Pendidikan

Dirjen Dikti Ristek ungkap tiga persoalan dasar pendidikan tinggi

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 08 Mei 2024


Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Ristek Republik Indonesia Abdul Haris mengungkapkan terdapat tiga persoalan mendasar pada pendidikan tinggi di Indonesia.

"Tiga hal itu adalah inequality of access atau ketimpangan akses pendidikan tinggi, inequality of quality atau ketimpangan dalam hal kualitas, serta kurangnya relevansi pendidikan tinggi (less relevance of higher education)," katanya dalam sarasehan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan Tinggi NU (LPTNU) Jawa Timur di Universitas Wahab Hasbullah (UNWAHA) Jombang, Sabtu.

Pihaknya mengungkapkan bahwa pemerintah mendorong peningkatan nilai angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi dan juga memperluas akses pendidikan tinggi yang berkualitas dalam mengatasi berbagai persoalan tersebut.

Pemerintah, kata dia, juga menemukan suatu dilema saat melihat adanya 1,2 juta pengangguran terdidik berdasarkan data BPS tahun 2022. Selain itu terjadi perubahan landscape dunia kerja bahwa ijazah dan gelar akademik tidak lagi menjadi jaminan untuk memperoleh pekerjaan.

"Dengan demikian pemerintah melalui Kemendikbud Ristek secara serius dalam membenahi hal tersebut dengan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi," kata dia.

Dirinya mengatakan, sejumlah perguruan tinggi juga terus didorong untuk meningkat pada rangking perguruan tinggi global, serta meningkatkan kualitas lulusan yang siap pada profesi tertentu.

Namun, ia menyebut ada kendala salah satunya faktor lambannya perguruan tinggi dalam beradaptasi dengan perubahan yang menjadi persoalan serius dewasa ini.

Selain itu, juga munculnya model alternatif dalam pendidikan dan pelatihan yang berbasis digital karena dapat secara fleksibel dan murah dari segi operasionalnya.

"Oleh sebab itu Dirjen Dikti partisipasi dari masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi tidak bisa dinafikkan," kata dia.

Ia menyebut, dari sekitar 9,8 juta mahasiswa Indonesia, hampir 5,1 juta mahasiswa kuliah di perguruan tinggi swasta.

Untuk itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Ristek juga berkolaborasi dengan pengelola perguruan tinggi swasta, termasuk perguruan tinggi di lingkungan Nahdlatul Ulama mengurangi ketimpangan akses layanan pendidikan tinggi, kualitas pendidikan tinggi, dan relevansi pendidikan tinggi tersebut.

Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi NU Jawa Timur Achmad Jazidie mendukung dan menyambut baik apa yang disampaikan oleh Dirjen Dikti. LPTNU yang didirikan sejak 2010 telah cukup lama bersama PTS NU untuk turut serta meningkatkan SDM bangsa dalam wadah organisasi Nahdlatul Ulama.

"Di Jawa Timur, sedikitnya ada 104 PTS yang berafiliasi dengan LPTNU Jatim, hal ini tentu tidak sedikit," kata Jazidie yang juga Rektor Unusa ini.

Hadir sebagai pembicara sarasehan tersebut selain Dirjen Dikti, Direktur Diktis Kemenag yang diwakili Kasubdit Ketenagaan M. Aziz Hakim, Dewan Eksekutif BAN PT Slamet Wahyudi, serta Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi PBNU Ainun Na'im.

Kegiatan sarasehan dan halal bihalal ini diikuti sedikitnya 200 peserta PTNU se-Jawa Timur, Pengurus LPTNU Jawa Timur serta pimpinan Universitas K.H. Wahab Hasbullah. Perguruan tinggi ini berada dikawasan Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang.

