Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

"Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023: Tantangan dan Prospek dalam Menghadapi Perlambatan Permintaan Global"

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 16 April 2024


Bagaimana Indonesia Mendorong Pembangunan Infrastruktur dengan Pembiayaan Inovatif.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap solid pada tahun 2023, didukung oleh permintaan domestik yang kuat di tengah perkiraan perlambatan permintaan global. Terlepas dari pertumbuhan yang kuat dalam jangka pendek, prospek ekonomi Indonesia memiliki beberapa tantangan dalam jangka menengah dan panjang. Secara khusus, salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia muncul dari kebutuhan untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur, mengingat luasnya wilayah Indonesia yang besar dan tersebar.

Apa yang mendorong pembangunan infrastruktur di Indonesia?

Perekonomian Indonesia telah tumbuh dengan perluasan infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir. Kunci dari hal ini adalah Proyek Strategis Nasional (PSN), yang didirikan pada tahun 2016 di bawah inisiatif Presiden Joko Widodo untuk mendorong proyek-proyek infrastruktur, dan selama delapan tahun terakhir, diperbarui oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (KPPIP).

PSN terdiri dari 200 proyek dan 12 program senilai sekitar USD351,2 miliar hingga tahun 2022. Proyek-proyek tersebut terdiri dari pembangunan jalan dan bendungan, jaringan kereta api, dan fasilitas air bersih, sementara 12 program terdiri dari inisiatif utama, seperti program pengolahan sampah menjadi energi dan program pengembangan wilayah.

Setelah sebuah proyek disetujui dan terdaftar dalam PSN, proyek tersebut dapat memperoleh dukungan khusus dari pemerintah untuk memastikan implementasi yang efektif. Sebagai contoh, pemerintah mendukung pembebasan lahan dan menunjuk badan usaha milik negara (BUMN) untuk mengimplementasikan proyek-proyek yang telah disetujui. KPPIP, misalnya, mengadakan rapat koordinasi di antara para pemangku kepentingan untuk menyelesaikan masalah peraturan tentang pembebasan lahan. Untuk memastikan dukungan yang efisien, KPPIP secara konstan memperbarui PSN mengenai kemajuan proyek dan program. Jika sebuah proyek dinyatakan "selesai", atau tidak lagi membutuhkan dukungan dari PSN, maka proyek tersebut akan dikeluarkan dari daftar proyek.

 Dari mana sumber pendanaan PSN berasal?

Menurut estimasi KPPIP, sumber pendanaan PSN terdiri dari sektor swasta, BUMN, dan APBN. Dari jumlah tersebut, 67 persen dari total kebutuhan pembiayaan diperkirakan berasal dari sektor swasta. BUMN merupakan sumber pendanaan terpenting kedua, dengan porsi sekitar 20 persen dari total pendanaan, sementara APBN berkontribusi sebesar 13 persen sisanya.

Bagaimana sektor swasta berpartisipasi dalam pendanaan proyek infrastruktur?

Permintaan akan proyek-proyek infrastruktur di Indonesia masih tinggi, membuat pemerintah mendorong partisipasi sektor swasta lebih lanjut, terutama dalam hal pendanaan. Ada beberapa skema untuk memobilisasi dana swasta, meskipun masing-masing skema masih relatif kecil, dibandingkan dengan total ukuran proyek infrastruktur di bawah PSN.

Skema pertama terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta (KPS). Sejak 2016, pihak berwenang telah membentuk beberapa lembaga khusus untuk menyediakan opsi pembagian risiko tambahan bagi KPS, yaitu penjaminan, untuk mendorong pembangunan infrastruktur . Sebagai contoh, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) dan PT Pembiayaan Infrastruktur Indonesia (PT PII) menawarkan penjaminan untuk beberapa proyek KPS.

Skema lainnya adalah dengan memanfaatkan beberapa lembaga yang memobilisasi dana swasta dari para investor. PT SMI adalah salah satu contoh yang menciptakan dan mengoperasikan beberapa kendaraan sebagai platform pembiayaan untuk memberikan pinjaman sindikasi dengan bank swasta dan lembaga pembangunan multilateral, dan memobilisasi pembiayaan dari pasar modal.

Otoritas Investasi Indonesia (INA) adalah lembaga lain yang berkontribusi pada pengembangan proyek-proyek yang layak secara finansial dengan menarik investor global yang terutama bergerak di bidang investasi ekuitas.

Sementara itu, reksa dana juga telah berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur, seperti sekuritisasi beragun aset yang diterbitkan oleh reksa dana penyertaan terbatas (RDPT). Sejak tahun 2018, lebih dari 50 produk RDPT telah diterbitkan, dengan konsentrasi pada sektor jalan tol, dengan total nilai sekitar USD125 juta

Contoh Lembaga yang Menyediakan Pembiayaan Alternatif

Apakah ada skema inovatif lainnya?

