Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Strategi Peningkatan Performa Insinyur Profesional Melalui Peningkatan Kesadaran dan Penerapan K3

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aspek penting dalam profesi insinyur yang bertujuan untuk melindungi tenaga kerja, masyarakat, dan lingkungan dari risiko yang ditimbulkan oleh aktivitas keinsinyuran. Paper ini membahas bagaimana peningkatan kesadaran dan penerapan K3 dapat meningkatkan performa insinyur profesional di Indonesia. Studi ini dilakukan melalui analisis penerapan K3 di berbagai sektor teknik dan industri.

Dalam dunia kerja, kecelakaan dan risiko kerja masih menjadi tantangan utama, terutama di sektor konstruksi dan manufaktur. Menurut data yang dikutip dalam paper ini, kecelakaan kerja di sektor konstruksi mencapai 32 persen dari total kecelakaan kerja di Indonesia. Hal ini menunjukkan pentingnya penerapan K3 dalam pekerjaan insinyur. Beberapa alasan utama perlunya peningkatan kesadaran K3 antara lain:

  • Mengurangi angka kecelakaan kerja dan cedera.
  • Meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
  • Memastikan keberlanjutan proyek teknik dengan standar keamanan yang tinggi.
  • Meningkatkan daya saing insinyur Indonesia dalam pasar tenaga kerja global.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode:

  • Wawancara dengan insinyur profesional dan tenaga kerja industri.
  • Kajian terhadap regulasi dan kebijakan K3 di Indonesia.
  • Studi kasus penerapan K3 di beberapa proyek teknik dan industri.

Penelitian ini menganalisis berbagai faktor yang mempengaruhi penerapan K3 serta mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam implementasinya.

Pentingnya Kesadaran K3 bagi Insinyur Profesional

Paper ini mengidentifikasi bahwa rendahnya kesadaran terhadap pentingnya K3 sering kali menjadi penyebab utama tingginya angka kecelakaan kerja. Beberapa penyebab utama rendahnya penerapan K3 di lapangan meliputi:

  1. Kurangnya pelatihan dan edukasi K3 bagi tenaga kerja.
  2. Minimnya pengawasan terhadap implementasi standar keamanan.
  3. Tekanan untuk menyelesaikan proyek dengan cepat tanpa mempertimbangkan aspek keselamatan.
  4. Kurangnya anggaran yang dialokasikan untuk penerapan K3 di berbagai proyek.

Paper ini menyajikan studi kasus penerapan K3 di proyek konstruksi dan industri manufaktur. Berikut beberapa data yang ditemukan:

  • 70 persen insinyur mengakui bahwa penerapan K3 meningkatkan efisiensi kerja dan mengurangi kecelakaan kerja.
  • 60 persen perusahaan masih belum memiliki sistem manajemen K3 yang memadai.
  • Penerapan standar K3 yang ketat dapat mengurangi angka kecelakaan kerja hingga 40 persen.
  • 50 persen insinyur yang terlibat dalam proyek dengan regulasi K3 yang ketat melaporkan peningkatan produktivitas.

Implementasi K3 dalam Profesi Insinyur

Beberapa praktik terbaik dalam implementasi K3 yang dapat diterapkan oleh insinyur profesional meliputi:

  • Penerapan pelatihan K3 secara berkala bagi tenaga kerja.
  • Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar internasional.
  • Pengawasan ketat terhadap standar keselamatan di proyek konstruksi dan manufaktur.
  • Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab individu terhadap keselamatan kerja.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Paper ini menegaskan bahwa peningkatan kesadaran dan penerapan K3 sangat berperan dalam meningkatkan performa insinyur profesional. Dengan penerapan K3 yang lebih baik, angka kecelakaan kerja dapat ditekan dan efisiensi kerja dapat meningkat secara signifikan.

