Perhubungan

Tragedi MNA724: Kecelakaan Mematikan Fokker F28 di Sorong, Papua Barat

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 28 Maret 2024


Kecelakaan ini merupakan kecelakaan paling mematikan sepanjang sejarah Merpati Nusantara Airlines. Penyelidik menyimpulkan, pilot pesawat tersebut secara tidak sengaja terbang di ketinggian. Kerusakan tersebut menyebab
kan pesawat mendarat di perairan internasional dekat Bandara Jefman.

Kecelakaan

Pada tanggal 1 Juli 1993, sebuah pesawat Fokker F28 Fellowship mendekati Bandara Jefman di area kecil. Korban selamat mengatakan jarak antara tanah dan pesawat kurang dari 1 meter. Tiba-tiba pesawat terangkat dan roda pendarat kiri mencapai puncak sebuah bukit kecil. Korban selamat mengaku mendengar ledakan keras saat kejadian.

Banyak penumpang yang terlempar dari tempat duduknya di pesawat. Sebagian sayapnya patah dan pesawat mulai berputar. Pesawat meninggalkan bandara, jatuh ke laut dan pecah menjadi tiga bagian besar. Korban sebagian besar ditemukan masih terikat di kursi, dan ada pula jenazah yang mengambang di atas. Tim pencarian dan penyelamatan dikerahkan segera setelah kejadian tersebut. Nelayan setempat adalah orang pertama yang tiba di lokasi kecelakaan dan membantu seorang anak laki-laki dan seorang pria di lokasi kejadian. Banyak orang selamat dari kecelakaan itu, namun banyak juga yang meninggal karena luka-luka mereka. Orang lain selamat dari kecelakaan itu dan menyelamatkan anak laki-laki yang tidak sadarkan diri itu dari air. Saat menyerahkan bocah tersebut kepada nelayan setempat, tiba-tiba ia pingsan dan meninggal dunia.

Berita kejadian tersebut bermula antara pukul 15.00 hingga 16.00 WIB. Keluarga korban diberitahu mengenai kecelakaan tersebut dan dibawa ke lokasi kejadian. Mereka tiba keesokan harinya. Evakuasi berlangsung cepat karena akses ke lokasi jatuhnya pesawat mudah.

Pesawat

Pesawat yang terlibat kecelakaan adalah Fokker F28 Fellowship 3000 registrasi PK-GFU dengan nomor seri 11131. Pesawat lepas landas terlebih dahulu. April 1978. Pesawat dikirim pada tahun yang sama dan digunakan pada penerbangan Garuda Indonesia sebelum dijual ke Merpati Nusantara Airlines pada tahun 1989.

Lihat

Dilaporkan bahwa kondisi cuaca buruk pada saat itu. kecelakaan Saksi melaporkan hujan lebat disertai angin kencang. Juru Bicara Merpati menambahkan, cuaca di sekitar Sorong, termasuk kawasan Bandara Jefman, “sangat buruk”. Awan hitam tebal terlihat pada saat kejadian. Operator maskapai penerbangan dilaporkan memperingatkan awak Penerbangan 724 bahwa mereka telah membatalkan pendaratan dan mengalihkan ke Bandara Biak. Namun, pilot Penerbangan 724 bersikeras untuk mendarat di Bandara Jeffman.

Saat pilot mulai mendarat, pesawat mengarah ke laut, bukan ke landasan pacu. . Pilot tampak bingung dengan cuaca buruk tersebut. Beberapa detik kemudian, para kru menyadari kesalahan mereka dan mencoba kembali, namun gagal. Bagian depan pesawat berhasil menghindari bukit, namun bagian belakang pesawat tertabrak. Pesawat pecah menjadi tiga bagian dan jatuh ke laut.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi MNA724: Kecelakaan Mematikan Fokker F28 di Sorong, Papua Barat

Perhubungan

Tragedi Mandala Airlines Penerbangan RI 091: Kronologi Kecelakaan Pesawat Boeing 737-200 di Medan

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 28 Maret 2024


Mandala Airlines Penerbangan RI 091 jatuh pada tanggal 5 September 2005 di Medan Padang Bulan, Indonesia. Pesawat yang terlibat adalah Mandala Airlines Boeing 737-200. Pesawat lepas landas dari Bandara Medan di Polandia ketika kecelakaan terjadi.

