Geodesi dan Geomatika
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025
Hujan berintensitas sedang hingga tinggi menyebabkan banjir pada pertengahan Januari lalu di Provinsi Kalimantan Selatan. Tak elak, banyak rumah terdampak dan korban jiwa berjatuhan sehingga membuat warga setempat mengungsi untuk waktu yang lama. Mengatasi hal itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melangsungkan Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) guna memetakan sebaran spasial genangan banjir.
Pratama Janur Wenda, salah satu anggota mahasiswa KKN Abmas ITS ini memaparkan bahwa berdasarkan observasi bersama anggota tim lainnya, topografi Provinsi Kalimantan Selatan cenderung datar dengan tutupan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito yang mengalami penurunan luas hutan primer, sekunder, sawah, dan semak belukar selama sepuluh tahun terakhir.
Dalam kegiatan ini, sambung Pratama, dilakukan pula diskusi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin terkait data hasil pelaporan banjir. “Kemudian, survei pendahuluan dilakukan untuk melihat daerah terdampak banjir di lapangan,” tutur Mahasiswa Teknik Geomatika ITS tersebut.
Guna memperoleh sebaran spasial genangan banjir dalam cakupan yang luas, digunakan data citra satelit Sentinel-1. Data hasil survei dan citra diolah untuk kemudian divisualisasikan dalam bentuk peta. Melalui serangkaian kaidah saintifik seperti survei lapangan, diskusi, serta pengumpulan dan pengolahan data citra, tim ITS berupaya membantu BPBD Kota Banjarmasin guna memetakan sebaran spasial lokasi genangan banjir.
Citra Sentinel-1 sendiri merupakan citra (imagery) yang dihasilkan oleh Satelit Sentinel-1 dan tersusun atas dua satelit SAR (Sentinel-1A dan Sentinel-1B) dengan spektral kanal C. “Satelit ini mampu melakukan pemetaan radar secara kontinyu dengan ketepatan waktu, frekuensi, cakupan, dan keandalan yang terus dikembangkan,” ujarnya.

Penampakan peta time series sebaran spasial genangan banjir Provinsi Kalimantan Selatan
Di samping itu, digunakan pula metode komputasi awan dengan memanfaatkan NASA SRTM Digital Elevation 30m dan JRC Global Surface Water yang dataset-nya telah tersedia di Google Earth Engine (GEE). “GEE digunakan untuk mengekstrak citra sebelum dan sesudah bencana banjir menggunakan nilai threshold hasil pembagian kedua rentang waktu citra dan mengekstrak badan air di studi area,” terang Pratama.
Untuk citra sebelum banjir, tanggal yang digunakan adalah 20-28 Desember 2021. Untuk citra sesudah banjir, tanggal yang digunakan adalah 1 Januari-8 Juli 2021 dengan jangka waktu 12 hari per akuisisinya. “Polarisasi citra yg digunakan yaitu VV dan VH, tujuannya untuk meneliti polarisasi mana yang lebih representatif untuk genangan banjir,” imbuh laki-laki kelahiran Bojonegoro, 20 November 2000 tersebut.
Selain pemetaan genangan banjir, dilakukan juga pemantauan perubahan badan air dari waktu ke waktu. Pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui kapan banjir mengalami surut maupun kenaikan serta mencari tahu area yang rawan terdampak banjir. “Dengan begitu, masyarakat maupun BPBD setempat dapat melakukan penyaluran bantuan dengan cepat sesuai urgensitasnya,” tukasnya.
Peta tersebut juga dapat membantu pemerintah setempat dalam melakukan perbaikan dan pengembangan mitigasi banjir di tahun-tahun selanjutnya. Kegiatan yang dimulai sejak April hingga November lalu ini diawali dengan melakukan koordinasi untuk pembagian tugas dan metodologi pelaksanaan. Selanjutnya dilakukan studi literatur, pengumpulan dan pemrosesan data, hingga pembuatan peta tematik.

