Perhubungan

Tragedi Kecelakaan Sea King Pulau Nias 2005: Kisah Kepahlawanan dan Penghargaan atas Misi Kemanusiaan

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Kecelakaan Sea King Pulau Nias tahun 2005 adalah jatuhnya helikopter Westland WS-61 Sea King (nomor ekor N16-100, tanda panggil "Shark 02") dari Skuadron 817 RAN Angkatan Laut Kerajaan Australia pada pukul 16:00 tanggal 2 April 2005. Sebelas orang di dalam helikopter. Kecelakaan itu terjadi ketika 'Hiu 02' mencoba mendarat di lapangan sepak bola dekat desa Tuindrao di Kecamatan Adraya, Pulau Nias, Indonesia. "Hiu 02" sedang menjalankan misi kemanusiaan di pulau yang baru saja dilanda gempa.

Korban

Kecelakaan tersebut menewaskan sembilan orang, enam di antaranya anggota RAN dan tiga anggota keluarga kerajaan. Angkatan Udara Australia (RAAF). Dua orang selamat: seorang kapten laut dan seorang kapten angkatan udara.

Peristiwa

Ketika jenazah tiba di Australia pada tanggal 5 April 2005, tentara mendarat. Bandara Sidney. Keluarga korban didampingi Gubernur Jenderal Australia, Presiden Indonesia Michael Jeffrey, Perdana Menteri Australia Susilo Bambang Yudhoyono, Kepala Staf Angkatan Darat John Howard, Jenderal Peter Cosgrove, dan Kepala Staf. Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara.

Semua korban menerima pemakaman militer. Upacara peringatan nasional bagi para korban kecelakaan "Hiu 02" diadakan di Gedung Parlemen Australia di Canberra pada hari Jumat tanggal 15 April 2005. Acara hari ini dihadiri oleh keluarga, teman dan kolega dari sembilan orang yang tewas dan dua orang yang selamat. Misionaris Australia Uskup Tom Frame memberikan penghormatan kepada Angkatan Pertahanan. Mereka yang berkesempatan berbicara pada acara tersebut adalah: Perdana Menteri Australia, John Howard; Kim Beazley, Pemimpin Oposisi; dan Imron Cotan, Duta Besar Indonesia untuk Australia. Misa juga diadakan di markas Pasukan Pertahanan Australia di Canberra dan instalasi militer lainnya di seluruh Australia.

Penghargaan

Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, turut menyematkan tanda kehormatan tertinggi di setiap peti jenazah korban kecelakaan ini. Dua korban selamat juga dianugerahi tanda kehormatan setelahnya.

Pemberian tanda kehormatan Indonesia menyoroti masalah pemberian penghargaan serupa oleh Pemerintah Australia karena para anggota militer yang mengalami musibah ini terlibat dalam operasi kemanusiaan, bukan operasi militer. Masalah ini teratasi dengan mengubah alasan pemberian Humanitarian Overseas Service Medal sehingga semua tentara yang ikut misi kemanusiaan di Indonesia layak mendapatkan penghargaan ini, termasuk sembilan korban tewas dan dua korban selamat.

Pada tanggal 17 Maret 2008, aksi salah satu korban selamat, mantan Leading Seaman Shane Warburton, diganjar penghargaan keberanian tertinggi kedua di Australia, Star of Courage. Menteri Pertahanan Joel Fitzgibbon mengatakan bahwa aksi Warburton untuk menyelamatkan rekannya dalam situasi berbahaya adalah tindakan kepahlawanan yang patut dianugerahi penghargaan. Fitzgibbon mengatakan bahwa tindakan Warburton sangat berani karena ia sendiri mengalami cedera parah akibat kecelakaan ini.

