Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 24 Februari 2025
Merdeka.com - Buku baru tentang otomotif Indonesia dan struktur industrinya berjudul Industri Otomotif untuk Negeri: Menjadi Pemain Utama Era Mobil Listrik dirilis pada Selasa (14/12) di Dreams Cafe, Senayan Park, Jakarta (14/12).
Buku ini karya Agus Tjahajana Wirakusumah, mantan direktur jenderal di Kementerian Perindustrian yang punya pengalaman sangat banyak di industri otomotif nasional, kini berkarir sebagai Staf Khusus di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Menurut Agus, perkembangan industri otomotif di republik ini sangat penting dan strategis bagi perekonomian nasional termasuk menunjang ekspor non-migas nasional. Selama 50 tahun lebih, industri ini telah berkontribusi sangat besar untuk negeri ini, baik untuk peningkatan nilai tambah ekonomi, penyerapan tenaga kerja, maupun peningkatan teknologi tinggi khususnya penggunaan teknologi otomasi dan robotik di fasilitas manufakturnya.
Perkembangan dan kemajuan industri otomotif Indonesia juga semakin diakui dunia, terutama saat volume pasar otomotif Indonesia tembus satu juta unit sejak 2012, sehingga Indonesia masuk kelompok elite dunia: “klub pasar satu juta unit”. Sejak itu, pamor industri otomotif nasional semakin tinggi dan menarik banyak merek otomotif dunia menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis produksinya, sekaligus bagian dari rantai pasok global (global supply chain).
Kementerian Perindustrian RI menyebutkan industri otomotif merupakan salah satu industri besar di republik ini. Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Kebijakan Fiskal, BPS, dan BKPM, kontribusi industri otomotif terhadap perekonomian nasional (GDP) sebesar 1,76 persen, setara Rp 260,9 triliun pada 2019, salah satu kontribusinya datang dari pajak penjualan mobil. Produksi mobil dalam negeri juga berhasil menembus pasar ekspor hingga ke 83 negara.
"Perjalanan panjang dan dinamika industri otomotif Indonesia tidak banyak didokumentasikan dengan lengkap dan baik. Dalam konteks inilah, saya menuliskan buku yang berjudul 'Industri Otomotif untuk Negeri: Menjadi Pemain Utama Era Mobil Listrik'," ujar Agus Tjahajana di Dreams Café by Honda, Senayan Park, kemarin.
Acara peluncuran buku ini juga dihadiri beberapa tokoh otomotif Indonesia, seperti Soebronto Laras, Presiden Komisaris PT Indomobil Sukses International Tbk; dan Benawati Abas, Senior Vice President PT Honda Prospect Motor, serta sahabat dan kerabat Agus Tjahajana.
Buku yang diterbitkan penerbit Pustaka Kaji hadir untuk memperkaya data dan dokumentasi industri otomotif nasional. Buku ini juga hadir di tengah era baru industri menuju kendaraan zero emission dan upaya pemerintah menerapkan rezim pajak baru kendaraan bermotor, yakni pajak emisi atau carbon tax yang efektif per 16 Oktober 2021.
Dalam proses penulisannya, Agus Tjahajana didukung oleh M Syakur Usman, Senior Editor Merdeka.com dan Lahyanto Nadie, mantan Managing Editor Bisnis Indonesia.
Tentang Era Mobil Listrik
Buku ini dimulai dari fakta perniagaan mobil di Indonesia yang sudah ada sejak negara ini berada dalam masa pemerintah kolonial Belanda. Perdagangan mobil pada era ini mendorong beberapa merek otomotif asal Amerika dan Eropa masuk ke Indonesia dengan mitra para pengusaha lokal. Pengusaha lokal inilah yang memasarkan mobil asal Amerika dan Eropa dengan perannya sebagai importir. Buku ini juga menuliskan soal para tokoh yang menjadi perintis industri otomotif berkembang di Indonesia, seperti William Soeryadjaya, Hadi Budiman, dan Sjarnoebi Said, dan Soebronto Laras.
Mereka menjadi pembuka jalan bagi merek otomotif dunia bersama perusahaan atau kelompok usahanya, seperti PT Astra International Tbk, PT Honda Prospect Motor, PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia dan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors, serta PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. Jasa mereka membuat merek otomotif dunia asal Jepang: Toyota, Honda, Suzuki, dan Mitsubishi ekspansi ke Indonesia sejak 1970-an hingga masih berkibar di industri saat ini.