Mahasiswa tim KKN Abmas ITS sedang melakukan pengolahan data citra Sentinel-1 untuk pemetaan sebaran spasial genangan banjir
Melibatkan sembilan mahasiswa Teknik Geomatika ITS angkatan 2019, kegiatan ini dapat berjalan lancar berkat bimbingan Dr Filsa Bioresita ST MT. Meski begitu, Pratama mengaku perlu meningkatkan koordinasi antar anggota mengingat pelaksanaan KKN yang hybrid. “Kegiatan sosialisasi ke BPBD Banjarmasin dilakukan oleh satu mahasiswa yang kebetulan tinggal di sana. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan secara daring,” kenang Pratama.
Kepada ITS Online, Pratama berharap peta ini dapat memudahkan pemangku kewenangan dalam memetakan lokasi genangan banjir, mengambil keputusan, dan memanajemen bencana dengan lebih cepat. “Selain itu, kami juga berharap peta ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat setempat,” pungkasnya mengakhiri.
Sumber Artikel : its.ac.id/news
Teknologi
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025
Jakarta, CNBC Indonesia - Google Alphabet Inc, perusahaan induk raksasa teknologi AS mengaku sudah memecat seorang insinyur senior mereka yang menyebut chatbot kecerdasan buatan LaMDA sebagai makhluk yang mempunyai kesadaran penuh.
Di bulan lalu, perusahaan sudah memberikan status cuti kepada Blake Lemoine, insinyur perangkat lunak mereka. Tetapi, keputusan akhir perusahaan menganggap Lemoine sudah melanggar aturan dan menyebut klaim LaMDA merupakan sesuatu yang tak berdasar.
"Sangat disesalkan bahwa terlepas keterlibatan panjang pada topik ini, Blake memilih untuk terus menerus melanggar kebijakan ketenagakerjaan dan keamanan data yang jelas mencakupi kebutuhan untuk melindungi informasi produk," ungkap Juru Bicara Google, seperti dilansir dari CNBC International, Minggu(24/7/2022).
Google sudah mengembangkan kecerdasan buatan LaMDA atau Language Model for Dialogue Application yang dilatih dengan percakapan untuk dapat berbicara megenai apapun.
Google dan banyak ilmuwan terkemuka lainnya membantah pandangan Lemoine dan menyebutnya salah arah dengan mengatakan LaMDA hanyalah algoritma kompleks yang dirancang untuk dapat berbahasa manusia dengan baik.
Disadur dari sumber cnbcindonesia.com
Product Design and Development
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 18 Februari 2025
Pengembangan Produk Baru
Dalam bisnis dan teknik, pengembangan produk atau pengembangan produk baru (PD atau NPD) melibatkan serangkaian langkah untuk membawa produk baru ke pasar, memperbarui produk yang sudah ada, atau memperkenalkan produk ke pasar baru. Proses pengembangan produk mencakup berbagai aspek, dengan penekanan pada desain produk dan pertimbangan bisnis yang mendalam. Pengembangan produk baru sering kali dipandang sebagai pengubahan peluang pasar menjadi produk yang dapat dijual, dan produk yang berhasil dikembangkan oleh suatu perusahaan merupakan sumber pendapatan yang penting. Perusahaan teknologi khususnya sering kali mendasarkan pendekatan mereka pada pemanfaatan inovasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berubah.
Produk yang dihasilkan melalui proses NPD dapat berupa barang fisik, barang taktil, atau jasa dan pengalaman tidak berwujud.Saat menjalankan NPD, pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan, kondisi pasar, dan persaingan sangatlah penting. Faktor-faktor seperti biaya, waktu dan kualitas juga merupakan variabel penting yang memandu keputusan selama pengembangan produk. Perusahaan yang berorientasi pada inovasi sering kali mengembangkan praktik dan strategi berkelanjutan untuk terus memenuhi kebutuhan pelanggan dan meningkatkan pangsa pasar melalui pengembangan produk baru secara berkala. Meskipun proses pengembangan produkberpotensi menghasilkan manfaat besar, perusahaan juga menghadapi ketidakpastian dan tantangan yang memerlukan pengelolaan yang cermat sepanjang jalur pengembangan.