Pesawat tersebut terbang dari Medan menuju Jakarta dan membawa 117 orang, termasuk 112 penumpang dan 5 awak. Dari jumlah tersebut, 100 penumpang dan 49 orang tewas di darat, 17 orang selamat.

Kronologi kecelakaan sebagai berikut: pesawat terbang dalam posisi tidak utuh, menabrak tiang listrik dan jatuh. Di tengah perjalanan, ia menabrak rumah tetangga sekitar 100 meter dari bandara. Setelah kecelakaan, pesawat meledak beberapa kali dan terbakar, hampir menghancurkan seluruh pesawat.

Pesawat yang jatuh adalah Boeing 737-2Q3adv tahun 1981, digunakan oleh Lufthansa sebelum diakuisisi oleh Mandala Airlines pada tahun 1991. . Dari 117 orang yang berada di pesawat, hanya 17 penumpang yang selamat. Di antara korban tewas adalah Gubernur Sumut Tengku Rizal Noordin dan mantan Gubernur Sumut Raja Inal Siregar. 49 orang lainnya tewas di darat, dan pengamatan awal menunjukkan bahwa salah satu mesin pesawat rusak dan kehilangan tenaga. Ada laporan bahwa pesawat tersebut membawa muatan berbentuk durian yang mendekati batas berat yang diizinkan. Menyusul insiden ini, beberapa pesawat Boeing 737-200 dilarang terbang untuk pemeriksaan darurat.

Investigasi KNKT menyimpulkan bahwa kecelakaan itu terjadi karena penutup dan penutup tidak dalam kondisi tidak mengikuti prosedur daftar periksa peralatan. Peraturan.

Pada tanggal 7 Juni 2005, Menteri Perhubungan mengeluarkan Keputusan No. 35/2005 tentang pembatasan masa manfaat pesawat udara, namun undang-undang ini baru berlaku enam bulan kemudian, yakni Desember 2005.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Mandala Airlines Penerbangan RI 091: Kronologi Kecelakaan Pesawat Boeing 737-200 di Medan

Perhubungan

Analisis Kecelakaan Lion Air Penerbangan 904: Fakta, Dugaan Awal, dan Tinjauan Cuaca

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 28 Maret 2024


Lion Air Penerbangan 904 (JT 904, LNI 904) adalah penerbangan Lion Air yang berangkat dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Jawa Barat, menuju Bandara Ngurah Rai di Denpasar, Bali. Pesawat tersebut jatuh ke air pada 13 April 2013 saat hendak mendarat di Bandara WITA Ngurah Rai pukul 15.10 sebelah barat Runway 09. Tidak ada korban jiwa, namun 46 orang luka-luka dan dievakuasi ke lokasi berbeda. Bandara Ngurah Rai.

Pilot

Pilot Lion Air pesawat ini adalah Pilot Captain Mahlup Ghazali (WNI) dan Co-Pilot Chirag Kalra (Warga Negara India). Menurut Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan, Pilot dan Copilot dinilai mempunyai catatan atau pengalaman terbang yang baik. Tes urin kedua pilot menunjukkan hasil negatif untuk penggunaan obat-obatan terlarang, termasuk narkotika atau alkohol.

Pesawat

PK-LKS, sebuah Boeing 737-8GP, dimiliki oleh Avolon Aerospace. . Pesawat baru ini diakuisisi dari Boeing oleh Malindo Air, anak perusahaan Lion Air, pada 21 Februari 2013. Pesawat tersebut selanjutnya dialihkan ke perusahaan induk Lion Air pada 20 Maret 2013. Pesawat ini digunakan kurang dari enam minggu. Lion Air sebelum kecelakaan.