Pada tanggal 26 Mei 2009, empat pria Indonesia – Benar Giawa, Adiziduhu Harefa, Motani Harefa, dan Seti Eli Ndruru – dianugerahi Bravery Medal di Kedutaan Besar Australia di Jakarta atas peran mereka dalam penyelamatan para korban "Shark 02". Mereka akan mengeluarkan korban yang selamat dari lokasi kecelakaan sehingga militer Australia dapat segera memberikan pertolongan pertama.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Kecelakaan Sea King Pulau Nias 2005: Kisah Kepahlawanan dan Penghargaan atas Misi Kemanusiaan

Perhubungan

Tragedi Kecelakaan Pesawat SAM Air di Pegunungan Papua: Kronologi dan Evakuasi Korban

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


\

Pesawat SAM Air Cessna 208 Caravan jatuh usai lepas landas dari Bandara Elelim menuju Bandara Poik pada pukul 10.53 WIT. Delapan menit setelah lepas landas, pesawat kehilangan kontak di S3° 52' 43.67" E139° 27' 16.07".

Pada penerbangan ini, dua awak SAM Air dan empat penumpang. Dua awak kapal yang terpilih adalah Hadi Permadi (pilot) dan Levi Murib (co-pilot). Sedangkan menurut laporan, nama empat penumpang pesawat tersebut adalah Bartolomeus (34), Eves Halerohon (29), Domina Halerohon (17) dan Kilimputny (20).\ n

Cari
\ nBeberapa Beberapa jam kemudian pesawat SAM ditemukan jatuh di pegunungan Papua, 12 kilometer dari Kabupaten Yalimo. Ternyata cuaca sedang buruk dan keadaan sangat buruk sehingga evakuasi tidak bisa dilakukan. Sebanyak 12 anggota tim SAR diterjunkan ke lokasi jatuhnya pesawat SAM Air di pegunungan Kabupaten Yalimo. Lokasi kecelakaan berada 5.800 m di atas permukaan laut. Kondisi di lokasi jatuhnya pesawat terjal, dengan sudut 110 hingga 120 derajat. Helikopter Caracal dari TNI-AU di Timika dan helikopter tim SAR dari Wamena telah tiba.

Laporan

Pesawat lepas landas dari Bandara Moses Kilangin di Timika dan membawa 11 penumpang serta makanan. . Pilot mendarat di tengah landasan kanan dan berusaha melarikan diri dari awan tipis di ujung landasan, namun hal ini menyebabkan pesawat menabrak pohon di dekat landasan.

Escape
\ PK- terjadi di Hutan Yalimo di pegunungan Papua, enam korban ditemukan di lokasi jatuhnya pesawat SMW SAM Air. Enam korban dinyatakan meninggal dunia. Jenazah almarhum akan diantar ke rumah masing-masing keluarga dengan bantuan pihak maskapai. Pertama, jenazah dibawa ke Wamena. Keenam jenazah tersebut dibawa ke Wamena, dimasukkan ke dalam peti mati dan diterbangkan ke Jayapura dengan pesawat kargo Trigana. Jenazah akan diperiksa di RS Vayankara setibanya di Jayapura dan kemudian diserahkan kepada keluarga.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Kecelakaan Pesawat SAM Air di Pegunungan Papua: Kronologi dan Evakuasi Korban

Perhubungan

Tragedi Hilangnya Pesawat PZL M28 Skytruck di Laut Cina Selatan: Pencarian dan Penyelamatan yang Menyulitkan

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Pada tanggal 3 Desember 2016, sebuah Skytruck PZL M28 milik Kepolisian Negara Republik Indonesia menghilang di atas Laut Cina Selatan saat mencoba mendarat di bandara Hang Nadim, Kepulauan Riau. Pesawat lepas landas dari bandara Depati Amir di Pangkal Pinang, ibu kota provinsi Bangka Belitung. Ada tiga pilot dan 10 penumpang di pesawat itu. Tidak ada yang selamat. Basarnas membentuk tim SAR yang dibantu oleh tim SAR Singapura.

Pesawat dan awak

Pesawat yang jatuh adalah jenis PZL M28 Skytruck dengan nomor registrasi P-4201, dibuat pada tahun 2004. Pesawat ini memiliki lebih dari 2.500 jam terbang.

Menurut pihak berwenang, seluruh awak pesawat memiliki lebih dari 2.000 jam terbang.