Pengembangan Produk: Struktur Proses
Proses pengembangan produk mencakup serangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk membawa produk baru ke pasar. Untuk menyusun proses kompleks ini dengan jelas, pendekatan manajemen proses digunakan. Pengembangan produk sering dikaitkan dengan proses desain teknis, terutama ketika melibatkan matematika dan/atau sains. Setiap produk baru melewati serangkaian fase, termasuk fase ide, aspek desain, manufaktur, dan peluncuran.
Pada fase awal terdapat fase yang disebut Fuzzy Front-End (FFE), yaitu serangkaian aktivitas sebelum spesifikasi persyaratan yang lebih formal dan terdefinisi dengan baik diselesaikan.FFE dikenal sebagai “fase start-up” yang rumit dalam pengembangan produk baru. Ini mencakup berbagai kegiatan mulai dari mencari peluang baru hingga mengembangkan konsep yang sesuai. Fase fuzzy front-end berakhir ketika organisasi menyetujui dan memulai pengembangan konsep formal.
Meskipun fuzzy front-end sering dianggap sebagai bagian pengembangan produk yang lebih murah, hal ini dapat memakan waktu sekitar 50% waktu pengembangan. Fase ini, meskipun memakan biaya, memiliki dampak besar karena menentukan arah keseluruhan proyek dan produk akhir.Oleh karena itu, EDF dipandang sebagai bagian penting dari pembangunan dan bukan sekedar fase sebelum pembangunan. Waktu siklus harus dimasukkan dalam waktu siklus pengembangan produk secara keseluruhan, dan komitmen penting dibuat pada tahap ini yang mempengaruhi sumber daya seperti waktu, uang, dan sifat produk.
Koen dan rekan (2001) mengidentifikasi lima elemen berbeda pada fase awal pengembangan produk (fuzzy front-end), yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, identifikasi peluang melibatkan pengenalan peluang bisnis dan teknologi yang penting. Proses ini membantu mengidentifikasi peluang tambahan atau signifikan dan mengalokasikan sumber daya ke proyek-proyek baru yang mendukung strategi Pengembangan Produk dan Proses Baru (NPPD).
Kedua, analisis peluang dilakukan untuk menerjemahkan peluang yang teridentifikasi ke dalam dampaknya terhadap konteks bisnis dan teknologi perusahaan. Upaya besar dilakukan untuk menyesuaikan ide dengan audiens sasaran dan melakukan riset pasar, pengujian, dan riset teknis.
Unsur ketiga adalah munculnya gagasan, yang merupakan proses evolusioner dan berulang sejak lahir melalui kematangan suatu peluang hingga terwujudnya gagasan nyata.Proses pembangkitan ide dapat berasal dari organisasi internal atau dari masukan eksternal, seperti dari vendor yang menawarkan teknologi baru atau dari pelanggan dengan kebutuhan unik.
Keempat, pemilihan ide bertujuan untuk memutuskan apakah suatu ide layak untuk diwujudkan dengan menganalisis potensi nilai komersialnya.
Terakhir, pengembangan ide dan teknologi melibatkan pengembangan kasus bisnis berdasarkan perkiraan pasar secara keseluruhan, kebutuhan pelanggan, persyaratan investasi, analisis persaingan, dan ketidakpastian proyek. Beberapa organisasi menganggap ini sebagai Tahap 0 dari proses NPPD.
Meskipun tidak ada definisi Fuzzy Front End yang diterima secara universal, Glosarium PDMA menyatakan bahwa Fuzzy Front End umumnya mencakup perencanaan strategis, pembangkitan ide, dan evaluasi pra-teknis.Dibandingkan dengan proses NPPD yang lebih terstruktur, dapat diprediksi dan formal, fase ini cenderung chaos, tidak dapat diprediksi, dan tidak terstruktur. Istilah “fuzzy front-end” pertama kali diperkenalkan oleh Smith dan Reinertsen pada tahun 1991, sementara R.G. Cooper (1988) menggambarkan tahap awal NPPD sebagai proses empat tahap yang melibatkan pembangkitan ide, evaluasi teknis dan pasar, dan integrasi ke dalam konsep produk. dan menilai kepatuhan terhadap strategi produk danportofolio yang ada.