Skema konsesi terbatas (LCS) adalah skema lain untuk memfasilitasi pembangunan infrastruktur dengan dana baru dari sektor swasta. Meskipun skema ini belum diimplementasikan, di bawah LCS, pemerintah akan memberikan konsesi kepada perusahaan swasta untuk mengoperasikan dan mengembangkan proyek-proyek infrastruktur yang sudah ada selama periode konsesi dengan imbalan pembayaran di muka yang tetap. Pemerintah atau BUMN tetap memiliki proyek-proyek tersebut, sementara mereka dapat menginvestasikan uang muka tersebut pada proyek-proyek infrastruktur baru. Operator sektor swasta dapat menikmati hak operasional yang fleksibel dan meningkatkan pendapatan dari proyek-proyek infrastruktur.

Karena Indonesia masih memiliki permintaan yang besar untuk infrastruktur, Pemerintah harus melanjutkan upayanya untuk memperbarui strategi nasional dan memberikan dukungan penting untuk proyek-proyek, seperti bantuan untuk pembebasan lahan. Mengingat terbatasnya ruang fiskal untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur, sangat penting untuk menggalang dana dari sektor swasta melalui berbagai skema. Namun, beberapa skema pembiayaan inovatif yang disebutkan di atas masih dalam skala kecil atau belum diimplementasikan. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki skema-skema tersebut menjadi penting untuk memperkuat perekonomian Indonesia di tengah tantangan dan hambatan eksternal.

Disadur dari: amro-asia.org

Selengkapnya
"Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023: Tantangan dan Prospek dalam Menghadapi Perlambatan Permintaan Global"

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

"Ibu Kota Baru Indonesia: Prospek dan Tantangan dalam Membangun Kota Baru di Kalimantan sebagai Pemindahan dari Jakarta"

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 16 April 2024


Membangun ibu kota baru Indonesia: analisis mendalam mengenai prospek dan tantangan dari ibu kota Jakarta saat ini ke Kalimantan.

1. Perkenalan

Indonesia, sebuah negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau termasuk Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, dan memiliki populasi 273.879.750 jiwa, menduduki peringkat keempat di dunia (BPS, Citation2022). Populasi penduduknya tidak tersebar merata di seluruh nusantara, dengan sekitar 57% tinggal di Pulau Jawa. Konsentrasi demografis ini telah menciptakan ketergantungan ekonomi pada pulau ini, dengan sekitar 59% kontribusi ekonomi Indonesia berasal dari Jawa. Namun, karena luas lahan yang terbatas dan kepadatan penduduk yang tinggi, Pulau Jawa telah menjadi sangat padat, sehingga menimbulkan berbagai masalah, termasuk degradasi lingkungan, kemacetan lalu lintas, dan polusi udara yang parah (Bappenas, Citation2021). Jakarta, ibu kota Indonesia, terletak di Pulau Jawa dan berfungsi sebagai pusat ekonomi, sosial, dan politik dalam skala nasional dan regional. Saat ini, pemerintah Indonesia sedang merelokasi ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan.

Menurut (Hackbarth & De Vries, Citation2021), salah satu alasan utama untuk membangun ibu kota baru adalah masalah lingkungan yang dihadapi Jakarta. Setiap tahun, permukaan tanah di Jakarta turun sekitar 3-10 sentimeter, yang menyebabkan konsekuensi lingkungan yang parah. Selain itu, lokasi fisiografis Jakarta membuatnya sangat rentan terhadap bencana alam, dengan sekitar 50% dari tanahnya sangat rentan terhadap banjir, aktivitas gunung berapi, dan gempa bumi yang berpotensi tsunami. Kelebihan populasi, konsentrasi penduduk, dan pembangunan yang berlebihan di Jakarta telah mengakibatkan dampak buruk yang parah, yang mendasari keputusan untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan.

2. Tinjauan Pustaka

Merelokasi ibu kota negara di negara berkembang sangat menantang, dan tentu saja, semua pelajaran dari proyek-proyek relokasi sebelumnya harus dipertimbangkan karena kompleksitas struktur dan fungsi ibu kota negara. Winter (Kutipan2005), Neilson dkk. (Kutipan1972) dan Ghalib dkk. (Kutipan2021) berpendapat bahwa ibu kota negara secara signifikan berbeda dengan kota lainnya. Ibu kota adalah sebuah kota kosmopolitan karena adanya misi diplomatik internasional, lembaga pemerintah, dan beragam peluang ekonomi di sektor publik. Dengan demikian, secara teknis, ibu kota negara adalah pusat kekuasaan suatu negara. Karakteristik lain dari ibu kota negara termasuk identitas nasional yang koheren dan terpadu yang dibentuk oleh infrastruktur dan fungsi tertentu seperti pusat layanan, pembuatan kebijakan pemerintah, dan tingkat keamanan yang tinggi.

3. Metode

Studi ini menggunakan pendekatan multidimensi; metodologi campuran dan triangulasi pengumpulan data sekunder digunakan untuk menyelidiki kompleksitas dan tantangan yang terkait dengan inisiatif pemindahan ibu kota Indonesia. Upaya ini bertujuan untuk melihat potensi konsekuensi dari pergeseran monumental tersebut, tidak hanya untuk lintasan pembangunan Jakarta dan Kalimantan, tetapi juga untuk aspirasi pembangunan nasional secara keseluruhan.

