Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

8 Cara Mengatasi Pencemaran Air

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 22 April 2024


Berdasarkan definisi dalam Encyclopedia Britannica, pencemaran atau polusi air didefinisikan sebagai pelepasan zat ke dalam air dari berbagai sumber (air tanah permukaan, mata air, danau, sungai, laut, dan sebagainya) hingga melampaui batas aman dan mengganggu manfaat air maupun fungsi alami ekosistem air.

Senada dengan definisi tersebut, Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air mengartikan pencemaran air sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air tersebut turun ke batas tertentu yang menyebabkan air tidak berguna lagi sesuai peruntukannya. Jadi, beberapa fenomena yang terjadi secara alami akibat gunung meletus, pertumbuhan gulma secara pesat, badai, gempa bumi, serta gangguan alam lainnya tidak digolongkan sebagai penyebab pencemaran air.

Penyebab Pencemaran Air

Penyebab pencemaran yang merusak kualitas dan fungsi air wajib ditanggulangi secara serius. Berikut beberapa penyebab pencemaran air. 

  • Limbah cair industri: penyebab pencemaran air yang satu ini sangat berbahaya dan telah mengotori ribuan sumber air di tanah air. Berbagai jenis logam berat seperti kadmium, timbal, dan raksa yang terkandung dalam limbah cair industri sangat berbahaya bagi makhluk hidup dan dapat merusak ekosistem bila mencemari sumber air.
  • Limbah rumah tangga: jenis limbah rumah tangga sangat beragam, bisa berupa zat organik, anorganik, maupun Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan rincian sebagai berikut:
  • Limbah organik: sisa makanan, sampah sayuran dan buah-buahan, tinja, kertas, dan zat lain yang dapat diuraikan mikroorganisme.
  • Limbah anorganik: sampah plastik, kertas, kaleng, kacang, dan puing-puing reruntuhan bangunan.
  • Limbah B3: residu detergen, sisa minyak goreng, dan zat berbahaya lainnya.
  • Limbah Pertanian: aktivitas pertanian juga bisa menjadi penyebab pencemaran air jika melibatkan pupuk maupun pestisida kimia yang residunya mengotori air.
  • Limbah Peternakan dan Perikanan: kotoran dan sisa makanan ternak yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan pencemaran jika langsung dibuang ke air. Penyebab pencemaran air lainnya juga berasal dari bahan peledak yang kerap digunakan untuk menangkap ikan.
  • Kerusakan Hutan dan Aktivitas Pertambangan: kondisi air sangat dipengaruhi vegetasi di sekitarnya sehingga perusakan hutan menyebabkan pencemaran air. Hal ini dapat terjadi karena batang vaskular pohon mampu menyaring air secara mikroskopis sehingga minim bakteri. Di samping itu, pencemaran air juga bisa disebabkan aktivitas pertambangan seperti kebocoran kilang minyak di laut dan limbah pencucian batubara yang mengandung sulfur.

Waspada terhadap Dampak Pencemaran Air

Pencemaran air merupakan masalah serius bagi lingkungan yang tak boleh dianggap remeh karena dapat menyebabkan beberapa dampak berbahaya, yaitu sebagai berikut.

  • Kerusakan ekosistem: masalah pencemaran air berisiko menyebabkan peningkatan jumlah gulma air dan mikroorganisme penyebab penyakit sehingga keseimbangan ekosistem air terganggu. Salah satu masalah yang disebabkan pencemaran air adalah eutrofikasi, yaitu proses masuknya bahan kimia ke air yang mendorong pertumbuhan ganggang sehingga kehidupan perairan terkena dampak negatif. Tak hanya mempengaruhi kondisi ekosistem air, hal ini juga berdampak pada kualitas hidup manusia sebab air yang tercemar akan menurunkan komoditas perikanan dan menyebabkan masalah kesehatan.
  • Gangguan rantai makanan: dampak pencemaran air yang tidak segera diatasi secara serius juga memicu gangguan pada rantai makanan. Organisme perairan berisiko mengalami kepunahan sehingga struktur rantai makanan terganggu. Lebih parahnya lagi, sumber makanan yang sudah terkontaminasi racun akibat pencemaran air bisa menyebabkan penyakit yang dapat berakibat fatal bagi siapa pun yang mengonsumsinya (hewan dan manusia).
  • Kemunculan penyakit: penggunaan air yang tercemar untuk kebutuhan konsumsi maupun Mandi Cuci Kakus (MCK) dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit seperti diare, demam berdarah, tifus, kolera, hepatitis A, disentri, infeksi mata (trakoma), serta gangguan kesehatan kulit.
  • Percepatan reaksi kimia: ada sebagian zat pencemar air yang bisa diubah bakteri menjadi gas, misalnya kandungan sulfur di air yang diuraikan mikroorganisme sehingga menjadi hidrogen sulfida (H2S). Selain tergolong sebagai gas beracun yang mudah terbakar, hidrogen sulfida juga dapat mempercepat karat pada besi sehingga kemunculannya sangat berbahaya.
  • Pencemaran tanah: dampak pencemaran air juga berisiko menyebabkan pencemaran tanah karena zat-zat beracun dalam air ikut terserap ke dalam tanah. Akibatnya, kesuburan tanah berkurang drastis sehingga menyebabkan tanaman rentan mati.
  • Keindahan lingkungan terganggu: satu lagi akibat yang disebabkan pencemaran air adalah keindahan lingkungan menjadi terganggu. Kondisi air di sekitar lingkungan menjadi keruh, mengalami perubahan warna, bahkan menimbulkan bau jika sudah tercemar parah. Sumber air yang tercemar akan mengganggu pemandangan dan tidak bisa digunakan lagi sebagai sarana hiburan maupun olahraga air.

