Perkapalan dan pelayaran

Sonar: Teknik Navigasi dan Deteksi di Bawah Laut

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 13 Mei 2024


Sonar, atau dikenal juga sebagai sound navigation and ranging, adalah sebuah teknik yang menggunakan gelombang suara di dalam air untuk navigasi dan mendeteksi objek di bawah laut. Di Amerika, istilah ini pertama kali digunakan selama Perang Dunia dan di Inggris dikenal dengan sebutan ASDIC (Anti-Submarine Detection Investigation Committee).

Cara Kerja Sonar

Sonar bekerja dengan memancarkan gelombang suara ke dalam air dan mengukur pantulan gelombang tersebut untuk mendeteksi lokasi dan jarak objek di bawah laut. Teknologi sonar telah digunakan secara luas untuk mendeteksi kapal selam, ranjau, mengukur kedalaman laut, penangkapan ikan, keselamatan penyelaman, dan komunikasi di laut. Data suara yang dipantulkan kemudian dikirim ke operator melalui pengeras suara atau ditampilkan pada monitor.

Sejarah Sonar

Sonar pertama kali dikembangkan oleh tokoh seperti Daniel Colloden pada tahun 1822 di Danau Geneva, Swiss, dan Lewis Nixon pada tahun 1906 untuk mendeteksi gunung es. Minat terhadap sonar semakin meningkat selama Perang Dunia I ketika kebutuhan mendeteksi kapal selam menjadi penting. Salah satu tokoh penting dalam perkembangan sonar adalah Paul Langevin yang pada tahun 1915 menemukan alat sonar pertama untuk mendeteksi kapal selam menggunakan sifat-sifat piezoelektrik kuarsa.

Jenis Sonar

  1. Sonar Pasif: Sonar pasif tidak mengirimkan sinyal suara ke lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, ia menggunakan alat sensitif untuk mendengarkan suara-suara di bawah laut. Operator yang berpengalaman dapat membedakan suara yang berasal dari berbagai jenis kapal atau objek lainnya. Namun, sonar pasif juga memiliki kelemahan, yaitu semua suara di bawah laut dapat terdengar, termasuk suara dari kapal sendiri.
  2. Sonar Aktif: Sonar aktif merupakan jenis sonar yang mengirimkan sinyal suara ke lingkungan sekitarnya. Ketika gelombang suara tersebut memantul kembali setelah bertemu dengan objek, sonar mengukur waktu tempuh dan intensitas pantulannya untuk menentukan lokasi dan jarak objek tersebut. Sonar aktif juga dapat digunakan untuk mengukur kedalaman perairan. Frekuensi suara yang digunakan pada sonar aktif dapat bervariasi, di mana frekuensi yang lebih besar akan memberikan jarak yang lebih pendek namun dengan resolusi yang lebih baik.

Sumber: id.wikipedia.com

 
Selengkapnya
Sonar: Teknik Navigasi dan Deteksi di Bawah Laut

Perkapalan dan pelayaran

Organisasi Maritim Internasional

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


IMO bergerak di bidang keselamatan laut Organisasi Maritim Internasional (Bahasa Inggris:International Maritime Organization atau IMO (dulunya dikenal sebagai Inter-Governmental Maritime Consultative Organization atau IMCO)), didirikan pada tahun 1948 melalui PBB untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan pelaksanaannya. Walaupun telah didirikan sepuluh tahun sebelumnya, IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun 1958. Dengan berpusat di London, Inggris, IMO mempromosikan kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air laut.

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di dalam majelis tadi. Dalam melaksanakan tugasnya, IMO memiliki lima komite. Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite teknis. Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara kerja IMO. Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada LSM yang memenuhi syarat tertentu.

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri. Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara berkala dipilih oleh Majelis, dan berbagai divisi termasuk Inter-Alia, Keselamatan Laut (Marine Safety), Perlindungan Lingkungan dan sebuah seksi Konferensi.

IMO headquarters in London

Sejarah

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic. Berdasarkan standar modern, rancangan Titanic membuatnya sangat rapuh. Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila kapal bermuatan wajar. Ketika Titanic menabrak gunung es, perhitungan ini terbukti sangat salah. Dan ketika para penumpang mulai meninggalkan kapal, terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci penyelamat tidak cukup tersedia. Alhasil, banyak nyawa dan materi hilang dalam tragedi ini.