Santunan penumpang

Santunan yang dibayarkan Lion Air kepada korban sebesar Rp55 juta, santunan dibulatkan menjadi Rp50 juta dan anggaran santunan menjadi Rp5.000.000. Sesuai Peraturan Kementerian Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011, tarif tol tertinggi adalah Rp 4,6 juta. Namun salah satu penumpang, pengendara sepeda Lisa Suseanti, menolak membayar ganti rugi dengan mengatakan ia masih ingin meminta penjelasan kepada pihak maskapai dan jika memungkinkan menunggu produk KNKT. n
Kecurigaan awal

Pilot Lion Air mengatakan, saat mencoba mengendalikan pesawat, ternyata pesawat tertiup angin. Laporan tersebut menimbulkan spekulasi bahwa penyebab jatuhnya pesawat adalah 'winshear', yaitu perubahan kecepatan angin secara tiba-tiba yang menyebabkan pesawat turun ketinggian. Hal ini biasanya disebabkan oleh badai angin kencang. Pesawat terbang sangat bergantung pada kecepatan dan arah angin. Perubahan kecepatan dan arah angin secara tiba-tiba dapat menyebabkan pesawat kehilangan kendali, terutama saat lepas landas dan mendarat. Saat pesawat berada sangat dekat dengan permukaan tanah, tenaga mesin lemah dan ruang untuk bermanuver pun sedikit.

Menurut laporan, cuaca saat kejadian di Bandara Alfazah Bandara BMKG cerah dan berawan. , melihat 10 km, hujan ringan dan angin sepoi-sepoi, 7 kecepatan. laptop. Kondisi cuaca ini terus berlanjut bahkan setelah bencana Lion Air. Oleh karena itu, teori geser angin tidak didukung oleh bukti yang kuat.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Analisis Kecelakaan Lion Air Penerbangan 904: Fakta, Dugaan Awal, dan Tinjauan Cuaca

Perhubungan

Tragedi Lion Air JT-610: Analisis Kecelakaan dan Tanggapan Operasi Pencarian

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 28 Maret 2024


Jatuhnya Lion Air Penerbangan 610 merupakan kecelakaan yang terjadi pada 29 Oktober 2018. Pesawat hilang kontak saat dalam perjalanan dari Jakarta menuju Pangkal Pinang. SAR menyebutkan pesawat tersebut jatuh di Tanjung Pakis, Karawang. Puing-puing pesawat ditemukan di lepas pantai Jawa.

Flight data recorder (FDR) ditemukan tim SAR pada 1 November 2018 dan 14 Januari (CVR). 2019. KNKT mengumumkan hasilnya pada 25 Oktober 2019. Penyebab kecelakaan tersebut diduga karena reaksi pilot yang berlebihan selama proses desain dan sertifikasi Boeing 737-8 (MAX), namun tidak benar berdasarkan bahan referensi yang ada. . Selain itu, ada delapan faktor lain yang diduga menjadi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air penerbangan PK-LQP. Salah satunya adalah tidak adanya pedoman pelatihan atau informasi tentang MCAS dalam manual pilot, sehingga pilot tidak memahami sistem baru tersebut.

Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan itu adalah Boeing 737 MAX 8 dan nomor registrasi. PK-LQP dengan dua mesin CFM International LEAP. Lion Air menerima pengiriman pesawat dari Boeing pada 13 Agustus 2018, hanya dua bulan sebelum kecelakaan terjadi. Saat kecelakaan terjadi, pesawat memiliki 800 jam terbang. Peristiwa ini merupakan kecelakaan pertama yang melibatkan pesawat 737 MAX sejak diluncurkan pada tahun 2017.

Pesawat lepas landas dari Jakarta pada pukul 06:20 WIB (23:20 UTC) dan tiba di Bandara Depati Amir pada tahun 2017. . Pangkalpinang 07:20. Pesawat terbang ke barat, berbelok ke utara dan jatuh di perairan sedalam 35 meter di lepas pantai timur laut Jakarta pada pukul 06.33. Pesawat naik dan turun beberapa kali setelah mencapai ketinggian 1.500 m (5.000 kaki). Data terbaru yang dipublikasikan menunjukkan ketinggian 3.650 kaki (1.113 m) dan kecepatan 345 knot (639 km/jam). Menurut tim SAR Pangkal Pinang, pilot meminta kembali ke Jakarta, namun tidak dikabulkan. Pesawat tersebut jatuh 34 mil laut (63 km) di lepas pantai Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Pesawat tersebut membawa 181 penumpang (178 dewasa, 1 anak-anak, 2 bayi) dan 8 awak (2 pilot) laki-laki, 6 penumpang. . . Menurut Lion Air, kaptennya adalah warga negara India dengan pengalaman 7 tahun dan 6.000 jam terbang, dan pilotnya adalah warga negara Indonesia dengan pengalaman terbang 5.000 jam. Di antara 181 penumpang pesawat tersebut terdapat 20 pegawai Kementerian Keuangan, tujuh anggota DPRD Bangka Belitung, serta tiga hakim Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