FASE 2: Desain produk adalah fase pengembangan desain produk tingkat tinggi yang terperinci di mana persyaratan diubah menjadi spesifikasi spesifik tentang bagaimana produk akan memenuhi persyaratan tersebut. Meskipun sering kali tumpang tindih dengan proses desain teknis, fase ini juga mencakup desain industri dan aspek estetika murni desain. Sebagai bagian dari pemasaran dan perencanaan, fase ini mencapai klimaksnya pada fase analisis pra-pasar.
FASE 3: Implementasi produk mengacu pada tahap berikutnya dari desain teknis rinci, seperti: B. penyempurnaan perangkat keras, perangkat lunak atau bentuk lain dari produk mekanik atau listrik. Fase ini juga mencakup proses pengujian yang bertujuan untuk memvalidasi bahwa prototipe memenuhi semua spesifikasi desain yang ditetapkan.
FASE 4: Fase pemasaran back-end atau pemasaran menyebar mencakup langkah-langkah tindakan di mana produksi dan peluncuran produk berlangsung. Proses ini seringkali mencakup kegiatan pemasaran, distribusi dan pemantauan kinerja produk di pasar.Fase pemasaran awal adalah fokus penelitian intensif dengan model berharga seperti inovasi awal, yang mencakup lima langkah: identifikasi peluang, analisis peluang, pembangkitan ide, pemilihan ide, dan pengembangan ide dan teknologi. Peter Koen dan rekan-rekannya menekankan peran mesin sebagai inti dari lima fase awal dan kemungkinan hambatan eksternal yang dapat mempengaruhi hasil proses. Inovasi awal dianggap sebagai kelemahan utama dalam proses NPD karena seringkali kacau, tidak dapat diprediksi, dan tidak terstruktur.Pada fase ini, desain teknis memainkan peran penting sebagai proses pengembangan solusi teknis berulang untuk memecahkan masalah tertentu.
Fase desain mempunyai implikasi penting karena sebagian besar biaya siklus hidup produk terjadi pada fase ini. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sekitar 70 hingga 80% kualitas produk akhir dan 70% total biaya siklus hidup produk ditentukan selama tahap desain produk. Oleh karena itu, antarmuka antara desain dan manufaktur menawarkan peluang bagus untuk mengurangi biaya.
Fase desain dan pemasaran biasanya dimulai dengan kolaborasi yang sangat awal.Setelah desain konsep selesai, langkah selanjutnya adalah mengirimkannya ke fasilitas manufaktur untuk dibuat prototipe. Pendekatan rekayasa bersamaan diadopsi di mana metode seperti QFD, DFM/DFA dan lain-lain diterapkan. Tim desain membuat gambar dengan spesifikasi teknis yang mewakili produk masa depan dan kemudian mengirimkannya ke pabrik untuk dieksekusi. Menyelesaikan masalah kepatuhan produk dan proses adalah prioritas utama dalam desain komunikasi informasi karena sebagian besar upaya pengembanganharus dibatalkan jika perubahan dilakukan setelah rilis ke manufaktur.
Disadur dari: en.wikipedia.org
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025
Sejak pandemi Covid-19 melanda, dunia pendidikan terpaksa memindahkan proses belajar mengajar dari sekolah ke rumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Tak terasa, sudah lebih dari setengah tahun kegiatan Belajar dari Rumah (BDR) dilaksanakan. Meski masih banyak kendala yang dihadapi, satuan pendidikan mulai terbiasa menyelenggarakan BDR.
Metode BDR sendiri ada dua, yaitu Pembelajaran Jarak Jauh Dalam Jaringan (PJJ Daring) dan PPJ Luar Jaringan (Luring). PJJ Daring secara khusus menggabungkan teknologi elektronik dan teknologi berbasis internet, sementara PJJ Luring dapat dilakukan melalui siaran televisi, radio, modul belajar mandiri, bahan cetak maupun media belajar dari benda di lingkungan sekitar.
