Geodesi dan Geomatika

Bantu Pemerintah, ITS Petakan Sebaran Spasial Banjir Kalimantan Selatan

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 18 Juli 2022


Hujan berintensitas sedang hingga tinggi menyebabkan banjir pada pertengahan Januari lalu di Provinsi Kalimantan Selatan. Tak elak, banyak rumah terdampak dan korban jiwa berjatuhan sehingga membuat warga setempat mengungsi untuk waktu yang lama. Mengatasi hal itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melangsungkan Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) guna memetakan sebaran spasial genangan banjir.

Pratama Janur Wenda, salah satu anggota mahasiswa KKN Abmas ITS ini memaparkan bahwa berdasarkan observasi bersama anggota tim lainnya, topografi Provinsi Kalimantan Selatan cenderung datar dengan tutupan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito yang mengalami penurunan luas hutan primer, sekunder, sawah, dan semak belukar selama sepuluh tahun terakhir.

Dalam kegiatan ini, sambung Pratama, dilakukan pula diskusi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin terkait data hasil pelaporan banjir. “Kemudian, survei pendahuluan dilakukan untuk melihat daerah terdampak banjir di lapangan,” tutur Mahasiswa Teknik Geomatika ITS tersebut.

Guna memperoleh sebaran spasial genangan banjir dalam cakupan yang luas, digunakan data citra satelit Sentinel-1. Data hasil survei dan citra diolah untuk kemudian divisualisasikan dalam bentuk peta. Melalui serangkaian kaidah saintifik seperti survei lapangan, diskusi, serta pengumpulan dan pengolahan data citra, tim ITS berupaya membantu BPBD Kota Banjarmasin guna memetakan sebaran spasial lokasi genangan banjir.

Citra Sentinel-1 sendiri merupakan citra (imagery) yang dihasilkan oleh Satelit Sentinel-1 dan tersusun atas dua satelit SAR (Sentinel-1A dan Sentinel-1B) dengan spektral kanal C. “Satelit ini mampu melakukan pemetaan radar secara kontinyu dengan ketepatan waktu, frekuensi, cakupan, dan keandalan yang terus dikembangkan,” ujarnya.

Penampakan peta time series sebaran spasial genangan banjir Provinsi Kalimantan Selatan

Di samping itu, digunakan pula metode komputasi awan dengan memanfaatkan NASA SRTM Digital Elevation 30m dan JRC Global Surface Water yang dataset-nya telah tersedia di Google Earth Engine (GEE). “GEE digunakan untuk mengekstrak citra sebelum dan sesudah bencana banjir menggunakan nilai threshold hasil pembagian kedua rentang waktu citra dan mengekstrak badan air di studi area,” terang Pratama.

Untuk citra sebelum banjir, tanggal yang digunakan adalah 20-28 Desember 2021. Untuk citra sesudah banjir, tanggal yang digunakan adalah 1 Januari-8 Juli 2021 dengan jangka waktu 12 hari per akuisisinya. “Polarisasi citra yg digunakan yaitu VV dan VH, tujuannya untuk meneliti polarisasi mana yang lebih representatif untuk genangan banjir,” imbuh laki-laki kelahiran Bojonegoro, 20 November 2000 tersebut.

Selain pemetaan genangan banjir, dilakukan juga pemantauan perubahan badan air dari waktu ke waktu. Pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui kapan banjir mengalami surut maupun kenaikan serta mencari tahu area yang rawan terdampak banjir. “Dengan begitu, masyarakat maupun BPBD setempat dapat melakukan penyaluran bantuan dengan cepat sesuai urgensitasnya,” tukasnya.

Peta tersebut juga dapat membantu pemerintah setempat dalam melakukan perbaikan dan pengembangan mitigasi banjir di tahun-tahun selanjutnya. Kegiatan yang dimulai sejak April hingga November lalu ini diawali dengan melakukan koordinasi untuk pembagian tugas dan metodologi pelaksanaan. Selanjutnya dilakukan studi literatur, pengumpulan dan pemrosesan data, hingga pembuatan peta tematik.

Mahasiswa tim KKN Abmas ITS sedang melakukan pengolahan data citra Sentinel-1 untuk pemetaan sebaran spasial genangan banjir

Melibatkan sembilan mahasiswa Teknik Geomatika ITS angkatan 2019, kegiatan ini dapat berjalan lancar berkat bimbingan Dr Filsa Bioresita ST MT. Meski begitu, Pratama mengaku perlu meningkatkan koordinasi antar anggota mengingat pelaksanaan KKN yang hybrid. “Kegiatan sosialisasi ke BPBD Banjarmasin dilakukan oleh satu mahasiswa yang kebetulan tinggal di sana. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan secara daring,” kenang Pratama.

