Geodesi dan Geomatika
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025
Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., mengatakan, material aliran lahar yang terjadi di Gunung Semeru merupakan akumulasi dari letusan sebelumnya yang menutupi kawah gunung tersebut. “Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi,” katanya, Minggu (5/12/2021).
Sebelumnya diberitakan, Gunung Semeru erupsi pada Sabtu sore, (4/12/2021) sekitar pukul 14:50 WIB. Mengutip dari Magma Indonesia, visual letusan tidak teramati akan tetapi erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5160 detik. Menurut Dr. Mirzam, saat terjadi erupsi warga cenderung tidak merasakan adanya gempa, akan tetapi tetap terekam oleh seismograf. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya material yang berada di dalam dapur magma.
*Detik-detik erupsi Gunung Semeru. Sumber: Twitter BNPB
Dia menjelaskan, kenapa Gunung Semeru bisa meletus. Ada tiga hal yang menyebabkan sebuah gunung api bisa meletus. Pertama karena volume di dapur magmanya sudah penuh, kedua karena ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma, dan yang ketiga di atas dapur magma.
“Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru, jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban. Sehingga meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit (hanya bisa diditeksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Semeru tetap bisa erupsi,” jelasnya.
Dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) itu mengatakan, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif tipe A. Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan, Dr. Mirzam berkesimpulan bahwa Gunung Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1-2 tahun. Terakhir tercatat pernah juga mengalami letusan di tahun 2020 juga di bulan Desember. “Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya,” jelasnya.
Namun menurutnya Dr. Mirzam, arah letusan gunung Semeru bisa diprediksi yaitu mengarah ke tenggara. Hal ini karena mengacu pada peta Geologi Semeru, bidang tempat lahirnya gunung ini tidak horizontal tetapi miring ke arah selatan. “Kalau kita mengacu pada letusan 2020, arah abu vulkaniknya itu cenderung ke arah tenggara dan selatan karena anginnya berhembus ke arah tersebut begitu juga dengan aliran laharnya karena semua suangai yang berhulu ke puncak Semeru semua merngalir kea rah selatan dan tenggara,” ujarnya.
*Arah erupsi Gn. Semeru. Sumber: Dr. Mirzam Abdurrachman
Mirzam mengindikasikan abu vulkanik gunung semeru cenderung berat yang ditandai dengan warnanya yang abu-abu pekat. Hal tersebut terlihat dari visual di puncak Gunung Semeru. Sehingga ketika letusan-letusan sebelumnya terjadi, abu vulkaniknya jatuh menumpuk di hanya di sekitar area puncak gunung semeru, ini yang menjadi cikal bakal melimpahnya material lahar letusan 2021.
*Foto satelit puncak Gn. Semeru. Sumber: Dr. Mirzam Abdurrachman.
Bahaya Erupsi Gunung Meletus
Dr. Mirzam mengatakan, bahaya dari gunung api secara umum ada dua, yaitu primer dan sekunder. Bahaya primer berkaitan dengan saat gunung meletus dan bahaya sekunder setelah gunung api tersebut meletus. Bahaya primer dari letusan ialah aliran lava, wedus gembel, dan abu vulkanik. Sementara bahaya sekunder salah satunya terjadinya banjir bandang atau pun lahar. “Dua-duanya sama-sama berbahaya,” ujarnya.
Sumber Artikel : itb.ac.id/news
Geodesi dan Geomatika
Dipublikasikan oleh Anisa pada 11 Februari 2025
Studi tentang batuan dan mineralogi, kandungan, tekstur, struktur, dan keadaan pembentukannya dikenal sebagai petrologi (dari bahasa Yunani Kuno πέτρoς (pétros) 'batuan' dan -λογία (-logía)'studi tentang'). Petrologi beku, metamorf, dan sedimen adalah tiga subkategori petrologi. Karena petrologi beku dan metamorf sangat bergantung pada kimia, teknik kimia, dan diagram fase, keduanya sering diajarkan secara bersamaan. Karena petrologi sedimen mempelajari proses pembentukan batuan sedimen, petrologi sedimen sering diajarkan bersamaan dengan stratigrafi. Kimia menjadi semakin penting dalam petrologi sedimen modern.
Petrografi dan litologi dulunya merupakan istilah yang hampir dapat dipertukarkan, namun dalam penggunaan modern, petrografi adalah spesialisasi yang berhubungan dengan detail mikroskopis, dan litologi berkonsentrasi pada sampel batuan makroskopis atau skala singkapan batuan.
Litologi, atau lebih tepatnya mud logging, adalah istilah yang digunakan dalam industri perminyakan untuk menggambarkan gambaran visual formasi geologi yang dibor dan dicatat pada log yang dikenal sebagai log lumpur. Stek diambil, diperiksa (biasanya dengan mikroskop 10×), dan, jika perlu, dianalisis secara kimia saat stek tersebut beredar keluar dari lubang bor.
