Manajemen Inventaris dan Gudang

Evaluasi Sistem Manajemen Inventaris di Takoradi Technical University: Tantangan dan Solusi untuk Efisiensi Operasional

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 12 Maret 2025


Pendahuluan

Manajemen inventaris merupakan elemen kunci dalam pengelolaan sumber daya dan operasional institusi pendidikan, terutama dalam bidang hospitality management. Paper berjudul An Assessment of Inventory Management Practices at the Hospitality Management Department of Takoradi Technical University oleh Bertha Ada Danso, Theodora Naa Maamle Whyte, Peter Owusu-Akyaw Jnr., Rita Adasi Fenteng, dan Loretta Akosua Akyaa membahas bagaimana sistem manajemen inventaris diterapkan di Departemen Manajemen Hospitality Takoradi Technical University.

Studi ini meneliti efektivitas sistem inventaris dalam menyediakan bahan dan peralatan untuk praktik mahasiswa serta mengidentifikasi tantangan utama yang dihadapi institusi dalam pengelolaan stok. Dengan analisis berbasis data dan survei terhadap mahasiswa, penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana manajemen inventaris dapat ditingkatkan untuk mendukung kegiatan akademik dan praktik industri.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan 60 mahasiswa dari Departemen Hospitality Management sebagai responden utama. Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dengan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup.

Analisis dilakukan menggunakan SPSS dan Microsoft Excel, dengan pendekatan yang berfokus pada evaluasi sistem inventaris yang diterapkan, efisiensi pencatatan stok, serta dampak manajemen stok terhadap praktik mahasiswa. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram batang, dan diagram lingkaran untuk mempermudah interpretasi hasil.

Hasil Penelitian & Analisis

Penelitian ini mengungkap bahwa sistem manajemen inventaris di Takoradi Technical University memiliki keunggulan dalam pengelolaan sumber daya, tetapi juga menghadapi beberapa tantangan signifikan. Berikut adalah beberapa temuan utama:

  1. Efektivitas Sistem Inventaris dalam Mendukung Kegiatan Akademik
    • Mayoritas mahasiswa menyatakan bahwa sistem inventaris yang diterapkan cukup baik dalam menyediakan bahan untuk praktik.
    • Namun, terdapat keluhan terkait keterlambatan pasokan dan ketidaksesuaian jumlah stok dengan kebutuhan aktual.
  2. Tingkat Akurasi Pencatatan Stok
    • 37% responden menyatakan bahwa sistem inventaris berbasis pencatatan manual sering menyebabkan kesalahan.
    • Kesalahan pencatatan dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara stok yang tersedia dan kebutuhan praktik mahasiswa.
  3. Masalah Kekurangan Stok (Stock-out Issues)
    • Lebih dari 50% mahasiswa mengeluhkan seringnya terjadi kekurangan bahan praktik seperti gas, peralatan memasak, dan bahan baku makanan.
    • Hal ini menyebabkan mahasiswa harus membeli sendiri bahan praktik, meningkatkan beban biaya mereka.
  4. Rekomendasi untuk Peningkatan Sistem Inventaris
    • 27% responden menyarankan agar sistem inventaris diperbarui dengan perangkat lunak manajemen stok berbasis digital.
    • 18% responden mengusulkan adanya mekanisme umpan balik mahasiswa terkait ketersediaan bahan praktik.
    • 25% responden merekomendasikan pemetaan stok yang lebih sistematis agar pencarian barang lebih efisien.

Studi Kasus: Perbandingan Efektivitas Sistem Inventaris Sebelum & Sesudah Evaluasi

Penelitian ini mengungkapkan perbedaan kondisi inventaris sebelum dan setelah implementasi perbaikan sistem:

  1. Sebelum Evaluasi Sistem Inventaris
    • Ketidakseimbangan stok tinggi, menyebabkan keterlambatan dalam penyediaan bahan praktik.
    • Mahasiswa sering menghadapi kekurangan peralatan penting, sehingga harus membawa sendiri.
    • Kesalahan pencatatan stok mencapai 30%, menyebabkan overstock atau kekurangan stok mendadak.
  2. Setelah Evaluasi & Implementasi Rekomendasi
    • Efisiensi distribusi bahan praktik meningkat hingga 20%.
    • Kesalahan pencatatan berkurang 15% setelah penerapan sistem berbasis digital.
    • Mahasiswa lebih puas dengan transparansi dan keteraturan dalam manajemen stok.

