Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 April 2024
JAKARTA, KOMPAS.com - Wabah Covid-19 membuat beberapa proyek infrastruktur pemerintah tertunda. Khususnya proyek yang belum siap atau readiness criteria. Hal ini ternyata berpengaruh pada kinerja dan sistem produksi di sektor semen. Direktur Jenderal Industri, Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Muhammad Khayam mengatakan, penundaan proyek infrastruktur ini memunculkan dampak, tetapi tidak terlalu besar.
"Pasti ada dampaknya tapi enggak terlalu besar, ini kan terus berjalan. Cuma kan penundaan ini terjadi karena situasi Covid-19 saja, tapi tetap berjalan karena ada pengaturan dari Kementerian PUPR," ujar Khayam usai mengunjungi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kamis (5/8/2021) Selain itu, Khayam mengatakan, industri semen secara menyeluruh di Indonesia sedang mengalami over supply. Tercatat, produksi semen nasional sampai dengan Juni 2021 sebanyak 30,5 juta ton dan klinkernya sebanyak 27,3 juta ton. Oleh sebab itu, pemerintah saat ini sedang mencoba untuk menahan produksinya. "Maksudnya, agar kondusif, kalau misalnya ada rencana ekspansif itu di daerah-daerah yang memang membutuhkan produksi semen yah kita izinkan, tapi kalau di daerah yang over supply tapi tetap ingin ekspansi kita tunda dulu," ungkap dia.
Sementara itu Direktur Indocement Antonius Marcos mengaku, pihaknya memang merasakan dampaknya. Namun, Indocement langsung melakukan substitutional dengan melakukan eskpor semen ke berbagai negara. "Jadi produksi yang kita olah untuk proyek infrastruktur kita alihkan ke ekspor. Tahun lalu kita produksi 10 juta ton dan untuk sementara semen kita giatkan untuk ekspor tapi proyek infrastruktur ini tetap berjalan," kata Antonius. Ia menyebutkan hingga saat ini pihaknya telah melakukan ekspor semen ke berbagai negara seperti Australia, Cina, Taiwan, Bangladesh hingga Chili. Sementara untuk nilai ekspornya tercatat kurang lebih mencapai Rp 50-100 miliar.
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 April 2024
JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal mengkaji perpanjangan ketentuan harga batu bara khusus untuk industri semen dan pupuk. Sebelumnya, melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 206.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Harga Jual Batubara untuk Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku/Bahan Bakar Industri Semen dan Pupuk di Dalam Negeri, pemerintah menetapkan harga jual sebesar maksimal 90 dollar per ton. Harga khusus ini berlaku sejak 1 November 2021 sampai 31 Maret 2022. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Ridwan Djamaluddin mengungkapkan, pihaknya bakal melakukan evaluasi lanjutan sebelum 31 Maret 2022. "Kalau teman-teman ASI sudah merasa (pasokan batu bara) aman kita akan pertimbangkan untuk kebijakan baru, tapi kalau Dirjen Kemenperin mengatakan masih perlu dilanjutkan, bisa juga jadi pertimbangan pemerintah bersama-sama," ungkap Ridwan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Selasa (25/1/2022). Ridwan menjelaskan, pihaknya bakal mendiskusikan kembali dengan sejumlah pihak terkait soal keberlanjutan harga batu bara khusus ini.
Ridwan menambahkan, penetapan harga 90 dollar AS per ton didasarkan pada sejumlah pertimbangan khususnya masukan dari asosiasi semen dan asosiasi batubara. Menurutnya, dalam pertemuan yang dilakukan, industri semen dinilai masih mampu untuk membeli harga dikisaran 87,5 dollar AS per ton. Sementara itu, berkaca dari kondisi saat tahun 2011 di mana harga batu bara mencapai 120 dollar AS per ton, industri semen juga dinilai masih mampu membeli dikisaran harga saat itu. Untuk itu, ditetapkanlah harga 90 dollar AS per ton. "Takutnya, nanti kalau lebih dari 90 dollar AS per ton nanti (industri) semen jadi tidak kuat juga," ujar Ridwan.
Selain usulan soal perpanjangan ketentuan harga DMO batu bara untuk industri semen dan pupuk, Kementerian Perindustrian dan Asosiasi Semen Indonesia (ASI) pun juga mengusulkan agar kewajiban DMO batu bara bagi pengusaha tambang dinaikan menjadi 30 persen sampai 35 persen dari ketentuan saat ini sebesar 25 persen. Kendati demikian, Ridwan menjelaskan kebijakan pemenuhan batu bara juga jangan sampai memberatkan perusahaan batu bara. Apalagi, saat ini kebutuhan batu bara untuk semen dan pupuk dinilai masih bisa terpenuhi dengan ketentuan DMO batu bara 25 persen. "Sesungguhnya, volume yang dijual kepada semen dan pupuk ini tidak menambah volume DMO yang diberikan, jadi tetap dalam kalkulasi 25 persen," pungkas Ridwan. (Reporter: Filemon Agung | Editor: Herlina Kartika Dewi)
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 April 2024
JAKARTA, KOMPAS.com - Persaingan industri semen nasional semakin ketat, seiring dengan bermunculannya pelaku usaha semen baru di Tanah Air. Pada saat bersamaan, dengan terus bertambahnya jumlah produsen semen, Indonesia sampai dengan saat ini dihadapi dengan kondisi kelebihan pasokan kapasitas produksi atau over supply semen.