Untuk mengkarakterisasi susunan dan struktur batuan, petrografi, analisis kimia, mineralogi optik, dan mineralogi semuanya digunakan dalam petrologi. Untuk lebih memahami asal usul batuan, ahli petrologi juga memasukkan gagasan geokimia dan geofisika melalui studi tren dan siklus geokimia, serta pemanfaatan data dan eksperimen termodinamika.
Tiga cabang petrologi—beku, metamorf, dan sedimen—mewakili tiga jenis batuan yang berbeda, sedangkan cabang keempat berfokus pada metode eksperimental.
Disadur dari:
Geodesi dan Geomatika
Dipublikasikan oleh Anisa pada 11 Februari 2025
Studi tentang distribusi tiga dimensi unit batuan dalam kaitannya dengan sejarah deformasinya dikenal sebagai geologi struktural. Tujuan utama geologi struktur adalah untuk memahami medan tegangan yang menimbulkan regangan dan geometri yang diamati dengan menggunakan pengukuran geometri batuan saat ini untuk memberikan rincian tentang sejarah deformasi (regangan) pada batuan. Tujuan umumnya adalah untuk memahami evolusi struktural suatu wilayah sehubungan dengan pola deformasi batuan yang tersebar luas secara regional (misalnya pembentukan gunung, keretakan) akibat lempeng tektonik. Pemahaman tentang dinamika medan tegangan ini dapat dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa penting di masa lalu geologis.
Manfaat
Dalam bidang geologi ekonomi, geologi pertambangan, dan geologi perminyakan, studi tentang formasi geologi selalu menjadi hal yang penting. Seringkali, lapisan batuan yang patahan dan terlipat menciptakan perangkap yang menahan dan mengkonsentrasikan cairan seperti gas alam dan minyak bumi. Serupa dengan hal ini, daerah yang memiliki patahan dan struktur yang rumit juga patut diperhatikan karena merupakan zona permeabel terhadap fluida hidrotermal, yang menyebabkan terkonsentrasinya daerah endapan bijih logam dasar dan logam mulia. Di lokasi yang strukturnya rumit, urat-urat mineral yang mengandung logam berbeda sering ditemukan menempati sesar dan rekahan. Daerah yang patahan dan retak secara struktural ini sering kali hidup berdampingan dengan batuan beku intrusif. Mereka sering juga mengelilingi struktur yang runtuh seperti lubang runtuhan tua dan kompleks terumbu geologis. Emas, perak, tembaga, timah, seng, dan endapan logam lainnya sering ditemukan di lokasi dengan ciri struktur yang kompleks.
Komponen penting dari geologi teknik, yang mempelajari karakteristik mekanik dan fisik batuan alam, adalah geologi struktural. Cacat internal pada batuan yang disebut kain struktural dan cacat, seperti lipatan, foliasi, sambungan, dan patahan, dapat membahayakan stabilitas konstruksi buatan termasuk pemotongan jalan, bendungan, tambang terbuka, tambang bawah tanah, dan terowongan untuk kendaraan.
Satu-satunya cara untuk mengkaji risiko geoteknik, termasuk risiko seismik, adalah dengan melihat geologi struktural dan geomorfologi secara bersamaan. Selain itu, para ahli ini memberikan penekanan khusus pada bagian lanskap karst yang terletak di atas gua, kemungkinan lubang runtuhan, atau karakteristik keruntuhan lainnya. Selain itu, daerah dengan kemiringan yang tinggi bisa saja roboh atau longsor.
Prinsip-prinsip geologi struktural harus digunakan oleh ahli geologi lingkungan dan ahli hidrogeologi untuk memahami bagaimana penetrasi dan aliran air tanah dipengaruhi oleh, atau dipengaruhi oleh, lokasi geologi. Misalnya, seorang ahli hidrogeologi harus memastikan apakah rembesan bahan berbahaya dari tempat pembuangan sampah terjadi di lingkungan perumahan atau apakah air asin merembes ke dalam akuifer.
Teori lempeng tektonik yang diciptakan pada tahun 1960-an menjelaskan bagaimana benua bergerak akibat pemisahan dan tumbukan lempeng kerak. Ini digunakan di seluruh geologi struktural sebagai kerangka kerja untuk mengkaji dan memahami aspek-aspek pada skala lokal, regional, dan global. Ini pada dasarnya adalah geologi struktural pada ukuran bola dunia.