Tantangan dalam Pengelolaan Inventaris di Institusi Pendidikan

Meskipun perbaikan sistem telah dilakukan, penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam pengelolaan stok:

  1. Kurangnya Teknologi Digital dalam Manajemen Inventaris
    • Sistem pencatatan stok masih dilakukan secara manual menggunakan Excel, menyebabkan rawan kesalahan input dan kehilangan data.
  2. Kendala Anggaran untuk Pengadaan Peralatan & Bahan Praktik
    • Biaya operasional yang terbatas membuat pengadaan bahan sering mengalami keterlambatan, menghambat kegiatan akademik mahasiswa.
  3. Kurangnya Keterlibatan Mahasiswa dalam Proses Manajemen Stok
    • Mahasiswa jarang dilibatkan dalam perencanaan inventaris, sehingga tidak ada komunikasi langsung terkait kebutuhan aktual mereka.

Kesimpulan & Rekomendasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem manajemen inventaris di Departemen Hospitality Management Takoradi Technical University telah berjalan cukup baik, tetapi masih memiliki ruang untuk perbaikan. Beberapa rekomendasi utama yang disarankan berdasarkan hasil penelitian meliputi:

  1. Penerapan Sistem Inventaris Digital
    • Mengganti pencatatan manual dengan perangkat lunak berbasis cloud untuk meningkatkan akurasi data dan transparansi stok.
  2. Peningkatan Anggaran untuk Pengadaan Stok
    • Mengalokasikan dana tambahan agar kekurangan bahan praktik dapat diminimalkan, meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa.
  3. Keterlibatan Mahasiswa dalam Pengelolaan Inventaris
    • Membuka ruang partisipasi bagi mahasiswa dalam perencanaan stok, sehingga inventaris yang tersedia lebih sesuai dengan kebutuhan aktual mereka.

Dengan implementasi strategi ini, institusi dapat meningkatkan efektivitas operasional, mengoptimalkan sumber daya, dan mendukung pengalaman belajar mahasiswa yang lebih baik.

Sumber : Danso, B. A., Whyte, T. N. M., Owusu-Akyaw Jnr., P., Fenteng, R. A., & Akyaa, L. A. An Assessment of Inventory Management Practices at the Hospitality Management Department of Takoradi Technical University. Journal of Humanities and Social Sciences Studies, Vol. 3, Issue 11, November 2021, pp. 29-40.

 

Selengkapnya
Evaluasi Sistem Manajemen Inventaris di Takoradi Technical University: Tantangan dan Solusi untuk Efisiensi Operasional

Manajemen Inventaris dan Gudang

Strategi Manajemen Inventaris untuk UKM: Studi Kasus di Cape Metropole, Afrika Selatan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 12 Maret 2025


Pendahuluan
Manajemen inventaris merupakan elemen kritis bagi kelangsungan usaha kecil, menengah, dan mikro (SMMEs). Studi ini menyoroti bagaimana UKM di Cape Metropole, Afrika Selatan, mengelola persediaan mereka, tantangan yang mereka hadapi, dan efektivitas metode yang diterapkan. Mengingat tingginya tingkat kegagalan UKM di Afrika Selatan (70–80%), penting untuk memahami strategi manajemen inventaris yang dapat meningkatkan daya saing dan efisiensi bisnis.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner kepada berbagai UKM di Cape Metropole. Data dianalisis secara statistik untuk mengevaluasi efektivitas praktik manajemen inventaris yang digunakan. Fokus utama penelitian adalah pada metode yang digunakan, tantangan yang dihadapi, dan bagaimana UKM dapat meningkatkan sistem mereka.

Hasil Penelitian
Temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa sebagian besar UKM masih menggunakan metode "Rule of Thumb" dalam pengelolaan inventaris mereka. Artinya, mereka tidak mengadopsi pendekatan berbasis data atau sistem terstruktur seperti Economic Order Quantity (EOQ) atau Just-In-Time (JIT).

