Pertanian
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 27 Maret 2025
Perkebunan Inti Rakyat (PIR) merupakan model pengembangan perkebunan rakyat pada lahan terbuka baru yang inti merupakan perkebunan besar yang membangun dan menguasai perkebunan rakyat disekitarnya sebagai plasma dalam kerjasama yang saling menguntungkan, holistik dan berkelanjutan. Tanaman inti manusia adalah salah satu bentuk pertanian kontrak. Perkebunan inti sering dikaitkan dengan program imigrasi, seperti di Indonesia dan Papua Nugini, di mana tanaman seperti kelapa sawit, karet, teh, dll. Pembangunan pembibitan dan fasilitas umum seperti jalan, sekolah, tempat ibadah, klinik. dan lainnya terlibat dalam proyek pembangkit listrik tenaga nuklir manusia.
Salah satu tujuan model pertanian skala kecil adalah untuk memobilisasi keunggulan atau keahlian teknis dan manajerial dari pertanian besar untuk membantu mengembangkan pertanian plasma bagi pemukim yang tidak memiliki tanah di lahan yang cocok untuk ditanami.
Konsep
Peternakan besar seperti inti dan petani kecil seperti plasma mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Tanggung Jawab Inti Perusahaan:
Kewajiban petani plasma:
Sejarah pelaksanaan pola PIR di Indonesia
Pengembangan perkebunan tipe PIR di Indonesia diawali dengan beberapa proses persiapan, yang dimulai dengan penguatan perusahaan perkebunan nasional bantuan dengan Bank Dunia hingga menjadi perusahaan inti yang potensial. Pengembangan model PIR dimulai dengan rangkaian proyek Assisted PIR yang kemudian menjadi SPN dengan bantuan Bank Dunia, disusul oleh Bank Pembangunan Asia dan Bank Pembangunan Jerman. Pada awal pengembangan model PIR diterapkan oleh 7 PTP yang kini menjadi PT Perkebunan Nusantara (lihat Daftar Badan Usaha Milik Negara Indonesia), proses validasi model PTP dilaksanakan dalam tiga tahap.
Sumber: id.wikipedia.org
Pertanian
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 27 Maret 2025
Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tumbuhan yang termasuk dalam famili Elaeis dan famili Arecaceae. Tanaman ini digunakan di pertanian komersial untuk menghasilkan minyak sawit. Keluarga ini mencakup dua anggota. Kelapa sawit Elaeis guineensis merupakan spesies kelapa sawit yang paling banyak dibudidayakan di dunia, khususnya di Indonesia, dan merupakan sumber minyak kelapa sawit terpenting di dunia. Kelapa sawit Elaeis oleifera berasal dari daerah tropis Amerika Selatan dan Tengah dan digunakan secara lokal untuk produksi minyak.
Kelapa sawit merupakan tanaman industri yang digunakan sebagai bahan baku produksi minyak nabati, minyak industri dan bahan bakar. Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia. Di Indonesia mencapai wilayah Aceh, pantai timur Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Terdapat beberapa spesies tanaman kelapa sawit yaitu E. guineensis Jacq., E. oleifera dan E. odora. Kultivar atau jenis kelapa sawit diklasifikasikan berdasarkan dua cirinya, yaitu ketebalan endokarp dan warna buah.
Menurut ketebalan endokarpnya, tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi tiga varietas yaitu Dura, Pisifera dan Tenera, sedangkan menurut warna buahnya dibedakan menjadi tiga: Nigrescens, Virescens dan Albescens. Secara umum tanaman kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu akar, batang, daun, bunga dan buah. Bagian minyak sawit yang disuling menjadi minyak adalah buahnya.