Direktur Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd melihat peluang pendidikan masa depan yang terbentuk dari kondisi pandemi Covid-19. Menurutnya, pembelajaran jarak jauh (PJJ) bisa dilanjutkan setelah pandemi. “Misalnya, anak-anak yang pindah ke negara lain bersama orang tuanya biasanya mempunyai kendala dalam pendidikan. Mereka harus berhenti sekolah, meski mungkin tidak langsung diterima di negara tujuan. Jadi ke depan, PJJ bisa menjadi solusi. “Kalaupun seorang anak misalnya pindah ke negara lain, ia tetap bisa bersekolah lebih jauh,” jelas Sri Wahyuningsih.
Itulah sebabnya ia mendorong jajaran Dinas Sekolah Dasar Kemendikbud. dan Budaya untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi satuan pendidikan dalam menyelenggarakan PJJ dan kemudian mencari solusinya, antara lain sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan sekolah dasar agar PJJ dapat berjalan dengan lancar. “Kita perlu membangun peluang dan prasarana pembelajaran jarak jauh di sekolah dasar untuk metode pengajaran ini bekerja. baik selama dan setelah pandemi. “Label ini tidak hanya berlaku pada sekolah di perkotaan, namun juga pada daerah 3T (tertinggal, perbatasan, dan terpencil) yang belum terkoneksi internet,” ujar Sri Wahyuningsih.
Arwan Syarif, analis kebijakan muda berpengalaman di Dewan . Pendidikan Sekolah Dasar - dan Kementerian Kebudayaan mengumumkan pihaknya mengadakan focus group (FGD) pada 20-22 Oktober 2020. Melalui kegiatan FGD ini diharapkan dapat mengidentifikasi infrastruktur apa saja yang dibutuhkan untuk PJJ. Karena banyak perbedaan kegiatan belajar mengajar pada saat PJJ, karena guru dan siswa terpisah maka harus ada mediasi dalam pembelajaran.
"Kita harus menentukan interaksi pembelajaran mana yang serasi sesuai kaidah yang dapat menggantikan muka. Kita juga perlu mengetahui apakah orang tua dapat mendukung proses PJJ ini. Selain itu, kita akan menganalisis sekolah mana yang masih belum memiliki fasilitas yang diperlukan untuk PJJ, kata Arwan Syarif. n\ nPada kegiatan tematik “Analisis Kebutuhan Prasarana PJJ di Sekolah Dasar”, praktisi (guru) Sukabumi dan Depok, Pusat Teknologi Informasi dan Informasi Kementerian Kebudayaan (Pusdatin) Balitbang Kemendikbud dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan SD Indoor
Ariaty Dano, Koordinator Analisis Kebutuhan Sarana Prasarana PJJ Sekolah Dasar, menyampaikan bahwa selama ini media yang paling banyak digunakan dalam jaringan PJJ adalah smartphone. Dibahas juga konten seperti apa yang bisa digunakan dengan bantuan teknologi elektronik. Sebab PJJ menghubungkan guru dan dosen yang tidak bisa dilakukan dalam ruang dan waktu yang sama. “Satuan pendidikan melakukan kegiatan pembelajaran melalui webinar, pembelajaran online, radio dan televisi. Namun kami juga memerlukan masukan mengenai infrastruktur yang dibutuhkan PJJ, sehingga kami melibatkan dokter spesialis untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang dibutuhkan di lapangan,” ujarnya. ( Hendri / Karet)
Sumber : ditpsd.kemdikbud.go.id
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam era digital, industri tekstil menghadapi tantangan besar dalam mengadaptasi teknologi modern ke dalam rantai pasokan mereka. Digitalisasi menawarkan berbagai keuntungan, termasuk peningkatan efisiensi, transparansi, dan fleksibilitas. Paper ini mengeksplorasi dampak digitalisasi dalam manajemen rantai pasokan tekstil, membandingkan sistem tradisional dengan model digital yang lebih canggih, serta menganalisis studi kasus dari perusahaan tekstil global.
Perubahan Digital dalam Rantai Pasokan Tekstil
1. Model Tradisional vs. Model Digital
Sebelum digitalisasi, rantai pasokan tekstil mengandalkan sistem manual dan proses yang panjang, yang sering menyebabkan keterlambatan produksi dan distribusi. Data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 40% perusahaan tekstil telah mengadopsi sistem digital secara penuh.