Contoh Kasus Pencemaran Air di Indonesia

Mayoritas sumber air di tanah air telah mengalami masalah pencemaran air serius yang membutuhkan penanganan berkelanjutan. Salah satu contoh kasus pencemaran air yang sempat menghebohkan masyarakat adalah tercemarnya Sungai Citarum. Sungai yang mengalir di kawasan Jawa Barat tersebut dinobatkan sebagai salah satu sungai paling kotor di dunia pada tahun 2018 dengan Indeks Kualitas Air (IKA) sebesar 33,43 poin.   

Sungai sepanjang 269 km tersebut mengalami masalah pencemaran yang parah karena banyak masyarakat dan pabrik di sekitar sungai yang membuang limbah serta sampah sembarangan. Lebih parahnya lagi, sebanyak 2.000 ton sampah melewati Sungai Citarum setiap harinya. Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun pemerintah pusat mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi masalah pencemaran air Sungai Citarum, salah satunya melalui program Citarum Harum yang langsung diprakarsai Presiden Joko Widodo tahun 2018.

Saat itu, sebanyak 1.700 personel militer dan 1.300 masyarakat lokal bahu-membahu mengangkat 80 ribu ton sampah Sungai Citarum. Proses penanaman 1,4 juta pohon di sekitar hulu sungai juga turut dilakukan demi memulihkan ekosistem. Proses penguraian limbah organik juga melibatkan penggunaan zat eco enzyme pada anak-anak sungai Citarum agar skala pencemarannya semakin menurun.

Segala upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil yang cukup baik. Perbaikan kondisi Sungai Citarum ditandai dengan peningkatan nilai IKA ke angka 55 poin yang termasuk ke dalam kategori cemar ringan pada tahun 2020. Jumlah bahan buangan (Chemical Oxygen Demand atau COD) di Sungai Citarum sudah berada dalam tahap aman. Sampah yang terdapat di sungai tersebut juga sudah berkurang hingga 42%. Proses susur sungai masih dilakukan hingga akhir tahun 2021 untuk mengevaluasi kondisi sungai Citarum secara keseluruhan.

Kegigihan pemerintah dan masyarakat dalam membenahi masalah pencemaran air Sungai Citarum harus dilakukan secara berkesinambungan dan menjadi contoh bagi penanganan sumber-sumber air lainnya. Harapannya, kondisi pencemaran air di Indonesia berangsur-angsur membaik dan kualitas air pun kembali meningkat.

Pencemaran air juga bisa terjadi di lingkungan sekitar rumah Anda. Jika air sumur atau air dari keran Anda berbau dan keruh, maka ini juga merupakan indikasi pencemaran air. Jika air di rumah Anda seperti ini, kami sarankan untuk segera mengatasinya agar tidak timbul penyakit.

Banyak cara yang bisa Anda gunakan untuk menghilangkan bau air sumur. Biasanya, bahan yang digunakan seperti tawas, kaporit, sampai garam.

Cara Mengatasi Pencemaran Air

Sumber: www.cleanipedia.com

Dampak pencemaran air yang sangat berbahaya bagi keseimbangan lingkungan sebenarnya dapat ditanggulangi dengan melakukan delapan cara mengatasi pencemaran air berikut ini.

  • Menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau kolam stabilisasi untuk mengantisipasi limbah berbahaya yang dihasilkan berbagai industri. Sistem IPAL biasanya terdiri dari 3 tahapan, yaitu:
  • Pengolahan Pertama (Primary Treatment): pemisahan zat padat dan zat cair menggunakan filter dan bak sedimentasi.
  • Pengolahan Kedua (Secondary Treatment): proses koagulasi untuk menghilangkan koloid dan menstabilkan zat organik dalam limbah.
  • Pengolahan Ketiga (Tertiary Treatment): penghilangan unsur hara (khususnya nitrat dan fosfat) serta penambahan klor untuk membasmi mikroorganisme penyebab penyakit.
  • Mengelola limbah rumah tangga berupa tinja secara cermat. Cara mengatasi pencemaran air yang satu ini bisa dilakukan dengan mengimplementasikan sistem sanitasi yang terencana dan higienis supaya tinja tidak langsung mencemari air.
  • Menjauhkan polutan (penyebab pencemaran) dari sumber air. Hal ini biasanya diatur dalam regulasi khusus, misalnya jarak minimal antara kawasan industri atau sistem sanitasi rumah tangga dengan sumber air. Pelaksanaan regulasi tentu harus dibarengi dengan sanksi yang tegas bagi para pihak yang melanggar aturan tersebut.
  • Mengupayakan edukasi dan gerakan nyata secara gencar agar seluruh kalangan masyarakat memahami dampak pencemaran air yang berbahaya. Kesadaran tersebut akan membuat masyarakat tergugah menjaga kebersihan air secara konsisten melalui langkah sederhana, misalnya tidak membuang sampah rumah tangga sembarangan ke sumber air.
  • Memprioritaskan penggunaan produk ramah lingkungan seperti detergen, pupuk, dan pestisida organik untuk meminimalkan kontaminasi zat-zat beracun pada sumber air.
  • Melakukan proses penanaman dan perawatan pohon pada lahan hijau yang masih tersedia sebab keberadaan pohon dapat membantu menjaga kelangsungan siklus air bersih.
  • Melaksanakan proses pembersihan sumber air secara berkala (khususnya sungai dan danau). Salah satu contohnya yaitu Program Kali Bersih. Upaya ini tidak hanya bermanfaat membersihkan sumber air, tetapi juga efektif mencegah pendangkalan sekaligus mengurangi risiko banjir.

Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan: Apa yang Perlu Diketahui? 

Dampak pencemaran air terhadap kesehatan sangat penting untuk dipahami. Air yang tercemar dapat mengandung zat-zat berbahaya seperti logam berat dan bahan kimia. Mengonsumsi atau menggunakan air yang tercemar dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan, penyakit kulit, masalah pencernaan, dan bahkan penyakit kronis seperti kanker. Selain itu, air yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan penyebaran penyakit melalui air, seperti diare dan infeksi parasit. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kebersihan air dan melakukan upaya untuk mencegah pencemaran air demi kesehatan kita dan lingkungan.

Kesimpulannya, mengatasi pencemaran air tidak sesulit yang Anda bayangkan sebab Anda bisa memulainya dari hal-hal yang paling mudah. Mari ciptakan bentuk dukungan nyata Anda dalam menanggulangi dampak pencemaran air bagi kelestarian lingkungan.

Sumber: www.cleanipedia.com

Selengkapnya
8 Cara Mengatasi Pencemaran Air

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

James Zulfan Menggunakan Desain Cerdas untuk Membangun Transisi Energi Bersih di Indonesia

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 22 April 2024


James Zulfan, seorang pegawai negeri sipil dan peneliti di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, bercita-cita untuk membangun Indonesia yang lebih baik melalui infrastruktur air yang dirancang untuk menjadi lebih murah dan lebih ramah lingkungan.

Setelah lebih dari sepuluh tahun bekerja di bidang sumber daya air, James memahami banyak masalah pengelolaan air yang kompleks di Indonesia yang membutuhkan inovasi taktis. Dia telah mengembangkan desain dan teknologi bendungan modular untuk mengurangi durasi dan biaya pembangunan infrastruktur air.

Dengan teknologi ini, bendungan terbuat dari modul blok beton dengan dimensi dan berat yang dirancang khusus yang dapat diangkut dan dipasang secara manual. Bulan lalu, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mengeluarkan paten untuk teknologi ini.

"Ini seperti bermain dengan Lego," jelas James. "Setelah dipasang, bendungan ini tetap memiliki kekuatan dan fungsinya sebagai bendungan pada umumnya. Anda bisa membongkarnya jika Anda perlu memindahkannya, atau sudah melewati masa berlakunya."