Kepada ITS Online, Pratama berharap peta ini dapat memudahkan pemangku kewenangan dalam memetakan lokasi genangan banjir, mengambil keputusan, dan memanajemen bencana dengan lebih cepat. “Selain itu, kami juga berharap peta ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat setempat,” pungkasnya mengakhiri.

Sumber Artikel : its.ac.id/news

Selengkapnya
Bantu Pemerintah, ITS Petakan Sebaran Spasial Banjir Kalimantan Selatan

Geodesi dan Geomatika

Terdapat Peta Indonesia di Trofi Piala Dunia, Indonesia Kapan Juara Piala Dunia?

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 18 Juli 2022


Tahukah anda, bahwa ternyata terdapat peta negara Indonesia di trofi Piala Dunia.

Peta negara Indonesia terukir jelas tepat di atas kepala Dewi Nike yang sedang memegang bola dunia.

Trofi Piala Dunia tersebut berwujud Dewi Nike yang sedang memanggul bola dunia. Dewi Nike merupakan Dewi kemenangan Yunani.

Trofi Piala Dunia sebenarnya telah mengalami perubahan bentuk.

Trofi Piala Dunia pertama dirancang oleh pemahat asal Prancis yaitu Abel Lafleur.

Setelah beberapa kali edisi Piala Dunia, singkat cerita trofi tersebut hilang.

Sempat ditemukan dengan bantuan hewan pelacak. Namun setelah beberapa tahun, trofi tersebut hilang kembali dan belum ditemukan hingga kini.

Akhirnya Trofi Piala Dunia tersebut dibuat kembali pada tahun 1974, oleh pemahat ternama asal Italia, Silvio Gazzaniga.

Silvio Gazzaniga memenangkan sayembara desain trofi Piala Dunia saat itu.

Trofi Piala Dunia Silvio Gazzaniga merupakan trofi Piala Dunia yang dipakai hingga saat ini. Trofi Piala Dunia tersebut terbuat dari emas.

Dikarenakan takut kembali hilang, maka setiap juara Piala Dunia hanya akan mendapatkan Piala Dunia replika saja yang terbuat dari perunggu berlapis emas.

Sedangkan Piala Dunia asli hanya diangkat pada perayaan juara Piala Dunia di lapangan saja.

Trofi Piala Dunia pernah dipamerkan ke Indonesia pada 6-8 Januari 2018, di Jakarta Convention Center.

Ternyata terdapat satu hal unik, yaitu terukir dengan jelas peta negara Indonesia tepat berada di atas Dewi Nike, Dewi kemenangan Yunani.

Peta negara Indonesia telah diangkat oleh Dewi kemenangan Yunani. Kini tinggal timnas Indonesia mengangkat trofi Piala Dunia tersebut.

Tidak ada yang tidak mungkin dalam sepak bola, jika timnas Indonesiabersungguh-sungguh mewujudkannya.

Sumber : jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com

Selengkapnya
Terdapat Peta Indonesia di Trofi Piala Dunia, Indonesia Kapan Juara Piala Dunia?

Geodesi dan Geomatika

Geologi Ekonomi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 18 Juli 2022


Geologi ekonomi berhubungan dengan material bumi yang dapat digunakan untuk tujuan ekonomi dan/atau industri. Material tersebut mencakup logam mulia dan logam murnimineral non logam, batu untuk konstruksi, mineral minyak bumibatubara, dan air. Istilah ini umumnya mengacu pada endapan mineral logam dan sumber mineral. Teknik yang digunakan oleh disiplin ilmu kebumian lainnya (seperti geokimiamineralogigeofisika, dan geologi struktur) dapat seluruhnya digunakan untuk mengerti, mencari, dan memanfaatkan suatu endapan bijih.

Geologi ekonomi dipelajari dan dilaksanakan oleh para ahli geologi, walaupun demikian hal ini juga menjadi perhatian penting untuk para bankir investasi, analis saham dan pekerja lainnya seperti teknisi, ilmuwan dan konservator lingkungan dikarenakan akibat jangka panjang industri pengolahan terhadap masyarakat, perekonomian dan lingkungan.Termasuk juga didalamnya geowisata, yang merupakan bagian dari ilmu geologi yang mengekploitasi panorama keindahan alam yang dikarenakan proses-proses geologi,seperti proses erosi ,patahan maopun pelarutan,contohnya,panorama goa kapur,air terjun dan lain lain