Menariknya, buku ini juga menulis tentang perjuangan Indonesia membangun mobil merek nasional (mobnas) dengan konteks global. Mulai era “mobnas” sebelum sedan Timor, mobil Esemka, hingga mobil mikro nasional seperti Ammdes. Ini menjadi salah satu cerita menarik perjalanan industri ini di Tanah Air sekaligus gambaran betapa tidak mudahnya kegiatan mengembangkan mobil merek nasional.
Buku ini juga secara khusus memaparkan soal peluang dan tantangan industri otomotif Indonesia di era mobil listrik. Termasuk bagaimana potensi Indonesia bisa menjadi pemain utama di era mobil zero emission, setelah era mobil internal combustion engine (ICE).
“Harapan saya buku ini menjadi referensi yang utuh dan lengkap tentang industri otomotif yang selama lima dekade telah berkontribusi sangat besar untuk negeri ini. Semoga buku ini juga menarik perhatian para anak muda dan berbagai kalangan yang ingin mengenal lebih dalam struktur industri otomotif kita,” ucapnya.
Menurut Agus Tjahajana, di tengah terbatasnya referensi tentang struktur industri otomotif Indonesia yang lengkap, buku ini semoga dapat menjadi referensi penting bagi seluruh pemangku kepentingan di industri manufaktur pada umumnya, sehingga kita semua memiliki landasan kuat bagaimana industri ini dikembangkan lagi ke depan, di tengah babak baru industri otomotif nasional. Apalagi buku ini juga merangkum kebijakan dan regulasi soal industri ini sejak 1970 hingga 2021 termasuk peristiwa-peristiwa penting dan menarik yang terjadi selama periode waktu itu.
Biodata Agus Tjahajana Wirakusumah
Tempat & Tgl lahir: Bandung, 18 Januari 1955
Pendidikan:Sarjana (S1) di Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung (1978)Sajana (S1) Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (1988)Pascasarjana (S2) Industrial System Engineering, University of Florida, USA (1991)
Pekerjaan:Birokrat dengan karirnya puncak lima (5) kali sebagai Eselon 1 yang berbeda di Kementerian Perindustrian-Perdagangan RI dan Kementerian Perindustrian RI, yakni Direktur Jenderal yang mengurusi industri otomotif dan Sekretaris Jenderal.
Pasca-purnatugas di Kementerian Perindustrian, pernah ditunjuk sebagai Wakil Kepala BP Pulau Batam dan kini Staf Khusus Menteri Kementerian ESDM (sekarang). Pernah menjabat sebagai komisaris di berbagai perusahaan, antara lain PT INALUM (Persero), dan PT Industri Baterai Indonesia.
Saat ini masih sebagai komisaris PT Astra Otoparts Tbk dan Asia Pacific Fiber Tbk. Jabatan di luar kedinasannya erat kaitannya dengan otomotif adalah Chairman dari APEC Automotive Dialogue, Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) (2002-2004).
Sumber: www.merdeka.com
Revolusi Industri
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 24 Februari 2025
Pembangunan berkelanjutan adalah prinsip pengorganisasian yang bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan manusia sekaligus memungkinkan sistem alam menyediakan sumber daya alam dan jasa ekosistem yang diperlukan manusia. Hasil yang diinginkan adalah masyarakat di mana kondisi kehidupan dan sumber daya memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusak integritas planet dan stabilitas sistem alam. Pembangunan berkelanjutan mencoba menemukan keseimbangan antara pembangunan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Laporan Brundtland pada tahun 1987 mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai "pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri". Konsep pembangunan berkelanjutan saat ini memiliki fokus pada pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan untuk generasi mendatang.
Pembangunan berkelanjutan pertama kali dilembagakan melalui Proses Rio yang diprakarsai pada KTT Bumi tahun 1992 di Rio de Janeiro. Pada tahun 2015, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) mengadopsi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (2015 hingga 2030) dan menjelaskan bagaimana tujuan-tujuan tersebut terintegrasi dan tak terpisahkan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di tingkat global. 17 tujuan UNGA membahas tantangan global, termasuk kemiskinan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, degradasi lingkungan, perdamaian, dan keadilan.