Sumber: img.antaranews.com

Selengkapnya
Dirjen Dikti Ristek ungkap tiga persoalan dasar pendidikan tinggi

Pendidikan

Semrawut Pengelolaan Pendidikan Tinggi

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 08 Mei 2024


Pengelolaan pendidikan tinggi menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan seperti mahalnya biaya pendidikan tinggi, tugas administrasi dosen yang mengurangi kualitas pengajaran serta rendahnya mutu riset. Kondisi ini diperparah dengan mulai masuknya pihak swasta dalam pengelolaan pendidikan tinggi pada kampus negeri di Indonesia.

Baru-baru ini diketahui terdapat perguruan tinggi yang bekerjasama dengan pihak swasta pemberi pinjaman online untuk pembayaran UKT (uang kuliah tunggal).

Dengan adanya pembayaran biaya kuliah dengan pinjaman online yang disarankan oleh kampus jelas bertentangan dengan amanat Pasal 76 Undang-Undang nomor 12 tahun 2012 tentang perguruan tinggi bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Perguruan Tinggi berkewajiban memenuhi hak Mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi untuk dapat menyelesaikan studinya sesuai dengan peraturan akademik, selain itu juga Perguruan Tinggi atau penyelenggara Perguruan Tinggi menerima pembayaran yang ikut ditanggung oleh Mahasiswa untuk membiayai studinya sesuai dengan kemampuan Mahasiswa, orang tua Mahasiswa, atau pihak yang membiayainya.

Pembayaran UKT dengan pinjaman online bukan menjadi solusi, hal ini menambah rentetan permasalahan yang ada. Selain itu, permasalahan mengenai pembayaran UKT juga tidak selesai sampai pembayaran dengan pinjaman online, disisi lain masih adanya perguruan tinggi yang memberikan saran bagi mahasiswa yang kesulitan pembayaran UKT untuk mengajukan cuti kuliah.

Hal ini jelas menggambarkan kontradiktif antara Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi, "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan" dengan kenyataan yang terjadi. Seharusnya pihak kampus memberikan alternatif lain bagi mereka yang terkendala dengan ekonomi, misal adanya pemotongan UKT bagi mereka yang kurang mampu.

Beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dengan memberikan bantuan untuk keringanan biaya pendidikan sebenernya ada sejak lama seperti beasiswa RMP (Rawan Melanjutkan Pendidikan), KIP, dan beasiswa bidikmisi namun ternyata masih tidak tepat sasaran.

Permasalahan gagal bayar biaya pendidikan dan tidak tepatnya bantuan pendidikan menjadi permasalahan laten yang harus diselesaikan secara tuntas oleh Pemerintah. Masalah tersebut muncul akibat dari buruknya pengelolaan pendidikan tinggi oleh Pemerintah.

Permasalahan pengelolaan pendidikan tinggi yang tidak segera diselesaikan akan menjadi permasalahan serius di kemudian hari. Ombudsman Republik Indonesia mencatat bahwa pengaduan pada bidang pendidikan menjadi salah satu susbtansi yang paling sering dilaporkan dalam lima tahun terakhir.

Skema pengelolaan pendidikan tinggi harus didasarkan pemenuhan kebutuhan pendidikan (sarana dan prasarana), pemerataan kualitas pendidikan pada berbagai level pendidikan tinggi, pemerataan kualitas tenaga pendidikan, penjaminan mutu riset dan pemanfaatan capaian pembangunan.

Untuk itu pendidikan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan industri namun menciptakan kualitas manusia yang mandiri dan mampu mengembangkan potensi diri. Memastikan seluruh warga negara mampu mengakses pendidikan berkualitas tanpa dihantui mahalnya pendidikan menjaid perwujudan asas pelayanan publik sebagaimana dimanatkan dalam Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan Publik. Bahwa pendidikan tinggi merupakan bagian investasi negara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Sumber: ombudsman.go.id

Selengkapnya
Semrawut Pengelolaan Pendidikan Tinggi

Pendidikan

Menjembatani Kesenjangan Keterampilan: Menyelaraskan Pendidikan Tinggi di Indonesia untuk Tenaga Kerja Masa Depan

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 08 Mei 2024


Latar belakang

Sektor pendidikan tinggi di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir. Pendaftaran siswa melampaui 8,4 juta pada tahun 2021 Badan Pusat Statistik (BPS) , yang berarti semakin besarnya sumber daya manusia yang berbakat yang merupakan aset penting dalam perekonomian global.

