Kontruksi Modern

Membedah Risiko Proyek Design and Build: Studi Kasus Proyek Gedung Jakarta dan Strategi Mitigasinya

Dipublikasikan oleh Anisa pada 08 Mei 2025


Dalam beberapa tahun terakhir, pendekatan design and build (D&B) semakin populer dalam industri konstruksi Indonesia, terutama untuk proyek-proyek gedung bertingkat di kawasan metropolitan seperti Jakarta. Metode ini dianggap efisien karena menggabungkan proses desain dan konstruksi dalam satu kontrak. Namun, di balik efisiensinya, metode ini menyimpan berbagai potensi risiko yang, jika tidak dikelola dengan tepat, dapat menimbulkan kerugian signifikan.

Artikel ini meresensi dan menganalisis secara mendalam hasil penelitian dari [paper asli], yang berfokus pada identifikasi, evaluasi, dan mitigasi risiko dalam proyek D&B, khususnya melalui studi kasus sebuah proyek gedung di Jakarta.

Sekilas tentang Metode Design and Build

Metode design and build memungkinkan pemilik proyek menunjuk satu kontraktor untuk menangani desain sekaligus pelaksanaan pembangunan. Konsep ini berbeda dari pendekatan tradisional yang memisahkan kontrak desain dan konstruksi. Keuntungan utamanya adalah efisiensi waktu dan biaya karena proses berjalan paralel.

Namun, model ini menyatukan tanggung jawab besar pada satu entitas, sehingga potensi risiko—baik teknis, administratif, maupun eksternal—juga menjadi tanggungannya secara penuh.

Kategori Risiko dalam Proyek Design and Build

Penelitian ini berhasil mengelompokkan risiko ke dalam beberapa kategori utama, yaitu:

  • Risiko Proyek Internal

    • Perubahan desain oleh pemilik proyek

    • Ketidaksesuaian spesifikasi teknis

  • Risiko Keuangan

    • Keterlambatan pembayaran

    • Fluktuasi harga material

  • Risiko Hukum dan Kontrak

    • Ambiguitas dalam dokumen kontrak

    • Sengketa antara pemilik dan kontraktor

  • Risiko Lingkungan dan Eksternal

    • Perizinan

    • Gangguan sosial atau politik
       

Melalui metode Probability-Impact Matrix, risiko-risiko ini dipetakan berdasarkan tingkat kemungkinan dan dampaknya, yang kemudian menjadi dasar dalam penyusunan strategi mitigasi.

Studi Kasus – Proyek Gedung di Jakarta

Studi ini menggunakan proyek pembangunan gedung perkantoran bertingkat di Jakarta sebagai studi kasus. Berdasarkan wawancara dengan pihak-pihak terlibat (pemilik proyek, kontraktor, konsultan), didapatkan daftar 20 risiko dominan yang dikaji secara kuantitatif dan kualitatif.

Temuan Penting:

  • Risiko paling dominan: perubahan desain dari pemilik proyek, dengan skor dampak tinggi dan probabilitas menengah.

  • Risiko keuangan: keterlambatan pembayaran oleh pemilik proyek menduduki posisi kedua.

  • Risiko teknis: desain struktural awal yang tidak lengkap sering menimbulkan penundaan saat pelaksanaan.

Menariknya, hasil pengukuran menunjukkan bahwa 40% risiko utama berasal dari faktor internal (desain & manajemen), bukan dari faktor eksternal seperti regulasi atau cuaca.

Strategi Mitigasi Risiko: Pendekatan Preventif & Korektif

Penelitian ini menyarankan strategi mitigasi berbasis dua pendekatan: preventif (sebelum terjadi) dan korektif (sesudah terjadi). Beberapa contoh langkah mitigasi adalah:

  • Perubahan desain: Menyusun spesifikasi desain yang lebih rigid dan menetapkan periode 'freezing' desain setelah fase awal.

  • Keterlambatan pembayaran: Penjadwalan ulang pembayaran dengan milestone yang fleksibel namun mengikat.

  • Ambiguitas kontrak: Menyusun dokumen kontrak berbasis FIDIC yang terstandarisasi secara internasional.

  • Desain awal yang kurang lengkap: Mewajibkan proses desain tahap awal divalidasi oleh tim teknis independen.
    Langkah-langkah ini mencerminkan pentingnya sistem manajemen risiko yang terstruktur dan berbasis data, bukan sekadar reaksi spontan terhadap masalah di lapangan.

Analisis Tambahan – Pembelajaran dan Relevansi Industri

Meskipun studi kasus terbatas pada satu proyek di Jakarta, temuan ini merefleksikan tantangan umum dalam sistem D&B di Indonesia. Beberapa insight tambahan:

1. Budaya Perubahan Desain yang Terlalu Longgar

Perubahan desain mendadak sering kali terjadi karena kurangnya keputusan tegas di awal. Ini menunjukkan perlunya edukasi kepada pemilik proyek mengenai pentingnya komitmen terhadap keputusan desain awal.

2. Tantangan Legal dan Administratif

Banyak proyek D&B masih menggunakan dokumen kontrak yang tidak standar, membuka peluang multitafsir. Penggunaan kontrak berbasis FIDIC atau NEC bisa meningkatkan kejelasan dan mengurangi potensi konflik.

3. Integrasi Teknologi Masih Lemah

Belum banyak proyek D&B yang memanfaatkan teknologi seperti BIM (Building Information Modeling) secara optimal. Padahal BIM dapat meminimalkan risiko desain dan koordinasi antar-disiplin teknik.

Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini sejalan dengan studi oleh Rahman & Kumaraswamy (2004) yang juga mengidentifikasi desain dan komunikasi sebagai sumber utama risiko dalam proyek D&B di Asia. Namun, studi ini memberikan konteks lokal yang lebih kuat karena berbasis proyek nyata di Indonesia, memperkaya pustaka literatur yang sebelumnya masih didominasi studi dari luar negeri.

Implikasi Praktis bagi Pelaku Industri

Penelitian ini memberikan panduan nyata bagi pelaku konstruksi, terutama:

  • Developer: Perlu membuat keputusan desain yang tegas dan komitmen terhadap spesifikasi awal.

  • Kontraktor: Harus memiliki tim desain in-house yang kuat dan sistem manajemen risiko.

  • Konsultan: Perannya penting dalam menjembatani komunikasi antara pemilik dan kontraktor.

Rekomendasi untuk Penelitian Lanjutan

Beberapa ruang yang dapat dieksplorasi dalam studi lanjutan:

  • Analisis risiko proyek D&B di luar gedung bertingkat, seperti infrastruktur transportasi.

  • Perbandingan efektivitas mitigasi risiko antara proyek D&B dan metode konvensional.

  • Integrasi digitalisasi dalam manajemen risiko proyek D&B.

Kesimpulan: Design and Build Bukan Solusi Instan, Tapi Memerlukan Strategi Matang

Meskipun metode design and build menawarkan banyak keuntungan, seperti efisiensi waktu dan biaya, keberhasilannya sangat bergantung pada kemampuan para pelaku proyek dalam mengelola risiko yang muncul. Paper ini memberikan kontribusi nyata dengan tidak hanya mengidentifikasi risiko, tapi juga menyajikan strategi mitigasi yang praktis dan aplikatif di lapangan.

Kehadiran sistem manajemen risiko yang kuat, kontrak yang jelas, dan desain yang matang sejak awal adalah kunci sukses bagi proyek D&B, terutama dalam konteks kompleksitas urban seperti Jakarta.

Sumber Artikel

Penelitian ini berasal dari:
“Analisis Risiko dan Mitigasi dalam Proyek Design and Build (Studi Kasus: Proyek Gedung di Jakarta)”, dapat diakses melalui repository resmi institusi akademik penulis. [Silakan masukkan DOI atau tautan resmi jika tersedia]

Selengkapnya
Membedah Risiko Proyek Design and Build: Studi Kasus Proyek Gedung Jakarta dan Strategi Mitigasinya

Kontruksi Modern

Penerapan Constructability: Solusi Efisiensi Waktu dan Biaya dalam Proyek Gedung

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 30 April 2025


Pendahuluan: Menjawab Tantangan Konstruksi Modern

Di tengah kompleksitas dan dinamika proyek konstruksi modern, efisiensi waktu dan biaya menjadi tolok ukur utama keberhasilan. Salah satu pendekatan yang mulai banyak dikaji dan diimplementasikan untuk menjawab tantangan ini adalah constructability—yaitu integrasi keahlian konstruksi ke dalam seluruh tahap proyek, mulai dari perencanaan, perancangan, hingga pelaksanaan. Artikel karya Dony Yunianto, Jati Utomo Dwi Hatmoko, dan Arif Hidayat ini menyajikan evaluasi mendalam terhadap penerapan constructability pada dua proyek nyata: Gedung Universitas Diponegoro dan proyek apartemen swasta di Semarang.

Penelitian ini bukan hanya mengukur tingkat penerapan constructability, tetapi juga menyoroti peran stakeholder serta dampak nyata terhadap siklus hidup proyek.

 

Apa Itu Constructability dan Mengapa Penting?

Constructability merupakan konsep strategis yang menekankan pentingnya keterlibatan konstruksi sejak tahap awal proyek. Pendekatan ini mampu:

  • Mengurangi rework atau pekerjaan ulang

  • Meningkatkan efisiensi desain

  • Meminimalisir waste time

  • Menyederhanakan proses pengadaan

  • Menurunkan biaya total proyek secara jangka panjang
     

Banyak proyek gagal tepat waktu dan anggaran karena keterputusan informasi antara perencana dan pelaksana. Di sinilah constructability menjadi jembatan yang menjamin kelancaran dan kesinambungan proses.

 

Studi Kasus: Proyek Universitas Diponegoro vs Proyek Apartemen Swasta

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Responden berasal dari pihak pemilik proyek, kontraktor, dan tim teknis. Penilaian dilakukan berdasarkan 34 konsep constructability yang dikembangkan dari model CII, Nima (2001), dan Trigunarsyah (2004), yang mencakup tahap:

  • Perencanaan awal dan konsep

  • Perancangan dan pengadaan

  • Pra-konstruksi

  • Konstruksi
     

Tingkat penerapan constructability diukur dengan skala Likert 1–4:

  • Nilai <1: sangat rendah
     

  • 1–2: sedang
     

  • 2–3: tinggi
     

  • 3–4: sangat tinggi
     

 

Analisis:

  • Proyek apartemen swasta memiliki penerapan constructability “sangat tinggi”, sedangkan proyek universitas berada di kategori “tinggi”.

  • Gap terbesar terlihat pada tahap pra-konstruksi. Hal ini menunjukkan pentingnya perencanaan teknis yang matang dan sinergi antar tim sejak awal.
     

 

Dampak Terhadap Siklus Hidup Proyek

Proyek Universitas Diponegoro (Design-Bid-Build)

  • Sistem kontrak terpisah antar tahap proyek.

  • Total waktu: ±28 bulan.

  • Waste time: ±16 bulan (lebih dari 50% waktu proyek).

  • Tantangan birokrasi APBN dua tahun anggaran menyebabkan inefisiensi.
     

Simulasi Alternatif: Design and Build

  • Durasi diperkirakan hanya ±9 bulan.

  • Potensi efisiensi waktu: 68% lebih singkat.

  • Namun, realisasi sulit karena keterbatasan sistem birokrasi pemerintah.
     

Proyek Apartemen Swasta (Design and Build)

  • Tahap desain dan konstruksi dilakukan bersamaan (overlapping).

  • Total waktu jauh lebih optimal.

  • Tidak ada jeda yang signifikan antara tahap desain dan pelaksanaan.
     

 

Nilai Tambah dan Opini: Apa yang Bisa Dipelajari?

Kelebihan Penelitian

  • Penilaian berbasis parameter konseptual yang kuat (CII, Nima, Trigunarsyah)

  • Studi kasus nyata dengan data primer dari stakeholder proyek

  • Penggunaan kombinasi kualitatif dan kuantitatif menambah kedalaman analisis
     

Kritik dan Keterbatasan

  • Keterbatasan jumlah proyek hanya dua unit—belum representatif untuk kesimpulan nasional

  • Belum mengeksplorasi integrasi teknologi seperti BIM atau digital twin yang kini makin relevan dengan constructability

  • Konteks birokrasi proyek pemerintah belum sepenuhnya dijawab oleh solusi teknis
     

 

Implikasi Praktis dan Rekomendasi

  1. Reformasi Proyek Pemerintah

    • Dorong sistem kontrak design and build berbasis tahun jamak

    • Libatkan kontraktor sejak perencanaan awal
       

  2. Tim Teknis Internal

    • Bentuk tim teknis lintas fase sebagai “penjaga informasi”

    • Bertugas menjaga kontinuitas desain, mengawal pelaksanaan, dan mengevaluasi kesesuaian lapangan
       

  3. Penguatan Peran Perencana

    • Wajib terlibat hingga tahap konstruksi

    • Kewajiban dicantumkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
       

  4. Penggunaan Alat Digital

    • Gunakan BIM untuk meningkatkan koordinasi lintas fase

    • Buat sistem aplikasi baku untuk monitoring constructability
       

 

Kesimpulan

Penerapan constructability terbukti mampu mempercepat waktu pelaksanaan dan meningkatkan kualitas proyek, terutama jika diterapkan sejak tahap awal oleh seluruh stakeholder. Proyek apartemen swasta menjadi contoh keberhasilan sistem design and build, di mana waktu proyek lebih singkat, peran stakeholder lebih solid, dan kualitas desain lebih baik.

Sebaliknya, proyek Universitas Diponegoro mencerminkan keterbatasan pendekatan tradisional design-bid-build. Meski tidak gagal, proyek mengalami pemborosan waktu yang signifikan akibat tidak terintegrasinya perencanaan dan pelaksanaan.

Penelitian ini menjadi pengingat pentingnya kolaborasi lintas fungsi dan keterbukaan desain terhadap masukan konstruksi sejak awal. Dengan penguatan manajemen dan kebijakan yang mendukung, constructability bisa menjadi fondasi utama pengelolaan proyek konstruksi di Indonesia ke depan.

 

Sumber Artikel

Yunianto, D., Hatmoko, J. U. D., & Hidayat, A. (2014). Evaluasi Penerapan Constructability pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung. Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil, Vol. 20, No. 2.
Tersedia di: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkts/article/view/20877

Selengkapnya
Penerapan Constructability: Solusi Efisiensi Waktu dan Biaya dalam Proyek Gedung
page 1 of 1