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Geologi Ekonomi

Geodesi dan Geomatika

Geologi Planet

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 18 Juli 2022


Geologi planet, dikenal juga sebagai astrogeologi atau eksogeologi, adalah sebauh disiplin ilmu pengetahuan planetarium yang membahas tentang geologi benda luar angkasa seperti planet dan satelitnyaasteroidkomet, dan meteorit.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Geologi Planet

Geodesi dan Geomatika

Pemetaan digital

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 18 Juli 2022


Pemetaan digital (juga disebut kartografi digital) adalah proses dimana suatu kumpulan data dikompilasi dan diformat menjadi gambar digital. Fungsi utama dari teknologi ini adalah untuk menghasilkan peta yang memberikan representasi akurat dari daerah tertentu, merinci jalan utama dan tempat menarik lainnya. Teknologi ini juga memungkinkan untuk perhitungan jarak dari satu tempat ke tempat lain.

Meskipun pemetaan digital dapat ditemukan dalam berbagai aplikasi komputer, seperti Google Earth, penggunaan utama dari peta ini adalah dengan Global Positioning System, atau jaringan satelit GPS, yang digunakan dalam sistem navigasi otomotif standar.

Sejarah

Dari analog ke digital

Teknologi analog merupakan jenis teknologi yang mampu ditangkap pancaindra manusia karena telah melalui proses pengiriman signal dalam bentuk gelombang. Signal analog tersebut bekerja dengan mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk gelombang kontinu. Sedangkan teknologi digital merupakan hasil teknologi yang dapat mengubah signal menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 untuk proses informasi yang mudah, cepat dan akurat. Ditinjau dari segi pemetaan, konsep dari pemetaan digital yang merupakan bagian dari Komunikasi data terletak pada peta analog seperti pada Thomas Guide. Peta analog memberikan pemandangan dasar yang mirip dengan peta digital, namun sering kali dirasa rumit, karena peta analog ini hanya mencakup area yang ditunjuk, dan tidak memiliki banyak rincian tertentu seperti blok jalan. Selain itu, tidak ada cara untuk "memperbarui" peta analog kecuali mengubahnya ke dalam versi baru. Di sisi lain, peta digital, dalam banyak kasus, dapat diperbarui melalui sinkronisasi dengan pembaruan dari server perusahaan.

Perluasan Fungsi

Peta digital awalnya memiliki fungsi dasar yang sama seperti peta analog, mereka memberikan "pandangan virtual" dari jalan umum digariskan oleh medan yang meliputi daerah sekitarnya. Namun, seiring peta digital yang telah dikembangkan dengan perluasan teknologi GPS dalam beberapa dekade lalu, informasi lalu lintas, tempat menarik dan layanan lokasi telah ditambahkan untuk membuat peta digital lebih "sadar pengguna." Tradisional "pandangan virtual" saat ini hanya bagian merupakan dari pemetaan digital. Dalam banyak kasus, pengguna dapat memilih antara peta digital, satelit (pandangan udara), dan pemandangan hybrid (kombinasi peta virtual dan pandangan udara). Dengan kemampuan dalam memperbarui dan memperluas perangkat pemetaan digital, jalan dan tempat yang baru dibangun dapat ditampilkan di peta.

Pengumpulan data

Peta digital sangat bergantung pada sejumlah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu. Sebagian besar informasi yang terdapat pada peta digital adalah puncak dari citra satelit serta informasi permukaan jalan. Peta harus sering diperbarui untuk menyediakan pengguna dengan refleksi lokasi yang paling akurat. Sementara ada spektrum yang luas dari perusahaan spesialis pemetaan digital, premis dasar dalam hal ini adalah bahwa peta digital akan menggambarkan jalan secara akurat karena mereka benar-benar muncul untuk memberikan "pengalaman yang nyata"

Fungsi dan penggunaan

Aplikasi komputer

Program komputer dan aplikasi seperti Google Earth dan Google Maps menyediakan peta dilihat dari ruang dan jalan dari sebagian besar tempat di dunia. Digunakan terutama untuk berekreasi, Google Earth menyediakan pemetaan digital di aplikasi pribadi, seperti pelacakan jarak atau pencarian lokasi.