Kecelakaan

Pesawat dari pesawat tersebut 10 penumpang, 3 awak. orang-orang di atas Semuanya adalah polisi Indonesia.

Pesawat lepas landas dari Bandara Depati Amir pukul 09.24 waktu setempat menuju Bandara Hang Nadim di Batam, Kepulauan Riau. Pesawat akan mendarat di Batam pada pukul 10.58. Saat terbang di atas Laut Seine, terjadi masalah teknis pada pesawat. Asap terlihat keluar dari mesin pesawat. Nelayan setempat yang menyaksikan jatuhnya pesawat sepakat bahwa pesawat langsung terjun ke laut tak lama setelah mesin mulai mengeluarkan asap.

Pencarian dan Penyelamatan

Tak lama setelah jatuhnya pesawat, puing-puing pesawat muncul dan mulai terjadi pagi hari. . . Pada pukul 12.30 waktu setempat, nelayan di Xixang menemukan puing-puing biru yang diyakini berasal dari pesawat. Mereka juga menemukan beberapa kursi dan barang-barang pribadi. Banyak bagian tubuh yang ditemukan. Nelayan membenarkan bahwa mereka menemukan bangkai kapal tersebut 40 mil laut dari Kijang, ibu kota Tanjung Pinang.

Basarnas membentuk tim pencarian dan penyelamatan. Tim SAR Tanjung Pinang mengirimkan dua perahu untuk mencari puing-puing pesawat. Dipimpin oleh Kapolda Riau. Polisi mengirimkan empat perahu. TNI Angkatan Laut juga telah mengerahkan KRI Cucut dan KRI Pattimura. Kru pencari mengaku menemukan beberapa barang pribadi korban, termasuk foto penumpang pesawat. Operasi pencarian terhambat karena cuaca buruk. Kepala Operasi Sam Budigusdian mengatakan operasi ditunda karena cuaca buruk dan pesawat tidak bisa terbang. Selain itu, sinyal komunikasi buruk.

Pukul 17.55, ditemukan benda padat dan tidak utuh di dekat lokasi, dengan tumpahan minyak di kedalaman 2 meter. Keesokan harinya, tiga kapal Departemen Pertahanan diberangkatkan untuk mendukung operasi tersebut. Singapura mengirimkan pesawat dan helikopter. Inspektur dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional juga mengambil bagian dalam operasi tersebut. Menurut Kepala Basarnas, operasi pencarian dan penyelamatan ini melibatkan 300 personel dan 15 kapal.

Area pencarian mencakup 200 mil laut persegi. Tim penyidik ​​menyebut lokasi pencarian berada di kawasan Mantang dan Gijang. Tim investigasi menemukan lokasi tumpahan minyak pada 3 Desember. Analisis menunjukkan bahwa pesawat jatuh di perairan dangkal, sekitar 23 atau 32 meter.

Penyelam telah dikerahkan untuk operasi ini. Analisis terhadap puing-puing tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar puing yang ditemukan tim berasal dari bagian depan pesawat. Pihak berwenang mengatakan hidung pesawat mungkin rusak saat menabrak laut. Mereka juga mengatakan sebagian besar jenazah ditemukan dalam jenazah yang terendam air.

Gubernur Kepulauan Riau Noordin Bashirun dan Brigjen Paris ikut serta dalam operasi pencarian dan penyelamatan. Anggota dewan kemudian meminta para nelayan untuk bergabung dalam pencarian, dengan mengatakan bahwa mereka “memiliki mata yang lebih baik”. Masyarakat diminta untuk melaporkan barang-barang pribadi atau jenazah yang ditemukan di laut kepada pihak berwajib.