Menghadapi kondisi tersebut, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG sebagai raksasa produsen semen nasional berencana untuk fokus melakukan kolaborasi dan melakukan inovasi produk. Selain itu, dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya yang ke-9, Direktur Utama SIG Donny Arsal mengatakan, perseroan mengusung tema growing together, sebagai respons dalam menghadapi tantangan di industri semen saat ini.
"Kebersamaan menjadi kekuatan dalam menghadapi tantangan industri semen ke depan yang akan semakin berat, dimana peta persaingan semakin ketat dengan munculnya beberapa pemain baru. Apalagi kondisi over supply semakin mempertajam tingkat kompetisi di market," tutur dia, Donny, dalam keterangannya, Minggu (9/1/2022). Lebih lanjut, Donny Arsal menambahkan, tahun ini SIG telah mencanangkan strategic bussiness priority dengan inisiatif, salah satunya peningkatan operational excellence serta melakukan optimalisasi supply chain.
Sementara itu Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan, sebagai salah satu BUMN semen terbesar di Asia Tenggara, SIG didorong untuk dapat bertransformasi menjadi BUMN kelas dunia. "Melalui Inovasi, produk dan layanan serta inovai teknologi dan digital untuk meningkatkan daya saing secara global," ucap dia. Sebagai informasi, saat ini SIG memiliki lima merek yang beredar di pasar Indonesia yaitu Semen Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa, Dynamix dan Semen Andalas serta satu brand di Vietnam yaitu Thang Long Cement Saat ini SIG memiliki produk semen kantung baik serbaguna, maupun produk semen untuk aplikasi tertentu yang lebih ekonomis, serta berbagai tipe semen curah yang disesuaikan dengan karakteristik dari tiap jenis proyek.
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 April 2024
TEMPO.CO, Jakarta - PT Semen Baturaja (Persero) Tbk akan menampung Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) alias limbah batu bara yang dihasilkan PLTU Sumatera Selatan 8. Pembangkit ini adalah bagian dari proyek listrik 35 ribu Mega Watt (MW) yang dibangun PT Huadian Bukit Asam Power, perusahaan patungan antara PT Bukit Asam (Persero) Tbk dan China Huadian Hongkong Company Ltd.
"Kami akan memanfaatkan Fly Ash dan Bottom Ash untuk proses produksi semen," kata Direktur Pemasaran Semen Baturaja, Mukhamad Saifudin dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, 16 Maret 2021.
Saat ini, limbah batu bara ini sedang jadi sorotan karena pemerintah resmi menghapusnya dari daftar bahan berbahaya dan beracun. Penghapusan ini dilakukan lewat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, salah satu aturan turunan UU Cipta Kerja.
Tapi jauh sebelum PP 22 ini terbit, sebanyak 16 asosiasi yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sudah mengusulkan agar FABA dikeluarkan dari daftar limbah B3. "Karena berdasarkan hasil uji-ujinya pun menyatakan bahwa FABA bukan merupakan limbah B3,” ujar Ketua Umum Apindo Haryadi B. Sukamdani pada 18 Juni 2021.
Kebijakan ini pun langsung menuai kritikan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). “Siapa yang sorak-sorai? Yang sorak-sorai adalah investor. Karena target produksi (batu bara) yang semakin meningkat, limbah ini akhirnya dikeluarkan (dari B3),” ujar Direktur Eksekutif Kalimantan Tengah Dimas Novian Hartono dalam diskusi virtual pada Ahad, 14 Maret 2021.
Adapun pemanfaatan limbah batu bara ini tercapai setelah Semen Baturaja meneken kerja sama dengan Huadian. Kerja sama akan berlangsung 2 tahun sampai 1 Maret 2023.
Selain limbah batu bara, Semen Baturaja juga aka menerima Gypsum dari Huadian untuk bahan baku proses produksi semen. Sebaliknya, Semen Batuaraja menyediakan limestone (batu kapur) untuk Huadian guna kebutuhan proses Flue Gas Desulfurization (FGD).
Ini bukan pertama kalinya Semen Baturaja memanfaatkan FABA untuk produksi semen. Sejak 2019, mereka juga sudah bekerja sama dengan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) untuk memanfaatkan limbah batu bara ini.
Sumber: bisnis.tempo.co
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 April 2024
TEMPO.CO, Jakarta - PT Semen Baturaja meraup pendapatan Rp1,72 triliun pada 2020 di tengah pelemahan industri semen akibat dampak dari penyebaran COVID-29.
Direktur Utama PT. Semen Baturaja Tbk Jobi Triananda Hasjim mengatakan performa positif ini berkat kesigapan perseroan dalam melakukan efisiensi biaya produksi dan biaya usaha, perbaikan sistem distribusi dan penataan distributor.