Aplikasi ilmiah

Perkembangan komputerisasi telepon genggam (PDA, tablet PC, laptop, dll) baru-baru ini (sejak sekitar 2000) memacu penggunaan pemetaan digital dalam berbagai ilmu terapan. Pada 2009, bidang ilmu yang menggunakan teknologi pemetaan digital termasuk geologi (lihat pemetaan geologi Digital), teknik, Arsitektur, survei tanah, pertambangan, kehutanan, lingkungan, dan Arkeologi

Sistem navigasi GPS

Penggunaan prinsip pemetaan digital yang telah berkembang dalam beberapa dekade terakhir berhubungan dengan Global Positioning System (GPS) teknologi. GPS adalah dasar di balik sistem navigasi pemetaan digital. Amerika Serikat merupakan negara pencetus dan pemrakarsa GPS. Pada dasarnya, bentuk sistem teknologi GPS sama dengan sistem navigasi radio pangkalan pusat, seperti LORAN dan Decca Navigator yang dikembangkan pada tahun 1940-an dan digunakan selama Perang Dunia II. Inspirasi pembuatan sistem GPS sebenarnya datang dari Uni Soviet yang pada saat itu, tahun 1957, meluncurkan satelit pertama mereka, Sputnik.

Sebuah tim ilmuwan AS yang dipimpin oleh Dr. Richard B. Kershner saat itu memonitor transmisi radio Sputnik. Mereka menemukan bahwa Efek Doppler berpengaruh pada transmisi radio, di mana sinyal frekuensi yang ditransmisi Sputnik sangat tinggi saat baru diluncurkan dan semakin rendah seiring dengan satelit menjauhi bumi. Mereka menyadari bahwa dengan mengetahui letak bujur lokasi mereka dengan tepat di peta dunia, mereka mampu melacak posisi satelit tersebut mengorbit berdasarkan tolak ukur penyimpangan Efek Doppler, Transit, satelit sistem navigasi pertama yang digunakan oleh Angkatan Laut AS sukses diujicobakan pertama kali pada tahun 1960. Sistem yang menggunakan kumpulan dari lima satelit ini mampu menentukan posisi sekali tiap jamnya. Pada tahun 1967, AL AS mengembangkan satelit Timation yang membuktikan kemampuannya dengan menetapkan waktu yang akurat di angkasa, merupakan teknologi acuan sistem GPS. Tahun 1970-an, Sistem Navigasi Omega pangkalan pusat, berdasarkan pembandingan fase sinyal, menjadi sistem navigasi radio pertama yang meliputi seluruh dunia. Satelit percobaan pertama Block-I GPS diluncurkan pada Februari 1978. Satelit-satelit GPS pertama kali dibuat oleh Rockwell International (sekarang merupakan bagian dari Boeing) dan sekarang dibuat oleh Lockheed Martin dan Boeing.

Cara kerja

Koordinat dan posisi selayaknya waktu atomik diperoleh melalui penerima GPS terestrial dari satelit GPS yang mengelilingi bumi berinteraksi bersama-sama untuk menyediakan program pemetaan digital dengan titik asal selain titik tujuan yang diperlukan untuk menghitung jarak. Informasi ini kemudian dianalisis dan disusun dalam rangka membuat peta yang menyediakan cara termudah dan paling efisien dalam mencapai tempat tujuan.

Ditinjau dari segi teknis, perangkat beroperasi dengan cara berikut:

1. Penerima GPS mengumpulkan data dari setidaknya empat satelit GPS yang mengorbit bumi, menghitung posisi dalam tiga dimensi.

2. Penerima GPS kemudian memanfaatkan posisi untuk memberikan koordinat GPS, atau titik yang tepat dari arah lintang dan longitudinal dari satelit GPS.

3. Titik atau koordinat, menghasilkan posisi akurat antara "10-20 meter" dari lokasi sebenarnya.

4. Titik awal, dimasukan melalui koordinat GPS, dan titik akhir, (alamat atau koordinat) dimasukan oleh pengguna, kemudian dimasukkan ke dalam perangkat lunak pemetaan digital.

5. Perangkat lunak pemetaan menghasilkan representasi visual secara real-time dari rute. Peta kemudian bergerak sepanjang jalan dari pengemudi.

6. Jika pengemudi meluncur dari rute yang sudah ditentukan, sistem navigasi akan menggunakan koordinat saat ini untuk menghitung ulang rute ke lokasi tujuan.

Tipe alat pada GPS

Sejauh ini telah dikenal tiga macam tipe alat GPS, dengan masing-masing memberikan tingkat ketelitian (posisi) yang berbeda-beda. Tipe alat pertama adalah tipe Navigasi (Handheld, Handy GPS). Tingkat ketelitian posisi yang diberikan dari alat ini mencapai 3 hingga 6 meter. Tipe alat yang kedua adalah tipe geodetik single frekuensi (tipe pemetaan), yang biasa digunakan dalam survey dan pemetaan yang membutuhkan ketelitian posisi sekitar sentimeter sampai dengan beberapa desimeter. Tipe terakhir adalah tipe Geodetik dual frekuensi yang dapat memberikan ketelitian posisi hingga mencapai milimeter. Tipe ini biasa digunakan untuk pembangunan jaring titik kontrol, survey deformasi, dan geodinamika.