Fokus wilayah upaya pencarian dan penyelamatan adalah antara Pulau Pintar, Pulau Sebanca, Pulau Senayang, dan Pulau Menasac. Pihak berwenang mengatakan jenazah penumpang yang hilang dan puing-puing pesawat kemungkinan besar tidak akan jauh dari kerusakan total karena arus laut dan kecepatan angin tidak cukup kuat untuk menghantam area pemindahan puing-puing tersebut. Namun, menurut Soelistyo, Kepala Basarnas, sebenarnya bangkai kapal tersebut berada di perairan Indonesia, namun kotak hitam perekam penerbangan telah dipindahkan ke perairan Singapura. Ia meminta pemerintah Singapura untuk menemukan kotak hitam tersebut.

Pencarian dilanjutkan pada 5 Desember 2016. Keempat jenazah korban ditemukan hari itu juga. Menurut Direktur Erlangga, ekor pesawat akan diangkat dari laut pada pukul sepuluh. Pesawat sepanjang 3 m ditemukan pada 0 17' 321" N 104 50' 518" E dalam perairan 24 m. Area pencarian juga diperluas sejauh 5 km karena jenazah terbawa arus laut sejauh 5 km dari bangkai kapal sebenarnya.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Hilangnya Pesawat PZL M28 Skytruck di Laut Cina Selatan: Pencarian dan Penyelamatan yang Menyulitkan

Perhubungan

Tragedi Kecelakaan Pesawat Lockheed C-130H Hercules di Gunung Lisuwa, Papua: Tidak Ada Korban Selamat dalam Misi Pelatihan Angkatan Udara Indonesia

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Pada tanggal 18 Desember 2016, jet tempur Lockheed C-130H Hercules Indonesia jatuh di Gunung Lisuwa saat mencoba mendarat di Bandara Wamena di Provinsi Papua, Indonesia. Pesawat yang menjalankan misi pelatihan ganda ini membawa 12 personel TNI AU dan satu penumpang. Pesawat itu pecah ketika menyentuh tanah. Tidak ada yang selamat.

Pesawat

Menurut Wakil Kepala Staf TNI AU Hadiyan Sumintaatmadja, pesawat dalam kondisi baik dan memiliki jam terbang 9.000. Ia menambahkan, pesawat akan beroperasi rutin setiap 50 jam. Pesawat ini tergolong baru karena telah dikirim ke Australia pada Maret 2016. Pesawat ini merupakan eks RAAF C-130H Hercules, yang pertama dari total lima pesawat yang diakuisisi oleh Royal Australian Air Force. TNI Angkatan Udara berencana menambah 116 Hercules ke armadanya.

Kecelakaan

Lockheed C-130 Hercules membawa 12 awak, 1 penumpang dan 12 ton kargo, perlengkapan militer. Pesawat berangkat dari Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, menuju Bandara Wamena di Wamena pada pukul 05:35 waktu setempat (UTC +9). Pesawat tersebut dikemudikan oleh Mayor Marlon A Kawer. Menurut pernyataan militer yang dikeluarkan Hallym, penerbangan ini merupakan latihan bagi kopilot. Pesawat mendarat di Wamena pukul 06.13 waktu setempat dan melanjutkan perjalanan ke Jayapura.

Pesawat mendarat di Bandara Wamena pukul 06.02 lalu mendarat di runway 15. Namun karena jarak pandang yang buruk, pihak bandara menyatakan: Pesawat mendarat di landasan yang berbeda. Pilot siap melanjutkan ke landasan pacu 33. Pangkalan Udara Wamena mendeteksi pesawat tersebut pada pukul 06:08, namun kehilangan kontak semenit kemudian.

Setelah kecelakaan tersebut, pusat krisis didirikan di Bandara Sentani dan 30 tentara mereka berhasil diselamatkan . . Mereka berdiri di tepi angkasa. Tim pencarian dan penyelamatan menemukan puing-puing di Gunung Lisuwa dekat landasan pacu 33. Pihak berwenang mengatakan api membakar bagian ekor pesawat. Tidak ada yang selamat di lokasi kejadian. Jenazah korban ditemukan. Otoritas militer mengumumkan bahwa semua jenazah telah ditemukan dari tempat kejadian dan dipindahkan ke bandara terdekat. Pada tengah hari tanggal 18 Desember, 10 mayat telah ditemukan. Seluruh jenazah dibawa kembali dan dimakamkan di Malang, Jawa Timur.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Kecelakaan Pesawat Lockheed C-130H Hercules di Gunung Lisuwa, Papua: Tidak Ada Korban Selamat dalam Misi Pelatihan Angkatan Udara Indonesia