Ciri ciri:
Tanaman dewasa dari Arecaceae bertangkai tunggal dan dapat tumbuh setinggi lebih dari 20 meter. Daunnya menyirip dan panjang 3–5 m (10–16 kaki). Bunga diproduksi dalam bentuk padat; setiap bunga berukuran kecil, dengan tiga sepal dan tiga kelopak. Buahnya berwarna kemerahan, seukuran buah plum besar, dan tumbuh dalam tandan besar. Setiap buah terdiri dari lapisan luar yang kaya minyak (pericarp) dengan satu biji (inti sawit) yang juga kaya akan minyak.
Kelapa sawit bentuknya seperti pohon. Tingginya bisa mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan ke samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar pernapasan yang tumbuh ke atas agar aerasi lebih banyak. Seperti spesies palem lainnya, daunnya berbulu. Daunnya berwarna hijau tua dan garis tengahnya sedikit lebih terang. Penampilannya agak mirip dengan tanaman asin, hanya saja durinya tidak begitu keras dan tajam. Batang tanaman ditutupi duri tengah hingga berumur 12 tahun. Setelah berumur 12 tahun, daun yang kering rontok dan terlihat seperti kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah, tetapi pada pohon yang sama (monoecious diclin) dan waktu masaknya berbeda, sehingga penyerbukan sendiri sangat jarang terjadi. Bunga jantan berbentuk runcing dan panjang, sedangkan bunga betina lebih besar dan berbunga-bunga. Tanaman kelapa sawit cangkang pisifera bersifat betina mandul sehingga jarang menghasilkan buah tandan dan digunakan sebagai induk jantan untuk produksi benih yang lebih baik.
Warna buah palem bervariasi, ada yang hitam, ungu, hingga merah, tergantung biji yang digunakan. Buah-buahan dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang muncul dari masing-masing media. Buahnya menghasilkan minyak. Kandungan minyak meningkat seiring dengan matangnya buah. Setelah matang, konsentrasi asam lemak bebas (FFA) meningkat dan buah turun dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS).
Budi daya
Karena minyak kelapa sawit mengandung lebih banyak lemak jenuh daripada minyak yang terbuat dari kanola, jagung, biji rami, kacang kedelai, safflower, dan bunga matahari, minyak kelapa sawit dapat tahan terhadap panas yang ekstrem dan tahan terhadap oksidasi. Ini tidak mengandung lemak trans, dan penggunaannya dalam makanan telah meningkat sebagai hukum pelabelan makanan dan telah mengubah dalam penentuan kandungan lemak trans. Minyak dari Elaeis guineensis juga digunakan sebagai biofuel.
Penggunaan minyak kelapa sawit telah dilakukan sekitar 5.000 tahun yang lalu di pesisir barat Afrika. Minyak kelapa sawit juga ditemukan pada akhir abad ke-19 oleh para arkeolog di sebuah makam di Abydos yang berasal dari 3000 SM. Diperkirakan pedagang Arab membawa kelapa sawit ke Mesir. Elaeis guineensis sekarang banyak dibudidayakan di negara-negara tropis di luar Afrika, khususnya Malaysia dan Indonesia yang bersama-sama menghasilkan minyak kelapa sawit dan menjadi pemasok besar dunia.
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua spesies: E. guineensis dan E. oleifera. Spesies pertama yang terluas dibudidayakan orang. Dari kedua spesies kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. Banyak orang sedang menyilangkan kedua spesies ini untuk mendapatkan spesies yang tinggi produksi dan mudah dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar sering kali melihat spesies kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari:
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya, tandan buahnya berukuran besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Kelapa sawit biasa ditemukan di daerah semak belukar dengan berbagai jenis tipe tanah seperti podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Jenis tanah tersebut memengaruhi tingkat produksi kelapa sawit, di mana produktivitas kelapa sawit yang ditumbuhkan di tanah podzolik lebih tinggi dibandingkan ditumbuhkan di tanah berpasir dan gambut. Kelapa sawit kurang optimal jika ditumbuhkan di Pulau Jawa karena jenis tanahnya yang kurang sesuai dengan jenis tanah yang mendukung pertumbuhan kelapa sawit.