Pada saat itu, setiap negara memiliki peratuuran sendiri mengenai standar rancangan kapal, konstruksi dan peralatan keselamatannya. Inter-Governmental Maritime Consultative Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi Titanic, tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I meletus. Ketika perang berakhir, IMCO dihidupkan kembali dan menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea (SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut. Setiap tahun, SOLAS terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut.

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO. IMO secara berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap kapal terhadap peraturan yang berlaku. Port State Control authority (atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara) didirikan untuk memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai (Amerika Serikat: US Coast Guard, Indonesia: KPLP [Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai]) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut. Sebuah Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State Control di antara negara-negara tersebut.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Organisasi Maritim Internasional

Perkapalan dan pelayaran

Kapal Layar

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Kapal layar adalah kapal yang digerakkan dengan menggunakan layar yang memanfaatkan tenaga angin sebagai pendorongnya. Konstruksi Kapal ini umumnya terbuat dari kayu dan cukup lama digunakan sebagai tulang pungung pelayaran baik bersifat sipil maupun militer sampai penemuan mesin uap dan kapal besi/baja pada abad ke 19 seiring dengan ramainya Revolusi Industri yang dipelopori oleh Inggris melalui penemuan mesin uap oleh James Watt.

Pinisi

Pada awalnya, kapal layar digerakkan oleh tenaga manusia sebagai pendayung dan layar. Model dari kapal jenis ini dapat dilihat pada kapal viking, kapal Mesir Kuno, kapal Romawi Kuno, Kapal India Kuno sampai masa Kapal Borobudur yang sudah menggunakan kapal layar. Seiring dengan perkembangan, maka digunakan kapa layar bercadik seperti yang dijumpai di Indonesia, Kapal dengan menggunakan layar segitiga seperti yang dijumpai di Timur tengah dan Kapal layar segi empat yang digunakan oleh Bangsa bangsa Eropa menjelang memasuki abad penjelajahan, Serta kapal layar lipat dengan model yang dijumpai di Jepang ataupun China.

Pada masa kini umumnya kapal layar dilengkapi dengan mesin tempel untuk menghadapi kemungkinan tidak bertiupnya angin pada daerah daerah tertentu agar tetap melanjutkan perjalanannya.

Jenis Jenis Kapal Layar

  1. Berdasarkan Tenaga Penggerak
  • Kapal layar dengan pendayung
  • Kapal layar tanpa pendayung
  1. Dari Bentuk Layar
  • Kapal layar segitiga
  • Kapal layar segi empat
  • Kapal layar lipat
  1. Dari Jenis Kapal
  • Kapal layar bercadik
  • Kapal Jung
  • Kapal jong jawa
  • Kapal Kliper
  • Kapal Galai
  • Kapal Galiung
  • Kapal Dromon
  • Kapal Cog
  • Kapal Caravel
  • Kapal Kerakah
  • Longship
  • Kapal Galias
  • Kapal pinisi
  • Kapal lancaran
  • Kapal benawa
  • Kapal malangbang

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Kapal Layar

Perkapalan dan pelayaran

Sonar

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Sonar (Singkatan dari bahasa Inggris: sound navigation and ranging), merupakan istilah Amerika yang pertama kali digunakan semasa Perang Dunia, yang berarti penjarakan dan navigasi suara, adalah sebuah teknik yang menggunakan penjalaran suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi kendaraan air lainnya. Sementara itu, Inggris punya sebutan lain untuk sonar, yakni ASDIC (Anti-Submarine Detection Investigation Committee).

Cara kerja

Sonar merupakan sistem yang menggunakan gelombang suara bawah air yang dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi dan menetapkan lokasi objek di bawah laut atau untuk mengukur jarak bawah laut. Sejauh ini sonar telah luas digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau, mendeteksi kedalaman, penangkapan ikan komersial, keselamatan penyelaman, dan komunikasi di laut.

Cara kerja perlengkapan sonar adalah dengan mengirim gelombang suara bawah permukaan dan kemudian menunggu untuk gelombang pantulan (echo). Data suara dipancar ulang ke operator melalui pengeras suara atau ditayangkan pada monitor.

Sejarah

Munculnya sonar tak bisa dilepas dari rintisan tokoh seperti Daniel Colloden yang pada tahun 1822 menggunakan lonceng bawah air untuk menghitung kecepatan suara di bawah air di Danau Geneva, Swiss. Ini kemudian diikuti oleh Lewis Nixon, yang pada tahun 1906 menemukan alat pendengar bertipe sonar pertama untuk mendeteksi puncak gunung es. Minat terhadap sonar makin tinggi pada era Perang Dunia I, yaitu ketika ada kebutuhan untuk bisa mendeteksi kapal selam.