Perhubungan

Tragedi Kecelakaan Pesawat di Papua: Pesawat DHC-4 Caribou Jatuh di Hutan Papua, Tidak Ada Korban Selamat

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Pada tanggal 31 Oktober 2016, versi modifikasi pesawat DHC-4 Caribou yang dioperasikan oleh Alpha Indonesia jatuh di hutan Papua dalam penerbangan ke Ilaga, Indonesia. Penerbangan ini merupakan pesawat kargo dengan empat awak di dalamnya. Tidak ada yang selamat.

Latar Belakang

Infrastruktur merupakan masalah besar di Indonesia bagian timur. Selama beberapa dekade, pemerintah Indonesia berfokus pada pengembangan pulau Jawa dan Sumatera, sehingga menciptakan kesenjangan infrastruktur antara wilayah barat dan timur. Harga minyak di wilayah Timur lebih mahal dibandingkan di Pulau Jawa. Pemerintahan Joko Widodo telah mengalihkan fokus pembangunannya ke Indonesia bagian timur, khususnya Papua, meningkatkan jumlah pasokan sehingga daerah-daerah terpencil di Papua dapat mengkonsumsi minyak. Pada tanggal 6 September, untuk menurunkan harga bahan bakar di Kabupaten Puncak, pemerintah menerbangkan DHC-4 Caribou ke sana.

Pesawat

Pesawat yang jatuh adalah de Havilland PEN Turbo DHC-4T Turbo Caribou Canada DHC Ko - 4 Mesin turboprop Reindeer dan Pratt dan Whitney Kanada PT6-67A. Pesawat ini dibangun pada tahun 1971 dan melakukan penerbangan pertamanya sebagai versi modifikasi pada bulan September 2014. Dikirim ke Indonesia pada bulan Mei 2016 dan dioperasikan pada bulan September. Nomor registrasi pesawat ini adalah PK-SWW. Pesawat tersebut milik pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah Kabupaten Puncak. Keempat awaknya berasal dari Indonesia.

Detail kontak hilang

Pesawat Reindeer lepas landas dari Timika pukul 07:57 waktu setempat, tiba pukul 08:22 waktu setempat. Pesawat mengangkut bahan konstruksi. Pada pukul 08:23, awak pesawat melakukan radio untuk pertama kalinya di Bandara Ilaga dan melaporkan lokasi mereka di Lembah Ilaga. Setelah melaporkan perkiraan waktu tiba di Ilaga, kontak dengan menara hilang pada pukul 08:27.

Pada pukul 09:22, awak pesawat lain melapor ke Ilaga, yang menerima sinyal yang diyakini tidak terduga. . pengawas Ini adalah pemancar pesawat yang hilang di dekat Jila. Basarnas segera membentuk tim SAR. Polisi dan warga setempat juga ikut serta dalam operasi pencarian. Namun, hujan lebat dan jarak pandang yang buruk menghambat dan menunda upaya pencarian dan penyelamatan. Tim SAR yang terdiri dari TNI AU, Basarnas, TNI AD, dan Polri membangun tiga camp utama dan dua helikopter. Dua pesawat dikerahkan.

