Manajemen Strategis
Dipublikasikan oleh Nurul Aeni Azizah Sari pada 13 Juni 2024
Direktur (dalam bentuk jamak disebut direksi atau dewan direksi; kadang disebut juga jajaran direksi atau dewan/jajaran direktur) adalah seseorang yang ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga perusahaan pemerintah, swasta, atau lembaga pendidikan Politeknik. Kepemimpinan lembaga perusahaan yang kemudian disebut instansi Perseroan terbatas (PT), dipimpin oleh Direktur (non-pendidikan) . Kepemimpinan lembaga pendidikan politeknik yang kemudian disebut Institusi Pendidikan politeknik, dipimpin oleh Direktur (pendidikan).
Direktur (non-pendidikan) dapat seseorang yang memiliki perusahaan tersebut atau orang profesional yang ditunjuk oleh pemilik usaha untuk menjalankan dan memimpin perseroan terbatas. Penyebutan direktur dapat bermacam-macam, yaitu dewan manajer, dewan gubernur, atau dewan eksekutif. Peraturan terhadap direktur terdapat dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dijabarkan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab direksi.
Direktur (pendidikan) adalah pimpinan yang mendapat amanah kepemimpinan di politeknik atau akademisi yang ditunjuk oleh yayasan perguruan tinggi untuk menjadi pemimpin di lingkungan politeknik swasta atau dilantik oleh Kementerian Indonesia di bidang pendidikan tinggi untuk menjadi pemimpin di lingkungan politeknik negeri. Peraturan menteri riset, Teknologi, Dan pendidikan tinggi Nomor 1 Tahun 2016 tentang pengangkatan dan pemberhentian rektor/ketua/direktur pada perguruan tinggi negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 3).
Seorang direktur atau dewan direksi dalam jumlah direktur dalam suatu perusahaan (minimal satu), yang dapat dicalonkan sebagai direktur, dan cara pemilihan direktur ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan.
Pada umumnya direktur memiliki tugas antara lain:
Tanggung jawab dari direktur kepada pihak ketiga dan hukum ditentukan dari jenis perusahaan yang didirikan (Firma, Persekutuan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT)), atau Perguruan Tinggi Politeknik Negeri.
Direktur di Indonesia
Direktur atau dewan direksi di Indonesia merupakan penyebutan secara umum terhadap pemimpin suatu perusahaan dalam Perseroan Terbatas (PT).
Pengangkatan dan pemberhentian
Direktur diangkat dan diberhentikan dengan persetujuan dari RUPS yang kemudian dilaporkan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk dicatatkan dalam daftar wajib perusahaan atas pergantian direktur. Dalam pengangkatan direktur diusulkan oleh anggota RUPS yang memiliki wewenang untuk mengusulkan direktur.
Tugas dan kewenangan
Eksternal
Internal
mengurus dan mengelola untuk kepentingan lembaga perusahaan pemerintah, swasta, atau lembaga pendidikan Politeknik yang sesuai dengan maksud dan tujuan sesuai dengan kebijakan.
Tanggung jawab
Direktur bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan direktur tidak menjalankan kepengurusan sesuai dengan maksud dan tujuan anggaran dasar. Kebijakan yang tepat dalam menjalankan serta UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan atas kerugian PT, direktur akan dimintakan pertanggung jawabannya baik secara Perdata maupun Pidana.
Sedangkan, ketentuan Pasal 66 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Pasal 29 ayat (10) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014, dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336).
Apabila kerugian PT disebabkan kerugian bisnis dan direktur telah menjalankan kepengurusan PT sesuai dengan maksud dan tujuan PT anggaran dasar, kebijakan yang tepat dalam menjalankan kep serta UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, atau ketentuan Pasal 66 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Pasal 29 ayat (10) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014, dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336), maka direktur tidak dapat dipersalahkan atas kerugian karena dianggap telah sesuai dengan prosedur aturan yang berlaku.
Sumber artikel: Wikipedia
Manajemen Strategis
Dipublikasikan oleh Nurul Aeni Azizah Sari pada 13 Juni 2024
Analisis SWOT menurut Freddy Rangkuty pada buku Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, adalah metode perencanaan dalam mengevaluasi kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman (Threat) yang terjadi pada sebuah usaha, atau bisa juga mengevaluasi produk sendiri maupun pesaing.