James mengakui bahwa membangun dengan Lego adalah hobi yang sangat cocok dengan pekerjaannya. "Siapa yang tidak suka bermain game atau Lego? Itu meningkatkan kreativitas kita, bukan?" jawabnya sambil tertawa.

Prototipe bendungan modular pertama dibangun pada tahun 2013 di Sungai Cikarang di Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya, bendungan ini dipasang di Sungai Kalisade di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2016. Bendungan modular ketiga dibangun di Morotai, Provinsi Maluku Utara, di Sungai Gugubali, dan mulai beroperasi pada tahun 2019.

Ketika mengerjakan idenya, ia terpilih sebagai pemenang Falling Walls Lab Jakarta dengan idenya yang berjudul 'Mendobrak Tembok Konstruksi Bendungan'. Ia memenangkan kesempatan untuk pergi ke Berlin untuk mengikuti Final Falling Walls Lab tingkat global pada tahun 2019 untuk berbagi desainnya.

Falling Walls Lab adalah kompetisi pitching kelas dunia dan forum jaringan yang menyatukan kelompok mahasiswa dan profesional yang beragam dan interdisipliner. Acara ini menyediakan panggung untuk ide-ide terobosan baik secara global maupun lokal.

"Ketika di Jerman, saya menerima undangan dari beberapa kedutaan besar. Saya mengunjungi beberapa kampus. Ada di Prancis, Belanda, dan Austria untuk presentasi. Saat itu, sudah ada tawaran untuk kolaborasi. Masalahnya, saat itu patennya belum keluar," kata James.

Memperluas Jaringan dan Memulai Penelitian

James meraih gelar sarjana dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, pada tahun 2009 dan gelar master dari IHE Delft Institute for Water Education di Belanda pada tahun 2017.

Dia segera menyadari pentingnya membangun jaringan untuk mendukung studinya tentang teknologi konstruksi air dan kebutuhan akan penelitian tentang desain yang berkelanjutan. Pada bulan Mei 2023, James melanjutkan pendidikan doktoralnya di University of New South Wales, Sydney, setelah memperoleh Beasiswa G20 "Recover Together, Recover Stronger" yang berfokus pada Transisi Energi Berkelanjutan.

"Topik saya adalah merancang atau mengembangkan struktur air yang berkelanjutan yang juga dapat digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga air," jelasnya. "Selama ini bangunan air atau bendungan di Indonesia lebih banyak difungsikan sebagai irigasi. Saya juga ingin mengembangkannya untuk fungsi lain untuk sungai-sungai berskala besar."

Selain untuk memperluas jaringan, keputusannya untuk melanjutkan studi PhD di Australia juga dipengaruhi oleh para profesor yang berkualitas dan fasilitas laboratorium penelitian air yang sangat baik. "Awalnya saya mendekati profesor yang sering saya jadikan referensi dan pernah saya temui di perkuliahan," ujar James, yang bekerja sama dengan Profesor Stefan Felder.

Ada sekitar 300 bendungan besar dan sekitar 2.000 bendungan kecil di Indonesia. James mengatakan bahwa bendungan-bendungan tua yang masih berfungsi harus terus digunakan. "Alih-alih membuat bendungan baru, keberlanjutan lebih menekankan pada penggunaan bendungan yang sudah ada atau menentukan apakah bendungan tersebut dapat direnovasi dan ditingkatkan. Jadi, jangka panjang adalah tujuannya. Kita harus melihat lebih jauh ke depan," katanya.

Membangun bendungan yang berkelanjutan memberikan penekanan khusus pada dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pembangunan atau relokasi bendungan merupakan hal yang menantang. Indonesia memiliki berbagai jenis sungai. Interaksi dengan para pemangku kepentingan diperlukan untuk memastikan konstruksi yang tepat dan aman, termasuk penjangkauan kepada masyarakat.

James mengatakan bahwa meskipun sebuah lokasi dianggap cocok untuk bendungan, isu-isu lain dapat muncul dari konsultasi. "Misalnya, kami memastikan bahwa lokasi tersebut cocok. Namun ternyata hal ini berpotensi bertentangan dengan tradisi budaya setempat atau bahkan mengganggu lingkungan pendukung perikanan. Koordinasi harus dilakukan dengan kementerian terkait."

Penerima penghargaan Anugerah Aparatur Sipil Negara 2021 ini juga menikmati sistem koordinasi dan dukungan untuk penelitian selama di Australia. "Di kementerian yang terbiasa dengan birokrasi, ada banyak tahapan untuk mencapai suatu tujuan. Di sini (di Australia), semuanya lebih langsung dan terbuka. Ini mungkin budaya yang berbeda," kata James.