Jannatun Chintya Dewi dipastikan pada malam 31 Oktober. Poli DVI Dan tak lama kemudian, enam mayat lagi ditemukan. Dari 189 jenazah, baru 125 yang teridentifikasi. Dan pencarian korban dihentikan sejak 10 November 2018. Operasi pencarian dan penyelamatan dilakukan Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) dengan dukungan TNI-AU. Basarnas mengirimkan sekitar 150 orang ke lokasi jatuhnya pesawat menggunakan perahu dan helikopter. Kapal nelayan juga menanggapi laporan adanya kecelakaan udara. Awak kapal feri AS Jaya II mengatakan kepada otoritas pelabuhan Tanjung Priok bahwa mereka melihat pesawat jatuh pada pukul 06.45 dan menemukan puing-puing di air pada pukul 07.15. Puing-puing yang diyakini berasal dari pesawat ditemukan di dekat kilang minyak di pinggiran lokasi.

Juru bicara Basarnas membenarkan bahwa pesawat tersebut jatuh. Ketua Basarnas Muhammad Syaugi kemudian angkat bicara mengenai jumlah korban jiwa, namun tidak merinci jumlahnya.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Lion Air JT-610: Analisis Kecelakaan dan Tanggapan Operasi Pencarian

Perhubungan

Tragedi Vickers Viscount Merpati Nusantara Airlines: Kecelakaan Fatal di Samudra Hindia

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Pada tanggal 10 November 1971, Vickers Viscount Merpati Nusantara Airlines, registrasi PK-MVS, jatuh di Samudera Hindia di lepas pantai Padang, Sumatra, Indonesia, setelah memberitahukan pengontrol lalu lintas udara bahwa mereka tidak akan berangkat karena cuaca buruk. Seluruh penumpang pesawat yang berjumlah 69 orang tewas dalam kecelakaan ini.

Saat itu merupakan kecelakaan terparah sepanjang sejarah Indonesia. Kecelakaan ini kini menjadi kecelakaan terparah kesembilan dalam sejarah penerbangan Indonesia. Adapun kecelakaan yang menimpa Viscount Vickers merupakan kecelakaan terparah ketiga.

Kecelakaan

Pesawat tersebut terbang antara Bandara Kemayoran Jakarta dan Bandara Tabing Padang. Lima menit sebelum mendarat di Padang, pengatur lalu lintas udara kehilangan kontak dengan pesawat. Pengendali lalu lintas udara Bandara Thalang Betutu Palembang mengatakan, pesawat mengirimkan sinyal bahaya. Para kru mengatakan mereka tidak dapat melihat daratan karena cuaca buruk dan jarak pandang yang buruk. Pesawat tersebut jatuh di Samudera Hindia, menewaskan seluruh 62 penumpang dan tujuh awak.

Penumpang dan awak

Kecuali satu orang, seorang dokter Jerman Barat dan istrinya, seluruh penumpang pesawat adalah warga negara Indonesia. Dia Pilot helikopter Inggris yang bekerja di Indonesia. Di antara penumpang penerbangan ini ada delapan anak-anak. Di antara yang hadir antara lain seniman Minangkabau Huriah Adam dan Perdana Menteri IAIN Imam Bonjol Padang Baharuddin Syarif.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Vickers Viscount Merpati Nusantara Airlines: Kecelakaan Fatal di Samudra Hindia

Perhubungan

Tragedi Kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak: Mengungkap Kronologi dan Dampaknya

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Kecelakaan Sukhoi Superjet 100 (SSJ-100) terjadi pada 9 Mei 2012, ketika pesawat Sukhoi Superjet 100 hilang saat penerbangan demonstrasi berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta, Indonesia. Pada 10 Mei 2012, puing-puing Sukhoi Superjet ditemukan di lereng Gunung Salak, gunung berapi di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Karena luasnya puing-puing di gunung tersebut, tim penyelamat memutuskan bahwa pesawat tersebut jatuh langsung ke lereng gunung berbatu dan bukan "tidak dapat diatasi".