Keunggulan model digital dibandingkan tradisional:
2. Studi Kasus: Digitalisasi dalam Industri Tekstil
Studi Kasus 1: Implementasi AI dan IoT dalam Produksi
Sebuah perusahaan tekstil di Jerman mengadopsi Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI) untuk mengoptimalkan rantai pasokan mereka. Hasilnya:
Studi Kasus 2: Digitalisasi dalam Manajemen Logistik
Sebuah perusahaan di Tiongkok menerapkan blockchain untuk transparansi logistik:
🔹 Efisiensi transportasi meningkat 35%, mengurangi keterlambatan pengiriman.
🔹 Keamanan rantai pasokan meningkat, mengurangi kasus pemalsuan produk hingga 20%
3. Tantangan dalam Implementasi Digitalisasi
Walaupun memiliki banyak manfaat, digitalisasi menghadapi beberapa hambatan:
4. Implikasi dan Rekomendasi
Kesimpulan
Digitalisasi memberikan peluang besar bagi industri tekstil untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing global. Namun, tantangan seperti biaya tinggi dan kurangnya tenaga ahli perlu diatasi dengan strategi yang tepat. Paper ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana perusahaan dapat mengadopsi teknologi baru secara efektif.
Sumber Artikel: Ali, W., & Tariq, A. (2022). How Mobility through digitalization in supplychain are changing the dynamics of business: thesis based on Research Questions.
Product Design and Development
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 18 Februari 2025
Produk
Dalam pemasaran, produk adalah suatu barang, sistem atau layanan yang tersedia bagi konsumen sesuai dengan permintaan mereka; Produk dapat berupa apa saja yang dapat ditawarkan di pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan pelanggan. Dalam perdagangan eceran, produk sering disebut sebagai komoditas, dan dalam manufaktur, produk dibeli sebagai bahan mentah dan kemudian dijual sebagai produk jadi. Layanan juga dianggap sebagai jenis produk.
Dalam manajemen proyek, produk adalah definisi formal dari hasil proyek yang membentuk atau berkontribusi terhadap pencapaian tujuan proyek. Konsep yang terkait adalah produk sampingan, hasil sekunder namun berguna dari suatu proses produksi.Produk berbahaya, terutama yang bersifat fisik dan dapat menyebabkan cedera pada konsumen atau orang di sekitar, dapat dikenakan tanggung jawab produk.
Klasifikasi Produk
Suatu produk dapat diklasifikasikan menjadi berwujud dan tidak berwujud. Produk berwujud adalah objek fisik nyata yang dapat dirasakan melalui sentuhan, misalnya bangunan, kendaraan, perangkat, atau pakaian. Produk tidak berwujud adalah produk yang hanya dapat dirasakan secara tidak langsung, misalnya polis asuransi. Jasa ini secara garis besar dapat dibagi menjadi produk tidak berwujud, yang dapat bersifat permanen atau tidak permanen.
Dengan Menggunakan
Dalam katalog produk online, pengecer Sears, Roebuck and Company mengelompokkan produknya ke dalam “departemen” dan kemudian menyajikannya kepada pembeli potensial berdasarkan (1) fungsi atau (2) merek. Setiap produk memiliki nomor item Sears dan nomor model pabrikan. Sears menggunakan departemen dan pengelompokan produk untuk membantu pelanggan menavigasi produk berdasarkan fungsi atau merek, mirip dengan struktur department store tradisional.
Berdasarkan Asosiasi
Lini produk mengacu pada “sekelompok produk yang berkaitan erat satu sama lain, baik karena fungsinya serupa, dijual kepada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui jenis gerai yang sama, atau berada dalam kelompok tertentu. kisaran harga." Banyak perusahaan menawarkan berbagai lini produk yang mungkin unik pada satu perusahaan atau umum pada industri perusahaan tersebut. Misalnya, Sensus AS tahun 2002 mengumpulkan angka pendapatan untuk industri keuangan dan asuransi berdasarkan beberapalini produk, seperti “Premi Asuransi, Kesehatan dan Kecelakaan” dan “Pendapatan Pinjaman Konsumen yang Dijamin.” Dalam industri asuransi, lini produk dapat ditentukan berdasarkan jenis cakupan risiko, misalnya asuransi. B. Asuransi kendaraan bermotor, asuransi komersial dan asuransi jiwa.
