu hierarkis cenderung menghambat respons cepat di lapangan.

Faktor Personal dan Kepemimpinan

Manajer proyek yang kompeten menunjukkan kombinasi kemampuan teknis, komunikasi, dan kepemimpinan partisipatif. Kelemahan pada salah satu aspek ini berdampak langsung pada moral dan output tim.

Faktor Eksternal

Cuaca ekstrem, perubahan regulasi, dan tekanan pasar merupakan faktor luar yang berpengaruh besar. Namun, banyak manajer proyek di Swedia telah mengembangkan sistem mitigasi risiko berbasis teknologi.

Perbandingan Global

Studi Nigeria, Turki, dan Indonesia

  • Di Nigeria (Paul & Adavi, 2013), komunikasi dua arah dianggap sebagai kunci meningkatkan produktivitas.

  • Di Turki (Kazaz et al., 2008), motivasi kerja adalah determinan utama.

  • Di Indonesia (Jarkas, 2010), buildability design berkontribusi besar terhadap efisiensi konstruksi.
     

Penelitian Bartoschek dan Kirchev mengonfirmasi bahwa faktor-faktor ini juga berlaku di Swedia, menunjukkan sifat universal dari produktivitas tenaga kerja konstruksi.

Kritik dan Opini

Kekuatan Penelitian:

  • Studi lapangan mendalam melalui wawancara langsung.

  • Penggunaan teori klasik (Pinto & Slevin, Belassi & Tukel) sebagai dasar analisis.

Kelemahan:

  • Jumlah responden terbatas (hanya lima orang).

  • Tidak mencakup aspek kuantitatif untuk mengukur dampak faktor secara statistik.

  • Fokus pada perusahaan besar, kurang mewakili UKM konstruksi.

Saran Tambahan:

Penelitian lanjutan sebaiknya:

  • Menggunakan mixed method (wawancara dan survei kuantitatif).

  • Menyoroti perbedaan produktivitas antara proyek publik dan swasta.

  • Menganalisis peran teknologi AI dan otomasi di masa depan.

Rekomendasi Praktis untuk Industri

  1. Digitalisasi Proses Proyek: Gunakan BIM, dashboard KPI real-time, dan sistem ERP untuk efisiensi informasi.

  2. Pelatihan Berkelanjutan: Fokus pada soft skill (komunikasi, manajemen konflik) dan hard skill teknis.

  3. Pemetaan Risiko Awal: Lakukan assessment menyeluruh pada tahap perencanaan.

  4. Desentralisasi Keputusan: Beri keleluasaan manajer proyek untuk mengambil keputusan strategis.

  5. Kultur Organisasi Kolaboratif: Dorong komunikasi terbuka antar-departemen dan pengakuan atas kontribusi individu.
     

Kesimpulan

Produktivitas tenaga kerja konstruksi adalah kombinasi antara manusia, proses, dan sistem. Studi ini memperlihatkan bahwa dengan pengelolaan yang tepat—terutama oleh manajer proyek yang kompeten dan sistem pendukung yang efektif—produktivitas dapat dioptimalkan, dan kesuksesan proyek dapat tercapai. Meski berfokus pada Swedia, temuan ini relevan secara global, termasuk di Indonesia, mengingat kemiripan tantangan di sektor konstruksi.

Sumber Referensi