Namun, masih ada kekhawatiran mengenai keselarasan antara keterampilan yang dimiliki lulusan dan tuntutan industri yang terus berkembang. Hal ini Catatan Konsep ini bertujuan untuk menganalisis keterputusan ini dan mengusulkan solusi untuk memastikan sistem pendidikan tinggi di Indonesia mempersiapkan lulusannya untuk menghadapi pekerjaan masa depan.

Tujuan

  • Catatan konsep ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
  • Menganalisis kondisi sistem pendidikan tinggi Indonesia saat ini dan dampaknya terhadap jumlah angkatan kerja dan produktivitas nasional.
  • Identifikasi hambatan utama yang menghambat kolaborasi pendidikan tinggi-industri yang efektif.
  • Jelajahi proyeksi keterampilan masa depan dan peluang kerja di Indonesia.
  • Usulkan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti untuk menjembatani kesenjangan keterampilan dan mempersiapkan lulusan untuk menghadapi tuntutan dunia kerja di masa depan.

Metodologi

Catatan konsep ini mengacu pada data dan penelitian dari berbagai tinjauan literatur, antara lain:

  • Laporan pemerintah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
  • Publikasi penelitian dari jurnal dan lembaga terkemuka seperti Bank Dunia dan Forum Ekonomi Dunia.
  • Sumber online yang kredibel dari asosiasi industri dan lembaga penelitian.

Lingkup pekerjaan

Catatan konsep ini terutama berfokus pada kondisi terkini dan prospek sistem pendidikan tinggi Indonesia terkait kesiapan angkatan kerja. Hal ini menganalisis kesenjangan antara keterampilan yang diperoleh lulusan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri saat ini dan di masa depan. Cakupan geografisnya mencakup seluruh wilayah Indonesia, mengingat adanya kesenjangan kualitas pendidikan antarwilayah.

Analisis kesenjangan

Meskipun terdapat perluasan pendidikan tinggi, terdapat beberapa kendala utama yang menghambat efektivitas pendidikan tinggi dalam mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja modern:

  • Relevansi kurikulum: Banyak kurikulum berjuang untuk mengimbangi kemajuan pesat di berbagai bidang seperti teknologi dan digitalisasi (International Journal of Applied Educational Engineering (IJAE)) . Lulusan mungkin memiliki keterampilan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak mudah diterapkan di pasar kerja, sehingga menyebabkan kesulitan dalam mencari pekerjaan.
  • menyebabkan berkurangnya produktivitas tenaga kerja, sehingga menghambat daya saing ekonomi.
  • Pengangguran Lulusan: Lulusan dengan keterampilan yang sudah ketinggalan zaman atau mereka yang tidak memiliki kompetensi sesuai permintaan menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan, yang menyebabkan potensi peningkatan pengangguran lulusan.

Disadur dari: jliaira.medium.com

 

Selengkapnya
Menjembatani Kesenjangan Keterampilan: Menyelaraskan Pendidikan Tinggi di Indonesia untuk Tenaga Kerja Masa Depan

Pendidikan

Persetujuan Kementerian untuk kampus baru Deakin-Lancaster di Indonesia

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 08 Mei 2024


Lancaster University telah mendapat persetujuan dari Kementerian Pendidikan Indonesia untuk melanjutkan kampus cabang internasional di Bandung, Jawa Barat. Lancaster merupakan universitas Inggris pertama yang mendapat persetujuan untuk membuka kampus cabang internasional di Indonesia.

Bekerja sama dengan Deakin University, kampus gabungan yang inovatif ini akan mendukung aspirasi pendidikan dan penelitian Pemerintah Indonesia serta memberikan manfaat sosial, budaya, dan ekonomi bagi negara. Kemitraan ini juga merupakan kampus gabungan pertama di luar negeri Inggris dan Australia.