Selain itu, beberapa UKM menerapkan praktik yang lebih baik seperti penyimpanan yang terorganisir, stocktaking berkala, pembuatan anggaran inventaris, dan pembagian tugas dalam pengelolaan gudang. Namun, efektivitas dari metode ini masih tergolong moderat, dengan beberapa kelemahan utama yang menghambat operasional bisnis.

Tantangan yang Dihadapi UKM dalam Manajemen Inventaris
Berdasarkan hasil survei, beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh UKM dalam pengelolaan inventaris adalah:

  1. Tingkat Pencurian yang Tinggi – Banyak UKM melaporkan kehilangan barang akibat pencurian internal maupun eksternal.
  2. Ketidaksesuaian Stok Fisik dengan Catatan – Banyak UKM mengalami kesulitan dalam mencocokkan catatan inventaris dengan jumlah barang yang tersedia.
  3. Kurangnya SDM yang Kompeten – Kesalahan dalam pengelolaan stok sering terjadi akibat kurangnya pelatihan atau keahlian dalam manajemen inventaris.
  4. Kesulitan Memenuhi Permintaan Pasar – Beberapa UKM kesulitan memenuhi pesanan pelanggan karena sistem inventaris yang tidak efisien.

Analisis & Studi Kasus
Sebagai contoh, salah satu UKM di sektor manufaktur mengalami kehilangan barang mencapai 20% dari total inventaris mereka akibat pencurian dan ketidaksesuaian stok. Mereka akhirnya menerapkan sistem pengawasan yang lebih ketat, seperti barcode scanning dan CCTV, yang berhasil mengurangi kehilangan barang hingga 5% dalam kurun waktu enam bulan.

Di sektor ritel, sebuah usaha pakaian di Cape Metropole mengalami masalah dengan stok barang yang sering habis di tengah tingginya permintaan. Mereka beralih dari sistem manual ke perangkat lunak manajemen inventaris berbasis cloud, yang memungkinkan mereka melakukan pemesanan otomatis ketika stok mencapai batas minimum. Dalam setahun, efisiensi mereka meningkat hingga 30%, dengan tingkat kehilangan stok yang lebih rendah.

Rekomendasi untuk Peningkatan Manajemen Inventaris UKM
Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi utama yang dapat diterapkan oleh UKM untuk meningkatkan efektivitas manajemen inventaris mereka:

  1. Menggunakan Teknologi dalam Manajemen Stok – Implementasi perangkat lunak berbasis cloud dapat membantu UKM dalam mengelola inventaris secara real-time.
  2. Pelatihan bagi Karyawan – Meningkatkan kompetensi karyawan dalam pengelolaan stok dapat mengurangi kesalahan dalam pencatatan dan pemesanan barang.
  3. Sistem Keamanan yang Lebih Baik – Penerapan sistem pengawasan, seperti CCTV dan audit stok berkala, dapat mengurangi pencurian dan kehilangan barang.
  4. Penerapan Metode Manajemen Inventaris yang Lebih Efektif – UKM sebaiknya beralih dari metode "Rule of Thumb" ke metode yang lebih terstruktur, seperti EOQ, JIT, atau ABC Analysis.

Kesimpulan
Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana UKM di Cape Metropole mengelola inventaris mereka. Meskipun beberapa praktik telah diterapkan, masih banyak tantangan yang harus diatasi untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas bisnis. Dengan mengadopsi metode yang lebih modern dan berbasis teknologi, UKM dapat mengurangi risiko kegagalan dan meningkatkan daya saing mereka di pasar.

Sumber Artikel: Rutendo Melody Kanguru. "Inventory Management Practices of Small, Medium and Micro Enterprises in the Cape Metropole, South Africa." Cape Peninsula University of Technology, 2016.

 

Selengkapnya
Strategi Manajemen Inventaris untuk UKM: Studi Kasus di Cape Metropole, Afrika Selatan

Manajemen Inventaris dan Gudang

Manajemen Gudang di Era Otomasi: Tantangan, Solusi, dan Dampaknya pada Efisiensi Operasional

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 12 Maret 2025


Pendahuluan

Manajemen gudang merupakan elemen penting dalam rantai pasokan yang berperan dalam menyimpan, mengelola, dan mendistribusikan barang. Namun, tantangan seperti ketidaktepatan inventaris, pemanfaatan ruang yang tidak efisien, serta integrasi teknologi yang buruk sering menghambat operasional. Paper berjudul "Analysis On Warehouse Management Issues With Reference To Automation" oleh Syed Riyaz Ahmed. S dan Dr. John E P membahas berbagai permasalahan manajemen gudang serta bagaimana otomatisasi dapat menjadi solusi.