James berharap karyanya untuk meningkatkan pembangunan bendungan dan penggunaan air secara bijak dapat bermanfaat bagi masyarakat secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Disadur: www.australiaawardsindonesia.org

 

Selengkapnya
James Zulfan Menggunakan Desain Cerdas untuk Membangun Transisi Energi Bersih di Indonesia

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Meningkatkan akses air bersih bagi masyarakat pedesaan di Indonesia

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 22 April 2024


Di Kabupaten Malaka, akses terhadap air minum yang bersih dan aman menjadi tantangan bagi banyak masyarakat, terutama di daerah-daerah seperti Boen, Wekeke, Nanin, Bisesmus, dan Biau. Untuk mendapatkan air bersih, warga harus berjalan kaki sejauh beberapa kilometer setiap hari, sebuah pekerjaan yang memakan waktu dan menuntut fisik yang mengurangi produktivitas secara keseluruhan serta menghalangi akses anak-anak ke pendidikan ketika mereka dibutuhkan untuk membantu mengambil air dan mengelola pertanian keluarga. Kelangkaan air juga menghambat upaya sanitasi yang layak dan menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan, termasuk berkembangnya penyakit yang ditularkan melalui air. 

Sejak tahun 2017, Solar Chapter telah membangun 15 sistem pompa bertenaga surya yang dipimpin oleh masyarakat di wilayah tersebut, yang berdampak pada lebih dari 16.100 orang. Pompa-pompa ini menghilangkan kebutuhan penduduk untuk berjalan berjam-jam untuk mengakses air, sehingga menghasilkan penghematan waktu yang meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat setempat serta meningkatkan produktivitas dan ekonomi mereka.

Sebagai bagian dari proyek baru ini, Arup sedang mengembangkan rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem pasokan air pedesaan yang sudah ada di Solar Chapter. Area fokus utama meliputi kualitas dan pengelolaan sumber air, transmisi dan distribusi air, serta penyimpanan air, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan ketahanan sistem dan memastikan operasi yang tahan lama dan berkelanjutan.

Arup telah melakukan penilaian ekstensif di lapangan di Nusa Tenggara Timur untuk menganalisis sistem air dan operasinya di Kabupaten Malaka, yang meliputi desa Boen, Wekeke, Biau, dan Nanin. Tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan data dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai konteks lokasi, latar belakang, dan tantangan yang dihadapi. Informasi ini akan menjadi masukan penting dalam mengembangkan rekomendasi untuk Solar Chapter.

Mustika Wijaya, Direktur Eksekutif Solar Chapter, mengatakan, "Kemitraan antara Arup dan Solar Chapter merupakan langkah penting untuk meningkatkan akses dan kualitas air bersih di daerah pedesaan di Nusa Tenggara Timur. Arup telah menjadi mitra yang hebat yang sangat percaya pada misi kami."

"Keterlibatan kami dalam proyek ini memungkinkan terjadinya pertukaran pengetahuan dua arah: belajar dari cara-cara masyarakat menghadapi tantangan akses air dan juga berbagi pengetahuan kami dalam merencanakan, mendesain, dan memberikan solusi air bersih yang berkelanjutan," ujar Pimpinan Perencanaan dan Desain Kota dan Direktur Proyek Arup, Safiah Moore.

Community Engagement Officer dan Project Manager Arup, Davin Iskandar Harjatanaya, menambahkan, "Kami sangat senang dapat mendukung program-program Solar Chapter di Nusa Tenggara Timur dan kami berharap upaya bersama kami akan memberikan dampak yang signifikan dalam mempromosikan akses air bersih yang berkelanjutan dan merata di NTT dan sekitarnya."

Solusi air bertenaga surya yang inovatif ini akan memenuhi kebutuhan mendesak akan air bersih dan mudah diakses, sekaligus mendukung pembangunan dan kesejahteraan masyarakat jangka panjang di Nusa Tenggara Timur. 

Kemitraan ini menunjukkan keefektifan kolaborasi pemerintah-swasta dalam mengatasi tantangan global dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Dalam menghadapi tekanan sumber daya air global yang semakin meningkat, sangat penting bagi pemerintah, perusahaan swasta, dan organisasi nirlaba untuk bekerja sama dalam menciptakan solusi inovatif yang memastikan akses air bersih bagi semua.