Kampus Deakin University Lancaster University Indonesia telah menerima dukungan kuat dari Pemerintah Australia dan Inggris dan telah disetujui oleh regulator nasional di Australia, Inggris dan Indonesia.

Pelajar Indonesia akan mempunyai kesempatan untuk memperoleh kualifikasi ganda sarjana dari institusi kelas dunia sambil menikmati banyak manfaat dari tinggal dan bekerja dekat dengan rumah, didukung oleh keluarga dan teman-teman mereka. Kampus baru ini pada awalnya akan menampung hingga 1.500 mahasiswa dan sekitar 100 staf, dengan rencana untuk menampung lebih banyak mahasiswa di tahun-tahun mendatang.

Gelar ganda menyatukan modul-modul yang ada dari program sarjana di kedua universitas, memungkinkan siswa untuk mencapai dua kualifikasi gelar individu dalam satu program studi terintegrasi.

Kampus ini pada awalnya akan menyelenggarakan lima program gelar sarjana ganda di bidang Bisnis dan Teknologi Informasi, dengan penerimaan pertama diusulkan pada September 2024.

Kampus Deakin University Lancaster University Indonesia yang baru akan berlokasi di pusat kota Bandung yang ramai, sekitar satu jam dengan kereta berkecepatan tinggi dari Jakarta. Ini akan dirancang dan dilengkapi untuk menyediakan lingkungan belajar dan mengajar kelas dunia bagi siswa dan staf. Kedua universitas berkomitmen untuk berinvestasi dalam kampus yang memberikan pengalaman mahasiswa terbaik.

Lancaster, universitas peringkat 15 teratas di Inggris, berkomitmen untuk memberikan manfaat langsung kepada mahasiswa dan masyarakat di negara-negara di mana manfaat timbal balik dapat diperoleh dari keterlibatan dengan gelar Lancaster yang diakui secara internasional - ini termasuk menghubungkan mahasiswa dan komunitas untuk berbagi perspektif dan membangun memahami. Dengan terlibat secara internasional dalam pendidikan dan penelitian, Universitas bertujuan untuk mempromosikan pertukaran pengetahuan, mendorong perdebatan dan memperjuangkan kebebasan akademik.

Lancaster University adalah penyedia pendidikan transnasional Inggris terbesar di Malaysia, bekerja sama dengan Sunway University (Sumber: HESA) dan merupakan Universitas Inggris pertama yang membuka kampus di Leipzig, Jerman. Lancaster juga memiliki kampus mitra di Ghana dan Tiongkok.

Universitas Lancaster dan Deakin memiliki kolaborasi jangka panjang dalam mobilitas mahasiswa dan penelitian serta memiliki jejak kemitraan global yang saling melengkapi dengan baik. Penyedia pendidikan global Navitas akan memimpin operasional kampus, membangun kemitraan yang sudah ada dengan kedua universitas.

Wakil Rektor Lancaster, Profesor Andy Schofield mengatakan: “Dengan dukungan dari Pemerintah Indonesia, Inggris dan Australia, kami senang bisa bekerja sama dengan Deakin University. Lancaster berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif, membangun komunitas pelajar global dan, bersama mitra kami, memberikan dampak positif pada wilayah tempat kami beroperasi. Selama kunjungan saya ke negara ini, saya sangat mengapresiasi sambutan hangat dan dukungan yang kami terima dan kami berharap dapat menjalin hubungan yang lebih erat dengan para pemangku kepentingan seiring kami melanjutkan rencana bersama.”

Profesor Sir Steve Smith, Juara Pendidikan Internasional di Inggris mengatakan: “Saya senang bahwa Lancaster University telah mengambil kesempatan ini untuk memperluas jangkauannya ke Indonesia, dalam kemitraan dengan Universitas Deakin di Australia, menandai momen penting sebagai kampus cabang Inggris pertama yang melakukan hal tersebut.