Masa depan teknologi komunikasi

Peramalan teknologi (Forecasting) adalah proses analisis untuk memperkirakan masa depan dengan metode-metode tertentu dan mempertimbangkan segala variabel yang mungkin berpengaruh di dalamnya. Forecasting merupakan suatu estimasi tentang hal-hal yang paling mungkin tejadi pada masa mendatang berdasarkan eksplorasi dari masa lalu. Maka peramalan ini bersifat eksploratif dan berkaitan dengan apa yang mungkin terjadi pada masa depan. Untuk menerapkan proses peramalan khususnya pada teknologi komunikasi, dapat digunakan Metode Delphi, yang dikembangkan oleh Dalkey dan Helmer di Rand Corporation pada 1950, merupakan metode yang digunakan secara luas dan diterima untuk mencapai konvergensi pendapat tentang pengetahuan dunia nyata yang diminta dari para ahli dalam bidang topik tertentu. Para ahli dipilih oleh pemimpin panel dan diminta untuk menjawab kuisioner dalam dua ronde atau lebih. Setiap ronde akan diakhiri oleh kesimpulan sementara dari ronde sebelumnya. Proses tersebut akan menghasilkan jawaban yang lebih terarah. Apabila sudah dirasa mencapai konsensus, panel akan dihentikan, terutama dengan alasan-alasan berikut, diantaranya apabila sudah melebihi dua ronde, atau telah tercapainya sebuah konsensus, atau dirasa stabilitas panel telah tercapai. Metode Delphi telah digambarkan sebagai sebuah metode untuk penataan proses komunikasi kelompok agar dalam proses ini efektif yang memungkinkan sekelompok individu, secara keseluruhan, untuk menangani masalah yang kompleks. Tujuan dari Metode Delphi adalah untuk mengembangkan suatu perkiraan konsensus masa depan dengan meminta pendapat para ahli, dan pada saat yang sama menghilangkan masalah sering terjadi yaitu komunikasi tatap muka.

Penggunaan peta digital di Indonesia

Saat ini selain di kendaraan, sistem pelacakan GPS juga sudah terpasang di ponsel dengan bantuan berbagai aplikasi. Tidak diragukan lagi, perangkat ini sudah mulai merambah ke semua bagian kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan semakin meningkatnya popularitas sistem pelacakan GPS, maka sesuai dengan konsep peramalan teknologi, penggunaan GPS dalam masyarakat Indonesia akan semakin berkembang dalam beberapa hal khususnya dalam sektor bisnis dan keamanan. Para pelaku bisnis dengan cepat beralih ke sistem pelacakan GPS (GPS tracking systems) untuk membantu kegiatan sehari-hari mereka, seperti pelacakan kendaraan, pemantauan karyawan, dan pencegahan pencurian. Sebagai teknologi yang terus berkembang, perangkat pelacakan GPS akan terus menurun dalam ukuran, meningkat dalam akurasi, dan dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis sebagai perangkat yang umum, tetapi sangat bermanfaat. Seiring dengan bertambahnya pelaku bisnis yang membutuhkan kenyamanan dan manfaat yang ditawarkan oleh sistem pelacakan GPS, maka kebutuhan akan perangkat pelacakan GPS dan pemberi jasanya akan meningkat pula. Sistem pelacakan GPS adalah peluang bisnis yang akan terus berkembang bersamaan dengan meningkatnya kebutuhan akan produk ini. Perangkat lunak pelacakan GPS yang juga sangat canggih memainkan peran kunci bagaimana pelaku bisnis menggunakan sistem ini untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketika pemetaan satelit dan pencitraan komputer semakin maju, maka kemampuan dan aplikasi perangkat lunak pelacakan GPS juga akan semakin maju. Sistem pelacakan GPS pribadi telah digunakan untuk meningkatkan keselamatan banyak anak-anak dan orang dewasa.

Sumber: Wikipedia

Selengkapnya
Pemetaan digital

Geodesi dan Geomatika

Stratigrafi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 18 Juli 2022


Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.