Pembangunan berkelanjutan saling terkait dengan konsep normatif keberlanjutan. UNESCO merumuskan perbedaan antara kedua konsep tersebut sebagai berikut: "Keberlanjutan sering dianggap sebagai tujuan jangka panjang (yaitu dunia yang lebih lestari), sementara pembangunan berkelanjutan mengacu pada banyak proses dan jalur untuk mencapainya." Konsep pembangunan berkelanjutan telah dikritik dengan berbagai cara. Beberapa pihak melihatnya sebagai paradoks (atau sebagai oksimoron) dan menganggap pembangunan pada dasarnya tidak berkelanjutan, sementara pihak lain kecewa dengan kurangnya kemajuan yang telah dicapai sejauh ini. Salah satu masalahnya adalah bahwa "pembangunan" itu sendiri tidak didefinisikan secara konsisten.
Definisi
Pada tahun 1987, Komisi Dunia PBB untuk Lingkungan dan Pembangunan mengeluarkan laporan Our Common Future, yang biasa disebut Laporan Brundtland. Laporan tersebut memuat definisi "pembangunan berkelanjutan" yang kini digunakan secara luas:
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Definisi ini mengandung dua konsep utama di dalamnya:
Konsep 'kebutuhan', khususnya, kebutuhan esensial masyarakat miskin di dunia, yang harus diberikan prioritas utama; dan
Gagasan tentang keterbatasan yang dipaksakan oleh keadaan teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan di masa depan.
- Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan, Masa Depan Kita Bersama (1987)
Pembangunan berkelanjutan dengan demikian mencoba menemukan keseimbangan antara pembangunan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
Konsep terkait
Keberlanjutan
Keberlanjutan adalah tujuan sosial agar manusia dapat hidup berdampingan di Bumi dalam jangka waktu yang lama. Definisi istilah ini masih diperdebatkan dan bervariasi menurut literatur, konteks, dan waktu. Keberlanjutan biasanya memiliki tiga dimensi (atau pilar): lingkungan, ekonomi, dan sosial. Banyak definisi yang menekankan pada dimensi lingkungan. Hal ini dapat mencakup penanganan masalah-masalah lingkungan utama, termasuk perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Gagasan keberlanjutan dapat memandu keputusan di tingkat global, nasional, dan individu. Konsep yang terkait adalah pembangunan berkelanjutan, dan istilah-istilah tersebut sering kali digunakan untuk mengartikan hal yang sama. UNESCO membedakan keduanya seperti ini: "Keberlanjutan sering dianggap sebagai tujuan jangka panjang (yaitu dunia yang lebih lestari), sedangkan pembangunan berkelanjutan mengacu pada berbagai proses dan jalur untuk mencapainya."
Pengembangan konsep
Pembangunan berkelanjutan berakar pada gagasan mengenai pengelolaan hutan berkelanjutan, yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-17 dan ke-18. Menanggapi meningkatnya kesadaran akan menipisnya sumber daya kayu di Inggris, John Evelyn berpendapat, dalam tulisannya pada tahun 1662, Sylva, bahwa "menabur dan menanam pohon harus dianggap sebagai kewajiban nasional setiap pemilik tanah, untuk menghentikan eksploitasi sumber daya alam yang merusak." Pada tahun 1713, Hans Carl von Carlowitz, seorang administrator pertambangan senior yang bekerja untuk Kaisar Frederick Augustus I dari Sachsen menerbitkan Sylvicultura economics, sebuah karya setebal 400 halaman tentang kehutanan. Berdasarkan gagasan Evelyn dan menteri Prancis Jean-Baptiste Colbert, von Carlowitz mengembangkan konsep pengelolaan hutan untuk mendapatkan hasil yang berkelanjutan. Karyanya mempengaruhi orang lain, termasuk Alexander von Humboldt dan Georg Ludwig Hartig, yang pada akhirnya mengarah pada pengembangan ilmu kehutanan. Hal ini, pada gilirannya, mempengaruhi orang-orang seperti Gifford Pinchot, kepala Dinas Kehutanan AS yang pertama, yang pendekatannya terhadap pengelolaan hutan didorong oleh gagasan penggunaan sumber daya secara bijaksana, dan Aldo Leopold yang etika tanahnya berpengaruh dalam pengembangan gerakan lingkungan pada tahun 1960-an.
Setelah penerbitan Silent Spring karya Rachel Carson pada tahun 1962, gerakan lingkungan yang berkembang menarik perhatian pada hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan degradasi lingkungan. Kenneth E. Boulding, dalam tulisannya yang berpengaruh pada tahun 1966, The Economics of the Coming Spaceship Earth, mengidentifikasi perlunya sistem ekonomi menyesuaikan diri dengan sistem ekologi dengan sumber daya yang terbatas. Tonggak sejarah lainnya adalah artikel tahun 1968 oleh Garrett Hardin yang mempopulerkan istilah "tragedi bersama".
