Proyek Kontruksi

Mengungkap Penyebab Pembengkakan Biaya Proyek Gedung Pemerintah di Pekanbaru: Analisis Mendalam dan Solusi Praktis

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 08 Mei 2025


Pendahuluan: Biaya, Faktor Kritis dalam Proyek Konstruksi

Dalam dunia konstruksi, biaya adalah elemen krusial yang menentukan kelangsungan dan kesuksesan proyek. Di kota Pekanbaru, perkembangan proyek gedung pemerintah kategori kecil menunjukkan peningkatan yang signifikan, namun permasalahan cost overrun atau pembengkakan biaya masih menjadi momok. Paper berjudul "Analisis Faktor Dominan Penyebab Terjadinya Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) pada Proyek Konstruksi Gedung Pemerintah Kategori Kecil di Kota Pekanbaru" oleh Rian Tri Komara Iriana dkk. (2022) mencoba membedah akar permasalahan tersebut secara sistematis.

 

Metodologi Penelitian: Gabungan Statistik dan Persepsi Praktisi

Penelitian ini berbasis kuantitatif dengan menggunakan instrumen kuesioner yang disebar ke 14 responden dari tujuh kontraktor berbeda di Pekanbaru. Responden dipilih secara purposif, mencakup direktur teknik, manajer proyek, manajer lapangan, hingga kepala proyek. Metode analisis yang digunakan meliputi:

  • Statistik deskriptif

  • Uji validitas dan reliabilitas (Cronbach’s Alpha)

  • Analisis faktor

  • Uji asumsi klasik (multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas)

  • Regresi linier berganda

Semua analisis dihitung menggunakan perangkat lunak SPSS versi 24 untuk memastikan akurasi.

 

Hasil Penelitian: Tiga Faktor Dominan Pemicu Cost Overrun

Penelitian ini berhasil mengidentifikasi tiga faktor utama penyebab pembengkakan biaya:

1. Terlalu Banyak Proyek yang Ditangani Bersamaan (92,0%)

Masalah ini muncul pada tahap perencanaan dan pelaksanaan. Ketika kontraktor mengambil terlalu banyak proyek sekaligus, konsentrasi dan sumber daya menjadi terbagi, sehingga kualitas pengawasan dan pelaksanaan menurun drastis.

 

2. Kekurangan Tenaga Kerja (86,0%)

Faktor ini terkait dengan bagian koordinasi sumber daya. Dalam konteks proyek kecil, jumlah tenaga kerja yang terbatas berdampak langsung pada keterlambatan dan biaya tambahan akibat lembur atau penggunaan pekerja tidak terampil.

 

3. Cara Pembayaran yang Tidak Tepat Waktu (63,2%)

Faktor ini berasal dari sistem kontrol. Ketidaklancaran pembayaran dari pemilik proyek ke kontraktor mengganggu arus kas dan memaksa kontraktor mencari pinjaman atau menunda pekerjaan, yang akhirnya menambah biaya operasional.

 

Model Persamaan Regresi dan Interpretasi

Dari regresi linier berganda diperoleh model:
Y = 4,224 - 0,422X1 + 0,259X2 - 0,399X3

Artinya:

  • Jika jumlah proyek berlebih berkurang satu unit, pembengkakan biaya naik 0,422 poin.

  • Jika kekurangan tenaga kerja bertambah satu unit, pembengkakan biaya naik 0,259 poin.

  • Jika keterlambatan pembayaran berkurang satu unit, pembengkakan biaya naik 0,399 poin.

Hal ini menunjukkan pentingnya keseimbangan dalam distribusi proyek, serta manajemen SDM dan keuangan.

 

Studi Kasus dan Relevansi Lapangan

Di lapangan, CV. Anugrah dan CV. Diamond sebagai dua dari tujuh kontraktor responden menunjukkan tren yang serupa: proyek dengan banyak keterlibatan paralel cenderung mengalami deviasi biaya lebih besar. Hal ini didukung laporan dari LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi) yang mencatat bahwa 61% proyek kecil seringkali tidak memiliki manajemen proyek formal.

 

Perbandingan dengan Studi Lain

Temuan ini sejalan dengan penelitian Ervianto (2005) dan Nugroho (2012) yang menyebutkan bahwa manajemen proyek yang buruk dan kekurangan SDM adalah penyebab utama cost overrun. Namun, penelitian ini memberi nilai tambah dengan pendekatan statistik yang solid dan fokus spesifik pada proyek pemerintah berskala kecil di daerah urban.

 

Kritik dan Saran

Meski analisis regresi menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan ketiga variabel tidak signifikan secara statistik (karena Sig > 0,05 dan F hitung < F tabel), nilai praktis dari variabel-variabel ini tetap relevan. Ini menunjukkan bahwa dalam kondisi lapangan yang kompleks, statistik tidak selalu menangkap dinamika sepenuhnya.

 

Saran Praktis:

  • Pemerintah sebaiknya membatasi jumlah proyek simultan yang ditangani oleh satu kontraktor.

  • Kontraktor perlu merancang strategi rekrutmen tenaga kerja yang efisien.

  • Regulasi mengenai sistem pembayaran proyek pemerintah perlu diperbaiki untuk mencegah keterlambatan transfer dana.
     

Implikasi untuk Industri dan Pemerintah Daerah

Penelitian ini penting sebagai rujukan bagi:

  • Dinas PU dalam merancang sistem distribusi proyek

  • LPSE dan Bappeda dalam evaluasi kinerja kontraktor

  • Kontraktor lokal untuk meningkatkan kualitas manajemen proyek dan SDM
     

Penutup: Mencegah Lebih Baik daripada Menambal

Studi ini menegaskan bahwa pembengkakan biaya dalam proyek konstruksi bukanlah keniscayaan, melainkan akibat dari faktor-faktor yang bisa dikendalikan. Dengan pendekatan manajemen yang tepat, pengawasan proyek yang cermat, dan komitmen semua pihak, proyek-proyek kecil di Pekanbaru dapat diselesaikan tepat waktu dan tepat anggaran.

 

 

Sumber

Iriana, R.T.K., Sebayang, M., & Yogi, M.R.A. (2022). Analisis Faktor Dominan Penyebab Terjadinya Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) pada Proyek Konstruksi Gedung Pemerintah Kategori Kecil di Kota Pekanbaru. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sipil, 1(1), 37–43. https://jtrs.ejournal.unri.ac.id/index.php/jtrs/article/view/5

Selengkapnya
Mengungkap Penyebab Pembengkakan Biaya Proyek Gedung Pemerintah di Pekanbaru: Analisis Mendalam dan Solusi Praktis
page 1 of 1