Kekuatan dan kelemahan tersebut dikelompokkan ke dalam faktor internal. Sedangkan peluang dan ancaman diidentifikasi sebagai faktor eksternal. Menurut Pearce dan Robinson dalam Manajemen Stratejik Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, analisis SWOT merupakan alat yang ampuh dalam menganalisis strategi. Keampuhan itu berdasarkan pada kemampuan penentu strategi perusahaan dalam memaksimalkan faktor kekuatan dan peluang.
Dengan begitu kelemahan yang terdapat dalam perusahaan bisa diminimalkan dan ancaman yang dihadapi mampu ditekan. Analisis strategi yang efektif akan meningkatkan kekuatan dan peluang serta mengurangi kelemahan dan ancaman. Bila analisis ini diterapkan dengan tepat, akan menghasilkan dampak yang sangat besar terhadap suatu usaha. Analisis ini juga membantu pelaku usaha dalam pengambilan keputusan.
Faktor-Faktor dalam Analisis SWOT
1. Kekuatan (Strengths)
Menurut Sondang P. Siagian dalam Manajemen Strategi, kekuatan merupakan sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan dan membuatnya relatif lebih unggul dibanding pesaingnya. Kekuatan meliputi sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dan pemasok, serta faktor-faktor lain. Bisnis yang mempunyai sumber keterampilan, produk andalan, dan sebagainya, membuatnya lebih kuat daripada pesaing dalam hal memuaskan kebutuhan pasar.
2. Kelemahan (Weakness)
Menurut buku Manajemen StrateJik, kelemahan adalah kekurangan dalam sumber daya pada suatu perusahaan terhadap pesaingnya. Hal itu menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif. Kelemahan tersebut bisa dilihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, praktik pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak diminati atau kurang diminati oleh konsumen atau calon konsumen, dan tingkat laba yang kurang memadai.
3. Peluang (Opportunities)
Menyadur dari buku teknik analisis SWOT karya Fajar Nur’aini Dwi Fatimah, peluang adalah keadaan lingkungan yang menguntungkan bahkan bisa menjadi senjata untuk memajukan sebuah perusahaan. Situasi yang bisa menjadi peluang antara lain kecenderungan pasar menyukai produk tertentu, identifikasi produk yang belum mendapat perhatian pasar, perubahan dalam situasi perdagangan dengan para kompetitor, serta hubungan dengan konsumen.
4. Ancaman (Threats)
Menurut buku Manajemen Strategi karya Sedarmayanti, ancaman merupakan keadaan tidak menguntungkan dalam suatu perusahaan. Ancaman menjadi penghalang utama perusahaan untuk menggapai posisi yang diinginkan. Penghalang bisa berupa masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, peningkatan kekuatan tawar-menawar dari pembeli atau pemasok utama, perubahan teknologi, dan pembaruan peraturan.
Sumber artikel: kumparan.com
Manajemen Strategis
Dipublikasikan oleh Nurul Aeni Azizah Sari pada 13 Juni 2024
Jika anda ingin menilai bagaimana posisi organisasi Anda saat ini, sekaligus ingin memutuskan strategi baru, ada baiknya anda menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) terlebih dulu.
Dengan SWOT, Anda akan mencari tahu apa yang dapat bekerja dengan baik, dan apa yang tidak begitu baik untuk organisasi anda. Tanyakan pada diri sendiri ke mana ingin pergi, bagaimana cara agar bisa sampai, dan apa yang mungkin akan menghalangi. Itulah kenapa Anda membutuhkan analisis SWOT, teknik perencanaan yang sederhana namun berdampak besar.
Analisis SWOT adalah kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi posisi kompetitif perusahaan atau organisasi, dan untuk mengembangkan perencanaan strategis. Analisis SWOT adalah cara untuk menilai faktor internal dan eksternal, serta potensi saat ini dan masa depan.
Analisis SWOT adalah cara yang sangat berguna untuk membantu perkembangan perusahaan atau organisasi. Dalam artikel kali ini, kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang apa itu analisis SWOT dan bagaimana cara menggunakannya.
Apa itu analisis SWOT?
SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats, sehingga Analisis SWOT adalah teknik yang berguna untuk menilai keempat aspek penting dalam bisnis.
Dilansir dari investopedia.com, analisis SWOT adalah metode yang dirancang untuk memfasilitasi pandangan yang realistis, berdasarkan fakta, data pada kekuatan dan kelemahan organisasi, inisiatif, atau dalam industrinya.