Pesawat yang jatuh tersebut adalah SSJ-100, nomor registrasi. RA-97004, msn 95004. Pesawat ini dibuat pada tahun 2009 dan memiliki lebih dari 800 jam terbang pada saat menghilang. Superjet 100 adalah pesawat pertama yang diproduksi di Rusia setelah kecelakaan tersebut. Uni Soviet.

Tur Pameran

Pesawat tersebut ditembak jatuh pada tur pameran bertajuk "Welcome Asia!" di Asia Tengah dan Selatan setelah mengunjungi Kazakhstan, Pakistan dan Myanmar. Rencananya juga akan dilanjutkan dengan Laos. Vietnam Pada saat krisis ini, Sukhoi menerima 42 pesanan dari Indonesia, dengan total 170 pesawat, dengan rencana mencapai 1.000.

Kedatangan pesawat tersebut merupakan unjuk rasa untuk memperkenalkan pesawat baru. produk ke Indonesia. Seorang pengungsi Indonesia. PT Tri Marga Rekatama adalah agen atau perwakilan Perusahaan Sukhoi di Indonesia. Dalam program promosi udara, rombongan membagikan 100 orang untuk mengikuti fun flight di Bandara Halim Perdanakusuma.

Mengundang pengusaha Indonesia, jurnalis, dan kelompok terlibat lainnya. ke bagian pesawat, itu saja. Happy flight dibagi menjadi beberapa grup dan Bandara Halim Perdanakusumah – Queen Harbour-Bandara Halim Perdanakusuma. Pengiriman pertama berjalan dengan baik dan aman. Setelah sekitar [30-35 menit] penerbangan, pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Halim Perdanakusuma.

Pada giliran kedua pesawat lepas landas, Superjet 100 kedua diisi [50] orang. kendaraan [42] semua pengunjung adalah turis, [8] pelaut, beberapa warga negara Rusia. Pada penerbangan kedua inilah masalah terjadi.

Pukul [14:00 WIB] (07:00 UTC) SSJ-100 lepas landas dari Bandara Halim Perdanakusuma untuk penerbangan demonstrasi regional dan dijadwalkan mendarat dari bandara baru. Awal pertama Penerbangan tersebut merupakan pertunjukan kedua hari itu. Di dalamnya ada 6 awak, 2 awak Sukhoi dan 37 penumpang. Di antara penumpang tersebut terdapat perwakilan Aviastar Mandiri, Batavia Air, Pelita Air Service, dan Sriwijaya Air. [15:30] (08:30 UTC), pilot Alexander Yablonstev, yang kemudian dianggap sebagai orang pertama yang menerbangkan pesawat di Indonesia, mengubah ketinggian dari [10.000 kaki] (3.000 m) menjadi [6.000 kaki] (1.800 m). ). Pengendalian pesawat telah dibersihkan dan ini merupakan kontak terakhir dengan pesawat yang saat itu berada sekitar [75 nautical mile] (139 km) selatan Jakarta dekat Gunung Salak [14.33 WIB] Petugas bandara tidak dapat berbicara. Air Force One.

Pencarian darat dan udara untuk pesawat tersebut dimulai, namun dibatalkan karena matahari telah terbenam. Pada tanggal 10 Mei [09:00 WIB] (02:00 UTC), sebuah Sukhoi Superjet [1.500 meter] jatuh di Gunung Haraka (6°42′35″S 106°44′03″T). Yang diketahui, pesawat tersebut terbang menuju Jakarta sebelum jatuh di Gunung Salak. Laporan awal menunjukkan bahwa pesawat tersebut menabrak tepi tebing pada ketinggian [6.250 kaki] (1.900 meter), terguling menuruni bukit dan berhenti di ketinggian [5.300 meter] (1.600 meter). Meski pesawat tampak tetap berada di udara, namun rusak parah dan tidak ada tanda-tanda korban selamat. Pesawat dan tim penyelamat tidak dapat mencapai lokasi kecelakaan pada malam 10 Mei. Beberapa tim penyelamat mencoba mengakses jenazah dengan berjalan kaki.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak: Mengungkap Kronologi dan Dampaknya
« First Previous page 2 of 9 Next Last »