Temperatur optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24-28 °C dengan ketinggian 1-500 mdpl dan tingkat kelembapan 80-90%. Kecepatan angin yang optimal adalah 5–6 km/jam, di mana kecepatan angin akan membantu proses penyerbukan bunga kelapa sawit. Kelapa sawit membutuhkan curah hujan yang sangat tinggi yaitu sekitar 1500–4000 mm per tahun. Tingkat curah hujan memengaruhi jumlah pelepah yang dihasilkan oleh kelapa sawit. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Kebutuhan penyinaran kelapa sawit berada pada rentang normal yaitu 5-7 jam/hari, sehingga dalam perkebunan kelapa sawit jarak tanam dibuat dengan ukuran 9x9 meter agar setiap tumbuhan mendapatkan cukup cahaya.
Inovasi Dalam Produksi
Biji kelapa sawit tidak berkecambah secara cepat karena adanya sifat dormansi. Batang kelapa sawit memiliki kecepatan tumbuh sekitar 35–75 cm per tahunnya. Untuk meningkatkan kecepatan produksi, maka dilakukan beberapa inovasi. Metode pertama yang dilakukan adalah pengecambahan biji kelapa sawit. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan dormansi benih dan meningkatkan persentasi daya kecambah. Metode kedua adalah pemupukan. Pupuk yang dapat ditambahkan dapat berupa pupuk organik maupun anorganik. Pupuk organik dimanfaatkan dalam memperbaiki struktur tanah dan memberikan pasokan zat hara bagi tanaman. Pupuk anorganik yang biasa ditambahkan adalah pupuk NPK. Efektivitas pemupukan akan tinggi jika pupuk diberikan dalam dosis yang rendah secara kontinu.
Metode ketiga adalah pengendalian gulma. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual, kimiawi, dan biologis. Secara manual dapat dilakukan melalui penyiangan piringan kelapa sawit dengan memotong rerumputan. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan pemberian herbisida dengan memperhatikan beberapa faktor yaitu mekanisme kerja herbisida, cara pemberian dan sifat gulma. Herbisida memiliki berbagai macam mekanisme kerja seperti mempengaruhi respirasi dan fotosintesis gulma, serta menghambat perkecambahan gulma, menghambat sintesis asam amino dan metabolisme lipid. Metode keempat adalah pengendalian hama. Hama yang umum menyerang kelapa sawit antara lain ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, kumbang bahkan babi hutan. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan pemberian insektisida atau menggunakan predator alaminya.
Pengembangan
Metabolomik merupakan strategi penting dalam meningkatkan kualitas minyak kelapa sawit. Melalui analisis metabolit dengan UHPLC-MS, kita dapat memahami komposisi minyak dan menentukan varian kualitas terbaik. Salah satu tantangan serius dalam budidaya kelapa sawit adalah penyakit BSR yang disebabkan oleh Ganoderma boninense. Penyakit ini merusak pertumbuhan dan hasil panen, sehingga diperlukan strategi pengendalian yang efektif. Salah satunya adalah dengan pendekatan metabolomik untuk mengidentifikasi biomarker resistensi terhadap G. boninense.
Pendekatan ini telah berhasil mengidentifikasi tujuh metabolit yang berkontribusi terhadap kerentanan kelapa sawit terhadap G. boninense. Hasil ini membantu kita memahami mekanisme pertahanan kelapa sawit dan dapat digunakan dalam pemilihan bibit unggul dan tahan BSR.
Selain itu, peningkatan kualitas dan keberlanjutan kelapa sawit juga dapat dicapai melalui pendekatan proteomik dan metabolomik, atau PROMET. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi sifat-sifat yang penting secara ekonomi dalam budidaya tanaman, seperti kandungan asam lemak yang tinggi dan hasil kelapa sawit yang tinggi. Dengan demikian, melalui penelitian dan inovasi ini, kita dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan kelapa sawit dalam jangka panjang.