Organisasi perlu menjaga agar analisis tetap akurat dengan menghindari keyakinan yang terbentuk sebelumnya atau area abu-abu dan sebagai gantinya berfokus pada konteks yang nyata. Perusahaan harus menggunakan SWOT sebagai panduan.
Anda dapat menggunakan Analisis SWOT untuk memaksimalkan apa yang dimiliki, untuk mendapatkan keuntungan terbaik organisasi. Cara ini juga dapat mengurangi kemungkinan kegagalan dengan memahami kekurangan, dan menghilangkan bahaya yang akan membuat Anda tidak sadar. Lebih baik lagi, Anda dapat menyusun strategi yang membedakan Anda dari para pesaing, sehingga dapat unggul di pasar.
Gambaran analisis SWOT
Analisis SWOT adalah teknik untuk menilai kinerja, persaingan, risiko, dan potensi bisnis, serta bagian dari bisnis seperti lini produk atau divisi, industri, atau entitas lain. Dengan menggunakan data internal dan eksternal, teknik ini dapat memandu bisnis menuju strategi yang memiliki peluang untuk berhasil, dan menghindari strategi yang pernah, atau mungkin, kurang berhasil. Analis SWOT independen, investor, atau pesaing juga dapat memandu mereka tentang apakah suatu perusahaan, lini produk, atau industri terlihat kuat atau lemah beserta alasannya.
Analis menyajikan analisis SWOT dalam bentuk persegi yang tersegmentasi menjadi empat bagian, dan masing-masing bagian diisi dengan elemen SWOT, yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Pengaturan visual ini memberikan gambaran singkat tentang posisi perusahaan. Meskipun semua poin yang ditulis di bawah judul tertentu tidak sama pentingnya, mereka semua mewakili keseimbangan kunci dari peluang dan ancaman, keuntungan dan kerugian, dan sebagainya.
Kekuatan (Strengths)
Kekuatan menggambarkan keunggulan organisasi dan apa yang membedakannya dari competitor, misalnya merek yang kuat, basis pelanggan yang loyal, neraca yang kuat, teknologi yang unik, dan sebagainya.
Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan biasanya berisi poin yang dapat menghentikan organisasi untuk mencapai tingkat kinerja optimalnya. Bagian ini adalah area di mana bisnis perlu ditingkatkan agar perusahaan tetap kompetitif, contohnya seperti merek yang lemah, omset yang lebih tinggi dari rata-rata, tingkat utang yang tinggi, rantai pasokan yang tidak memadai, atau kekurangan modal.
Peluang (Opportunities)
Peluang mengacu pada faktor eksternal yang menguntungkan, yang dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi. Misalnya, jika suatu negara memotong tarif, produsen mobil dapat mengekspor mobilnya ke pasar baru, meningkatkan penjualan dan pangsa pasar.
Ancaman (Threats)
Ancaman mengacu pada faktor-faktor yang berpotensi merugikan perusahaan atau organisasi. Misalnya, kekeringan merupakan ancaman bagi perusahaan penghasil gandum, karena dapat merusak atau mengurangi hasil panen. Ancaman umum lainnya termasuk hal-hal seperti kenaikan biaya bahan, meningkatnya persaingan, pasokan tenaga kerja yang ketat, dan seterusnya.
Cara Menggunakan Analisis SWOT
Internal
Apa yang terjadi di dalam perusahaan berfungsi sebagai sumber informasi yang bagus untuk kategori kekuatan dan kelemahan analisis SWOT. Contoh faktor internal termasuk sumber daya keuangan dan manusia, aset berwujud dan tidak berwujud (nama merek), dan efisiensi operasional.
Pertanyaan potensial untuk membuat daftar faktor internal dalam analisis SWOT adalah:
Eksternal
Apa yang terjadi di luar perusahaan sama pentingnya dengan keberhasilan faktor internal perusahaan. Pengaruh eksternal, seperti kebijakan moneter, perubahan pasar, dan akses ke pemasok, adalah kategori yang dapat ditarik untuk membuat daftar di bagian peluang dan kelemahan analisis SWOT.