Sejarah

Ilmu stratigrafi pertama kali dirintis di Britania Raya pada abad ke-19 Masehi. Perintisnya bernama William Smith. Perintisan ini diawali oleh pengamatan terhadap beberapa perlapisan batuan yang tersingkap dengan urutan perlapisan yang sama. Kesimpulan dari pengamatan ini bahwa lapisan tertua pada batuan adalah lapisan batuan yang berada pada lapisan terbawah. Kesimpulan ini hanya memiliki beberapa pengecualian. Kondisi yang umum pada lapisan batuan adalah adanya kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda. Karenanya, pada suatu wilayah yang sangat luas dapat dibuat perbandingan lapisan batuan antara satu tempat ke tempat lainnya. Smith kemudian  membuat suatu sistem yang berlaku umum berdasarkan hasil pengamatannya ini. Pemberlakuannya untuk periode-periode geologi tertentu. Pada masanya, belum ada penamaan untuk periode-periode waktu tersebut. Hasil pengamatan Smith kemudian berkembang menjadi ilmu stratigrafi. Kajian awalnya meliputi pengetahuan tentang susunan, hubungan dan pembentukan batuan.

Penekanan penelitian stratigrafi waktu itu diletakkan pada konsep waktu sehingga pemelajaran litologi pada waktu itu dipandang hanya sebagai ilmu pelengkap dalam rangka mencapai suatu tujuan yang dipandang lebih penting, yakni untuk menggolongan dan menentukan umur batuan.Pada tahun-tahun berikutnya, pemelajaran minyakbumi secara khusus telah memberikan konsep yang sedikit berbeda terhadap istilah stratigrafi. Konsep yang baru itu tidak hanya menekankan masalah penggolongan dan umur, namun juga litologi.

Terminologi

Stratigrafi tersusun dari 2 kata, yaitu kata “strati“ berasal dari kata stratos, dan kata “grafi” yang berasal dari kata graphic atau graphos. Stratos  berarti perlapisan, sedangkan graphic atau graphos berarti gambar atau lukisan. Dalam pengertian sederhana, stratigrafi diartikan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, stratigrafi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan macam-macam batuan di alam yang dibahas dari segi ruang dan waktu.

Definisi

Definisi dari para ahli stratigrafi

Raymond Cecil Moore (1941) menyatakan bahwa “stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang membahas tentang definisi dan pemerian kelompok-kelompok batuan, terutama batuan sedimen, serta penafsiran kebenaannya dalam sejarah geologi.” Sedangkan menurut Otto Heinrich Schindewolf (1954), stratigrafi bukan Schichtbeschreibung, melainkan sebuah cabang geologi sejarah yang membahas tentang susunan batuan menurut umurnya serta tentang skala waktu dari berbagai peristiwa geologi. Definis dari stratigrafi juga dikemukakan oleh Curt Teichert (1958). Ia mendefinisikan stratigrafi sebagai "cabang ilmu geologi yang membahas tentang strata batuan untuk menetapkan urutan-urutan kronologinya serta penyebaran geografisnya.” Sebagian besar ahli stratigrafi Prancis juga tidak terlalu menekankan komposisi batuan sebagai sebuah domain dari stratigrafi.

Definisi dari Kongres Geologi Internasional

Definisi istilah stratigrafi telah dibahas pada pertemuan Kongres Geologi Internasional di Kopenhagen pada 1960. Salah satu kelompok, yang sebagian besar merupakan ahli-ahli geologi perminyakan, tidak menyetujui adanya pembatasan pengertian dan tujuan stratigrafi. Bagi para ahli geologi itu, “stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari strata dan berbagai hubungan strata (bukan hanya hubungan umur) serta tujuannya adalah bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan mengenai sejarah geologi yang terkandung di dalamnya, melainkan juga untuk memperoleh jenis-jenis pengetahuan lain, termasuk di dalamnya pengetahuan mengenai nilai ekonomisnya”. Konsep stratigrafi yang luas itu dipertahankan oleh subkomisi tersebut yang sewaktu memberikan komentar terhadap berbagai definisi stratigrafi yang ada saat itu, menyatakan bahwa stratigrafi mencakup asal-usul, komposisi, umur, sejarah, hubungannya dengan evolusi organik, dan fenomena strata batuan lainnya.

Prinsip

Stenno mengungkapkan adanya prinsip-prinsip dalam stratigrafi. Prinsip-prinsip ini meliputi superposisi, horizontalitas, keberlanjutan perlapisan, hubungan potong memotong dan suksesi biota.

Konsep dasar

Aturan

Dalam stratigrafi, aturan merupakan penetapan tata nama. Tata nama dalam stratigrafi disebut sandi stratigrafi.  Sandi stratigrafi adalah aturan penamaan atas satuan-satuan stratigrafi. Penamaan ini dapat bersifat resmi maupun tidak resmi. Tujuan penamaan ini untuk memberikan keseragaman dalam nama beserta dengan pengertian-pengertiannya.