Metodologi yang mendasari penelitian ini mencakup serangkaian wawancara terstruktur dengan informan-informan penting yang diambil dari kelompok perwakilan yang dipilih dengan cermat baik dari organisasi pemerintah maupun non-pemerintah. Selain sumber data primer ini, dilakukan pula analisis konten yang ketat. Hal ini melibatkan eksplorasi yang cermat, sistematis, dan mendalam terhadap literatur terkait yang selaras dengan tema utama, sehingga dapat memfasilitasi sintesis pengetahuan yang sudah ada dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan yang ada. Aspek penting dari penelitian ini adalah penyertaan wawasan dari 15 informan kunci, yang kontribusinya sangat penting dalam membentuk narasi penelitian ini. Para informan ini berasal dari berbagai latar belakang, termasuk akademisi, tokoh-tokoh berpengaruh di lembaga swadaya masyarakat, warga Jakarta, dan pejabat tinggi pemerintah.

4. Kesimpulan

Indonesia sedang berada di puncak dari sebuah upaya transformasi: pemindahan ibu kota. Pemindahan ini bukan hanya tentang mengubah kursi administratif, tetapi juga merupakan pernyataan visi, ambisi, dan langkah bangsa ke masa depan. Dibayangkan untuk mengimbangi pertumbuhan Jakarta yang meluas dan masalah lingkungan, ibu kota baru ini bertujuan untuk melambangkan modernitas, inklusivitas, dan keberlanjutan. Sebagaimana diuraikan dalam RPJMN 2020-2024, proyek ini memiliki struktur keuangan yang komprehensif dan terencana dengan cermat, mencari dana dari sumber publik dan swasta. Cetak biru yang terperinci ini menandai komitmen pemerintah untuk meletakkan dasar-dasar bagi sebuah kota yang dirancang untuk abad ke-21 dan seterusnya.

Namun, seperti halnya semua usaha yang ambisius, proyek ini memiliki tantangan. Jakarta, kota metropolitan yang ramai dan telah menjadi ibu kota negara, akan mempertahankan dominasi budaya dan ekonominya. Ketahanan kota ini sangat penting, mengingat tantangan lingkungannya, terutama kerentanannya terhadap penurunan permukaan tanah dan banjir. Di sisi lain, kemunculan ibu kota baru ini menghadirkan peluang yang menguntungkan, terutama bagi sektor swasta. Sektor swasta dapat membina hubungan simbiosis mutualisme dengan tujuan pemerintah melalui investasi strategis di bidang infrastruktur, real estat, dan berbagai fasilitas. Kemitraan ini akan digarisbawahi oleh model pendapatan yang mencakup biaya pengguna langsung, konsesi, manfaat pajak, dan banyak lagi, yang mendorong pertumbuhan bersama.

Disadur dari: www.tandfonline.com

Selengkapnya
"Ibu Kota Baru Indonesia: Prospek dan Tantangan dalam Membangun Kota Baru di Kalimantan sebagai Pemindahan dari Jakarta"

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

"Menyelamatkan Jakarta: Misi Presiden Indonesia untuk Membangun Ibu Kota Hijau dan Ramah Pejalan Kaki"

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 16 April 2024


Proyek berani untuk membangun ibu kota yang hijau dan ramah pejalan kaki dari awal.

Sebelum pemimpin negara berpenduduk terpadat keempat di dunia ini, presiden Indonesia ini memiliki misi yang lebih menantang: menyelamatkan Jakarta. Selama dua tahun, Joko Widodo menjabat sebagai gubernur ibu kota yang tampaknya tertatih-tatih di ambang kehancuran. Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Jakarta telah berkembang dari kurang dari satu juta penduduk menjadi sekitar 30 juta penduduk. Kota ini telah tumbuh tinggi dengan gedung-gedung pencakar langit yang dibangun dengan kekayaan yang terbuat dari kayu, minyak kelapa sawit, gas alam, emas, tembaga, timah. Namun, ibu kota ini kehabisan ruang. Kota ini menjadi padat dengan lalu lintas dan polusi.

Yang terpenting, Jakarta tenggelam, karena penduduk yang kehausan mengeringkan akuifer rawa-rawa dan air laut yang naik menenggelamkan pantainya. Empat puluh persen wilayah ibu kota Indonesia kini berada di bawah permukaan laut. Dibesarkan di daerah kumuh di tepi sungai di sebuah kota kecil, tanpa ikatan keluarga atau latar belakang militer yang mendorongnya ke tampuk kekuasaan, Pak Joko mendapatkan kekuatan politiknya dari hubungannya dengan rakyat biasa. Di Jakarta, ia membiasakan diri untuk menjaring informasi dari warga miskin tentang kebutuhan mereka. Warga tidak terbiasa dengan pertimbangan seperti itu, tetapi mereka tidak menahan diri: Mereka ingin hidup tanpa mengkhawatirkan udara yang mereka hirup dan air yang sering membanjiri rumah mereka. Dan lalu lintas. Ada banyak keluhan tentang lalu lintas.