Metode
Di lapangan, data primer geologi struktural dikumpulkan. Ahli geologi struktural menilai berbagai karakteristik planar, seperti bidang alas, bidang foliasi, bidang aksial lipatan, bidang patahan, dan sambungan, serta karakteristik linier, seperti garis regangan, di mana mineral memanjang dengan cepat; sumbu lipatan; dan garis perpotongan, yang merupakan jejak fitur planar pada permukaan planar lainnya.
Untuk mengetahui sejarah regangan pada batuan, ahli geologi mengukur geometri batuan. Patahan getas dan lipatan dan geser ulet adalah dua contoh regangan; deformasi ulet terjadi pada kerak yang lebih dalam, yang memiliki suhu dan tekanan yang lebih tinggi.
Ahli geologi dapat menjelaskan pola deformasi batuan yang diamati ke dalam medan tegangan masa geologis sebelumnya dengan memahami hubungan konstitutif antara tegangan dan regangan pada batuan.
Pemodelan geologi struktural menjadi semakin penting untuk geologi ekonomi seperti pengembangan minyak bumi dan mineral serta penelitian. Seseorang dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang evolusi struktur sepanjang waktu dengan melihat model sistem struktur 2D dan 3D seperti antiklin, sinklin, sabuk lipat, dan dorong. Ahli geologi terbatas pada pemetaan geologi permukaan jika tidak ada pemodelan atau interpretasi bawah permukaan. Sejarah struktural dan tektonik wilayah tersebut akan diabaikan karena potensi ekonomi yang besar jika hanya bergantung pada geologi permukaannya.
Disadur dari:
Geodesi dan Geomatika
Dipublikasikan oleh Admin pada 02 Maret 2022
Topografi secara ilmiah artinya adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal(Ilmu Pengetahuan Sosial). Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Kata itu datang dari kata Yunani, topos yang berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya perencanaan militer dan eksplorasi geologi. Untuk kebutuhkan konstruksi sipil, pekerjaan umum, dan proyek reklamasi membutuhkan studi topografi yang lebih detail.[1]
Teknik topografi
Survei secara langsung
Survei membantu studi topografi secara lebih akurat suatu permukaan secara tiga dimensi, jarak, ketinggian, dan sudut dengan memanfaatkan berbagai instrumen topografi.
Meski penginderaan jarak jauh sudah sangat maju, survei secara langsung masih menjadi cara untuk menyediakan informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai keadaan suatu lahan.
Penginderaan jarak jauh
Penginderaan jarak jauh adalah studi mengenai pengumpulan data bumi dari jarak yang jauh dari area yang dipelajari.
Penginderaan jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan satelit, radar, radar inframerah, seismogram, sonar, dan lain-lain.
Sumber: id.wikipedia.org
Geodesi dan Geomatika
Dipublikasikan oleh Admin pada 02 Maret 2022
Atlas adalah kumpulan peta yang disatukan dalam bentuk buku, tetapi juga ditemukan dalam bentuk multimedia. Atlas dapat memuat informasi geografi, batas negara, statisik geopolitik, sosial, agama, dan ekonomi.
Peta dunia dari atlas modern pertama oleh Ortelius - Theatrum Orbis Terrarum (1570).
Atlas yang pertama tidak diberi nama demikian pada saat pertama kali dipublikasikan. Buku pertama yang dapat disebut atlas dibuat berdasarkan hasil perhitungan dari Claudius Ptolemaeus, seorang ilmuwan yang mempelajari geografi yang bekerja di Aleksandria pada 150 SM. Edisi pertama dipublikasikan di Bologna pada 1477 dan memiliki 27 buah peta. Ilmuwan tidak dapat memastikan apakah gambar peta-peta tersebut berasal dari peta asli yang dibuat Ptolomaeus atau dibuat oleh ilmuwan abad pertengahan berdasarkan tulisan Ptolomaues. Sejak 1544, banyak peta yang dibuat, khususnya sehubungan dengan hubungan dagang antara Roma dan Venesia. Setiap pembuat peta bekerja terpisah, menghasilkan peta berdasarkan kebutuhannya masing-masing.
Abraham Ortelius dikenal karena membuat atlas modern pertama pada 20 Mei 1570. Karyanya yang berjudul Theatrum Orbis Terrarum, memuat 53 peta yang mencakup negara-negara di dunia pada saat itu. Karyanya tersebut merupakan buku pertama dari jenisnya yang memuat dalam ukuran yang seragam. Pada saat itu, karya tersebut terbilang sukses.
Tetapi, penggunaan istilah "atlas" untuk koleksi peta belum digunakan sampai 1595 di mana Gerardus Mercator menerbitkan karyanya yang berjudul "Atlas, Sive Cosmographicae Meditationes De Fabrica Mundi ..." (Atlas, atau Deskripsi dari Dunia) (Duisburg, 1585-1595).
Sumer: id.wikipedia.org