Rekomendasi

  1. Meningkatkan pelatihan K3 bagi insinyur dan tenaga kerja industri.
  2. Meningkatkan pengawasan terhadap implementasi standar keselamatan kerja.
  3. Meningkatkan anggaran untuk mendukung implementasi sistem K3 di berbagai sektor industri.
  4. Mendorong peran aktif pemerintah dan asosiasi profesi dalam memastikan kepatuhan terhadap standar K3.

Dengan adanya penerapan yang lebih baik, diharapkan sistem K3 di Indonesia dapat mendukung peningkatan performa insinyur profesional serta mengurangi risiko kerja di berbagai sektor industri.

Sumber Artikel dalam Bahasa Asli

Mahmud Triwanto. (2021). "Strategi Peningkatan Performa Insinyur Profesional Melalui Peningkatan Kesadaran dan Penerapan K3." Seminar Keinsinyuran Program Studi Program Profesi Insinyur Universitas Muhammadiyah Malang, 2021.

 

Selengkapnya
Strategi Peningkatan Performa Insinyur Profesional Melalui Peningkatan Kesadaran dan Penerapan K3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Industri Galangan Kapal Kecil

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi aspek fundamental dalam operasional industri yang berisiko tinggi, termasuk industri galangan kapal kecil. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2012 mengatur penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sebagai standar wajib bagi perusahaan yang memiliki potensi bahaya besar atau mempekerjakan minimal 100 pekerja. Penelitian oleh Hugo Nainggolan dan Hendra dalam Jurnal Kesehatan Tambusai mengkaji implementasi SMK3 di industri galangan kapal kecil PT. X, menggunakan audit awal berdasarkan 64 kriteria yang ditetapkan dalam PP No. 50 Tahun 2012. Hasilnya menunjukkan tingkat kepatuhan hanya 21,88%, sementara ketidaksesuaian mencapai 78,12%, mencerminkan tantangan besar dalam implementasi SMK3 di sektor ini.

Hasil Evaluasi Penerapan SMK3 di PT. X

Penelitian ini mengungkapkan bahwa tingkat penerapan SMK3 di PT. X masih jauh dari optimal, dengan rincian sebagai berikut:

  • Kesesuaian penerapan SMK3: 21,88%.
  • Ketidaksesuaian penerapan SMK3: 78,12%.
    • Temuan mayor: 51%.
    • Temuan minor: 45%.
    • Temuan kritikal: 4%.

Kekurangan utama yang ditemukan meliputi kurangnya kebijakan keselamatan yang efektif, minimnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), serta kurangnya pelatihan keselamatan bagi pekerja. Selain itu, belum adanya prosedur standar operasional (SOP) untuk beberapa pekerjaan berisiko tinggi semakin memperburuk kondisi K3 di perusahaan.

Beberapa faktor utama yang menyebabkan rendahnya penerapan SMK3 di industri galangan kapal kecil meliputi:

  1. Kurangnya Kepemimpinan dalam Keselamatan Kerja
    • Manajer dan pemimpin di PT. X belum menunjukkan komitmen penuh terhadap implementasi SMK3.
    • Tidak adanya sistem evaluasi rutin untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan keselamatan.
  2. Minimnya Pelatihan Keselamatan
    • Hanya 32% pekerja yang pernah mendapatkan pelatihan K3 formal.
    • Tidak ada prosedur kerja standar untuk pekerjaan berisiko tinggi seperti pengelasan dan penggunaan alat berat.
  3. Kurangnya Fasilitas dan Peralatan K3
    • 55% fasilitas keselamatan seperti rambu-rambu dan jalur evakuasi tidak tersedia atau dalam kondisi rusak.
    • APD yang tersedia tidak mencukupi jumlah pekerja yang ada.
  4. Tingkat Kepatuhan yang Rendah terhadap Regulasi
    • Perusahaan hanya memiliki tingkat kesesuaian sebesar 21,88% dengan PP No. 50 Tahun 2012.
    • Proses audit internal jarang dilakukan, sehingga banyak pelanggaran tidak teridentifikasi.