Jadi Pak Joko menyingsingkan lengan bajunya, mengenakan sepatu kets dan mulai mencoba memperbaiki kota. Dia membangun tanggul laut dan memperbaiki transportasi umum. Dia kemudian mewacanakan pembangunan konstelasi pulau-pulau buatan untuk memecah air laut yang menghantam Jakarta. Seluruh karirnya, pertama sebagai tukang kayu dan eksportir mebel dan kemudian sebagai walikota di kota kelahirannya, Solo, telah dibangun dengan membangun. Namun, di Jakarta, kecintaannya pada dunia konstruksi hanya bisa membawanya sejauh ini. Semua pengerukan Sisyphean, beton-beton yang dioleskan di dinding laut, solusi lakban tidak dapat mengangkat Jakarta ke atas permukaan laut. 

Maka Pak Joko telah beralih ke solusi yang berbeda: Jika Jakarta tidak dapat diselamatkan, ia akan memulai dari awal. Pak Joko menggunakan wewenang kepresidenannya untuk meninggalkan ibu kota di pulau Jawa yang sempit dan membangun ibu kota baru di Kalimantan, pulau terbesar ketiga di dunia, yang berjarak sekitar 800 mil. Ibu kota baru ini akan dinamakan Nusantara, yang berarti "kepulauan" dalam bahasa Jawa kuno dan cocok untuk negara yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di antara dua samudra. Indonesia terdiri dari ratusan bahasa dan kelompok etnis. Beberapa wilayahnya diatur oleh aturan yang diilhami oleh Syariah, dicengkeram oleh semangat separatisme atau dijiwai oleh tradisi adat. Indonesia juga merupakan negara demokrasi sekuler dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, minoritas Kristen yang cukup besar, dan beberapa agama resmi lainnya. 

Ibu kota baru Indonesia, Nusantara, akan berjarak sekitar 800 mil dari ibu kota saat ini, Jakarta.

Meskipun konflik sektarian yang mematikan telah berkobar selama beberapa dekade, Indonesia tetap bersatu sementara negara-negara lain terpecah belah. Sebuah ibu kota baru untuk sebuah tempat dengan kesenjangan dan keragaman seperti itu menghadirkan tantangan sekaligus peluang untuk menciptakan kembali. Ambisi Pak Joko lebih dari sekadar menyelamatkan penduduk Jakarta dari laut. Nusantara tidak akan menjadi sembarang kota yang direncanakan, presiden menegaskan, tetapi sebuah kota metropolitan hijau yang dijalankan dengan energi terbarukan, di mana tidak ada kemacetan lalu lintas yang mencekik dan orang-orang dapat berjalan kaki dan bersepeda di sepanjang jalan yang hijau. Ibu kota baru, yang di Indonesia dikenal dengan singkatan I.K.N., akan menjadi paradigma untuk beradaptasi dengan planet yang memanas. Dan ini akan menjadi kota berteknologi tinggi, katanya, menarik para pengembara digital dan generasi milenial yang akan membeli apartemen bergaya dengan mata uang kripto.

"Kami ingin membangun Indonesia yang baru," kata Pak Joko. "Ini bukan hanya memindahkan gedung-gedung secara fisik. Kami ingin etos kerja baru, pola pikir baru, ekonomi hijau baru. "Harapannya adalah untuk meresmikan pengganti Jakarta pada bulan Agustus tahun depan, dengan peresmian istana kepresidenan dan gedung-gedung penting lainnya. Namun, sementara buldoser membuka lahan hutan perkebunan seluas berhektar-hektar, belum ada satu pun bangunan yang selesai dibangun. Rencana berani Pak Joko tidak akan mudah untuk dilaksanakan. Korupsi mengancam niat baik di Indonesia. Saingan politik telah mempertanyakan kebijaksanaan rencana tersebut. Selain itu, ibu kota baru di Kalimantan tidak akan mengubah fakta bahwa jutaan orang akan tetap tinggal di Jakarta yang tenggelam. 

Rendering Nusantara membayangkan sebuah kota metropolitan yang hijau dengan angkutan umum di mana orang-orang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dalam waktu 10 menit berjalan kaki atau berkendara.

Sebagian besar tidak ingin pindah ke pulau yang jauh, dan beberapa penduduk Kalimantan tidak senang dengan kedatangan ibu kota ke tempat mereka. Pengambilan keputusan yang aneh dari presiden sendiri telah mempersulit konstruksi. Dan seluruh proyek ini dikebut karena masa jabatan presiden Joko akan segera berakhir. Dia hanya memiliki waktu singkat untuk mewujudkan ambisinya yang paling tinggi: menjadi pemimpin yang akhirnya berhasil membangun benteng baru bagi Indonesia. Kompleksitas yang dihadapi Pak Joko adalah versi super dari yang dihadapi para pemimpin negara berkembang lainnya. Di era kolonial, tempat-tempat seperti Jakarta, yang saat itu dikenal sebagai Batavia, diperlakukan tidak lebih dari sekadar tempat persinggahan sumber daya alam yang dikirim kembali ke pusat kerajaan. 