“Perkembangan ini merupakan bukti komitmen pemerintah Inggris, yang telah mengidentifikasi Indonesia sebagai mitra prioritas untuk memperluas kerja sama di bidang pendidikan. Saya merasa senang menjadi ujung tombak keterlibatan yang berkelanjutan di Indonesia dan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, khususnya dalam kemitraan pendidikan transnasional.

“Saya berharap dapat bekerja sama dengan Lancaster University untuk lebih meningkatkan kemitraan pendidikan Inggris-Indonesia, sejalan dengan ambisi Indonesia untuk memperkuat sektor pendidikan tinggi.”

Profesor Iain Martin, Wakil Rektor Deakin University, mengatakan: “Mendirikan kampus bersama dalam kemitraan dengan Lancaster University merupakan tonggak penting dalam sejarah panjang keterlibatan Deakin dengan Indonesia. Lancaster adalah universitas terkemuka di Inggris dan institusi penelitian intensif dengan fokus kuat dalam memberikan pengajaran berkualitas tinggi. Negara ini memiliki catatan penyampaian pendidikan transnasional luar negeri yang mengesankan di Ghana, Jerman, Tiongkok dan Malaysia.”

Scott Jones, CEO Navitas, mengatakan peluncuran kampus di Indonesia merupakan bagian dari komitmen Navitas untuk membantu universitas menjangkau lebih banyak mahasiswa di lokasi baru, dan untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan berkualitas di seluruh dunia melalui kampus cabang yang memberikan pengalaman mahasiswa dan hasil akademik yang luar biasa. .

“Proyek yang menarik dan inovatif ini dibangun berdasarkan rekam jejak kami dalam menyelenggarakan pendidikan transnasional melalui kemitraan dengan universitas-universitas di seluruh dunia. Hal ini mewakili apa yang mungkin terjadi ketika penyedia pendidikan kelas dunia bekerja sama untuk menanggapi kebutuhan, tantangan, dan tuntutan global dari pelajar, industri, dan pemerintah,” katanya.

Disadur dari: www.lancaster.ac.uk

Selengkapnya
Persetujuan Kementerian untuk kampus baru Deakin-Lancaster di Indonesia

Pendidikan

Sunway University Jadi Tuan Rumah "Times Higher Education Asia Universities Summit 2024"

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 08 Mei 2024


Malaysia membuat pencapaian baru sebagai destinasi pendidikan global dengan menggelar edisi perdana "Times Higher Education (THE) Asia Universities Summit" di Sunway University. Segera berlangsung di sebuah kampus yang dinamis pada 29 April-1 Mei 2024, ajang bergengsi ini memperkuat status Malaysia sebagai pusat pendidikan yang mengusung keunggulan akademik dan inovasi di tingkat regional.

Melambangkan komitmen kuat Malaysia dalam memajukan dunia akademik dan membina inovasi di tengah komunitas akademik dunia, THE Asia Universities Summit akan menjadi sebuah ajang penting. Ajang ini juga menjadi wadah bagi berbagai universitas untuk memamerkan pencapaian sekaligus memfasilitasi diskusi panel dan forum tingkat tinggi. Lewat kerja sama tersebut, Sunway University terus memperkokoh peran penting Malaysia dalam mengubah masa depan pendidikan tinggi di Asia.2

Globalisasi membawa pengaruh besar dalam ekspansi dan internasionalisasi lembaga pendidikan. Di tengah kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan yang terus berubah, berbagai universitas harus menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan industri masa kini, serta membekali lulusan dengan keahlian praktis yang meningkatkan peluang mereka mencari pekerjaan, serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Lebih lagi, universitas juga berperan sebagai katalis penting yang menjawab berbagai tantangan sosial. Universitas berada pada posisi unik untuk menyediakan layanan pendidikan yang berbasiskan pada nilai-nilai, membina pemimpin yang beretika, serta mengembangkan tanggung jawab sosial di tengah mahasiswa. Dengan memperjuangkan dan memimpin perubahan dalam isu-isu sosial, termasuk pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan (SDG), berbagai universitas dapat memberdayakan mahasiswa agar menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat dan berkontribusi positif terhadap kemajuan global. 