Hubungan

Dalam stratigrafi, hubungan diartikan sebagai hubungan setiap lapisan batuan dengan batuan lainnya. Hubungan berlaku pada lapisan batuan yang ada di atas maupun yang ada di bawah suatu lapisan batuan lainnya. Status hubungan antarlapisan batuan ini dibedakan menjadi dua, yaitu selaras dan tidak selaras.

Pembentukan

Dalam stratigrafi, pembentukan diartikan sebagai pembentukan batuan pada setiap lapisan batuan. Pembentukan yang dimaksud adalah pembentuan batuan yang terjadi secara mandiri. Batuan-batuan ini umum disebut sebagai fasies.

Ruang dan waktu

Dalam stratigrafi, ruang diartikan sebagai tempat pembentukan atau pengendapan bagi setiap batuan pada lingkungan geologi tertentu. Ruang dalam  stratigrafi dibedakan menjadi darat, transisi atau laut. Sedangkan waktu diartikan sebagai umur pembentukan batuan. Pembagian waktu mengacu kepada skala umur geologi. Skala ini misalna eosen dan kala.

Cabang ilmu

Stratigrafi merupakan salah satu cabang geologi yang ditinjau dari subjeknya. Subjek dari stratigrafi adalah sejarah Bumi. Secara umum, stratigrafi dipelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Sejarah Bumi dikaji dalam stratigrafi melalui studi tentang sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan batuan. Lapisan-lapisan batuan ini kemudian diberi penafsiran sehingga sejarah Bumi dapat dijelaskan. Hubungan dan perbandingan antara lapisan-lapisan batuan menghasilkan cabang ilmu dari stratigrafi yaitu litostratigrafibiostratigrafi dan kronostratigrafi. Litostratigrafi berkaitan dengan litologi. Biostratigrafi berkaitan dengan kandungan fosil. Sedangkan kronostratigrafi berkaitan dengan umur relatif maupun umur absolut dari lapisan batuan.

Pemetaan

Peta potongan

Peta potongan merupakan salah satu jenis peta ekskavasi. Kegunaannya untuk memberikan gambaran mengenai keadaan situs dari arah horizontal. Jenis peta ini memberikan informasi mengenai susunan stratigrafi antarkotak ekskavasi.

Analisis

Analisis stratigrafi digunakan untuk mengetahui proses sedimentasi. Informasi yang diperolehnya adalah penyebab dan tahapan pembentukan lapisan batuan dan keberadaan tanah di dalamnya. Analisis stratigrafi juga memberikan informasi mengenai penanggalan relatif. Analisis stratigrafi dilakukan dengan dua jenis pengamatan, yaitu pengamatan stratigrafi regional dan pengamatan stratigrafi lokal.

Analisis stratigrafi regional

Pengamatan untuk analisis stratigrafi regional dilakukan dengan menggunakan peta geologi dengan cakupan seluas daerah atau situs. Objek yang diamati meliputi deposit-deposit strategis bagi negara, seperti emasbatu bara dan minyak bumi. Objek-objek ini umumnya tidak ditampilkan dalam peta geologi atau tidak dibuatkan menjadi peta geologi. Pengamatan pada kondisi tidak memiliki peta geologi harus dilakukan oleh ahli geologi.

Pengamatan untuk analisis stratigrafi regional diutamakan pada empat objek pengamatan, yaitu jenis batuan, struktur geologi, mata air, dan daerah pertambangan. Penggambaran jenis batuan di dalam peta geologi menggunakan warna atau notasi yang telah dibakukan dalam geologi. Tujuannya untuk mengetahui jenis batuan yang ada di suatu daerah atau situs. Struktur geologi diamati untuk mengetahui sejarah kejadian sesar di suatu daerah atau situs. Penggambarannya menggunakan tanda gambar yang menyatakan tiga jenis sesar, yaitu sesar normal, sesar geser atau sesar naik. Pengamatan terhadap mata air bertujuan untuk mengetahui hubungannya dengan daerah atau situs yang diamati. Penggambaran mata air menggunakan notasi khusus. Daerah tambang diamati untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas pertambangan di daerah atau situs yang diamati. Penggambarannya menggunakan tanda gambar.