Puing-puing ditemukan

Pada tanggal 1 November, sebuah kapal yang terbakar ditemukan di dekat Lembah Ilaga, 12.800 kaki (3.900 m) di atas permukaan laut di Distrik Zilla. Jaraknya 9 mil laut (17 km, 10 mil) dari Jila dan 6 mil laut (11 km, 6,9 mil) dari Ilaga. Pesawat itu terbakar habis dan puing-puingnya berserakan di lembah. Dampaknya sangat parah sehingga tidak ada yang selamat. Dua helikopter dikerahkan untuk membawa jenazah ke Timika untuk dimakamkan.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Kecelakaan Pesawat di Papua: Pesawat DHC-4 Caribou Jatuh di Hutan Papua, Tidak Ada Korban Selamat

Perhubungan

Tragedi AirAsia QZ8501: Kecelakaan Mematikan yang Mengguncang Dunia Penerbangan

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Indonesia AirAsia Penerbangan 8501 (Nomor Penerbangan: QZ8501/AWQ8501) (terkadang disebut sebagai AirAsia Crash QZ8501) adalah sebuah Airbus A320 milik AirAsia Indonesia (AirAsia Group) yang dilaporkan kehilangan kontak di Laut Jawa dekat Lembah Selimut Saya tersesat. Terdapat 155 penumpang dan 7 awak dalam penerbangan dari Surabaya, Indonesia ke Singapura pada 28 Desember 2014 (total 162). Pada 30 Desember 2014, puing pesawat ditemukan mengambang di Laut Jawa. Mayat manusia juga ditemukan bersamaan dengan jatuhnya pesawat, 162 orang dikabarkan meninggal dunia.

Pada 20 Januari 2015, QZ8501 dikabarkan terhenti, kondisi pesawat kehilangan arah. , hal ini terjadi karena hidung pesawat yang tinggi. Pada tanggal 1 Desember 2015, tepat satu tahun setelah jatuhnya QZ8501, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (KNKT) mengumumkan temuan terakhirnya bahwa bagian kemudi ekor pesawat mengalami kerusakan. Pilot merespons dengan kesalahan fatal. Kurangnya komunikasi antara pilot dan co-pilot menyebabkan pesawat tersebut jatuh.

Kecelakaan QZ8501 merupakan kecelakaan terparah ketiga sepanjang sejarah Indonesia setelah jatuhnya Garuda di Medan. Pada tahun 1997, 234 orang tewas dalam kecelakaan Air Lion. Sebuah pesawat terbang kecelakaan Pada tahun 2018, tercatat 189 orang meninggal di Laut Karawang. Jatuhnya QZ8501 juga merupakan kecelakaan maskapai terburuk ketiga di dunia, setelah Malaysia Airlines Penerbangan 17 dan Malaysia Airlines Penerbangan 370 pada tahun 2014. Ini merupakan kecelakaan Airbus A320 terburuk kedua setelah TAM Linhas Aéreas Penerbangan 3054, dan kecelakaan udara terburuk ketiga. Kecelakaan tahun 2014. Keluarga A320, TAM 3054 dan Kogalymavia penerbangan 9268.

Linimasa

Kontak hilang pada pukul 0724 WIB, menurut AirAsia. Namun dari beberapa laporan otoritas penerbangan Indonesia, kontak hilang lebih awal, tepatnya pada pukul 06.17 WIB. Penerbangan berangkat dari Bandara Juanda pada pukul 05:35 WSS (UTC+7) dengan rute M365 dan mendarat pada pukul 08:30 WSS (UTC+8). Pesawat tersebut berada di bawah pengawasan penerbangan sipil Indonesia saat diminta menyimpang dari jalur penerbangan semula karena cuaca buruk. Pilot meminta izin untuk mendaki hingga ketinggian 38.000 kaki (11.600 m) untuk menghindari awan kumulonimbus yang tebal, namun ketinggian akhir yang ditunjukkan oleh transponder dan dicatat oleh Flightradar24 adalah 32.000 kaki (9.750 m). Pesawat tersebut terbang dengan ketinggian dan kecepatan tinggi di atas Laut Jawa antara Kalimantan dan Jawa yang masih dalam kendali lalu lintas udara Indonesia, ketika hilang kontak dengan pengatur lalu lintas udara pada pukul 07:24 waktu setempat. Analisis menunjukkan bahwa pesawat melewati area badai hanya beberapa menit sebelum menghilang.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi AirAsia QZ8501: Kecelakaan Mematikan yang Mengguncang Dunia Penerbangan
« First Previous page 3 of 9 Next Last »