Dalam perkembangan selanjutnya ada nama Paul Langevin yang tahun 1915 menemukan alat sonar pertama untuk mendeteksi kapal selam dengan menggunakan sifat-sifat piezoelektrik kuartz. Meski tak sempat terlibat lebih jauh dalam upaya perang, karya Langevin berpengaruh besar dalam desain sonar.

Jenis sonar

Sonar pasif

Sonar pasif sebenarnya lebih mengarah ke sistem hidroakustik yang ada pada kapal, sehingga tidak ada sinyal yang dikirim keluar. Artinya suara-suara di bawah laut ditangkap oleh alat sensitif dan didengarkan oleh operator di dalam kapal. Operator yang berpengalaman dapat membedakan suara baling-baling kapal dari kapal selam, kapal perusak, maupun kapal kargo.

Akan tetapi sonar jenis ini artinya semua suara di bawah laut dapat terdengar yang artinya operator yang tidak kompeten akan mengira suara baling-balingnya sendiri sebagai suatu ancaman.

Pada sistem sonar pasif modern, ada bank data sonik (sumber bunyi) yang besar. Sistem komputer menggunakan bank data tadi untuk mengenali kelas kapal, juga aksinya (kecepatan atau senjata yang ditembakkan).

Sonar aktif

Pada tahun 1918 Inggris dan Amerika Serikat membuat sistem aktif, dimana sinyal dikirim dan diterima kembali dan bernama Sonar Aktif atau yang dikenal juga dengan ASDIC (Anti Submarine Division / Allied Submarine Detection Investigation Committee). Sonar ini merupakan perangkat yang menembakkan suara untuk mendeteksi keberadaan suatu objek bawah air. Sonar jenis ini mengeluarkan bunyi "ping" dan semakin dekat dengan target maka bunyi nya akan semakin intensif. Sonar aktif juga dapat digunakan untuk mengukur kedalaman perairan dibawah lunas kapal. Untuk mengukur kedalaman digunakan sonar dengan frekuensi kecil agar dapat mengukur jarak yang jauh.

ASDIC sendiri memiliki beragam frekuensi suara. Semakin besar frekuensi maka akan semakin pendek jarak yang ditempuh akan tetapi semakin bagus resolusinya. Karena perbedaan frekuensi ini maka ada beberapa material yang bisa menyerap sebagian suara dari frekuensi tertentu. Material ini dapat digunakan untuk pelapis kapal selam agar tidak mudah terdeteksi ASDIC (mislakan logam akan memantulkan frekuensi 10 kHz sedangkan material A tidak, maka material A dapat dijadikan pelapis lambung kapal selam)

Bagi kapal selam modern, mengaktifkan perangkat ASDIC sama saja bunuh diri karena bunyi "ping" dapat terdengar jelas bahkan tanpa perangkat hidrofon sekalipun.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Sonar

Perkapalan dan pelayaran

Kapal Induk’

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


  1. Kapal induk ringan                                        ; Kapal induk yang lebih kecil dibanding kapal   induk standar  
  2. Kapal induk Jepang HiryÅ«                                ; Kapal induk Angkatan Laut Kekaisaran Jepang   
  3. Kapal induk kelas UnryÅ«                                  ; Kelas kapal induk   
  4. Kapal induk Italia Aquila                                   ; kapal induk Italia   
  5. Kapal induk lapis baja                                   ; Kapal pembawa pesawat terbang dengan lapisan pelindung tebal  
  6. Kapal induk pesawat laut Jepang Kamoi         ; kapal induk pesawat laut   
  7. Kapal induk Jepang Chiyoda                      ; Kapal induk pesawat laut yang dikonversi menjadi kapal induk ringan milik Kekaisaran Jepang   
  8. Kapal induk Jepang Zuikaku                             ; kapal perang   
  9. Kapal induk Jepang Chitose                            ; Kapal induk pesawat laut yang dikonversi  menjadi kapal induk ringan milik Kekaisaran  Jepang  
  10. Kapal induk pesawat laut Jepang Akitsushima ; Kapal induk pesawat amfibi Jepang

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Kapal Induk’

Perkapalan dan pelayaran

Keselamatan Pelayaran

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Keselamatan Pelayaran didefinisikan sebagai suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan dan kepelabuhanan.Terdapat banyak penyebab kecelakaan kapal laut; karena tidak diindahkannya keharusan tiap kendaraan yang berada di atas kapal untuk diikat (lashing), hingga pada persoalan penempatan barang yang tidak memperhitungkan titik berat kapal dan gaya lengan stabil. Dengan demikian penyebab kecelakaan sebuah kapal tidak dapat disebutkan secara pasti, melainkan perlu dilakukan pengkajian.