Analisis stratigrafi lokal

Pengamatan untuk analisis stratigrafi lokal dilakukan pada lubang galian selama kegiatan ekskavasi. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan memperhatikan keadaan dinding-dinding hasil penggalian. Pengamatan untuk analisis stratigrafi lokal juga dilakukan pada kegiatan survei. Proses pengamatan dilakukan dengan membuat lintasan-lintasan stratigrafi di beberapa lokasi tertentu. Pengamatan untuk analisis stratigrafi lokal dilakukan pada lubang galian memerlukan kehati-hatian. Alasannya adalah perubahan secara lateral sering terjadi pada lapisan batuan tertentu. Perubahan lateral ini dapat berupa perubahan membaji atau melensa.

Perhatian dalam pengamatan untuk analisis stratigrafi lokal dilakukan terhadap perubahan warna lapisan batuan, tekstur butiran, struktur batuan, perubahan jenis tanah dan derajat keasaman. Pengamatan terhadap perubahan warna lapisan batuan dilakukan karena warna lapisan batuan berbeda-beda tergantung jenis sedimennya. Pengamatan terhadap perubahan tekstur bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu butiran batuan dengan butiran batuan lainnya. Bentuk yang teramati antara butiran dengan lapisan bergradasi atau butiran yang tidak beraturan. Pengamatan terhadap perubahan struktur batuan dilakukan karena adanya sifat-sifat dari arus sungai atau letusan gunung berapi yang mengubahnya. Sifat-sifat ini antara lain silang-siur, berlapis baik, melensa atau membaji. Pengamatan terhadap perubahan jenis tanah dipengaruhi oleh diameter butiran tanah. Jenis tanah yang teramati yaitu tanah lempung, tanah berpasir atau tanah lanau. Butiran tanah lempung berdiameter antara 0,1–2 mikron. Tanah berpasir memiliki butiran antara 2 mikron sampai 1 milimeter. Sedangkan tanah lanau mencakup ukuran tanah lempung rata-rata 2 mikron. Pengamatan terhadap perubahan derajat keasaman dilakukan untuk mengetahui tingkat kesuburan dan pembentukan tanah. Derajat keasaman merupakan indikator dari kesuburan tanah.

Penelitian penting

Pada tahun 1787, dilakukan peneltian arkeologi untuk menganalisis pelapisan tanah. Penyelidikan dilakukan terhadap gundukan-gundukan kubur Indian di Virginia oleh Thomas Jefferson. Kemudian pada tahun 1839 dilakukan penelitian geologi yang kemudian dipaparkan oleh Jacques Boucher de Perthes di Paris. Pemarannya ini diberi judul Kronologisasi Artefak dari Sudut Pandang Seorang Geolog: Stratigrafi di Lembah Somme pada Masa Diluvium. Penelitian awal mengenai stratigrafi diadakan pada tahun 1864 oleh Lartet dan Christy. Penelitian ini merupakan perbandingan stratigrafi pada lokasi-lokasi penemuan masa Paleolitikum di Périgord. Pada tahun 1871, penelitian arkeologi dilakukan di Troya oleh Heinrich Schliemann untuk tujuan ekskavasi dalam rangka pengembangan penggalian cara Schliemann dengan profil besar. Lalu pada tahun 1890 diadakan penyelidikan oleh Flinders Petrie di Tell el-Hesi. Penentuan kronologi keramik berdasarkan kepada stratigrafi. Stratigrafi perbandingan kemudian diperkenalkan dalam Stratigrafi Perbandingan dan Kronologisasi Asia Barat yang ditulis oleh Claude Frédéric-Armand Schaeffer. Buku ini diterbitkan pada tahun 1948. Sementara pengembangan teoretisnya dilakukan oleh Edward Harris pada tahun 1973.

Ilmu pendukung dan dukungan keilmuan

Stratigrafi khususnya biostratigrafi dan litostratigrafi memperoleh manfaat dari ilmu lain seperti paleontologi. Paleontologi digunakan dalam analisis struktur dan sedimentologi regional. Kegunaannya ini berkaitan dengan penentuan umur runtunan batuan sesuai dengan kandungan fosil. Di sisi lain, metode-metode stratigrafi merupakan salah satu dari banyak cara yang digunakan untuk penelitian arkeologi.

Penerapan praktis

Identifikasi daerah rawan longsor

Daerah rawan longsor merupakan daerah yang pernah mengalami longsor. Proses identifikasi daerah rawan longsor didasarkan kepada kejadian longsor. Evaluasi daerah yang menjadi lokasi longsor dapat dilakukan dengan banyak cara, termasuk melalui stratigrafi. Dalam identifikasi ini, stratigrafi merupakan faktor geologi yang dapat mengevaluasi medan terjadinya longsor dari segi komposisi tanah.

Sumber Artikel : Merlin Reineta

Selengkapnya
Stratigrafi
« First Previous page 7 of 11 Next Last »