Hubungan langsung antara keberlanjutan dan pembangunan dalam pengertian kontemporer dapat ditelusuri hingga awal tahun 1970-an. "Strategy of Progress", sebuah buku tahun 1972 (dalam bahasa Jerman) oleh Ernst Basler, menjelaskan bagaimana konsep keberlanjutan yang telah lama diakui tentang pelestarian hutan untuk produksi kayu di masa depan dapat secara langsung dialihkan ke kepentingan yang lebih luas dalam melestarikan sumber daya lingkungan untuk menopang dunia bagi generasi mendatang. Pada tahun yang sama, keterkaitan antara lingkungan dan pembangunan secara resmi ditunjukkan dalam model simulasi sistem dinamik yang dilaporkan dalam laporan klasik Limits to Growth. Laporan ini ditugaskan oleh Club of Rome dan ditulis oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Dennis dan Donella Meadows dari Massachusetts Institute of Technology. Menggambarkan "kondisi keseimbangan global" yang diinginkan, para penulis menulis: "Kami sedang mencari output model yang mewakili sistem dunia yang berkelanjutan tanpa keruntuhan yang tiba-tiba dan tidak terkendali dan mampu memenuhi kebutuhan material dasar semua orang." Tahun 1972 juga merupakan tahun terbitnya buku yang berpengaruh, A Blueprint for Survival.
Pada tahun 1975, sebuah kelompok peneliti MIT mempersiapkan sepuluh hari dengar pendapat tentang "Pertumbuhan dan Implikasinya bagi Masa Depan" untuk Kongres AS, dengar pendapat pertama yang pernah diadakan tentang pembangunan berkelanjutan.
Pada tahun 1980, International Union for Conservation of Nature menerbitkan strategi konservasi dunia yang mencakup salah satu referensi pertama tentang pembangunan berkelanjutan sebagai prioritas global dan memperkenalkan istilah "pembangunan berkelanjutan": Dua tahun kemudian, Piagam Dunia PBB untuk Alam mengangkat lima prinsip konservasi yang digunakan untuk memandu dan menilai perilaku manusia yang mempengaruhi alam.
Sejak Laporan Brundtland, konsep pembangunan berkelanjutan telah berkembang melampaui kerangka kerja antargenerasi awal untuk lebih fokus pada tujuan "pertumbuhan ekonomi yang inklusif secara sosial dan ramah lingkungan" ..: Pada tahun 1992, Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan menerbitkan Piagam Bumi, yang menguraikan pembangunan masyarakat global yang adil, berkelanjutan, dan damai di abad ke-21. Rencana aksi Agenda 21 untuk pembangunan berkelanjutan mengidentifikasi informasi, integrasi, dan partisipasi sebagai landasan utama untuk membantu negara-negara mencapai pembangunan yang mengakui pilar-pilar yang saling bergantung ini. Selain itu, Agenda 21 menekankan bahwa partisipasi publik yang luas dalam pengambilan keputusan merupakan prasyarat mendasar untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Protokol Rio merupakan sebuah lompatan besar ke depan: untuk pertama kalinya, dunia menyepakati agenda keberlanjutan. Kenyataannya, konsensus global difasilitasi dengan mengabaikan tujuan konkret dan rincian operasional. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sekarang memiliki target konkret (tidak seperti hasil dari Proses Rio) tetapi tidak ada metode untuk sanksi.
Dimensi
Pembangunan berkelanjutan, seperti halnya keberlanjutan, dianggap memiliki tiga dimensi: lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. Idenya adalah bahwa keseimbangan yang baik antara ketiga dimensi tersebut harus dicapai. Alih-alih menyebutnya sebagai dimensi, istilah lain yang biasa digunakan adalah pilar, domain, aspek, bidang.
Para ahli biasanya membedakan tiga bidang keberlanjutan yang berbeda. Bidang-bidang tersebut adalah lingkungan, sosial, dan ekonomi. Beberapa istilah digunakan untuk konsep ini. Para penulis dapat berbicara tentang tiga pilar, dimensi, komponen, aspek, perspektif, faktor, atau tujuan. Semua memiliki arti yang sama dalam konteks ini. Paradigma tiga dimensi hanya memiliki sedikit landasan teori. Paradigma ini muncul tanpa satu titik asal. Para ahli jarang mempertanyakan perbedaan itu sendiri. Gagasan keberlanjutan dengan tiga dimensi merupakan interpretasi yang dominan dalam literatur.