Kompleks kolonial yang ditaburi jacaranda dan bugenvil dikelilingi oleh kota-kota kumuh. Setelah lahirnya negara-negara merdeka, para perencana kota harus menciptakan kota-kota modern dari tulang-belulang kekaisaran ini. Menurut perhitungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, ada 33 kota besar di dunia saat ini, masing-masing berpenduduk lebih dari 10 juta orang. Pada tahun 1950, hanya ada satu: New York. Dan sekarang kota-kota metropolitan ini harus menghadapi dua bahaya sekaligus, yaitu pertumbuhan populasi yang cepat dan perubahan iklim. Salah satu cara untuk mengatasi berbagai masalah ini adalah dengan memulai kembali, menggunakan cetak biru perkotaan baru sebagai tabula rasa nasional. 

Dalam istilah perubahan iklim, frasa tersebut adalah "managed retreat," yaitu penarikan masyarakat dari lahan yang rentan. Ibu kota baru Pak Joko mungkin merupakan ekspresi paling berani dari dorongan ini. Apa cara yang lebih baik untuk mewujudkan harapan Indonesia akan kemajuan - dan harapan banyak negara lain - selain membangun masa depan dari nol? "Sebagai seorang perencana kota, saya dapat mengatakan bahwa ada beberapa keraguan tentang I.K.N.," kata Deden Rukmana, ketua departemen perencanaan masyarakat dan wilayah di Alabama A&M University dan editor "The Routledge Handbook of Planning Megacities in the Global South." "Tapi sebagai orang Indonesia, saya pikir kita perlu membuktikan pada diri kita sendiri bahwa kita bisa melakukannya, kita bisa menjadi panutan dunia dalam membangun ibu kota baru yang mendorong keberlanjutan dan pertumbuhan." "I.K.N. tidak hanya dibangun untuk orang Indonesia," Profesor Deden menambahkan. "Ini dibangun untuk dunia. Oleh karena itu, proyek ini harus berhasil."

Empat puluh persen wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut, dan beberapa bagiannya tenggelam hingga satu meter per tahun.

Pak Joko, 61, yang akrab dipanggil Jokowi, tidak menampilkan dirinya sebagai seorang nabi. Dalam pertemuan-pertemuan internasional, ia sering terlihat tersesat di tengah kerumunan. Ia mengenakan seragam celana panjang hitam dan kemeja putih berkancing, dengan kaos dalam yang sesekali mengintip dari balik kain tipisnya. Akhir tahun lalu, kami menghabiskan satu hari berkeliling di lokasi ibu kota baru. Dia sangat ingin menunjukkan kepada saya apa yang telah dia rencanakan. Namun, ketika para penasihatnya mencoba mendesaknya untuk berpidato tentang proyek yang sedang dikerjakan, ia hanya menyebutkan sebuah daftar, bukan warisan.

"Saya yang mengeksekusi semua ini," katanya. "Jalan raya, jalan tol, maritim, bandara, Nusantara, kota yang hijau, kota yang cerdas, membangun Indonesia." Di depan kami, alat berat menggali tanah merah. Pohon-pohon rimbun tumbang. Para ajudan berdiri memperhatikan. Pak Joko memejamkan mata, seakan-akan membayangkan sebuah penglihatan yang hanya bisa dilihatnya sendiri.

Ketika Emi masih kecil, rumah keluarganya di daerah Pluit, Jakarta, menghadap ke Laut Jawa, dengan hamparan pasir yang mengundang anak-anak untuk berenang. Perahu-perahu bercat cerah membawa ikan untuk digoreng dengan kunyit dan serai. Pada saat itu, Pak Joko sedang mengukir kayu di Solo, yang secara resmi disebut Surakarta, di Jawa Tengah, yang belum dikenal oleh pemerintah Indonesia. Selama tiga dekade berikutnya, laut semakin mendekat ke Pluit. Para perencana kota membangun tanggul untuk mencoba menghentikan air pasang yang datang, namun pada tahun 2007, rumah Ibu Emi hancur oleh gelombang air. Puluhan warga Jakarta tewas pada musim banjir tersebut, saat air sungai dan pantai meluap.

Lebih dari separuh kota terendam banjir. Tanpa tempat untuk pergi, keluarga ini membangun kembali. Kini, di seberang jalan dari rumah Ibu Emi, tampak tembok beton setinggi hampir tujuh meter. Di sisi lain tanggul, hanya beberapa inci dari atas pada satu bentangan, air laut meluap. "Waktu saya kecil di sini, daratannya lebih tinggi dari laut," kata Ibu Emi. "Sekarang, laut lebih tinggi dari daratan."

"Saya rasa itu tidak wajar," tambahnya. Joko dilantik sebagai gubernur Jakarta lima tahun setelah banjir meluluhlantakkan Pluit. Secara tradisional, jabatan ini merupakan langkah menuju jenjang politik yang lebih tinggi, sehingga banyak pejabat yang tidak melihat masalah-masalah kota dari sudut pandang yang lebih luas. Tapi Pak Joko tidak memperlakukannya seperti itu. Dia memulai proyek angkutan massal untuk kota yang hanya memiliki sedikit pilihan transportasi umum. Dia menerapkan pajak secara online untuk memberantas korupsi. Dan dia memaksa relokasi sekitar 7.000 penghuni liar di Pluit agar tanggul laut dapat diperkuat.