Untuk meningkatkan implementasi SMK3 di industri galangan kapal kecil, beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan meliputi:

  1. Meningkatkan Kepemimpinan dalam K3
    • Manajemen harus menunjukkan komitmen yang lebih kuat dalam mendukung kebijakan keselamatan.
    • Menetapkan sistem penghargaan dan sanksi bagi pekerja yang patuh atau melanggar aturan K3.
  2. Meningkatkan Pelatihan dan Kesadaran Pekerja
    • Mengadakan pelatihan K3 secara rutin untuk seluruh pekerja.
    • Mengintegrasikan pelatihan dengan sertifikasi kompetensi K3 untuk pekerjaan berisiko tinggi.
  3. Menyediakan Fasilitas dan APD yang Memadai
    • Menyediakan APD berkualitas dan memastikan penggunaannya oleh seluruh pekerja.
    • Melakukan inspeksi rutin terhadap peralatan keselamatan dan memperbaiki fasilitas yang rusak.
  4. Meningkatkan Kepatuhan terhadap Regulasi
    • Mengimplementasikan sistem audit internal yang ketat untuk memastikan kepatuhan terhadap SMK3.
    • Berkolaborasi dengan pihak eksternal, seperti Dinas Tenaga Kerja dan BPJS Ketenagakerjaan, untuk meningkatkan pengawasan terhadap implementasi SMK3.

Kesimpulan

Studi ini menunjukkan bahwa penerapan SMK3 di industri galangan kapal kecil PT. X masih jauh dari standar yang diharapkan. Dengan tingkat kepatuhan hanya 21,88%, banyak aspek yang perlu diperbaiki untuk memastikan keselamatan dan kesehatan pekerja di lingkungan kerja yang berisiko tinggi ini. Implementasi kebijakan yang lebih ketat, pelatihan yang memadai, serta peningkatan fasilitas dan pengawasan merupakan langkah kunci dalam meningkatkan efektivitas SMK3 di sektor ini.

Sumber Asli

Nainggolan, Hugo & Hendra. Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Industri Galangan Kapal Kecil di Indonesia. Jurnal Kesehatan Tambusai, Volume 4, Nomor 4, Desember 2023. ISSN: 2774-5848 (Online), ISSN: 2774-0524 (Cetak).

Selengkapnya
Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Industri Galangan Kapal Kecil

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peran Karyawan dan Manajemen dalam Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Sekolah Menengah

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi perhatian utama dalam berbagai sektor, termasuk di lingkungan pendidikan. Studi yang dilakukan oleh Grace Katunge Jonathan dan Rosemary Wahu Mbogo (2016) menyoroti bagaimana peran karyawan dan manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman di sekolah menengah, khususnya di Mbooni West, Kenya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kurangnya keterlibatan guru dalam kebijakan keselamatan kerja dapat memengaruhi kesejahteraan dan kinerja mereka. Dengan menggunakan metode survei deskriptif, penelitian ini mengumpulkan data dari guru dan kepala sekolah dengan total 49 responden, yang terdiri dari 25 pria (51%) dan 24 wanita (49%).

Temuan Utama dan Studi Kasus

1. Kesadaran dan Keterlibatan Karyawan dalam K3

  • 57,1% guru tidak terlibat dalam program pelatihan K3.
  • 44,9% responden menyatakan bahwa mereka tidak pernah dilibatkan dalam diskusi kebijakan keselamatan kerja.
  • Hanya 26,5% guru yang berpartisipasi dalam diskusi kebijakan keselamatan secara berkala.

2. Tingkat Kecelakaan dan Kejadian di Sekolah

  • Tercatat lebih dari 3000 cedera akibat kecelakaan kerja di sektor pendidikan Inggris selama enam tahun terakhir.
  • Beberapa insiden umum melibatkan jatuh, kontak dengan peralatan laboratorium, dan ventilasi yang buruk.
  • 75,5% responden menyatakan bahwa administrasi sekolah merespons laporan keselamatan dengan cepat.