Sumber: id.wikipedia.org
Pertanian
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 27 Maret 2025
Penjelajah Spanyol dan Portugis pertama kali mengenalkan dan membudidayakan kentang di Eropa setelah membawanya dari Amerika Selatan, tempat asalnya, di mana tanaman ini telah dibudidayakan oleh masyarakat selama ribuan tahun. Kentang adalah tanaman tahunan yang cenderung pendek dan tidak berbonggol kayu, serta menyukai iklim sejuk. Cocok untuk ditanam di dataran tinggi di daerah tropis. Bunganya bersambung dan tersusun secara sempurna, dengan ukuran yang cukup besar, memiliki diameter sekitar 3 cm, dan berwarna bervariasi, mulai dari ungu hingga putih.
Persebaran
Kentang memiliki asal-usulnya di lembah-lembah dataran tinggi di Chili, Peru, dan Meksiko. Bangsa Spanyol memperkenalkan jenis kentang ini dari Peru ke Eropa pada tahun 1565. Setelah itu, kentang menyebar ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Di Indonesia, kentang pertama kali muncul sekitar tahun 1794, dengan penanaman awal di sekitar Cimahi. Kemudian, kentang juga ditemukan di Priangan dan Gunung Tengger. Pada tahun 1812, kentang sudah dikenal dan dijual di Kedu, sementara di Sumatra, tanaman ini sudah dikenal setahun sebelumnya, yaitu pada tahun 1811. Kentang biasanya tumbuh di daerah pegunungan dengan ketinggian antara 1000 hingga 2000 meter di atas permukaan laut, terutama pada tanah humus. Tanah yang berasal dari bekas letusan gunung berapi yang memiliki struktur remah adalah yang lebih disukai untuk pertumbuhan kentang.
Deskripsi Tanaman
Tanaman kentang adalah tanaman tahunan non-kayu yang biasanya mencapai ketinggian sekitar 60 sentimeter (24 inci), meskipun ini dapat bervariasi tergantung pada varietas tertentu. Daunnya tersusun bergantian di sepanjang batang dan terdiri dari enam hingga delapan anak daun simetris dengan satu anak daun yang tidak berpasangan di bagian atas. Panjang anak daun ini biasanya 10 cm (3,9 inci) hingga 30 cm (12 inci) dan lebar 5 cm (2,0 inci) hingga 15 cm (5,9 inci), dan dapat menunjukkan berbagai tingkat bulu atau trikoma tergantung pada kultivarnya. Bunga tanaman kentang bisa berwarna putih, merah muda, merah, biru, atau ungu, dengan benang sari berwarna kuning. Meskipun serangga seperti lebah terutama memfasilitasi penyerbukan silang antara tanaman kentang, beberapa pembuahan sendiri juga dapat terjadi.
Tanaman kentang menghasilkan umbi sebagai sarana untuk menyimpan nutrisi. Umbi ini bukanlah akar seperti yang diyakini secara tradisional, melainkan batang yang berkembang dari rimpang yang menebal di ujung stolon, yang merupakan cabang yang muncul dari simpul bawah tanah. Umbi ini memiliki "mata" di permukaannya, yang berfungsi sebagai titik pertumbuhan tunas vegetatif. Selain itu, lubang-lubang kecil yang disebut lentisel memungkinkan terjadinya pertukaran udara di permukaan umbi. Umbi berkembang sebagai respons terhadap panjang hari yang lebih pendek, meskipun sifat ini telah berkurang pada varietas komersial.
Setelah berbunga, tanaman kentang menghasilkan buah kecil berwarna hijau yang menyerupai tomat ceri, masing-masing berisi sekitar 300 biji kecil. Namun, buah ini, seperti bagian tanaman lainnya kecuali umbinya, mengandung alkaloid solanin yang beracun dan tidak layak dikonsumsi. Varietas kentang baru biasanya ditanam dari benih kentang asli (TPS) daripada umbi benih, sehingga memungkinkan dihasilkannya berbagai varietas yang berbeda.