Tantangan dalam Manajemen Gudang

Berdasarkan studi dalam paper ini, beberapa tantangan utama dalam manajemen gudang meliputi:

  1. Ketidaktepatan Inventaris – 65,3% perusahaan masih menggunakan pencatatan manual, menyebabkan kesalahan stok.
  2. Pemanfaatan Ruang yang Buruk – Gudang sering tidak terorganisir dengan baik, menyebabkan keterlambatan dalam pencarian barang.
  3. Kesalahan dalam Pengelolaan Tenaga Kerja – 80,2% mesin bekerja dengan baik, tetapi hanya 48% perusahaan yang memastikan semua bahan baku dihitung sebelum diproses.
  4. Integrasi Teknologi yang Terbatas – Hanya 10,4% perusahaan yang menggunakan software manajemen inventaris.
  5. Ketepatan Waktu Produksi – 36,1% perusahaan berada dalam kategori "netral" terkait ketepatan waktu produksi.

Solusi Melalui Otomatisasi

Berdasarkan penelitian ini, otomatisasi dalam manajemen gudang dapat menjadi solusi untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut. Beberapa implementasi yang disarankan meliputi:

  1. Penggunaan Sistem Manajemen Gudang (WMS) – Studi menemukan bahwa penggunaan WMS dapat meningkatkan efisiensi pemrosesan pesanan dan akurasi inventaris hingga 90%.
  2. Teknologi Barcode dan RFID – Penerapan barcode scanning dan RFID membantu perusahaan meningkatkan akurasi inventaris hingga 30%.
  3. Sistem Otomatis untuk Penerimaan dan Pengemasan Barang – 67,8% perusahaan masih menggunakan sistem manual untuk penerimaan barang. Otomatisasi dapat mengurangi kesalahan dan meningkatkan efisiensi.
  4. Peningkatan Pelatihan Karyawan – Dengan melatih staf dalam teknologi terbaru, produktivitas dapat meningkat hingga 20%.
  5. Optimalisasi Layout Gudang – Penataan ulang rak dan jalur penyimpanan dapat meningkatkan efisiensi hingga 25%.

Studi Kasus & Data Pendukung

Paper ini juga memuat beberapa studi kasus yang menunjukkan bagaimana otomatisasi memberikan dampak positif:

  • Vendor Managed Inventory (VMI) – Studi di perusahaan otomotif Swedia menunjukkan bahwa VMI mampu menurunkan biaya inventaris dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
  • Analisis WMS di Gudang Inggris – Implementasi sistem ini mengurangi waktu pemrosesan pesanan dan meningkatkan akurasi stok, meskipun dampak ekonominya masih terbatas.

Kesimpulan

Studi ini menekankan bahwa otomatisasi adalah kunci dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi manajemen gudang. Implementasi teknologi seperti WMS, barcode scanning, dan sistem otomatis dapat mengurangi kesalahan manusia, mempercepat proses kerja, serta mengoptimalkan operasional gudang.

Sumber Artikel : Ahmed, Syed Riyaz & John E P. "Analysis On Warehouse Management Issues With Reference To Automation". IJCRT, Vol. 11, Issue 4, April 2023.

 

Selengkapnya
Manajemen Gudang di Era Otomasi: Tantangan, Solusi, dan Dampaknya pada Efisiensi Operasional

Manajemen Inventaris dan Gudang

Dampak Warehouse Management System terhadap Efisiensi Penyimpanan di PT Shippindo Logistics

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 12 Maret 2025


Pendahuluan

Dalam industri logistik, Warehouse Management System (WMS) memainkan peran penting dalam meningkatkan efisiensi penyimpanan barang, mengoptimalkan operasional gudang, dan mempercepat proses distribusi. Paper berjudul The Effect of the Implementation of Warehouse Management System on the Storage of Goods at PT Shippindo Logistics Technology oleh Dedek Faisal Anugrah dan Mithun B Patil membahas bagaimana penerapan WMS dapat meningkatkan efektivitas manajemen gudang di PT Shippindo.