Mengusung tema "Bridging frontiers to reimagine the evolving landscape of education in Asia", THE Asia Universities Summit akan mengadakan lebih dari 35 sesi akademik selama tiga hari. Setiap hari akan membahas tiga tema yang berbeda untuk menjalin koneksi antara berbagai wilayah dan lembaga. Tema-tema ini antara lain Transnational Education: Building Bridges Across Countries and Campuses, Employability and Skills gap: Building Bridges with Industry, serta Communities and Authorities: Building Bridges with Society.

Lebih dari 500 pemimpin sektor pendidikan global, delegasi, dan akademisi dari berbagai universitas di Asia, termasuk The Chinese University of Hong Kong, City University of Hong Kong, National University of Singapore, Monash University, North South University, Universiti Brunei Darussalam, Toyo University, , Macau University of Science and Technology, Xi'an Jiaotong-Liverpool University, Nanjing University, Lancaster University, Arizona State University, dan lain sebagainya akan menghadiri ajang tersebut.

Di sisi lain, THE Asia Universities Summit akan menggelar acara penyerahan THE Awards Asia 2024. Memasuki tahun keenam, THE Awards Asia 2024 menjadi ajang penghargaan internasional yang mengapresiasi kepemimpinan dan pencapaian kelembagaan yang luar biasa, serta merayakan beragam keunggulan di sektor pendidikan tinggi Asia. 

President, Sunway University, Profesor Sibrandes Poppema, berkata, "Untuk pertama kalinya, kami menggelar THE Asia Universities Summit di Malaysia dan Sunway University. Hal ini menjadi kesempatan fantastis untuk memperlihatkan keunggulan akademik Malaysia, mempromosikan kolaborasi internasional, serta berkontribusi terhadap dialog global seputar pendidikan tinggi. Ajang ini juga menjadi wadah untuk memamerkan inisiatif riset dan inovasi kami yang berkontribusi terhadap bidang pendidikan di Asia."

Sumber: www.antaranews.com

Selengkapnya
Sunway University Jadi Tuan Rumah "Times Higher Education Asia Universities Summit 2024"

Pendidikan

Universitas Mengejar Status "Kelas Dunia" Tetapi Kekurangan Dana

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 08 Mei 2024


Universitas-universitas di Indonesia sedang memobilisasi sumber daya mereka untuk meningkatkan daya saing internasional mereka dan mencapai status “kelas dunia”, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengatakan, dengan menyatakan bahwa kementeriannya memberikan “dukungan penuh” untuk usaha tersebut.

Sebanyak 54 universitas, baik negeri maupun swasta, saat ini sedang dinilai oleh kementerian dan didukung dalam upaya mereka untuk mencapai standar internasional. “Kita harus melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, penelitian, dan kurikulum,” ujar Nadiem dalam Pertemuan Tahunan ke-25 Forum Rektor Indonesia pada tanggal 15 Januari lalu.

Presiden Indonesia Joko Widodo juga mendukung upaya ini. Berbicara di forum yang sama, Jokowi, demikian ia biasa disapa, mengatakan bahwa pemerintah harus meningkatkan anggaran pendidikan tinggi dan penelitian sekarang, sehingga program 'kelas dunia' dapat berlanjut di bawah presiden berikutnya.

Ia merujuk pada pemilihan umum pada tanggal 14 Februari, ketika masa jabatan Jokowi berakhir. “Sektor pendidikan membutuhkan anggaran dan pembiayaan yang besar, namun tetap saja, ini adalah kewajiban kita untuk mencari jalan,” kata Jokowi.

Alokasi anggaran negara untuk sektor pendidikan telah mencapai Rp6.400 triliun (US$404 miliar), yang menurut Jokowi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tinggi dan mengantarkan pada perbaikan.