Disadur: www.arup.com

Selengkapnya
Meningkatkan akses air bersih bagi masyarakat pedesaan di Indonesia

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Perguruan Tinggi Indonesia Berperan Aktif Menuju World Water Forum ke-10: Talkshow 'Road to the Forum' oleh Para Dosen UGM

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 22 April 2024


Pemerintah Indonesia telah melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk menyukseskan penyelenggaraan World Water Forum ke-10, termasuk para akademisi yang berperan penting dalam menciptakan solusi berbasis ilmu pengetahuan untuk berbagai tantangan terkait air.

Sejalan dengan komitmen tersebut, pada tanggal 29 Februari 2024, para dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan talkshow bertajuk "Road to the 10th World Water Forum Stadium General Chapter Yogyakarta".

Talkshow ini dihadiri oleh Direktur Sistem dan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Birensrajana, Perwakilan Paguyuban Gajah Wong Purbudi Wahyuni, dan Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM Prof. Joko Sujono.

Turut hadir dalam acara tersebut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak Gatut Bayuadji dan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo Era Nugraha Abdi. Kelima panelis memandu diskusi dengan tema "Membina Perdamaian dan Kesejahteraan melalui Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu: Tata Kelola Kolaboratif dan Risiko Bencana."

Sugeng, Wakil Dekan Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, menyatakan bahwa air sangat diperlukan dalam kehidupan. Oleh karena itu, penyediaan air bersih menjadi sangat penting, dan salah satu cara untuk mengatasi tantangan ini adalah melalui Forum Air Dunia ke-10 yang dijadwalkan pada 18-25 Mei 2024 di Bali.

Meningkatkan layanan air minum

Birendrajana, sebagai pembicara utama, menyoroti bahwa kebutuhan air terus meningkat sementara ketersediaan air relatif tetap. Kondisi ini juga ditantang oleh perubahan iklim dan alih fungsi lahan.

Meskipun Indonesia memiliki sumber daya air permukaan yang melimpah dengan total 2,78 triliun meter kubik, namun distribusinya tidak merata. Selain itu, ketersediaan air yang ada belum sepenuhnya didukung oleh layanan air minum untuk konsumsi masyarakat.

 "Oleh karena itu, sumber daya air perlu dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi agar tercapai sinergi dan keterpaduan antardaerah, antarsektor, dan antargenerasi untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat," ujar Birendrajana.

Melalui Peraturan Presiden No. 90 Tahun 2016, Indonesia telah membentuk Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) untuk membantu pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melayani kebutuhan air masyarakat.

Pemerintah juga telah menyelaraskan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 untuk mencapai 100% akses air minum dan sanitasi. Saat ini, cakupan layanan air minum telah mencapai 91,05%, dengan akses sanitasi meningkat 80,92%.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu

Joko Sujono menjelaskan konsep pengelolaan sumber daya air dan daerah aliran sungai terpadu. Beliau menekankan bahwa penyelesaian masalah degradasi DAS tidak dapat dilakukan secara parsial mengingat DAS merupakan sebuah sistem.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa secara umum daerah aliran sungai dibagi menjadi tiga bagian dengan fungsinya masing-masing: hulu, tengah, dan hilir. Bagian hulu berfungsi sebagai daerah resapan air dan harus diarahkan sebagai kawasan lindung. Sementara itu, bagian tengah berfungsi sebagai distribusi, dan bagian hilir sebagai zona pemanfaatan.

Setiap bagian dari DAS tersebut saling berhubungan, sehingga jika terjadi kerusakan maka seluruh sistem akan terganggu. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pengelolaan DAS secara terpadu antara satu kawasan dengan kawasan lainnya. Pengelolaan DAS terpadu bertujuan untuk menyelaraskan berbagai aspek pembangunan yang berdampak langsung terhadap sungai.

Pengelolaan DAS terpadu di Indonesia diwujudkan melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak. Lembaga ini merupakan unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR yang bertugas mengelola sumber daya air di dua wilayah sungai, yaitu Serayu-Bogowonto dan Progo-Opak-Serang.

Selanjutnya, Indonesia akan memamerkan keberhasilan pengelolaan DAS terpadu dalam program Citarum Harum di World Water Forum ke-10. Konferensi internasional ini akan menjadi tonggak bersejarah bagi masyarakat dunia dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya air bagi kehidupan.

Sebagai tuan rumah, Indonesia mengundang partisipasi berbagai pemangku kepentingan lintas negara untuk berdiskusi dan menghasilkan ide-ide nyata dan pemikiran inovatif dalam mengatasi tantangan terkait air. World Water Forum ke-10 ini diharapkan dapat menciptakan kolaborasi antar negara untuk mengatasi masalah air.