Pertanyaan potensial untuk membuat faktor eksternal dalam analisis SWOT adalah:
Sumber artikel: merdeka.com
Manajemen Strategis
Dipublikasikan oleh Nurul Aeni Azizah Sari pada 13 Juni 2024
Analisis lima kekuatan porter (bahasa Inggris: Porter five forces analysis) adalah suatu kerangka kerja untuk analisis industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh Michael Porter dari Sekolah Bisnis Universitas Harvard pada tahun 1979. Menurutnya ada lima kekuatan yang menentukan intensitas persaingandalam suatu industri, yaitu
(1) Ancaman produk pengganti,
(2) Ancaman pesaing,
(3) Ancaman pendatang baru,
(4) Daya tawar pemasok, serta
(5) Daya tawar konsumen. Analisis ini biasanya dilakukan dengan kombinasi dengan analisis SWOT.
Sumber artikel: Wikipedia
Manajemen Strategis
Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 21 April 2024
Dalam dunia mikroekonomi, manajemen, dan ekonomi politik internasional, integrasi vertikal merupakan tatanan di mana rantai pasokan suatu perusahaan terintegrasi dan dimiliki oleh perusahaan tersebut. Setiap anggota rantai pasokan umumnya memproduksi produk atau layanan berbeda yang, ketika digabungkan, memuaskan kebutuhan bersama. Ini berbeda dengan integrasi horizontal, di mana perusahaan memproduksi beberapa item yang saling terkait. Konsep integrasi vertikal juga mencakup gaya manajemen yang membawa sebagian besar rantai pasokan tidak hanya menjadi milik bersama tetapi juga menjadi satu korporasi (seperti pada tahun 1920-an ketika Ford River Rouge Complex mulai memproduksi sebagian besar baja sendiri daripada membelinya dari pemasok).
Integrasi vertikal dapat diinginkan karena mengamankan pasokan yang diperlukan oleh perusahaan untuk memproduksi produknya dan pasar yang diperlukan untuk menjual produk tersebut. Namun, dapat menjadi tidak diinginkan ketika tindakan perusahaan menjadi anti kompetitif dan menghambat persaingan bebas di pasar terbuka. Integrasi vertikal menjadi salah satu cara mengatasi masalah pemerasan. Monopoli yang dihasilkan melalui integrasi vertikal disebut sebagai monopoli vertikal: konsep vertikal dalam rantai pasokan mengukur sejauh mana suatu perusahaan dari konsumen akhir; misalnya, perusahaan yang menjual langsung kepada konsumen memiliki posisi vertikal 0, perusahaan yang menyuplai perusahaan ini memiliki posisi vertikal 1, dan seterusnya.
Integrasi vertikal pun sering dikaitkan dengan ekspansi vertikal, yang dalam konteks ekonomi adalah pertumbuhan suatu bisnis melalui akuisisi perusahaan yang memproduksi barang antara yang dibutuhkan oleh bisnis atau membantu memasarkan dan mendistribusikan produknya. Ekspansi ini diinginkan karena mengamankan pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi produknya dan pasar yang diperlukan untuk menjual produk tersebut. Ekspansi semacam itu dapat menjadi tidak diinginkan ketika tindakan perusahaan menjadi anti kompetitif dan menghambat persaingan bebas di pasar terbuka.
Hasilnya adalah bisnis yang lebih efisien dengan biaya lebih rendah dan lebih banyak keuntungan. Di sisi yang tidak diinginkan, ketika ekspansi vertikal menuju kendali monopoli atas suatu produk atau layanan, tindakan regulatif mungkin diperlukan untuk mengoreksi perilaku anti kompetitif. Terkait dengan ekspansi vertikal adalah ekspansi lateral, yaitu pertumbuhan suatu bisnis melalui akuisisi perusahaan serupa, dengan harapan mencapai efisiensi skala.
Ekspansi vertikal juga dikenal sebagai akuisisi vertikal. Ekspansi atau akuisisi vertikal juga dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan dan mendapatkan kekuatan pasar. Akuisisi DirecTV oleh News Corporation adalah contoh ekspansi vertikal maju atau akuisisi. DirecTV adalah perusahaan TV satelit yang memungkinkan News Corporation mendistribusikan lebih banyak kontennya: berita, film, dan acara televisi. Akuisisi NBC oleh Comcast adalah contoh dari integrasi vertikal mundur. Misalnya, di Amerika Serikat, melindungi masyarakat dari monopoli komunikasi yang dapat dibangun dengan cara ini adalah salah satu misi Federal Communications Commission.