Kekuatan kapal

Sejak kapal dipesan untuk dibangun hingga kapal beroperasi, selalu ada aturan yang harus dipatuhi, dan di dalam semua proses pelaksanaannya selalu ada badan independen yang menjadi pengawasnya. Pada saat kapal dirancang kemudian pemilihan bahan, dan selama proses pembangunannya, selain pemilik kapal, pihak galangan kapal, dan pihak pemerintah selaku administrator ada pihak Klasifikasi dalam hal ini di Indonesia oleh Biro Klasifikasi Indonesia yang akan melakukan pengawasan dan pemberian kelas bagi kapal yang telah selesai dibuat, hingga nanti setelah kapal beroperasi mereka juga akan melakukan survey dan audit atas pelaksanaan semua aturan keselamatan yang harus dipenuhi.

Penyebab kecelakaan pelayaran

Kedaruratan pelayaran dan penanganannya

Kecelakaan angkutan laut yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda terjadi silih berganti dalam beberapa tahun belakangan ini diantaranya Kecelakaan KM Digoel. Ada beberapa penyebab yaitu

Faktor manusia

Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar yang antara lain meliputi:

  • Kecerobohan di dalam menjalankan kapal,
  • kekurang mampuan awak kapal dalam menguasai berbagai permasalahan yang mungkin timbul dalam operasional kapal,
  • secara sadar memuat kapal secara berlebihan

Faktor teknis

Faktor teknis biasanya terkait dengan kekurang cermatan di dalam desain kapal, penelantaran perawatan kapal sehingga mengakibatkan kerusakan kapal atau bagian-bagian kapal yang menyebabkan kapal mengalami kecelakaan, terbakarnya kapal seperti yang dialami Kapal Tampomas diperairan Masalembo, Kapal Livina.

Faktor alam

Faktur cuaca buruk merupakan permasalahan yang sering kali dianggap sebagai penyebab utama dalam kecelakaan laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah badai, gelombang yang tinggi yang dipengaruhi oleh musim/badai, arus yang besar, kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang terbatas.

Aturan international keselamatan pelayaran

Untuk mengendalikan keselamatan pelayaran secara internasional diatur dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

  • International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), 1974, sebagaimana telah disempurnakan: Aturan internasional ini menyangkut ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
  1. Konstruksi (struktur, stabilitas, permesinan dan instalasi listrik, perlindungan api, detoktor api dan pemadam kebakaran);
  2. Komunikasi radio, keselamatan navigasi
  3. Perangkat penolong, seperti pelampung, keselamatan navigasi.
  4. Penerapan ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran termasuk di dalamnya penerapan of the International Safety Management (ISM) Code dan International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code).
  • International Convention on Standards of Training, Certification dan Watchkeeping for Seafarers, tahun 1978 dan terakhir diubah pada tahun 1995.
  • International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979.
  • International Aeronautical and Maritime Search and Rescue Manual (IAMSAR) dalam 3 jilid

Perangkat keselamatan kapal

Sekoci

Perangkat keselamatan yang yang digunakan dalam evakuasi kapal dalam hal terjadi kebakaran ataupun kapal tenggelam berupa:

  • Baju pelampung
  • Perahu sekoci
  • Rakit penolong

Perangkat komunikasi

Perangkat yang penting dalam komunikasi adalah sistem komunikasi yang meliputi:

  • Radio komunikasi antar kapal, kapal dengan pelabuhan, kapal dengan radio pantai
  • Telepon satelit

Jenis kecelakaan

  • Bocor
  • Hanyut
  • Kandas
  • Kerusakan Konstruksi
  • Kerusakan Mesin
  • Meledak
  • Menabrak Dermaga
  • Menabrak Tiang Jembatan
  • Miring
  • Orang Jatuh ke Laut
  • Tenggelam
  • Terbakar
  • Terbalik
  • Tubrukan

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Keselamatan Pelayaran
« First Previous page 2 of 3 Next Last »