Disadur: wordwaterforum.org

 

Selengkapnya
Perguruan Tinggi Indonesia Berperan Aktif Menuju World Water Forum ke-10: Talkshow 'Road to the Forum' oleh Para Dosen UGM

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Kelangkaan Air di Beberapa Daerah di Indonesia

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 22 April 2024


Sumber daya air telah menjadi aspek yang paling penting bagi manusia untuk hidup. Bagaimana jika ada daerah yang mengalami kelangkaan air? Bagaimana kehidupan mereka? Menurut Guru Besar Fakultas Teknik UGM, Prof. KMT. Sunjoto Kusumosanyoto Dip, HE. DEA, kelangkaan sumber daya air telah terjadi di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Daerah-daerah tersebut mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan airnya, kurang lebih sekitar 1.500-2.000 liter per hari per kapita. Kebutuhan air dalam konteks ini mengacu pada konsumsi manusia, termasuk pertanian dan peternakan sebagai sumber daya pangan.

"Beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara kekurangan sumber daya air. Tidak semua daerah, memang, tapi tingkat kekurangannya sangat besar," jelasnya, Kamis (25/3).

Sejalan dengan masalah ini, Papua merupakan salah satu daerah dengan sumber daya air yang melimpah karena faktor jumlah penduduk yang sedikit, wilayah yang luas, dan curah hujan yang tinggi. Jawa dan Bali merupakan daerah dengan curah hujan yang tinggi, namun karena jumlah penduduknya yang cukup banyak, hal ini berpengaruh pada ketersediaan sumber daya air.

"Hal ini harus menjadi perhatian besar. Namun bukan berarti daerah lain tidak perlu diperhatikan," tambah Sunjoto.

Pria yang pernah meraih Kalpataru sebagai Pembina Lingkungan Hidup melalui temuannya tentang rumus perhitungan dimensi Hisapan Air Hujan ini menyebutkan bahwa masalah ini belum tersentuh atau bahkan terdengar oleh masyarakat yang selama ini tinggal di daerah yang memiliki sumber daya air yang mencukupi. Sebaliknya, hal ini menjadi masalah besar yang membuat sebagian masyarakat yang tinggal di daerah sulit air menjadi khawatir.

Ketersediaan sumber daya air di bawah permukaan bumi dalam ruang pori-pori tanah semakin berkurang dari waktu ke waktu. Bahkan air yang kita gunakan saat ini seharusnya merupakan air untuk generasi berikutnya.

"Tanpa sadar kita telah menggunakan sumber daya air yang seharusnya untuk generasi penerus kita," ujar Sunjoto.

Sunjoto mengungkapkan bahwa perlu untuk menghidupkan kembali sumber daya air menjadi kapasitas yang melimpah, meskipun cukup menantang. Metode konstruktif dan vegetatif harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.

Pada metode vegetatif, reboisasi perlu dilakukan pada kawasan yang berbasis hutan. Namun, hal tersebut telah bergeser secara fungsional karena tidak ada lagi proses vegetasi. Selain itu, kita juga harus peduli untuk menanam pohon di lahan-lahan kosong yang tersebar di berbagai daerah untuk meningkatkan kapasitas resapan tanah.

"Bagi saya, metode vegetasi masih yang terbaik. Kita bisa melakukan penghijauan di mana saja, bahkan di lahan-lahan kosong di pinggir jalan," jelas Sunjoto.

Di sisi lain, dengan metode konstruktif, kita bisa mulai membangun sistem peresapan air hujan, baik dalam bentuk sumur resapan, parit resapan, maupun taman resapan.

"Beberapa rumah seharusnya sudah menyediakan sistem peresapan air hujan sehingga dapat menyerap air hujan yang jatuh ke halaman rumah. Upaya ini mencegah air meluap ke jalan, dan persediaan air di dalam sumur pun akan lebih banyak," kata Sunjata.

Disadur: ugm.ac.id

Selengkapnya
Kelangkaan Air di Beberapa Daerah di Indonesia

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Tantangan Air dan Sanitasi di Perkotaan Asia dan Pasifik: Pengelolaan Sumber Daya dan Infrastruktur yang Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 22 April 2024


Ocean Cleanup, proyek nirlaba internasional dengan misi membersihkan lautan dari sampah plastik, hari ini menandatangani perjanjian dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pemerintah Kabupaten Tangerang, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dan Pemerintah Belanda. Momen ini menandai dimulainya rencana penggunaan Interceptor™ Original untuk menangkap plastik di Sungai Cisadane di Indonesia. Kapal baru yang diberi nama Interceptor 020 ini dijadwalkan akan mulai beroperasi sebelum akhir tahun 2023.