Penemuan para sarjana menunjukkan bahwa pengurangan ketidakefisienan yang disebabkan oleh rantai nilai vertikal pasar termasuk harga downstream, markup ganda dapat dibatalkan dengan integrasi vertikal. Penerapan dalam lingkungan yang lebih kompleks dapat membantu perusahaan mengatasi kegagalan pasar (pasar dengan biaya transaksi tinggi atau aset spesifik). Para sarjana juga mengidentifikasi potensi risiko dan batasan yang mungkin terjadi dalam integrasi vertikal, termasuk potensi pesaing, peningkatan kolusi horizontal, dan pengembangan hambatan masuk. Meskipun masih diperdebatkan apakah efisiensi yang diharapkan dari integrasi vertikal dapat menyebabkan kerugian kompetitif bagi pasar, beberapa menyimpulkan bahwa dalam banyak kasus, efisiensi tersebut lebih besar daripada risiko potensial.
Disadur dari https://en.wikipedia.org/wiki/Vertical_integration
Manajemen Strategis
Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 21 April 2024
Dalam ranah ekonomi, persaingan menciptakan panggung di mana berbagai perusahaan ekonomi berlomba untuk mendapatkan barang yang terbatas dengan mengatur faktor-faktor bauran pemasaran seperti harga, produk, promosi, dan distribusi. Dalam pandangan ekonomi klasik, persaingan mendorong perusahaan untuk terus mengembangkan produk, layanan, dan teknologi baru, memberikan konsumen pilihan lebih banyak dan produk yang lebih unggul. Semakin banyak pilihan yang tersedia di pasar, harga produk biasanya cenderung lebih terjangkau dibandingkan jika tidak ada persaingan (monopoli) atau persaingan yang minim (oligopoli).
Tingkat intensitas persaingan dalam suatu pasar ditentukan oleh berbagai faktor, baik dari sisi penjual maupun pembeli. Jumlah perusahaan, hambatan masuk, informasi yang tersedia, dan ketersediaan sumber daya menjadi faktor penentu. Selain itu, jumlah pembeli di pasar juga turut memengaruhi tingkat persaingan, dengan setiap pembeli memiliki keinginan membayar yang memengaruhi permintaan keseluruhan untuk produk di pasar.
Mari kita lihat contoh di industri penerbangan yang bersaing untuk pasar penerbangan penumpang Eropa-Jepang, seperti Swiss dan SAS. Mereka berkompetisi tidak hanya dalam hal harga tetapi juga dalam upaya merebut pangsa pasar dan memahami keinginan konsumen.
Daya saing, dalam konteks ekonomi, mencerminkan kemampuan dan kinerja suatu entitas - bisa berupa perusahaan, sub-sektor, atau bahkan sebuah negara - untuk menjual dan menyediakan barang serta jasa di pasar tertentu. Ini melibatkan strategi perusahaan dalam merebut pangsa pasar dari pesaingnya. Dalam kata "daya saing" terkandung semangat persaingan yang ditemukan di pasar dan industri. Konsep ini sering digunakan dalam pembahasan manajemen terkait perbandingan kinerja ekonomi nasional maupun internasional. Untuk mengukur tingkat persaingan, kita bisa melihat jumlah pesaing, kesamaan ukuran, dan seberapa besar porsi produksi industri yang dimiliki oleh perusahaan terbesar. Semakin kecil porsi ini, semakin sengit persaingannya.
Sebagai kesimpulan, persaingan ekonomi tidak hanya menciptakan dinamika bisnis yang sehat, tetapi juga mendorong inovasi dan peningkatan nilai bagi konsumen. Perusahaan yang berhasil dalam persaingan adalah yang mampu beradaptasi, membaca pasar, dan memberikan solusi terbaik. Dalam lingkungan yang kompetitif, konsumen menjadi pihak yang diuntungkan dengan beragam pilihan dan produk yang berkualitas. Namun, penting juga bagi perusahaan untuk memiliki kepekaan terhadap perubahan dan mengadopsi inovasi guna menjaga keunggulan kompetitif. Dengan demikian, persaingan tidak hanya merangsang pertumbuhan ekonomi tetapi juga menciptakan kesempatan untuk memberikan nilai maksimal bagi semua pemangku kepentingan.