3. Peran Manajemen dalam Keselamatan Kerja

  • Pemerintah Kenya melalui Kementerian Pendidikan diharapkan lebih aktif dalam menyusun kebijakan keselamatan yang mengakomodasi guru.
  • Beberapa sekolah telah mulai menerapkan komite keselamatan untuk memantau kondisi kerja.
  • Hanya 20% sekolah di wilayah tersebut yang memiliki rencana tanggap darurat.

Tantangan dalam Implementasi K3

  1. Kurangnya Kesadaran dan Pelatihan
    • Banyak guru yang tidak memahami hak mereka dalam hal keselamatan kerja.
    • Tidak ada program pelatihan berkelanjutan yang terstruktur.
  2. Minimnya Fasilitas Keselamatan
    • Beberapa sekolah tidak memiliki alat pemadam kebakaran yang memadai.
    • Tidak ada pemeriksaan rutin terhadap infrastruktur sekolah.
  3. Kurangnya Insentif untuk Kepatuhan K3
    • Tidak ada penghargaan bagi guru atau staf yang mematuhi standar keselamatan.
    • Keselamatan kerja sering kali tidak dianggap sebagai prioritas utama oleh pihak sekolah.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan di Sekolah

  1. Penyusunan dan Implementasi Kebijakan Keselamatan
    • Sekolah harus memiliki dokumen kebijakan keselamatan yang jelas.
    • Pemerintah perlu membuat regulasi yang mewajibkan program pelatihan keselamatan.
  2. Peningkatan Infrastruktur dan Fasilitas Keselamatan
    • Sekolah harus memastikan setiap ruang kelas memiliki sistem ventilasi yang baik.
    • Penyediaan alat pelindung diri bagi guru dan staf laboratorium.
  3. Pelibatan Guru dalam Keputusan Keselamatan
    • Pembentukan komite keselamatan di setiap sekolah.
    • Mengadakan pertemuan berkala untuk membahas kebijakan keselamatan.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan kerja di sekolah menengah masih kurang diperhatikan, terutama dalam keterlibatan guru dan staf dalam perumusan kebijakan K3. Dengan menerapkan pelatihan berkala, penyediaan fasilitas keselamatan, serta pelibatan lebih aktif dari pihak manajemen dan pemerintah, lingkungan kerja yang lebih aman dan sehat dapat diwujudkan.

Sumber: Jonathan, G. K. & Mbogo, R. W. (2016). ‘Maintaining Health and Safety at Workplace: Employee and Employer’s Role in Ensuring a Safe Working Environment’. Journal of Education and Practice, 7(29), 1-10.

Selengkapnya
Peran Karyawan dan Manajemen dalam Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Sekolah Menengah

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Manufaktur: Studi Kasus Akaki Basic Metal Industry

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam industri manufaktur. Studi terbaru oleh Fasil Kebede Tesfaye, Development of Industrial Occupational Safety and Health Models in Manufacturing Industries: The Case of Akaki Basic Metal Industry, menyoroti tantangan dan solusi dalam meningkatkan keselamatan kerja di industri logam di Ethiopia. Dengan menganalisis data dari 215 responden, penelitian ini menawarkan model struktural yang menghubungkan budaya keselamatan, kebijakan, dan iklim kerja terhadap produktivitas perusahaan.

Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Manufaktur

Industri manufaktur, khususnya di negara berkembang, memiliki tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), sekitar 125 juta pekerja mengalami kecelakaan atau penyakit akibat kerja setiap tahunnya, dengan 220.000 kematian. Di Ethiopia, laporan dari Kementerian Tenaga Kerja dan Urusan Sosial (MOLSA, 2016) mencatat 25.812 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan cacat permanen atau kematian.

Penelitian ini menemukan bahwa pada tahun 2009, jumlah kecelakaan di Akaki Basic Metal Industry mencapai 125 kasus dengan 2.336 jam kerja, menghasilkan rasio kecelakaan sebesar 0,0535 per jam kerja. Angka ini menurun menjadi 0,0210 per jam kerja pada tahun 2013, menunjukkan perbaikan yang masih belum cukup signifikan.