Kekhawatiran tentang kualitas

Rendahnya kualitas institusi pendidikan tinggi di Indonesia, terutama dalam hal penelitian, telah menjadi keprihatinan para politisi sejak lama. Sejak tahun 2015, kementerian ini telah mendorong agar universitas-universitas di negara ini masuk dalam daftar 500 universitas terbaik di dunia dalam peringkat internasional.

Kementerian ini mengeluarkan IKU-nya sendiri, singkatan dari indikator kinerja utama, untuk universitas. IKU ini mencakup penilaian apakah lulusan universitas mendapatkan pekerjaan yang layak, hasil penelitian dosen, inovasi yang digunakan di masyarakat luas, dan program studi berstandar internasional.

Sejauh ini, hanya tiga universitas di Indonesia yang telah memenuhi syarat untuk mendapatkan label 'kelas dunia' di bawah kriteria kementerian. Ketiga universitas tersebut adalah Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM), menurut Quacquarelli Symonds (QS) World University Ranking.

Tahun lalu, QS menempatkan UI di peringkat 290, menempatkannya di antara 300 universitas terbaik di dunia - sebuah peningkatan dari peringkat tahun 2022 yang berada di posisi 305.

Profesor Muhammad Anis, mantan rektor UI, mengatakan bahwa kenaikan peringkat ini merupakan hasil dari kerja keras dan komitmen yang kuat dari para pimpinan, staf, dosen dan karyawan UI. “Kami berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mengintensifkan penelitian dan inovasi,” tegasnya.

Universitas menetapkan target

Dalam rencana strategis lima tahun 2021-2025, ITB menetapkan target untuk menjadi salah satu dari 200 universitas terbaik di dunia. Hal ini dapat dicapai dengan mengintensifkan publikasi penelitian, kerja sama dengan universitas asing, dan membuka diri terhadap mahasiswa asing.

Rektor ITB Reini Wirahadikusumah mengatakan kepada University World News bahwa rencana untuk mengamankan posisi ITB di antara 200 universitas terbaik di dunia “bukanlah sesuatu yang mustahil jika kita tetap berpegang teguh pada rencana kita, mengerahkan semua sumber daya dan bekerja keras”.

UGM, yang berada di peringkat 254 oleh QS tahun lalu, mengatakan bahwa mereka bertekad untuk mengatasi kekurangan dan tantangan yang ada, serta mengejar ketertinggalan dari universitas-universitas berkelas dunia. Namun, Rektor UGM Profesor Panut Mulyono mengakui bahwa universitasnya saat ini masih tertinggal dari universitas-universitas di negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. “Malaysia saja memiliki lima universitas yang masuk dalam 100 universitas terbaik dunia. Kita tidak punya satu pun,” katanya.

Memutuskan apakah peringkat internasional harus menjadi prioritas bagi UGM merupakan salah satu tantangan yang dihadapi Panut di dalam universitas. “Beberapa orang berpandangan bahwa peran sosial UGM lebih penting daripada reputasi yang meningkatkan kebanggaan peringkat dunia. Mereka memiliki argumen yang kuat,” akunya.

Beberapa orang mengatakan bahwa “manfaat yang dapat diberikan oleh universitas kami kepada masyarakat di sekitar kami, untuk memberikan kehidupan yang lebih bermakna bagi masyarakat,” tambahnya.

Kompetisi regional

Beberapa universitas yang beroperasi di bawah Kementerian Agama juga telah bergabung dalam perlombaan universitas 'kelas dunia'.

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung (UIN SGD Bandung) telah berhasil menjadi “universitas terbaik” di bawah naungan Kementerian Agama. Sekarang, UIN SGD Bandung telah menetapkan tujuannya untuk menjadi universitas terbaik di kawasan Asia Tenggara, yang menurut Ahmad Sarbini, direktur Sekolah Pascasarjana UIN SGD Bandung, merupakan target yang lebih realistis.

“Perjalanan masih panjang, tapi kami sedang menuju ke arah sana. Ini adalah agenda kami,” kata Sarbini kepada University World News. “Di tingkat regional ini, ini bukan mimpi, ini adalah rencana.”