Klasifikasi produk nasional dan internasional
Berbagai sistem klasifikasi produk telah dikembangkan untuk tujuan statistik ekonomi. Misalnya, negara-negara penandatangan NAFTA sedang mengerjakan sistem klasifikasi produk yang disebut NAPCS untuk melengkapi Sistem Klasifikasi Industri Amerika Utara (NAICS). Di Uni Eropa, “klasifikasi produk berdasarkan aktivitas” digunakan sebagai sistem klasifikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa juga melakukan klasifikasi produk untuk menginformasikankegiatan ekonomi internasional.
Sistem klasifikasi Aspinwall mengusulkan untuk mengevaluasi dan mengklasifikasikan produk berdasarkan lima variabel utama. Yang pertama adalah tingkat penggantian, yang mengukur seberapa sering konsumen membeli kembali suatu produk. Variabel berikutnya adalah margin kotor, yang mengukur keuntungan yang diperoleh pada setiap produk. Penyesuaian target pembeli juga menjadi faktor penting dalam menilai seberapa fleksibel kebiasaan pembelian konsumen terhadap produk.
Selain itu, durasi kepuasan produk dan durasi perilaku pencarian pembeli juga merupakankriteria evaluasi yang mengukur berapa lama produk membawa manfaat bagi pengguna dan berapa lama konsumen mencari produk tersebut.Di sisi lain, Institut Nasional Pembelian Pemerintah (NIGP) telah mengembangkan sistem klasifikasi produk dan jasa, yang disebut kode NIGP, yang digunakan oleh pemerintah negara bagian dan lokal di Amerika Serikat. Kode NIGP, dengan skema hierarki yang mencakup kelas, elemen, kelompok, dan rincian, telah diadopsi oleh 33 negara bagian dan ribuan kota, kabupaten, dan subdivisi politik lainnya. Penerapan NIGP Code mencakup berbagai aspek seperti registrasi pemasok, identifikasi inventaris, pengelolaanitem kontrak, analisis biaya dan pengadaan strategis serta memberikan kerangka terstruktur untuk pengelolaan dan penyajian laporan produk dan layanan oleh pemerintah.
Model Produk
Produsen umumnya menetapkan pengenal yang disebut model, varian model, atau nomor model (sering disingkat MN, M/N, atau nomor model) untuk setiap desain produk yang mereka hasilkan. Misalnya, Dyson Ltd, produsen peralatan besar seperti penyedot debu, meminta pelanggan untuk mengidentifikasi model mereka sebagai bagian dari dukungan situs web. Merek dan model sering kali digunakan bersamaan untuk mengidentifikasi produk di pasaran, meskipun nomor model tidak selalu sama dengan nomor komponen pabrikan(MPN).
Industri otomotif, dengan banyak produk serupa, menggunakan definisi khusus mobil dengan pilihan atau atribut yang mencerminkan karakteristik kendaraan. Model mobil ditentukan oleh pilihan dasar seperti bodi, mesin, transmisi dan as.Varian suatu model, sering disebut trim level, terdiri dari berbagai pilihan tambahan seperti warna, jok, roda, kaca spion, finishing cat lainnya, sistem hiburan dan asisten. Opsi yang saling eksklusif ini membentuk kelompok opsi, di mana Anda hanya dapat memilih satu opsi untuk setiap keluarga dan hanya perlu memilih satu opsi. Selain itu, unit tertentu dari suatu produk sering kali diidentifikasi dengan nomor seri, yang penting untuk membedakan produk dalam definisiuntuk produk yang sama. Untuk produk otomotif, nomor ini disebut Vehicle Identification Number (VIN) dan mengikuti format standar internasional.
Disadur dari: en.wikipedia.org