Ilmu Pendidikan
Dipublikasikan oleh Admin pada 12 Maret 2022
Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran.[1]
Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Salah satu contohnya adalah aliran pemikiran Sokrates.[2]
Seorang guru sedang mempraktikkan ilmu dan seni dalam memotivasi peserta didik.
Etimologi
Kata "pedagogi" berasal dari Bahasa Yunani kuno παιδαγωγέω (paidagōgeō; dari παίς país:anak dan άγω ági: membimbing; secara literal berarti "membimbing anak”). Di Yunani kuno, kata παιδαγωγός biasanya diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan anak tuannya, termasuk di dalamnya mengantarnya ke sekolah (διδασκαλείον) atau tempat latihan (γυμνάσιον), mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya (seperti alat musiknya).[3]
Kata yang berhubungan dengan pedagogi, yaitu pendidikan,[4] sekarang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut.
Malcolm Knowles mengungkapkan istilah lain yang mirip dengan pedagogi yaitu andragogi, yang merujuk pada ilmu dan seni mendidik orang dewasa.
Sumber: id.wikipedia.org
Ilmu Pendidikan
Dipublikasikan oleh Admin pada 12 Maret 2022
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.[1] Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e, berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan.[2] Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang serupa untuk anak-anak mereka.
Filosofi pendidikan
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Fungsi pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
Fungsi lain dari lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
Ekonomi
Telah dikemukakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi sangat penting bagi negara-negara untuk dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.[3] Analisis empiris cenderung mendukung prediksi teoretis bahwa negara-negara miskin harus tumbuh lebih cepat dari negara-negara kaya karena mereka dapat mengadopsi teknologi yang sudah dicoba dan diuji oleh negara-negara kaya. Namun, transfer teknologi memerlukan manajer berpengetahuan dan insinyur yang mampu mengoperasikan mesin-mesin baru atau praktik produksi yang dipinjam dari pemimpin dalam rangka untuk menutup kesenjangan melalui peniruan. Oleh karena itu, kemampuan suatu negara untuk belajar dari pemimpin adalah fungsi dari efek "human capital". Studi terbaru dari faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi agregat telah menekankan pentingnya lembaga ekonomi fundamental[4] dan peran keterampilan kognitif.[5]
Pada tingkat individu, ada banyak literatur, umumnya terkait dengan karya Jacob Mincer,[6] tentang bagaimana laba berkaitan dengan pendidikan dan modal manusia lainnya. Karya ini telah memotivasi sejumlah besar studi, tetapi juga kontroversial. Kontroversi utama berkisar bagaimana menafsirkan dampak sekolah.[7][8] Beberapa siswa yang telah menunjukkan potensi yang tinggi untuk belajar, dengan menguji dengan intelligence quotient yang tinggi, mungkin tidak mencapai potensi penuh akademis mereka, karena kesulitan keuangan.[reason-actually some students at the low end get better treatment than those in the middle with grants, etc. needs RS]
Ekonom Samuel Bowles dan Herbert Gintis berpendapat pada tahun 1976 bahwa ada konflik mendasar dalam pendidikan Amerika antara tujuan egaliter partisipasi demokratis dan ketidaksetaraan tersirat oleh profitabilitas terus dari produksi kapitalis di sisi lain.[9]
Sumber: id.wikipedia.org
Ilmu Pendidikan
Dipublikasikan oleh Admin pada 12 Maret 2022
Definisi
Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi yang dilakukan guru sesuai kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan profesionalitasnya. PKB ini merupakan tuntutan Peraturan Menteri Negara Pendayaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 16 tahun 2009. Bentuk PKB meliputi unsur pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.Dengan PKB diharapkan akan terwujud guru yang profesional dan memiliki ilmu pengetahuan yang kuat dan memiliki kepribadian yang matang, kuat, dan seimbang.[1]
Tujuan PKB
Tujuan umum PKB adalah meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Tujuan khususnya adalah:[2]
Jenis PKB
Jenis kegiatan PKB untuk guru adalah:[3]
1. Pengembangan diri
Pengembangan diri merupakan upaya guru dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan melalui kegiatan pendidikan dan latihan fungsional dan kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan keprofesiannya.
2. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah merupakan karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pemngembangan dunia pendidikan secara umum`
3. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi dan seni.
Prinsip dasar PKB
Prinsip dasar pengembangan keprofesian berkelanjutan (pusat pengembangan profesi pendidik, kementrian pendidikan nasional 2011), yaitu:[2]
Sumber: id.wikipedia.org
Ilmu Pendidikan
Dipublikasikan oleh Admin pada 02 Maret 2022
The Continuing Professional Development and Workplace Learning Section of IFLA (CPDWL) pada tahun 2006 menghasilkan sebuah panduan yaitu “Continuing Professional Development: Principles and Best Practices”. CPDWL mencakup semua aspek pengambangan professional dan pembelajarandi tempat kerja dari mulai pascakualifikasi hingga akhir karier. CPDWL dapat diakses melalui tautan berikut: https://www.ifla.org/units/cpdwl/. Bagian ini dibentuk atas kesadaran tentang pentingnya perpustakaan menjadi organisasi pembelajaran. Hal ini juga menjadi salah satu dari hukum Five Laws Library Science, yaitu “A Library is growing organism”.