Model Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Dikembangkan

Penelitian menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk membangun model keselamatan yang dapat meningkatkan produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

  • Budaya keselamatan, kebijakan keselamatan, dan iklim keselamatan memiliki pengaruh langsung terhadap produktivitas perusahaan.
  • Kepemimpinan keselamatan dan promosi keselamatan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keselamatan.
  • Pelatihan keselamatan, komunikasi internal, dan pengawasan tidak memiliki dampak signifikan terhadap produktivitas perusahaan.

Model ini membuktikan bahwa peningkatan budaya dan kebijakan keselamatan lebih efektif dibandingkan hanya memberikan pelatihan atau komunikasi terkait keselamatan kerja.

Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Produktivitas

Beberapa faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja di industri ini adalah:

  1. Kepemimpinan Keselamatan: 65% pekerja merasa kepemimpinan perusahaan tidak memberikan perhatian cukup pada keselamatan.
  2. Iklim Keselamatan: Lebih dari 50% pekerja merasa bahwa lingkungan kerja tidak cukup aman.
  3. Kebijakan Keselamatan: 50% pekerja tidak puas dengan kebijakan keselamatan yang diterapkan.
  4. Manajemen Bahaya: 71% pekerja menyatakan bahwa perusahaan tidak mengelola risiko dengan baik.
  5. Pelatihan Keselamatan: 68% pekerja merasa bahwa pelatihan keselamatan tidak memadai.

Perusahaan ini mengalami tantangan serius dalam penerapan keselamatan kerja. Beberapa temuan utama dari penelitian ini antara lain:

  • Minimnya Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Banyak pekerja di area produksi tidak menggunakan masker atau pelindung mata.
  • Ventilasi yang Buruk: Pekerja di area peleburan terpapar asap berbahaya tanpa perlindungan yang memadai.
  • Kurangnya Pengawasan: Tidak ada departemen khusus yang bertanggung jawab atas pencatatan kecelakaan kerja dan implementasi kebijakan keselamatan.

Dampak dari kondisi ini adalah tingginya angka absensi karena kecelakaan kerja, yang pada akhirnya menurunkan produktivitas perusahaan.

Penelitian ini menawarkan beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan di industri manufaktur lain:

  1. Meningkatkan Kepemimpinan Keselamatan: Manajer harus lebih aktif dalam mempromosikan budaya keselamatan.
  2. Menerapkan Kebijakan Keselamatan yang Lebih Ketat: Penggunaan APD harus diwajibkan dan diawasi secara ketat.
  3. Meningkatkan Kesadaran Keselamatan melalui Pelatihan Berkelanjutan.
  4. Membentuk Departemen K3 yang Khusus untuk mengawasi dan mencatat semua insiden terkait keselamatan.
  5. Meningkatkan Insentif bagi Pekerja agar mereka lebih sadar akan pentingnya keselamatan kerja.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan kerja tidak hanya berhubungan dengan kesejahteraan pekerja, tetapi juga berdampak langsung pada produktivitas perusahaan. Dengan meningkatkan budaya keselamatan, menerapkan kebijakan yang ketat, dan memastikan lingkungan kerja yang aman, industri manufaktur dapat mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan efisiensi produksi.

Sumber Asli

Tesfaye, Fasil Kebede. Development of Industrial Occupational Safety and Health Models in Manufacturing Industries: The Case of Akaki Basic Metal Industry. College of Engineering and Technology, Mechanical Engineering, Mizan Tepi University, Tepi, Ethiopia. Preprints.org, 4 August 2023. doi:10.20944/preprints202308.0401.v1.

Selengkapnya
Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Manufaktur: Studi Kasus Akaki Basic Metal Industry

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Analisis Ekonomi dari Penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Studi Kasus oleh NIOSH

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025


Penelitian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki peran penting dalam mengurangi cedera dan penyakit akibat kerja. Namun, pengukuran dampak ekonomi dari penelitian ini masih menjadi tantangan. Studi oleh Bushnell, Pana-Cryan, Howard, Quay, dan Ray (2022) membahas upaya National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam menilai manfaat penelitian K3 dengan metrik ekonomi. Dengan menggandeng RAND Corporation, NIOSH melakukan enam studi kasus untuk menghitung manfaat penelitian dalam biaya yang dihemat, cedera dan penyakit yang dicegah, serta nilai ekonomi dari pengurangan risiko kematian atau penyakit.