Persaingan sempurna vs tidak sempurna
Kondisi pasar teoretis, di mana dunia usaha dan pasar dipandang berada dalam persaingan sempurna, penting bagi teori ekonomi neoklasik. Ketika setiap kebutuhan terpenuhi, yang jarang (jika pernah) terlihat di dunia nyata, dikatakan ada persaingan sempurna. Persyaratan ini mencakup hal-hal berikut: semua bisnis memberikan kontribusi minimal terhadap pasar; semua bisnis menjual produk yang sama; semua bisnis menerima harga sebagaimana adanya; pangsa pasar tidak berpengaruh pada harga; semua pembeli dan penjual mempunyai akses terhadap informasi yang lengkap atau "sempurna"; semua sumber daya bersifat mobile sempurna; dan semua bisnis bebas masuk atau keluar pasar. Dalam pasar persaingan sempurna yang dibayangkan dengan banyak pembeli dan penjual, harga mewakili jumlah total penawaran dan permintaan. Pasar yang sepenuhnya kompetitif juga memiliki berbagai macam barang yang dijual oleh berbagai perusahaan. Dalam pasar dengan persaingan sempurna, semua bisnis berukuran kecil dan tidak ada perusahaan besar yang menguasai pasar secara signifikan. Perusahaan-perusahaan ini menyediakan barang-barang yang hampir serupa dengan sedikit variasi atau, dalam beberapa situasi, pengganti yang sempurna untuk produk-produk yang dibuat oleh perusahaan lain.
Pandangan neoklasik lainnya tentang pelanggan dan penjual dipengaruhi oleh konsep pasar yang sepenuhnya kompetitif. Dalam pasar dengan persaingan sempurna, konsumen memiliki pengetahuan yang lengkap tentang produk, termasuk harga, kualitas, dan manufaktur, dan mereka juga memiliki selera dan preferensi yang sama terhadap fitur dan atribut produk yang diinginkan (homogen antar industri). Pelanggan di pasar semacam ini adalah pemaksimal utilitas; yaitu, mereka membeli produk yang mengoptimalkan utilitas pribadi mereka, yang mereka tentukan berdasarkan preferensi mereka. Di sisi lain, perusahaan beroperasi berdasarkan asumsi persaingan sempurna dan berupaya memaksimalkan keuntungan.
Di pasar dengan persaingan sempurna, bisnis akan berfungsi dalam jangka pendek dan jangka panjang perekonomian. Perusahaan memodifikasi outputnya dalam waktu dekat sesuai dengan biaya dan harga. Penyesuaian produksi jangka panjang dilakukan oleh perusahaan untuk menjamin bahwa output dicapai pada tingkat di mana biaya marjinal dan pendapatan marjinal setara. Di pasar dengan persaingan sempurna, bisnis dan produsen pada akhirnya tidak menghasilkan uang. Sistem Cournot membuktikan hal ini.
Pasar realistis dalam perekonomian adalah pasar yang persaingannya tidak sempurna. Pelanggan mungkin tidak memiliki akses terhadap semua informasi yang tersedia tentang barang yang dijual, pelaku usaha mungkin menawarkan berbagai barang dan jasa, menetapkan harga sendiri, bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar, dan sering kali menghadapi hambatan masuk dan keluar yang mempersulit pesaingnya. dunia usaha untuk memasuki pasar. Semua faktor ini berkontribusi terhadap persaingan tidak sempurna. Salah satu perbedaan utama antara persaingan tidak sempurna dan persaingan sempurna adalah kekuatan pembeli dan penjual individu untuk mempengaruhi output dan harga di pasar dengan persaingan tidak sempurna. Dalam kondisi seperti ini, pasar menyimpang dari teori pasar persaingan sempurna karena pasar riil sering kali bertentangan dengan asumsi teori tersebut, yang selalu memberikan peluang untuk meningkatkan perolehan keuntungan. Sebaliknya, dalam lingkungan persaingan sempurna, perusahaan pada akhirnya tidak akan memperoleh keuntungan ekonomi. Selain itu, keberadaan oligopoli, monopoli, dan eksternalitas di dalam pasar juga menentukan pasar-pasar tersebut. Menurut gagasan persaingan sempurna, kelebihan harga relatif terhadap biaya marjinal atau sejauh mana produksi perusahaan mempengaruhi harga (elastisitas permintaan) dapat digunakan untuk mengukur persaingan.
Disadur dari: