Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam ruang terbatas (confined space) telah lama menjadi perhatian utama dalam berbagai industri, seperti manufaktur, minyak dan gas, serta konstruksi. Selain risiko fisik seperti kekurangan oksigen dan paparan gas beracun, pekerja di ruang terbatas juga menghadapi tantangan psikososial yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan produktivitas mereka. Bertujuan untuk mendeskripsikan faktor risiko psikososial yang dirasakan oleh pekerja dalam ruang terbatas serta implikasinya terhadap penilaian dan manajemen psikososial. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif berbasis wawancara terhadap 50 pekerja, penelitian ini mengidentifikasi lima dimensi utama risiko psikososial yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut dalam kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Metode wawancara terhadap 50 pekerja yang bekerja di ruang terbatas dalam sebuah perusahaan di Brasil. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan perangkat lunak IRAMUTEQ (Interface de R pour les Analyses Multidimensionnelles de Textes et de Questionnaires) dengan metode klasifikasi hierarkis menurun (descending hierarchical classification – DHC).
Hasil analisis data mengelompokkan faktor risiko psikososial ke dalam lima dimensi utama:
- Hubungan interpersonal di tempat kerja (29,58%)
- Perencanaan tugas (23,50%)
- Peran dalam organisasi (17,83%)
- Hubungan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (15,10%)
- Beban dan ritme kerja (13,97%)
Hubungan interpersonal menjadi faktor utama dalam kesehatan mental pekerja di ruang terbatas. Konflik dengan rekan kerja dan atasan, kurangnya komunikasi, serta minimnya dukungan sosial dapat meningkatkan stres dan memperburuk keselamatan kerja. Dalam studi ini, 29,58% dari total risiko psikososial terkait dengan hubungan interpersonal, yang mencakup:
- Kesulitan berkomunikasi dalam situasi darurat.
- Minimnya dukungan dari supervisor dalam situasi sulit.
- Persaingan tidak sehat yang menyebabkan tekanan psikologis.
Sebanyak 23,50% dari faktor risiko psikososial berkaitan dengan perencanaan tugas. Pekerjaan dalam ruang terbatas sering kali memerlukan perencanaan yang ketat, dan kurangnya perencanaan yang baik dapat menyebabkan stres berlebih, antara lain:
- Ketidakjelasan mengenai tugas yang harus dilakukan.
- Keterbatasan waktu yang menyebabkan tekanan kerja tinggi.
- Kurangnya persiapan dalam menangani kondisi darurat.
Sebanyak 17,83% dari risiko psikososial terkait dengan peran pekerja dalam organisasi. Faktor ini meliputi ketidakjelasan peran, kurangnya otonomi dalam pengambilan keputusan, serta ekspektasi yang tidak realistis dari manajemen. Selain itu, 13,97% risiko lainnya terkait dengan beban dan ritme kerja, di mana tekanan untuk bekerja lebih cepat dalam kondisi berbahaya meningkatkan kemungkinan kecelakaan kerja. Sebanyak 15,10% dari risiko psikososial berasal dari kesulitan menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Pekerjaan di ruang terbatas sering kali mengharuskan pekerja berada dalam kondisi fisik dan mental yang prima, tetapi tekanan dari masalah pribadi, seperti keuangan dan hubungan keluarga, dapat memengaruhi kinerja mereka di tempat kerja.
Dampak Faktor Psikososial terhadap Keselamatan Kerja
Beberapa kasus kecelakaan kerja dianalisis untuk memahami bagaimana faktor psikososial berkontribusi terhadap insiden di ruang terbatas. Salah satu contoh mencakup seorang pekerja yang mengalami serangan panik saat bekerja dalam tangki tertutup, yang disebabkan oleh kombinasi kecemasan pribadi dan tekanan kerja yang tinggi. Insiden lain melibatkan seorang pekerja yang melakukan kesalahan operasional akibat kurangnya komunikasi dengan timnya, menunjukkan bahwa faktor psikososial seperti hubungan kerja yang buruk dapat berdampak langsung pada keselamatan kerja.
Kelebihan
Menggunakan metode kualitatif berbasis wawancara yang memberikan wawasan mendalam tentang pengalaman pekerja. Menggunakan perangkat lunak analisis teks yang memastikan keakuratan klasifikasi data. Menyediakan rekomendasi konkret untuk perbaikan kebijakan keselamatan kerja terkait faktor psikososial.
Kekurangan
Tidak membandingkan dengan industri lain yang memiliki kondisi ruang terbatas serupa. Tidak ada data kuantitatif terkait tingkat kecelakaan akibat faktor psikososial. Kurangnya pembahasan tentang bagaimana teknologi dapat membantu mitigasi risiko psikososial.
Rekomendasi untuk Implementasi
- Peningkatan Dukungan Psikososial bagi Pekerja, Menerapkan program konseling dan dukungan psikologis bagi pekerja yang mengalami tekanan kerja tinggi. Meningkatkan pelatihan komunikasi dan kepemimpinan untuk mengurangi konflik interpersonal.
- Optimasi Perencanaan Tugas dan Manajemen Beban Kerja, Menggunakan teknologi penjadwalan berbasis AI untuk mengatur beban kerja lebih adil. Mengadakan evaluasi rutin mengenai efisiensi perencanaan tugas.
- Pemanfaatan Teknologi untuk Mengurangi Tekanan Psikososial, Menggunakan sensor biometrik untuk mendeteksi stres pekerja secara real-time. Implementasi virtual reality (VR) training untuk simulasi kondisi kerja sebelum pekerja memasuki ruang terbatas.
- Kebijakan Fleksibilitas Kerja, Menyediakan opsi jam kerja fleksibel bagi pekerja dengan tekanan psikososial tinggi. Menawarkan cuti kesehatan mental bagi pekerja yang mengalami stres berlebih.
Faktor risiko psikososial memengaruhi keselamatan kerja dalam ruang terbatas. Dengan memahami lima dimensi utama risiko psikososial—hubungan interpersonal, perencanaan tugas, peran dalam organisasi, keseimbangan pekerjaan-kehidupan, serta beban dan ritme kerja—perusahaan dapat mengembangkan kebijakan yang lebih baik untuk mendukung kesejahteraan mental pekerja dan meningkatkan keselamatan kerja. Implementasi rekomendasi yang telah disarankan dapat membantu mengurangi angka kecelakaan kerja akibat stres dan faktor psikososial lainnya, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.
Sumber Artikel
Mombelli, M. A., Reis, R. A., Zilly, A., Marziale, M. H. P., Braga, W. O. A., & Santos, C. B. (2022). Risk Factors for Working in Confined Spaces: Contributions for Psychosocial Assessment. Paidéia, 32, e3212.