NIOSH dan RAND Corporation menganalisis enam studi kasus utama:

  1. Paparan Silika dalam Penggilingan Aspal
    • Implementasi sistem kontrol debu baru mengurangi paparan silika secara signifikan.
    • Prediksi pengurangan penyakit paru-paru dan kanker terkait silika.
  2. Risiko Kanker pada Petugas Pemadam Kebakaran
    • Penelitian epidemiologis oleh NIOSH mengungkapkan tingginya risiko kanker akibat paparan asap dan bahan kimia berbahaya.
    • Mendorong penerapan standar baru dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur dekontaminasi.
  3. Program Hibah untuk Peralatan Keselamatan
    • Program hibah multi-industri meningkatkan penggunaan peralatan keselamatan.
    • Cedera di tempat kerja menurun secara signifikan setelah implementasi program ini.
  4. Monitor Debu untuk Penambang Batu Bara
    • Penggunaan monitor debu pribadi mengurangi paparan debu batubara secara real-time.
    • Penyakit paru-paru hitam pada pekerja tambang dapat ditekan dengan sistem ini.
  5. Redesain Kompartemen Pasien dalam Ambulans
    • Modifikasi desain untuk meningkatkan keselamatan tenaga medis dalam ambulans.
    • Cedera akibat kecelakaan ambulans berkurang secara drastis setelah perubahan desain.
  6. Surveilans Amputasi di Tempat Kerja
    • Sistem pemantauan cedera amputasi membantu mengidentifikasi area kerja berisiko tinggi.
    • Targeted inspection oleh lembaga keselamatan kerja lebih efektif dalam mengurangi kasus amputasi.

NIOSH menggunakan dua pendekatan utama untuk menghitung manfaat ekonomi dari penelitian K3:

  1. Analisis Biaya Cedera dan Penyakit
    • Menghitung biaya medis dan produktivitas yang hilang akibat cedera kerja.
    • Data menunjukkan penghematan biaya jutaan dolar dari program pencegahan.
  2. Pendekatan Willingness-to-Pay (WTP)
    • Mengukur nilai ekonomi dari pengurangan risiko kematian atau penyakit.
    • Dalam beberapa studi kasus, manfaat ekonomi penelitian K3 melebihi anggaran tahunan NIOSH.

Tantangan dalam Pengukuran Manfaat Penelitian K3

  1. Kesulitan dalam Mengisolasi Dampak Penelitian
    • Pencegahan cedera dan penyakit sering melibatkan banyak faktor, bukan hanya satu penelitian.
  2. Keterbatasan Data Keselamatan
    • Kurangnya data jangka panjang mengenai perubahan risiko akibat penelitian.
  3. Kompleksitas Implementasi Teknologi Baru
    • Resistensi perusahaan dalam mengadopsi inovasi keselamatan dapat memperlambat manfaat yang terlihat.

Kesimpulan

Penelitian oleh NIOSH menunjukkan bahwa pendekatan berbasis data dan analisis ekonomi dapat digunakan untuk mengukur manfaat penelitian K3. Dengan studi kasus yang beragam, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana investasi dalam penelitian keselamatan kerja dapat menghasilkan penghematan ekonomi yang besar dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Sumber: Bushnell, P. T., Pana-Cryan, R., Howard, J., Quay, B., & Ray, T. K. (2022). ‘Measuring the Benefits of Occupational Safety and Health Research with Economic Metrics: Insights from the National Institute for Occupational Safety and Health’. American Journal of Industrial Medicine, 65(5), 323-342.