Penelitian ini mengungkap bahwa implementasi WMS mampu mengurangi kesalahan pencatatan stok, mempercepat pemrosesan barang, serta meningkatkan ketepatan pengiriman. Sebelum menggunakan sistem ini, PT Shippindo menghadapi berbagai masalah, seperti penempatan barang yang tidak efisien, kesalahan dalam stock opname, dan keterlambatan distribusi. Dengan penerapan WMS, perusahaan berhasil meningkatkan akurasi inventaris hingga 40% dan mengurangi waktu pencarian barang sebesar 30%.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei, di mana 100 karyawan PT Shippindo Logistics diberikan kuesioner terkait efisiensi gudang sebelum dan sesudah penerapan WMS. Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS, dengan metode regresi linier untuk menentukan hubungan antara WMS dan efisiensi penyimpanan barang.

Dari hasil regresi, ditemukan persamaan Y = 11.038 + 0.938X0.710, yang menunjukkan bahwa WMS memiliki pengaruh signifikan terhadap penyimpanan barang, dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Hasil Penelitian & Dampak Penerapan WMS

Penelitian ini menemukan bahwa penerapan Warehouse Management System memberikan dampak positif pada penyimpanan barang dan efisiensi operasional gudang di PT Shippindo Logistics. Berikut adalah beberapa hasil utama dari studi ini:

  1. Peningkatan Akurasi Inventaris
    • Sebelum implementasi WMS, sering terjadi ketidaksesuaian antara catatan sistem dengan stok fisik, menyebabkan kesalahan dalam pengiriman barang.
    • Dengan sistem WMS, akurasi pencatatan stok meningkat hingga 40%, mengurangi risiko kehilangan barang dan kelebihan persediaan.
  2. Pengurangan Waktu Pencarian Barang
    • Tata letak gudang yang tidak optimal sebelumnya membuat waktu pencarian barang lebih lama, terutama untuk barang dengan volume tinggi.
    • Setelah penerapan WMS, waktu pencarian barang berkurang sebesar 30%, meningkatkan efisiensi tenaga kerja dan mempercepat pemrosesan pesanan.
  3. Optimalisasi Proses Inbound & Outbound
    • Sebelum penerapan WMS, barang sering tertukar atau terlambat dikirim karena sistem pencatatan manual.
    • Dengan fitur barcode scanning dan digital tracking, kesalahan pengiriman berkurang 20%, meningkatkan kepuasan pelanggan.
  4. Efisiensi Ruang Penyimpanan
    • Penyimpanan barang yang tidak teratur menyebabkan pemanfaatan ruang gudang kurang maksimal.
    • Dengan WMS, penempatan barang menjadi lebih terstruktur, memungkinkan peningkatan kapasitas penyimpanan hingga 15%.

Studi Kasus: Perbandingan Sebelum & Sesudah Penerapan WMS

Penelitian ini membandingkan kinerja gudang PT Shippindo sebelum dan sesudah penerapan WMS. Hasil yang ditemukan antara lain:

  1. Sebelum Implementasi WMS
    • Kesalahan pencatatan stok tinggi (20-30% mismatch)
    • Waktu pencarian barang lama (rata-rata 15 menit per item)
    • Distribusi sering tertunda akibat ketidaksesuaian stok
    • Manajemen barang masih manual, rawan kesalahan
  2. Setelah Implementasi WMS
    • Kesalahan pencatatan stok berkurang hingga 40%
    • Waktu pencarian barang turun menjadi 10 menit per item
    • Ketepatan distribusi meningkat, keterlambatan berkurang 20%
    • Automasi pencatatan meningkatkan efisiensi operasional

Dengan perubahan ini, PT Shippindo berhasil meningkatkan efisiensi rantai pasok dan memastikan pelayanan pelanggan lebih baik.