Perseroan pun mendorong upaya peningkatan pendapatan melalui penjualan white clay. “Hasilnya Perseroan mampu menekan harga pokok secara signifikan dan juga memaksimalkan pendapatan dengan capaian Rp1,72 triliun,” kata dia, Rabu, 31 Maret 2021.
Selain itu, PT Semen Baturaja juga mampu meningkatkan EBITDA menjadi Rp416,4 miliar atau meningkat 2 persen dari tahun 2019. Untuk Cash From Operation (CFO) perseroan membukukan Rp393 miliar pada akhir 2020.
“Atas pencapaian kinerja yang positif di tahun 2020, manajemen semakin optimis akan kinerja pada 2021 akan jauh lebih baik,” kata dia.
Hal ini seiring adanya upaya akselerasi pemulihan ekonomi nasional dari pemerintah yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan pada sektor infrastruktur yang menjadi sektor utama penyerap semen.
Penyebaran virus COVID-19 ke seluruh dunia termasuk Indonesia menyebabkan kinerja perekonomian melemah dan pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan.
Hingga akhir tahun 2020, pandemi COVID-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan sebesar -2,07 persen.
Tahun 2020 menjadi tantangan berat bagi seluruh pelaku industri, untuk industri semen diketahui kondisi pasar yang sudah over supply sejak tahun 2019, lalu makin tertekan dengan adanya pandemi COVID-1 sehingga secara nasional demand mengalami penurunan hingga 10,7 persen (yoy).
Sumber: bisnis.tempo.co
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 April 2024
Siam Cement Public Company Limited (SCG; SET: SCC) adalah perusahaan semen dan bahan bangunan terbesar dan tertua di Thailand dan Asia Tenggara. Pada tahun 2016, SCG juga menduduki peringkat kedua sebagai perusahaan terbesar di Thailand dan perusahaan publik terbesar ke-604 di dunia versi Forbes. Perusahaan ini terdaftar di SET50 dan SETHD serta menjadi tolok ukur industri. Pemegang saham utama perusahaan adalah Raja Vajiralongkorn, yang memiliki 30 persen saham Siam Cement.
Pendapatan konsolidasi mencapai 450 miliar baht (US$14 miliar) pada tahun fiskal 2017: 10Unit semen dan bahan bangunan menyumbang 38 persen; 44 persen dari unit bahan kimia; dan 18 persen dari unit pengemasan: 11Pada tahun 2016, SCG menduduki peringkat No. 1 sebagai perusahaan pemberi kerja lulusan terbaik di Thailand yang disurvei oleh Program Magang Asia..
SCG didirikan untuk mendirikan pabrik semen pertama di Bangkok, Thailand melalui keputusan kerajaan Raja Rama VI(Vajiravudh) pada tahun 1913. Sejak saat itu, perusahaan ini telah berekspansi ke berbagai bisnis dengan tiga unit bisnis inti: SCG Bahan Bangunan Semen; SCG Bahan Kimia; dan SCG Pengemasan: 1Saat ini, SCG banyak menginvestasikan perusahaannya di wilayah Asia Tenggara termasuk bisnis pengemasan di Malaysia, kompleks petrokimia di Vietnam, dan banyak pabrik semen di sekitar wilayah tersebut.
SCG mempekerjakan sekitar 54.000 karyawan. Produknya dipasarkan di dalam negeri dan diekspor ke seluruh wilayah di dunia. Cementhai Holding Co, Ltd mengawasi investasi SCG di berbagai bisnis. Sebagian besar merupakan usaha patungan dengan perusahaan internasional, misalnya Kubota, Yamato Kogyo, Aisin Takaoka Group, Nippon Steel, Toyota Motor, Michelin, Hayes Lemmerz, Siam Mitsui, dan perusahaan Dow Chemical.
Penelitian dan pengembangan
SCG menekankan penelitian dan pengembangan. Pada tahun 2016, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan adalah satu persen dari penjualan dan produk bernilai tambah menyumbang lebih dari 35 persen dari penjualan: 11 Pada tahun 2017, produk HVA menyumbang hampir 40 persen dari penjualan.
Siam Research and Innovation Company Limited melakukan penelitian dan pengembangan produk dan layanan baru yang berkaitan dengan semen, mortar, beton, bahan bangunan, pencetakan 3D, prefabrikasi, agregat daur ulang, dan tahan api.
Pada tahun 2014, SCG Chemicals mengakuisisi 51 persen saham Norner untuk mengembangkan teknologi plastik dan polimer. Pada tahun 2017, SCG menerima penghargaan "Asia IP Elite 2016" selama tiga tahun berturut-turut. Penghargaan ini diberikan oleh Intellectual Asset Management (IAM), sebuah majalah terkemuka dalam manajemen strategis kekayaan intelektual.
Sponsor
Siam Cement Group adalah sponsor acara sepak bola, bulu tangkis, dan golf di Thailand dan Asia Tenggara.
Disadur dari: en.wikipedia.org