Selengkapnya
Analisis Ekonomi dari Penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Studi Kasus oleh NIOSH

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dampak Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Komitmen dan Kinerja Karyawan di Industri Baja Rwanda

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam industri baja yang memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Studi yang dilakukan oleh Umugwaneza et al. (2019) meneliti dampak praktik K3 terhadap komitmen dan kinerja karyawan di dua perusahaan baja di Rwanda, yaitu SteelRwa Industries Ltd dan IMANA Steel Rwanda Ltd. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan 533 responden, mencakup manajer, supervisor, dan pekerja. Dari sampel yang ditentukan, 229 karyawan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Studi Kasus dan Temuan Utama

1. Tingkat Kesadaran Karyawan terhadap K3

  • 63,6% karyawan tidak mengikuti prosedur keselamatan karena kurangnya enforcement dan tekanan kerja.
  • 60,5% tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang hukum dan regulasi K3.
  • 56,4% tidak mengetahui hak-hak mereka terkait keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Statistik Kecelakaan Kerja di Industri Baja Rwanda

  • Jumlah kecelakaan kerja meningkat dari 41 kasus pada 2007 menjadi 680 kasus pada 2017.
  • Insiden utama melibatkan ledakan, kontak dengan logam panas, dan terjebak dalam mesin.
  • 100% pekerja tidak memiliki asuransi kesehatan, yang meningkatkan beban finansial akibat cedera kerja.

3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

  • 80% pekerja telah diberikan APD, namun sebagian besar menolak menggunakannya karena ketidaknyamanan dan suhu tinggi di pabrik.
  • APD yang tersedia sering kali usang, meningkatkan risiko kecelakaan.
  • Hanya 47,7% pekerja yang menerima pelatihan tentang penggunaan APD.

Hubungan antara K3 dan Kinerja Karyawan

1. Dampak K3 terhadap Produktivitas

  • 72,3% pekerja menyatakan bahwa kurangnya kepemimpinan dalam K3 berdampak negatif pada produktivitas.
  • 82,1% percaya bahwa lingkungan kerja yang aman akan meningkatkan produktivitas.
  • 66,2% tidak puas dengan kebijakan K3 yang diterapkan oleh perusahaan mereka.

2. Efek Keselamatan terhadap Ketidakhadiran dan Kompensasi

  • 53,8% menyatakan bahwa kurangnya program K3 menyebabkan peningkatan ketidakhadiran.
  • 56,9% menyatakan bahwa kecelakaan kerja meningkatkan biaya rumah sakit dan klaim asuransi.
  • Tidak ada sistem kompensasi yang jelas, sehingga banyak pekerja tidak menerima gaji saat mereka cedera.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  1. Meningkatkan Kesadaran dan Pelatihan K3
    • Memberikan pelatihan rutin tentang prosedur keselamatan.
    • Memastikan setiap pekerja memahami hak-hak mereka dalam hal keselamatan kerja.
  2. Meningkatkan Kualitas APD
    • Menyediakan APD yang lebih nyaman dan tahan panas.
    • Memastikan setiap pekerja menggunakan APD selama jam kerja.
  3. Implementasi Sistem Kompensasi dan Asuransi
    • Menyediakan asuransi kesehatan bagi pekerja.
    • Menerapkan kebijakan kompensasi bagi pekerja yang mengalami cedera kerja.
  4. Memperkuat Pengawasan dan Penegakan Regulasi K3
    • Meningkatkan inspeksi rutin terhadap penerapan K3.
    • Menindak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja memiliki dampak signifikan terhadap komitmen dan kinerja karyawan di industri baja Rwanda. Dengan meningkatkan pelatihan, pengawasan, dan sistem kompensasi, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan meningkatkan produktivitas pekerja.

Sumber: Umugwaneza, C., Nkechi, I. E., & Mugabe, J. B. (2019). ‘Effect of Workplace Safety and Health Practices on Employee Commitment and Performance in Steel Manufacturing Companies in Rwanda’. European Journal of Business and Management Research, 4(5), 1-10.

Selengkapnya
Dampak Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Komitmen dan Kinerja Karyawan di Industri Baja Rwanda
page 1 of 5 Next Last »