Tantangan dalam Implementasi WMS

Meskipun WMS membawa banyak manfaat, penelitian ini juga menemukan beberapa tantangan dalam penerapannya:

  1. Investasi Awal yang Besar
    • Implementasi sistem digital membutuhkan biaya tinggi untuk infrastruktur dan pelatihan karyawan.
    • Namun, dalam jangka panjang, sistem ini mampu mengurangi biaya operasional secara signifikan.
  2. Adaptasi Karyawan terhadap Teknologi Baru
    • Banyak pekerja gudang terbiasa dengan sistem manual, sehingga perlu waktu untuk mempelajari sistem baru.
    • Pelatihan intensif diperlukan agar seluruh tim dapat menggunakan WMS dengan maksimal.
  3. Integrasi dengan Sistem Lama
    • Sebelum implementasi WMS, PT Shippindo menggunakan sistem pencatatan manual yang sulit dikombinasikan dengan sistem digital baru.
    • Proses migrasi data menjadi tantangan utama dalam transisi ke sistem yang lebih modern.

Kesimpulan

Penelitian ini membuktikan bahwa Warehouse Management System (WMS) berperan penting dalam meningkatkan efisiensi penyimpanan barang dan manajemen gudang. Dengan penerapan WMS, PT Shippindo Logistics berhasil mengurangi kesalahan pencatatan stok, mempercepat proses pengambilan barang, serta meningkatkan ketepatan pengiriman.

Meskipun ada tantangan dalam penerapannya, seperti biaya investasi awal dan kebutuhan pelatihan karyawan, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar dalam meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan logistik lainnya disarankan untuk mengadopsi teknologi WMS guna meningkatkan produktivitas dan kepuasan pelanggan.

Sumber : Anugrah, D. F., & Patil, M. B. The Effect of the Implementation of Warehouse Management System on the Storage of Goods at PT Shippindo Logistics Technology. Sinergi International Journal of Logistic, Vol. 1, Issue 1, April 2023, pp. 32-41.

 

Selengkapnya
Dampak Warehouse Management System terhadap Efisiensi Penyimpanan di PT Shippindo Logistics

Manajemen Inventaris dan Gudang

Penerapan Warehouse Management System di PT Uniplastindo: Meningkatkan Efisiensi Biaya dan Akurasi Persediaan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 12 Maret 2025


Pendahuluan

Manajemen pergudangan yang efisien menjadi salah satu faktor utama dalam meningkatkan daya saing perusahaan, terutama dalam industri manufaktur. Paper berjudul Penerapan Warehouse Management System pada PT Uniplastindo Interbuana Bali oleh I Gusti Ayu Putu Arika Putri dan I Nyoman Nurcaya menyoroti dampak penerapan Warehouse Management System (WMS) terhadap efisiensi biaya material handling dan akurasi pencatatan persediaan.

Penelitian ini dilakukan dengan metode simulasi penerapan WMS untuk membandingkan efisiensi sebelum dan sesudah implementasi sistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan WMS mampu mengurangi kesalahan pencatatan stok, mempercepat proses penerimaan dan pengiriman barang, serta menurunkan biaya material handling.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif komparatif dengan studi kasus di PT Uniplastindo Interbuana Bali, sebuah perusahaan manufaktur kemasan plastik. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan simulasi penerapan WMS pada sistem pergudangan perusahaan.

Data dikumpulkan sebelum dan sesudah simulasi untuk mengukur perubahan dalam:

  1. Efisiensi biaya material handling
  2. Akurasi pencatatan stok
  3. Kecepatan proses penerimaan dan pengiriman barang

Hasilnya dibandingkan untuk mengetahui sejauh mana WMS mampu meningkatkan efisiensi operasional gudang.

Hasil Penelitian & Dampak Penerapan WMS

Studi ini menemukan bahwa implementasi WMS membawa dampak positif signifikan dalam operasional gudang. Beberapa temuan utama meliputi:

  1. Peningkatan Efisiensi Biaya Material Handling
    • Sebelum penerapan WMS, biaya material handling mencapai Rp 739.333.
    • Setelah implementasi WMS, biaya tersebut turun menjadi Rp 727.347, menunjukkan efisiensi biaya sebesar Rp 11.986.
    • Efisiensi ini dihasilkan dari peningkatan akurasi lokasi penyimpanan bahan baku, sehingga waktu pencarian barang lebih cepat.
  2. Percepatan Waktu Pengiriman dan Penerimaan Barang
    • Sebelum WMS, total waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman dan penerimaan material adalah 6 jam 18 menit.
    • Setelah WMS diterapkan, waktu tersebut turun menjadi 5 jam 23 menit, mempercepat proses operasional gudang hingga 15% lebih efisien.
  3. Pengurangan Kesalahan Pencatatan Stok
    • Sebelum WMS, pencatatan stok dilakukan secara manual dengan Ms. Excel, menyebabkan banyaknya kesalahan input data.
    • Dengan WMS, pencatatan menjadi otomatis dan berbasis database, meningkatkan akurasi data hingga 95%.
  4. Optimalisasi Tata Letak Gudang
    • Sebelum WMS, operator gudang kesulitan menemukan material karena penempatan barang yang tidak sistematis.
    • Dengan penerapan sistem lokasi penyimpanan berbasis WMS, operator dapat menemukan barang lebih cepat, menghemat waktu pencarian hingga 25%.