Namun, air tetap saja naik. Banjir setinggi betis menyerbu ruang tamu baru Ibu Emi. Tiga tahun yang lalu, tanggul penahan air di Pluit ditinggikan lagi. Salah satu pengganti Pak Joko sebagai gubernur Jakarta, seorang calon presiden bernama Anies Baswedan, juga membicarakan rencana pembangunan terowongan, bendungan kering, dan pintu air. Namun, perbaikan seperti itu, kata Ibu Emi, tidak akan pernah cukup. Para ahli setuju. Ada terlalu banyak air.

Banjir di Jakarta bukanlah masalah baru. Penjajah Belanda mencoba mengekspor kanal-kanal terkenal mereka dan rekayasa lainnya ke lanskap datar. Namun, saluran air buatan itu menarik nyamuk dan membawa penyakit tropis. Mereka memisahkan orang Eropa dari orang Indonesia. Dan beton-beton pengendali bermil-mil itu membuat tanah kehilangan sedimen yang dibawa oleh 13 sungai yang mengalir ke Jakarta. Tanpa infus musiman ini, tanah kekurangan lapisan baru dan, seiring dengan pengeringan akuifer air tawar, kota ini mulai surut dan tenggelam.

Ketika Emi masih kecil, lingkungan tempat tinggalnya di Jakarta berada di atas permukaan laut. Kini, ia dan putrinya tinggal di seberang jalan dari tembok beton setinggi tujuh meter yang menjadi pembatas dengan laut.

Penggundulan hutan, kepadatan penduduk, dan saluran pembuangan kota yang tersumbat turut berkontribusi terhadap kekacauan tersebut. Lebih dari 10 juta orang berdesakan dalam ruang yang hanya berukuran setengah dari kota New York, dengan 20 juta lainnya di wilayah metropolitan yang lebih luas. Menurut sebuah penelitian, Indonesia merupakan negara dengan masyarakat paling timpang keempat di dunia pada tahun 2021, dan kesenjangan pendapatan tersebut terlihat jelas di Jakarta. Penduduk miskin menggantungkan gubuk-gubuk mereka di atas kanal-kanal yang kotor atau membangun di bawah bayang-bayang pembangunan mewah. Tiang-tiang menjulang, ular melata. Tidak peduli perbaikan apa pun yang telah dicoba untuk ibu kota yang penuh energi dan dinamis ini, Jakarta tetap saja meluas, berbau, dan tenggelam.

Pembangunan yang tidak terkendali juga telah merampas ruang hijau di ibu kota yang berfungsi sebagai spons alami untuk menyerap air hujan dan menyalurkan air ke akuifer yang kering. Seperti lebih dari separuh kota, lingkungan tempat tinggal Ibu Emi tidak memiliki saluran air ledeng. Setiap dua hari sekali, ia membayar hampir 10 dolar untuk mengisi tangki air dari sebuah truk. Namun, tempat yang becek dan tidak ada air untuk minum atau mandi ini adalah rumahnya. Ibu Emi menggelengkan kepalanya melihat prospek ibu kota baru di tengah-tengah kepulauan Indonesia. "Ini ibu kota, ini kota besar," katanya, sambil menyapu tangannya ke depan, melewati deretan anak laki-laki, dengan rambut yang rapi, menuju masjid untuk salat magrib; melewati pria-pria bersarung yang sedang membungkuk di atas piring-piring mie goreng; melewati jalan menuju stasiun pompa, di mana mesin-mesin berusaha mencegah air laut merembes ke daratan; melewati rumah-rumah besar yang dipagari oleh pagar-pagar yang menghalangi orang miskin.

Saat itu musim kemarau, namun air tetap mengalir, berwarna abu-abu dan berminyak. "Tempat lain di Kalimantan itu, bahkan bukan desa," kata Ibu Emi tentang I.K.N. "Sebuah desa tidak seharusnya menjadi ibu kota Indonesia." Rombongan kepresidenan turun dari kapal patroli angkatan laut di dekat lokasi calon ibu kota baru Indonesia. Matahari bersinar terik dan cerah. Dermaga yang berkarat mengarah ke jalan setapak, dan para pegawai negeri sipil yang terbiasa dengan iklim Jakarta yang terkendali melihat debu-debu dari lokasi konstruksi raksasa menempel di sepatu kulit mereka. Pak Joko menawarkan untuk mengajak saya berkeliling melihat-lihat tata letak Nusantara, mendedikasikan satu hari untuk tur ini.

Sepanjang kunjungan kami, iring-iringan pengiringnya termasuk para menteri kabinet, ahli geologi, ahli botani, surveyor, mandor konstruksi, perwira militer, bos-bos kekuasaan lokal, kepala suku yang dianjurkan untuk bertelanjang dada dan mengenakan hiasan kepala yang dihiasi dengan bulu, dan setidaknya satu orang yang terlihat tergesa-gesa yang tampaknya bertanggung jawab untuk membawa iPad kepresidenan. Dengan kemeja putih kusut, celana panjang hitam, dan sepatu kets hitam bersol putih, Pak Joko sulit dibayangkan sebagai tuan rumah, dalam waktu beberapa minggu lagi, KTT Kelompok 20, yang berdiri tegap untuk berfoto bersama para kepala negara lain dan membuat pernyataan-pernyataan yang tidak masuk akal tentang perdamaian dunia. Di tengah-tengah pepohonan di Kalimantan ini, Pak Joko tampak segar bugar. Beberapa birokrat yang hadir tersandung di medan berbukit; Pak Joko melenggang dengan mudah dengan sepatunya yang nyaman, mengoceh tentang statistik layaknya pemandu wisata yang berpengalaman, membacakan angka-angka ekonomi hingga ke titik desimal. Kami berhenti dan mengagumi sebuah bendungan yang akan segera selesai dibangun. Pak Joko tahu persis kapasitas kubik dari proyek ini, serta berbagai penyesuaian yang telah dilakukan dalam pembangunannya.