Continuing Professional Development (CPD) diterjemahkan sebagai Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan. IFLA merumuskan CPD dari Unesco Public Library Manifesto (1994) yang menyatakan bahwa pustakawan adalah penghubung aktif antara pemustaka dan sumber daya informasi maupun pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa peran pustakawan dalam perpustakaan sangat penting. Dibutuhkan pustakawan yang professional untuk mengelola perpustakaan.
The librarian is an active intermediary between users and resources. Professional and continuing education of the librarian is indispensable to ensure adequate services. (UNESCO, 1994)
British Computer Society mendefinisikan CPD sebagai proses terorganisir untuk terus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan. CPD dilaksanakan dengan mengidentifikasi kebutuhan pengembangan masing-masing individu dan kemudian merencanakan bagaimana cara memenuhinya. Pengertian tersebut, diperoleh bahwa CPD dilakukan oleh masing-masing individu yang sadar akan kebutuhan pengembangan kompetensinya. Hal ini dijelaskan juga oleh Marchington &Wilkinson (2005) bahwa CPD adalah upaya pembaruan pengetahuan dan peningkatan kompetensi professional yang dilakukan secara sadar oleh karyawan sepanjang masa kerjanya. Peningkatan kompetensi ini dapat dilakukan baik dalam bentuk formal maupun informal.
Pedoman Continuing Professional Development: Principles and Best Practices yang diterbitkan oleh IFLA menjabarkan kunci dan prinsip praktik terbaik dari masing-masing peran berdasarkan tanggung jawabnya dalam pengembangan kompetensi. 5 {lima} peran yang bertanggung jawab dalam pengembangan kompetensi adalah: pelajar, karyawan, asosiasi perpustakaan, pendidik studi ilmu informasi dan perpustakaan, dan penyedia pelatihan.
Salah satu peran yang bertanggung jawab dalam pengembangan kompetensi adalah penyedia pelatihan. Penyedia pelatihan memiliki tanggung jawab untuk menyediakan peluang dalam mengembangkan pemahaman dan ketrampilan baru, mengikuti prinsip teori pembelajaran orang dewasa dan desain instruksi, dan memanfaatkan fasilitas, teknologi dan sumber daya yang sesuai.
Sumber: pusdiklat.perpusnas.go.id
Ilmu Pendidikan
Dipublikasikan oleh Admin pada 28 Februari 2022
Pengembangan profesional berkelanjutan (bahasa Inggris: Continuing Professional Development) merupakan proses pengembangan profesionalitas yang direncanakan dan dijalankan oleh individu itu sendiri. Perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan membuat seseorang dapat melihat pengembangan karier dirinya dari sudut pandang yang lebih luas dan menantang individu tersebut untuk dapat membuat refleksi dan penilaian terhadap karier yang telah dijalani karena pada dasarnya setiap individu bertanggung jawab untuk dapat mengembangkan profesionalitasnya sendiri.[1]
Kebutuhan akan pengembangan profesional berkelanjutan didasari oleh pemikiran bahwa jaminan jangka panjang pada pekerjaan setiap individu tidak terletak pada organisasi tempat bekerja, namun lebih kepada tuntutan bahwa setiap individu harus memiliki pembaruan keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman. Oleh karena itu, pengembangan profesional berkelanjutan menuntut adanya rasa ingin tahu yang tinggi akan keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman baru dari setiap individu tersebut.[1]
Prinsip Dasar
Pengembangan profesional adalah proses berkelanjutan yang dilakukan sepanjang masa karier individu. Proses pengembangan tidak mungkin dilakukan sekali waktu pada awal karier, namun harus terus dilakukan secara kontinu. Saat ini perkembangan ilmu dan teknologi tidak terbatas dan makin terus berkembang sepanjang waktu, seperti hal tersebut, keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman juga harus terus disesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis.[1]
Setiap individu bertanggung jawab untuk mengatur proses pengembangan dirinya dan wajib menetapkan kebutuhan pembelajaran yang ingin diraih, serta cara untuk memenuhi untuk kebutuhan tersebut. Masing - masing individu tidak memiliki batasan untuk menetapkan mimipi yang ingin diraih.
Hal yang sering menjadi penghambat yaitu terkadang telah ada pola yang terbentuk untuk melakukan sesuatu sebagaimana hal tersebut telah ditetapkan dan tidak terpikir untuk melampaui batasan, menciptakan inovasi baru, serta menetapkan jalur unik untuk mencapai tujuan.
Memiliki perencanaan pengembangan berkelanjutan dapat menuntun kita untuk aktif melangkah melakukan hal - hal baru supaya dapat mewujudkan mimpi yang telah ditetapkan. Pada saat awal karier, ada kemungkinan individu tidak mengetahui pilihan karier yang akan diambil karena cenderung mengikuti bentukan dari lingkungan seperti sekolah dan keluarga.