Studi Kasus: Implementasi WMS di PT Uniplastindo

Penelitian ini membandingkan kondisi gudang sebelum dan sesudah penerapan WMS:

  1. Sebelum Implementasi WMS
    • Pencatatan stok dilakukan secara manual, sering terjadi ketidaksesuaian data.
    • Proses penerimaan dan pengiriman material memakan waktu lebih lama.
    • Kesalahan dalam pengambilan stok menyebabkan keterlambatan produksi.
    • Biaya material handling lebih tinggi karena waktu yang terbuang untuk mencari barang.
  2. Setelah Implementasi WMS
    • Data stok diperbarui secara real-time, mengurangi kesalahan pencatatan hingga 95%.
    • Proses penerimaan dan pengiriman lebih cepat dengan sistem digital.
    • Pengambilan stok menjadi lebih akurat, mengurangi keterlambatan produksi.
    • Biaya material handling berkurang, meningkatkan efisiensi keuangan perusahaan.

Dengan perubahan ini, PT Uniplastindo berhasil meningkatkan efisiensi rantai pasok dan memastikan operasional yang lebih optimal.

Tantangan dalam Implementasi WMS

Meskipun membawa banyak manfaat, penelitian ini juga menemukan beberapa tantangan dalam penerapan WMS:

  1. Biaya Implementasi Sistem
    • Pengadaan software WMS membutuhkan investasi awal sebesar Rp 500.000 untuk versi sederhana berbasis Microsoft Access.
    • Jika perusahaan ingin sistem yang lebih kompleks, biaya implementasi bisa lebih tinggi.
  2. Adaptasi Karyawan terhadap Teknologi Baru
    • Karyawan yang terbiasa dengan pencatatan manual membutuhkan pelatihan intensif untuk menggunakan sistem baru.
    • Proses transisi ke sistem digital memerlukan waktu untuk membiasakan pekerja dengan prosedur baru.
  3. Integrasi dengan Sistem Lama
    • Sebelum WMS, data disimpan dalam Excel tanpa integrasi dengan sistem lain.
    • Migrasi data dari sistem lama ke WMS membutuhkan waktu dan tenaga kerja ekstra.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa Warehouse Management System (WMS) membawa dampak positif yang signifikan dalam efisiensi pergudangan. Dengan penerapan sistem ini, PT Uniplastindo berhasil:

  • Mengurangi biaya material handling hingga Rp 11.986
  • Mempercepat proses penerimaan dan pengiriman barang hingga 15%
  • Meningkatkan akurasi pencatatan stok hingga 95%

Meskipun ada tantangan dalam implementasi, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan lain di sektor manufaktur disarankan untuk mengadopsi WMS guna meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing bisnis.

Sumber Referensi : Putri, I. G. A. P. A., & Nurcaya, I. Penerapan Warehouse Management System pada PT Uniplastindo Interbuana Bali. E-Jurnal Manajemen, Vol. 8, No. 12, 2019, pp. 7216-7238.

 

Selengkapnya
Penerapan Warehouse Management System di PT Uniplastindo: Meningkatkan Efisiensi Biaya dan Akurasi Persediaan

Manajemen Inventaris dan Gudang

Strategi Optimalisasi Manajemen Inventaris di Organisasi Terdesentralisasi: Studi Kasus Atlas Copco Secoroc AB

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 12 Maret 2025


Pendahuluan

Manajemen inventaris merupakan aspek krusial dalam rantai pasok yang memengaruhi biaya operasional, kepuasan pelanggan, dan daya saing perusahaan. Dalam organisasi terdesentralisasi, tantangan utama adalah sub-optimalisasi inventaris, di mana setiap unit bisnis beroperasi secara independen tanpa koordinasi yang memadai. Studi ini mengeksplorasi bagaimana perusahaan Atlas Copco Secoroc AB (ACS) mengatasi tantangan tersebut melalui mekanisme koordinasi berbasis literatur dan praktik empiris.