Disadur dari: www.nytimes.com

Selengkapnya
"Menyelamatkan Jakarta: Misi Presiden Indonesia untuk Membangun Ibu Kota Hijau dan Ramah Pejalan Kaki"

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Pemindahan Ibu Kota Negara: Dinamika Kebijakan Politik, Akomodasi Kepentingan Lokal, dan Tantangan Demokrasi

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 16 April 2024


Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Ibu Kota Negara (UU IKN) yang menjadi dasar hukum pemindahan ibu kota negara dari DKI Jakarta ke wilayah Nusantara Kalimantan Timur. UU IKN diharapkan dapat menciptakan ibu kota negara yang ideal, aman, layak dan berkelanjutan serta memperbaiki regulasi yang belum ada sejak Indonesia merdeka.

Pemindahan ibu kota negara disebabkan oleh beberapa hal, seperti ketidakmampuan Jakarta dalam menjamin kesejahteraan dan kenyamanan warganya sebagai ibu kota negara saat ini akibat pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, degradasi lingkungan, dan pembangunan ekonomi yang tidak merata. Selain itu, tujuan pemindahan ibu kota negara juga untuk melindungi seluruh rakyat Indonesia dan memajukan kesejahteraan rakyat sesuai pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Ilmuwan Politik Universitas Indonesia Andrinof Achir Chaniago menyatakan pemindahan ibu kota negara merupakan langkah strategis untuk mendongkrak pembangunan daerah di Indonesia bagian timur, daerah tertinggal, pulau terluar, dan daerah perbatasan. Sementara itu, Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Timur, H.M. Aswin menyambut baik kebijakan pemindahan ibu kota negara dan menilai hal tersebut berdampak positif bagi Kalimantan Timur.

Dalam pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur, berdasarkan prinsip demokrasi, harus memperhatikan keinginan dan kepentingan berbagai pihak di pusat dan daerah. Hal tersebut disampaikan Peneliti BRIN Syafuan Rozi dan Ketua Komisi II DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tanjung.

Pemerintah menerima keinginan masyarakat setempat di Kalimantan Timur melalui Kantor Presiden. Keinginan tersebut antara lain perlindungan lingkungan, penghormatan terhadap budaya lokal, dan keterlibatan sumber daya manusia lokal dalam pembangunan ibu kota negara.

Pemerintah juga menjamin pembangunan ibu kota negara tidak hanya fokus pada infrastruktur tetapi juga pemberdayaan masyarakat. Selain itu, pemerintah berjanji akan lebih memperhatikan masalah kebakaran hutan di Pulau Kalimantan.

Pemindahan ibu kota negara merupakan kegiatan milik seluruh bangsa dan negara Indonesia, sehingga memerlukan kerjasama yang besar dari semua pihak.

Pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke nusantara membawa keuntungan dan kerugian bagi masyarakat. Pasalnya, ibu kota negara memiliki makna simbolis yang memperkuat nasionalisme, menyatukan pembangunan dan kesetaraan. Bappenas RI menyatakan ibu kota negara yang baru harus mampu mencerminkan keberagaman jati diri bangsa Indonesia dan bersatu dalam Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Pemerintah mencanangkan Undang-Undang Ibu Kota Negara yang akan menjadikan nusantara menjadi ibu kota negara yang dikelola secara modern, berkelanjutan, dan internasional, dengan menghormati keberagaman bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945..

Sumber: antaranews.com

Selengkapnya
Pemindahan Ibu Kota Negara: Dinamika Kebijakan Politik, Akomodasi Kepentingan Lokal, dan Tantangan Demokrasi

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Manfaat dan Tantangan Pembangunan Bendungan: Upaya Menuju Pembangunan Infrastruktur yang Berkelanjutan di Indonesia

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 16 April 2024


Pemerintah Indonesia sedang mempercepat pembangunan infrastruktur melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan fokus pada sumber daya air (SDA). Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menekankan pentingnya pengembangan infrastruktur sumber daya alam untuk menghasilkan air baku, mendukung ketahanan pangan nasional, dan mengembangkan potensi lokasi wisata air.

Beberapa proyek pembangunan infrastruktur sumber daya alam antara lain pembangunan bendungan, waduk dan bendungan di seluruh Indonesia. Namun pertanyaannya mengapa bendungan dibangun dan apa manfaat sebenarnya dari bendungan tersebut?