Mengetahui kebutuhan pembelajaran untuk pengembangan profesional berkelanjutan dapat membuat secara perlahan individu sadar akan apa yang dikehendaki dalam karier serta cara pilihan apa yang mungkin dapat dipilih.[1]
Keuntungan
Belakangan ini, manajemen organisasi semakin menyadari pentingnya pengembangan profesional berkelanjutan dikarenakan hal ini dapat menjaga motivasi individu untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman sehingga dapat membantu untuk membuat perencanaan karier individu di masa yang akan datang.[1]
Ilmu Pendidikan
Dipublikasikan oleh Admin pada 28 Februari 2022
Pendidikan Sepanjang Hayat adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa proses pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi oleh usia.[1] Tujuan Pendidikan Seumur Hidup yaitu mengembangkan potensi manusia secara optimal dan menyelaraskan pendidikan wajib belajar dengan pengembangan kepribadian manusia.[2]
Penerapan Pendidikan Sepanjang Hayat dapat dilakukan pada lingkungan rumah tangga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.[3] Melalui proses Pendidikan Sepanjang Hayat ini, manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara berkesinambungan, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, serta mampu mengikuti perkembangan masyarakat dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan dan mengubahnya menjadi peluang.[4][5]
Konsep
Pendidikan Sepanjang Hayat dipahami sebagai sebuah konsep yang menyatakan bahwa proses pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi oleh usia. Pendidikan Sepanjang Hayat bermakna bahwa di sepanjang kehidupan, manusia akan selalu membutuhkan proses pendidikan.
Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat ini merupakan jawaban atas beragam bentuk dan variasi perubahan sosial dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.[1] Pendidikan Sepanjang Hayat mencakup konsep pedagogi dan andragogi.[6]
Oleh karenanya, pendidikan diperoleh melalui pengalaman-pengalaman kehidupan yang telah dijalani. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berlangsung sejak manusia dilahirkan hingga ia meninggal dunia.[2]
Pendidikan Sepanjang Hayat didasarkan pada pemikiran yang ditinjau dari aspek filosofis, psikofisis, sosial budaya, ekonomi, politik, dan aspek tekonologi. Dasar pemikiran ini menjadikan Pendidikan Sepanjang Hayat sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan manusia.[3]
Dorongan untuk belajar sepanjang hayat telah dijadikan sebagai suatu kebutuhan. Kenyataan hidup sehari-hari memperlihatkan bahwa manusia belajar sepanjang hidupnya, meski dengan cara dan proses yang berbeda-beda. Proses Pendidikan Sepanjang Hayat dapat dilakukan melalui pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal.
Pelaksanaan Pendidikan Sepanjang Hayat berlangsung di lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan dan dalam lingkungan masyarakat.[4]
Tujuan
Tujuan Pendidikan Seumur Hidup adalah untuk mengembangkan potensi manusia secara optimal. Selain itu, Pendidikan Seumur Hidup juga bertujuan untuk menyelaraskan antara pendidikan wajib belajar dengan proses pengembangan kepribadian manusia yang bersifat berubah-ubah.[2]
Penerapan
Penerapan Pendidikan Sepanjang Hayat dapat dilakukan pada lingkungan rumah tangga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Tanggung jawab penyelenggaraan Pendidikan Sepanjang Hayat diemban bersama oleh keluarga, sekolah, dan pemerintah.[3]
Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat sesuai untuk diterapkan pada kehidupan manusia dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat.[3] Pendidikan Sepanjang Hayat secara umum berlaku untuk semua manusia. Sedangkan secara khusus, Pendidikan Sepanjang Hayat dapat diterapkan dalam pendidikan baca tulis, pendidikan vokasi, pendidikan profesi, pendidikan inovasi, serta pendidikan kewargenegaraan. [3]
Peran
Pendidikan Sepanjang Hayat memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk belajar sesuai dengan minat, usia, dan kebutuhan belajarnya. Kesempatan ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk belajar di berbagai tempat dan kondisi. Kegiatan belajar tersebut dapat dilakukan secara berkelompok maupun perorangan.
Pembelajaran Sepanjang Hayat juga dapat meningkatkan kebermaknaan seseorang dalam kehidupan dirinya, keluarganya dan lingkungan masyarakatnya. Seseorang menjadi pribadi yang memiliki kemampuan untuk menjadi diri sendiri, bersikap mandiri, serta memiliki tujuan hidup yang jelas dan terarah.
Kebermaknaan ini berdampak pada sikap dan perilaku serta harapan yang lebih positif dari peserta didik bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Peserta didik menjadi pembelajar yang selalu optimis terhadap lingkungan dan masa depan.[6]
Melalui proses Pendidikan Sepanjang Hayat ini, manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara berkesinambungan, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, serta mampu mengikuti perkembangan masyarakat dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan dan mengubahnya menjadi peluang.[4] Pendidikan Sepanjang Hayat juga menjadi landasan berbagai usaha reformasi pendidikan, terutama pembaruan sistem persekolahan.[4]
Sumber: id.wikipedia.org