Budidaya
Kentang dan kerabat liarnya tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, yang berarti mereka tidak menghasilkan buah yang layak jika melakukan penyerbukan sendiri. Hal ini menjadi tantangan dalam pemuliaan tanaman, karena semua tanaman yang diproduksi secara seksual haruslah hibrida. Namun, gen yang bertanggung jawab atas kompatibilitas diri telah diidentifikasi, dan mutasi untuk menonaktifkannya telah dipelajari. Kemajuan teknologi seperti CRISPR-Cas9 telah memungkinkan pengenalan sifat-sifat kompatibilitas diri ke dalam kentang diploid, memfasilitasi upaya pemuliaan yang lebih cepat dan lebih terfokus.
Pemuliaan kentang hibrida diploid telah muncul sebagai bidang genetika yang menjanjikan, dengan potensi untuk mencapai homozigositas simultan dan fiksasi alel donor. Spesies kentang liar yang berguna untuk tujuan pemuliaan antara lain Solanum desmissum dan S. stoloniferum.
Biosintesis Pati
Biosintesis pati pada kentang berkaitan erat dengan fotosintesis dan ketersediaan sukrosa. Gen yang terlibat dalam sintesis pati diaktifkan bersamaan dengan aktivitas sukrosa sintase, dengan kedua proses tersebut menunjukkan ritme diurnal yang sesuai dengan suplai sukrosa dari daun.
Manfaat dan Racun
Kentang diakui secara internasional sebagai makanan pokok karena kandungan karbohidratnya, sementara di Indonesia masih dianggap sebagai sayuran mewah. Namun, kentang memiliki nilai gizi tinggi, mengandung berbagai vitamin seperti A, B-kompleks, C, dan asam folat, serta mineral seperti zat besi, fosfor, dan kalium. Kentang juga mengandung zat solanin yang memiliki manfaat sebagai obat penenang, antikejang, antijamur, dan pestisida. Namun, jika terpapar cahaya terlalu lama, kentang dapat menghasilkan solanin secara berlebihan, menyebabkan berbagai bahaya seperti gangguan sistem saraf, terbakar tenggorokan, sakit kepala, hingga paralisis. Solanin bisa beracun dalam dosis tertentu dan pengobatannya meliputi memberi arang aktif, mencuci lambung, dan memberikan cairan infus. Untuk mencegah solanin, kentang sebaiknya disimpan dalam tempat gelap, dimasak pada suhu tinggi, dan menghindari konsumsi kentang yang berkecambah dan berwarna hijau di bawah kulit.
Disadur dari: en.wikipedia.org
Badan Usaha Milik Negara
Dipublikasikan oleh Anisa pada 26 Maret 2025
PT Timah Tbk, sebagai bagian dari MIND ID, fokus pada sektor pertambangan, termasuk timah, batu bara, dan nikel. Perusahaan ini memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) seluas 45.009 hektar di Riau dan Bangka Belitung hingga akhir 2021, dengan cadangan timah sekitar 300.000 ton. Untuk mendukung operasionalnya, PT Timah Tbk memiliki kantor perwakilan di Jakarta.
Sejak tahun 1996, PT Timah Tbk telah menggunakan teknologi modern seperti Global Positioning System (GPS) dalam eksplorasi. Peralatan ini, bersama dengan tes laboratorium, membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi pemetaan dan pengukuran. Data dari eksplorasi ini digunakan untuk membuat peta geologis tinggi akurasi, memudahkan kegiatan pertambangan yang sistematis.
Perusahaan juga beroperasi dalam penambangan lepas pantai dengan armada kapal keruk yang dapat beroperasi pada kedalaman 15 hingga 50 meter di bawah permukaan laut. Armada ini mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Proses produksi bijih timah dari kapal keruk melibatkan instalasi pencucian untuk mencapai kadar minimal 30% Sn sebelum diangkut ke Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT).
Sementara produksi penambangan darat melibatkan mitra usaha yang menjalankan kontrak dengan PT Timah Tbk. Hingga 80% dari produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat, dengan kapasitas yang bervariasi. Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump) dan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan.
Untuk meningkatkan kadar bijih timah, perusahaan memiliki Pusat Pencucian Bijih Timah (Washing Plant). Proses ini meningkatkan kadar Sn dari 20–30% menjadi 72%, memenuhi persyaratan peleburan. Setelah itu, perusahaan mengoperasikan 12 tanur untuk melebur bijih timah menjadi logam timah. Produk akhir berupa logam timah dengan kadar tinggi dan sedikit pengotor.
Kegiatan pemasaran melibatkan penjualan dan distribusi logam timah, dimana sekitar 95% diekspor ke pasar luar negeri, termasuk Asia Pasifik, Eropa, Amerika, dan Kanada. Sementara 5% digunakan untuk memenuhi pasar domestik. Produk yang dihasilkan juga dapat disesuaikan dengan permintaan pelanggan dan memiliki merek dagang terdaftar di London Metal Exchange (LME).
Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Timah_(perusahaan)
Badan Usaha Milik Negara
Dipublikasikan oleh Anisa pada 26 Maret 2025
PT Pindad (Persero) menjalani sebuah uji ledak yang monumental, menguji ketahanan kendaraan tempur Anoa-2 6x6 terhadap ranjau. Acara spektakuler ini digelar pada 8 Desember 2021 di lapangan tembak Pussenarmed, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat. Proses penelitian ini tidak hanya menjadi momen bersejarah untuk industri pertahanan nasional tetapi juga merupakan hasil kolaborasi dengan LPDP RI yang membiayai proyek tersebut.
Kegiatan uji ledak ini bertujuan untuk memastikan bahwa struktur tahan ledak Anoa-2 6x6 memenuhi standar keselamatan yang diharapkan sesuai dengan standar STANAG 4569-AEP-55 volume 2 Level 3B (TNT 8 Kg). Melalui serangkaian uji ledak ini, diharapkan Anoa-2 6x6 dapat memperoleh sertifikasi kelaikan darat yang sesuai. Adapun proses uji tersebut melibatkan penempatan ranjau/TNT di bawah lambung kendaraan, mengacu pada standar tertentu.
Agar uji ledak ini dapat merepresentasikan kondisi sebenarnya, sebuah manekin Anthropomorphic Test Device (ATD) crash test dummy dipasang di dalam kendaraan. Manekin tersebut dilengkapi sensor yang mampu mengukur resiko cedera pada awak kendaraan. Uji ledak ini menjadi titik fokus dalam mengevaluasi kelaikan ballistic protection dari kendaraan tempur Anoa-2.
VP PM & K3LH PT Pindad, Prima Kharisma, menjelaskan bahwa konsep kegiatan uji ini adalah meningkatkan kemampuan ballistic protection dari Anoa-2 dengan menambahkan V-shape pada struktur tahan ledaknya. Setelah proses uji, perbandingan sebelum dan sesudah peledakan akan menjadi tolok ukur untuk mengevaluasi peningkatan perlindungan yang diberikan oleh struktur tambahan tersebut.
Pentingnya pengujian dan sertifikasi ini juga terletak pada pengumpulan data uji materiil yang nantinya dapat menjadi dasar untuk peningkatan kemampuan kendaraan tempur dalam menghadapi ranjau di medan darat. Dalam sambutannya, Direktur Teknologi & Pengembangan PT Pindad, Sigit P Santosa, menyampaikan bahwa kerjasama dengan ITB dalam hal penelitian ini telah menghasilkan paten dan publikasi ilmiah.