Menurut Rekayasa Pengajaran, bendungan mempunyai peranan strategis dalam produksi air domestik, industri dan irigasi. Selain itu, waduk yang dibuat selama pembangunan bendungan dapat digunakan sebagai tujuan wisata, memancing, berperahu, irigasi, dan sebagai sumber air perkotaan. Secara teknis, tangki-tangki tersebut dapat dikontrol untuk menghasilkan listrik dengan menggunakan turbin air, yang mendukung efisiensi energi.

Meskipun memiliki keuntungan yang signifikan, bendungan juga membawa sejumlah tantangan dan dampak negatif. Salah satu risikonya adalah perubahan karakteristik fisik anak sungai yang dapat menghambat migrasi ikan dan berpotensi mematikan flora dan fauna. Penggunaan kunci pada beberapa bendungan juga dapat memperlancar lalu lintas air sehingga membantu mengatasi masalah banjir, namun terdapat risiko yang perlu diatasi.

Menurut laporan Arcadia, bendungan tersebut dapat menyebabkan penumpukan sedimen yang dapat mengganggu ekologi perairan. Contoh yang mencolok adalah Bendungan Tiga Ngarai di Tiongkok, dimana telah terjadi erosi tanah yang signifikan. Di Mesir, Bendungan Aswana juga mempunyai dampak serupa berupa erosi tanah, yang menyebabkan penipisan sedimen dan lahan pertanian.

Peneliti juga mengamati penurunan produksi ikan di sekitar Bendungan Aswana akibat kekurangan pangan dan gizi akibat pembangunan bendungan. Meskipun tangga ikan dibangun untuk memudahkan migrasi ikan, namun masih terdapat kendala yang berarti, terutama pada arus air yang deras.

Dengan demikian, walaupun pembangunan infrastruktur sumber daya alam membawa manfaat yang signifikan, namun perlu dicari solusi dan mitigasi untuk mengatasi dampak negatif yang timbul, sehingga pembangunan infrastruktur dapat terus berjalan secara seimbang dan berkelanjutan.

Sumber: kompas.com

 

 
Selengkapnya
Manfaat dan Tantangan Pembangunan Bendungan: Upaya Menuju Pembangunan Infrastruktur yang Berkelanjutan di Indonesia

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Infrastruktur Baru Kolam Retensi Andir dan Polder: Langkah Tepat Pengendalian Banjir Bandung Selatan

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 16 April 2024


Bandung, Kompas.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun Cekungan Andir dan empat polder di Provinsi Bandung sebagai bagian dari upaya pengendalian banjir di selatan Provinsi Bandung. Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pencegahan Pencemaran dan Pengendalian Pencemaran di Sungai Citarum.

Didesain oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, salah satu departemen tata air, Tambak Andir memiliki luas tangkapan 149 hektar dan tampungan 160.000 m3. Waduk ini digunakan untuk menampung dan memompa banjir yang terjadi di wilayah Dayeuhkolot dan Baleendah.

Saat itu dibangun empat polder yaitu polder Ciparai, polder Bojongsoang, polder Silni dan juga polder Lanchaek untuk mencegah banjir di sekitar Sungai Citarum. Polder adalah sistem pengelolaan air yang terdiri dari bendungan, katup, dan pompa.

Diharapkan dengan adanya bangunan pendukung ini dapat mengurangi permasalahan banjir di Bandung Selatan dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Selain Bendungan Andir dan empat polder di kawasan Bandung, Kementerian PUPR juga membangun empat polder di sekitar Sungai Citarum untuk mencegah banjir. Keempat polder tersebut adalah polder Cipalasari-1, polder Cipalasari-2, polder Cijambe, dan polder Cisangkuy.

Polder adalah sistem pengelolaan air yang terdiri dari bendungan, bendungan dan pompa. Polder Cipalasari-1 dan Polder Cipalasari-2 memiliki luas 22 dan 21 hektare serta memiliki kapasitas tampung yang sama yakni 1.250 meter kubik. Polder Cijambe memiliki daerah tangkapan air terluas yaitu 137 hektare dan memiliki kapasitas tampung yang sama dengan dua polder sebelumnya.

Lanskap yang dipulihkan ini akan mengurangi dampak banjir di sekitar Sungai Citarum, sumber air utama masyarakat Jawa Barat.

Proyek Citarum Harum yang bertujuan untuk mengendalikan banjir dan pencemaran di Sungai Citarum dilaksanakan melalui kolaborasi multipihak. Salah satu bangunan yang dibangun dalam proyek ini adalah polder Cisangkuy dan kolam retensi Cieunteung.

Polder Cisangkuy memiliki luas daerah tangkapan air 8 hektar dan kapasitas tampung 450 m3. Luas kolam Waduk Xientong adalah 4,75 hektar dan volume tampungan 190.000 m3. Bangunan-bangunan ini memiliki dua fungsi untuk menampung dan mengurangi banjir yang sering terjadi di wilayah selatan Bandung.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memuji proyek tersebut sebagai contoh keberhasilan proyek Harum Citarum. Struktur ini diharapkan dapat membantu masyarakat terhindar dari dampak negatif banjir.

Disadur: kompas.com

 

Selengkapnya
Infrastruktur Baru Kolam Retensi Andir dan Polder: Langkah Tepat Pengendalian Banjir Bandung Selatan
« First Previous page 41 of 52 Next Last »