“Langkah-langkah yang realistis dan bertahap” akan dilakukan untuk memastikan relevansi universitas dengan masyarakat tetap terjaga, ujarnya, karena masyarakat mendapatkan manfaat langsung dari keberadaan universitas. “Kami tidak ingin menjadi universitas yang diakui dunia tetapi tidak peduli dengan masyarakat kita sendiri,” kata Sarbini.

“Upaya untuk mencapai status kelas dunia tidak akan berarti jika mengabaikan kondisi lokal, nasional, dan regional. Setiap universitas yang memulai perjalanan untuk mengejar status kelas dunia setidaknya harus melaksanakan tanggung jawab lokal dan nasionalnya,” kata Sarbini.

Untuk dapat unggul di tingkat regional, UIN SGD Bandung kini mendorong para dosen dan mahasiswanya untuk terlibat dalam proyek-proyek akademik internasional. “Kami mendorong para dosen kami untuk terlibat dan bahkan memprakarsai penelitian bersama internasional dan menghasilkan lebih banyak publikasi ilmiah,” kata Sarbini.

Dia menambahkan bahwa UIN SGD Bandung sekarang sedang mempersiapkan kelas internasional untuk mahasiswa asing yang sesuai dengan standar pengajaran dan pembelajaran internasional.

Asep Saeful Muhtadi, seorang pakar komunikasi di UIN SGD Bandung, mengatakan bahwa memberikan manfaat bagi masyarakat lokal harus menjadi prioritas utama bagi universitas. “Sangat ironis bahwa kita memiliki universitas teknologi yang ingin memiliki reputasi global, sementara teknologi masyarakatnya masih rendah. Bahkan teknologi yang paling sederhana pun kita beli dari luar,” katanya.

Kuantitas versus kualitas

Namun, menurut Sumanto Al-Qurtuby, profesor antropologi yang saat ini mengajar di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi, banyaknya jumlah universitas di Indonesia berarti banyak yang tidak memiliki kualitas akademis yang tinggi. Indonesia memiliki 4.523 kampus dengan 31.399 program studi, menurut data tahun 2023 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Teknologi.

“Suka atau tidak suka, Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang rendah. Mengatasi standar pendidikan yang rendah harus menjadi prioritas utama daripada mengejar peringkat dunia,” kata Al-Qurtuby. Ia menunjuk negara tetangga Singapura yang hanya memiliki 34 universitas, dua di antaranya - National University of Singapore dan Nanyang Technological University - masuk dalam 100 universitas terbaik di dunia.

“Lihatlah Malaysia yang hanya memiliki 100 universitas. Salah satunya, Universiti Malaya, berada di urutan ke-65 dalam peringkat dunia QS. Empat lainnya masuk dalam 200 universitas terbaik dunia,” katanya.

Al-Qurtuby, yang juga pendiri dan direktur Nusantara Institute, sebuah organisasi riset di Jakarta, mengatakan bahwa dengan hanya sekitar 6.000 mahasiswa asing di negara ini secara keseluruhan, universitas-universitas di Indonesia masih belum menjadi daya tarik bagi para mahasiswa asing. Dia mencatat bahwa sebagai perbandingan, Singapura memiliki sekitar 55.000 mahasiswa asing, dan Malaysia sekitar 170.000 mahasiswa asing.

Universitas-universitas di Indonesia juga memiliki tingkat publikasi ilmiah yang rendah karena beberapa alasan. Al-Qurtuby mengatakan salah satu alasan utamanya adalah karena para dosen dibebani dengan tugas-tugas pengajaran dan administrasi. “Dosen memiliki waktu yang sangat terbatas untuk melakukan penelitian dan menulis, dengan tingkat kompensasi yang rendah,” katanya.

Disadur dari: www.universityworldnews.com

Selengkapnya
Universitas Mengejar Status "Kelas Dunia" Tetapi Kekurangan Dana
« First Previous page 12 of 46 Next Last »