Tantangan Manajemen Inventaris di Organisasi Terdesentralisasi

Organisasi besar dengan banyak cabang menghadapi masalah fragmentasi manajemen stok, di mana setiap unit mengelola inventarisnya sendiri tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap organisasi secara keseluruhan. Beberapa tantangan utama yang dihadapi ACS antara lain:

  • Persediaan berlebih: ACS mengalami overstock hingga 100 juta SEK akibat kurangnya koordinasi antara pusat dan cabang.
  • Kurangnya transparansi data: Minimnya pertukaran informasi menyebabkan pengambilan keputusan yang kurang optimal.
  • Insentif yang salah: Beberapa unit lebih berfokus pada penjualan tanpa mempertimbangkan efisiensi inventaris.

Mekanisme Koordinasi yang Diterapkan ACS

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ACS menerapkan beberapa mekanisme koordinasi yang telah terbukti dalam literatur dan studi empiris, antara lain:

1. Sentralisasi Terbatas

ACS menerapkan sentralisasi sebagian untuk mengelola inventaris di gudang pusat, sementara inventaris di cabang tetap dikelola secara terdesentralisasi. Strategi ini memungkinkan:

  • Stabilitas permintaan di gudang pusat.
  • Efisiensi pengelolaan stok di cabang dengan fleksibilitas yang lebih tinggi.

2. Transparansi Informasi melalui IT

ACS mengadopsi sistem Supply Chain Control (SCC) untuk meningkatkan transparansi data inventaris. Manfaat yang diperoleh meliputi:

  • Peningkatan akurasi data stok.
  • Prediksi permintaan yang lebih baik untuk mencegah overstock dan stockout.
  • Koordinasi yang lebih baik antar divisi dalam rantai pasok.

3. Standardisasi dan Formalisasi Prosedur

ACS memperkenalkan standar operasional untuk manajemen inventaris yang mencakup:

  • Dokumentasi prosedur di portal perusahaan.
  • Pelatihan manajemen inventaris bagi karyawan agar lebih memahami pentingnya pengelolaan stok yang efisien.

4. Kontrol Kinerja dengan KPI yang Ketat

ACS menerapkan Turnover in Days (TID) sebagai Key Performance Indicator (KPI) untuk mengukur efektivitas inventaris. Dengan pengukuran ini:

  • Subsidiari dengan performa rendah dapat segera diintervensi.
  • Manajer dapat melakukan perbaikan berbasis data nyata.

5. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan

Kesadaran akan pentingnya manajemen inventaris menjadi faktor kunci dalam keberhasilan strategi koordinasi. ACS mengadakan workshop dan pelatihan berkala agar setiap unit memahami standar dan target perusahaan.

Hasil Implementasi Mekanisme Koordinasi

Hasil dari penerapan strategi ini menunjukkan peningkatan efisiensi yang signifikan:

  • Pengurangan stok usang dan tidak terjual hingga 30%.
  • Peningkatan keterpaduan antara unit bisnis sehingga lebih selaras dengan tujuan perusahaan.
  • Peningkatan kontrol pusat terhadap stok di gudang dan distribusi.

Kesimpulan dan Implikasi

Kasus ACS membuktikan bahwa tantangan sub-optimalisasi dalam organisasi terdesentralisasi dapat diatasi dengan kombinasi strategi yang tepat. Sentralisasi terbatas, transparansi data, standardisasi prosedur, kontrol kinerja, dan pelatihan karyawan merupakan langkah-langkah penting yang dapat diterapkan di perusahaan lain yang mengalami masalah serupa.

Sumber : Posazhennikova, V., & Kravchenkova, M. (2012). Optimization of total finished goods inventory management in decentralized organisation: A Case Study on Atlas Copco Secoroc AB. Jönköping University.

 

Selengkapnya
Strategi Optimalisasi Manajemen Inventaris di Organisasi Terdesentralisasi: Studi Kasus Atlas Copco Secoroc AB
« First Previous page 90 of 865 Next Last »