Interceptor 020 akan berkontribusi dalam menangani sekitar 1000 ton plastik yang dipancarkan melalui Cisadane ke Laut Jawa setiap tahunnya. Ini akan menjadi Interceptor kedua yang dikerahkan di Indonesia setelah Interceptor 001, yang dikerahkan di Cengkareng Drain, Jakarta, pada tahun 2018. Kedua pengerahan ini menunjukkan komitmen The Ocean Cleanup untuk mengatasi masalah polusi plastik di Indonesia dan Asia Tenggara bersama dengan mitra dan operator nasional dan lokal kami yang sangat penting.

Sungai Cisadane termasuk dalam daftar sungai prioritas bagi pemerintah Indonesia dan The Ocean Cleanup, terutama mengingat Deklarasi Bersama yang disepakati sebagai bagian dari penyelenggaraan KTT G20 pada tahun 2022. Interceptor 020 menandai langkah lain dalam misi kami untuk mencegat 80% kebocoran plastik ke lautan di seluruh dunia dan untuk membantu Indonesia mencapai tujuannya untuk mengurangi sampah plastik di lautan sebesar 70% pada tahun 2025.

Interceptor Original merupakan bagian dari portofolio The Ocean Cleanup yang terus berkembang dengan solusi yang terukur dan berkelanjutan untuk menghilangkan plastik dari sungai di seluruh dunia. Bertenaga surya 100% dan mampu mengekstraksi plastik secara otonom, Interceptor Original mengekstraksi plastik yang mengalir bersama sungai dan menyimpannya ke dalam enam tempat sampah di tongkang terapung di dalam sistem. Setelah terisi penuh, operator lokal mengosongkan tempat sampah dan mengirim plastik untuk diproses di darat. Interceptor Originals saat ini digunakan di Indonesia, Malaysia, Vietnam, Republik Dominika, dan Amerika Serikat dan, hingga saat ini, telah mencegah lebih dari 2 juta kilogram sampah mencapai lautan di seluruh dunia. Portofolio Interceptor kami juga mencakup Interceptor Trashfence yang sedang diujicobakan di Guatemala tahun lalu, serta Interceptor Barrier dan Interceptor Tender, yang saat ini sedang beroperasi di Jamaika. Penelitian terus berlanjut untuk desain Interceptor baru untuk mengejar misi kami dalam menangani plastik di sungai dalam segala kondisi dan lingkungan

Penempatan Interceptor 020 melibatkan kolaborasi dengan mitra BBWS Cilliwung-Cisadane (pemberi mandat), Kabupaten Tangerang - DLHK (operator dan pengangkut sampah), dan Bank Sampah Tanjung Burung (pemilah sampah). Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh mitra, serta Pemerintah Indonesia dan Belanda, khususnya Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang telah membantu memfasilitasi kolaborasi kami di tingkat internasional.

Penyebaran Interceptor 020 merupakan bagian dari Kemitraan Implementasi Global dengan The Coca-Cola Company. Kami juga berterima kasih atas dukungan finansial dari True Ventures dan ThatGameCompany yang memungkinkan kami untuk memulai proyek ini.

"Kami sangat senang dapat mendukung keterlibatan The Ocean Cleanup dan Pemerintah Belanda untuk mengerahkan Interceptor di Sungai Cisadane,'' kata Jarot Widyoko, Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia. "Ini merupakan langkah maju untuk berkontribusi bersama Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam mengurangi sampah plastik dari sungai ke laut.

"Merupakan suatu kehormatan tersendiri bagi saya untuk menandatangani perjanjian ini untuk proyek Interceptor kedua puluh kami di tanah air saya," kata Stacey Santoso, Chief Financial Officer The Ocean Cleanup. "Dengan dukungan dari pemerintah Indonesia dan Belanda serta mitra operasi lokal kami, saya senang melihat The Ocean Cleanup mengambil langkah lain untuk berkontribusi pada misi Indonesia dalam mengurangi polusi plastik di laut. Masih ada beberapa lusin sungai yang menjadi target di Indonesia, dan saya berharap kami dapat menindaklanjuti dengan cepat dengan mengumumkan lebih banyak lagi proyek Interceptor di negara yang indah ini."

Disadur dari: theoceancleanup.com

 

Selengkapnya
Tantangan Air dan Sanitasi di Perkotaan Asia dan Pasifik: Pengelolaan Sumber Daya dan Infrastruktur yang Berkelanjutan
« First Previous page 26 of 52 Next Last »