Keberhasilan uji ledak Anoa-2 6x6 pada kendaraan tempur ini menjadi langkah maju dalam upaya meningkatkan keamanan dan perlindungan di medan darat. Uji ledak yang dilakukan PT Pindad bukan hanya merupakan pencapaian teknologi tinggi namun juga kolaborasi antara industri dan akademia, menunjukkan bahwa Indonesia mampu berkompetisi dan bersaing di kancah global dalam inovasi dan teknologi pertahanan.
Sumber:
https://pindad.com/sertifikasi-struktur-tahan-ledak-pindad-bekerjasama-dengan-itb-sukses-lakukan-uji-ledak
Badan Usaha Milik Negara
Dipublikasikan oleh Anisa pada 26 Maret 2025
Operation Control Centre (OCC) Manggarai adalah suatu pencapaian teknologi yang luar biasa di dunia perkeretaapian, menempatkan Jakarta sebagai pusat inovasi yang mampu bersaing di tingkat global. Dalam proyek ambisius APBN Double-Double Track (DDT) Paket A Fase 1, Manggarai-Jatinegara, OCC Manggarai menjadi bintangnya, dikerjakan oleh PT Len Industri dan PT Len Railway Systems (LRS). Pada proyek ini, DJKA memberikan kepercayaan kepada PT Len Industri dan PT Len Railway Systems (anak perusahaan) sebagai kontraktor pelaksana untuk menyelenggarakan pengembangan sistem persinyalan, yang akan dioperasikan oleh PT KAI selaku operator.
Bobby Rasyidin, Direktur Utama PT Len Industri (Persero), menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh DJKA Kementerian Perhubungan kepada Len. Kesuksesan pelaksanaan switch over OCC Manggarai, yang resmi dioperasikan sejak 14 Januari 2021 pukul 00.00 WIB, menjadi tonggak penting dalam proyek ini.
Bukan sembarang pusat kontrol, OCC Manggarai diakui sebagai yang terbesar dan paling canggih di Asia Tenggara. Sebagai otak yang mengatur semua pergerakan kereta, sistem ini menggunakan teknologi Centralized Traffic Supervised (CTS) untuk memastikan seluruh jadwal perjalanan kereta di Daop 1 Jakarta sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Pentingnya OCC Manggarai tidak hanya terletak pada kompleksitas teknisnya, tetapi juga pada perannya sebagai jawaban atas tantangan mobilitas perkotaan. Jakarta sebagai pusat transportasi memerlukan solusi pintar untuk mengatasi kemacetan dan meningkatkan efisiensi perjalanan kereta. Dalam hal ini, OCC Manggarai berperan sebagai solusi terkini yang mampu menyupervisi dan mengoptimalkan seluruh sistem perkeretaapian di Jakarta.
Keberhasilan switch over OCC Manggarai pada 14 Januari 2021, menciptakan tonggak bersejarah dalam perkembangan transportasi kereta api di Indonesia. Proyek ini juga mencerminkan kolaborasi kuat antara Len Industri, LRS, dan Kementerian Perhubungan, yang telah melibatkan diri dalam pembangunan dan pengembangan sistem perkeretaapian selama puluhan tahun.
OCC Manggarai bukan hanya sebuah pusat kontrol; ia adalah simbol kemajuan teknologi Indonesia dalam menghadapi tantangan perkembangan perkotaan. Dengan menggabungkan kecanggihan teknologi dan pengalaman panjang, OCC Manggarai membuktikan bahwa Indonesia tidak hanya mampu bersaing di tingkat nasional, tetapi juga mampu menjadi pemain utama di kancah global dalam hal inovasi dan teknologi transportasi.
Disadur dari: https://ekonomi.republika.co.id/berita/qn69g2370/terbesar-di-asia-tenggara-occ-manggarai-resmi-beroperasi?