Negara-negara dapat mengembangkan sistem untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dengan mengadopsi indikator yang mengukur perubahan di seluruh dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan.
- Konferensi PBB tentang Lingkungan & Pembangunan - KTT Bumi (1992)
Kritik
Konsep pembangunan berkelanjutan telah dan masih terus dikritik, termasuk pertanyaan tentang apa yang harus dipertahankan dalam pembangunan berkelanjutan. Ada yang berpendapat bahwa tidak ada yang namanya penggunaan sumber daya tak terbarukan yang berkelanjutan, karena setiap tingkat eksploitasi yang positif pada akhirnya akan menyebabkan habisnya persediaan bumi yang terbatas; Perspektif ini membuat Revolusi Industri secara keseluruhan menjadi tidak berkelanjutan.
Perdebatan pembangunan berkelanjutan didasarkan pada asumsi bahwa masyarakat perlu mengelola tiga jenis modal (ekonomi, sosial, dan alam), yang mungkin tidak dapat digantikan dan konsumsinya tidak dapat dipulihkan. Modal alam tidak serta merta dapat digantikan oleh modal ekonomi. Meskipun ada kemungkinan bahwa kita dapat menemukan cara untuk menggantikan beberapa sumber daya alam, namun kecil kemungkinannya untuk menggantikan jasa ekosistem, seperti perlindungan yang diberikan oleh lapisan ozon, atau fungsi penstabil iklim hutan Amazon.
Konsep pembangunan berkelanjutan telah dikritik dari berbagai sudut pandang. Sementara beberapa orang melihatnya sebagai paradoks (atau sebuah oksimoron) dan menganggap pembangunan pada dasarnya tidak berkelanjutan, yang lain kecewa dengan kurangnya kemajuan yang telah dicapai sejauh ini. Sebagian dari masalahnya adalah bahwa "pembangunan" itu sendiri tidak didefinisikan secara konsisten: 16 Sudut pandang seperti itu bertentangan dengan komunitas akademis arus utama, yang sering kali mengakui bahwa proses-proses kapitalisme tidak sesuai dengan keberlanjutan jangka panjang kehidupan manusia.
Ketidakjelasan definisi Brundtland tentang pembangunan berkelanjutan telah dikritik sebagai berikut:: 17 Definisi tersebut telah "membuka kemungkinan untuk meremehkan keberlanjutan. Oleh karena itu, pemerintah menyebarkan pesan bahwa kita dapat memiliki semuanya pada saat yang sama, yaitu pertumbuhan ekonomi, masyarakat yang makmur dan lingkungan yang sehat. Tidak ada etika baru yang diperlukan. Apa yang disebut sebagai versi keberlanjutan yang lemah ini sangat populer di kalangan pemerintah dan bisnis, tetapi sangat salah dan bahkan tidak lemah, karena tidak ada alternatif lain untuk melestarikan integritas ekologi bumi."
Disadur dari: en.wikipedia.org
Revolusi Industri
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 24 Februari 2025
Revolusi Industri, terkadang dibagi menjadi Revolusi Industri Pertama dan Revolusi Industri Kedua, adalah periode transisi global ekonomi manusia menuju proses manufaktur yang lebih luas, efisien, dan stabil yang menggantikan Revolusi Pertanian. Dimulai di Britania Raya, Revolusi Industri menyebar ke benua Eropa dan Amerika Serikat, selama periode sekitar 1760 hingga sekitar 1820-1840. Transisi ini mencakup peralihan dari metode produksi tangan ke mesin; manufaktur kimia baru dan proses produksi besi; peningkatan penggunaan tenaga air dan tenaga uap; pengembangan peralatan mesin; dan kebangkitan sistem pabrik yang termekanisasi. Hasil produksi meningkat pesat, dan hasilnya adalah peningkatan populasi dan laju pertumbuhan penduduk yang belum pernah terjadi sebelumnya. Industri tekstil adalah yang pertama kali menggunakan metode produksi modern, dan tekstil menjadi industri yang dominan dalam hal lapangan kerja, nilai output, dan modal yang diinvestasikan.
Banyak inovasi teknologi dan arsitektur berasal dari Inggris. Pada pertengahan abad ke-18, Inggris adalah negara komersial terkemuka di dunia, mengendalikan kerajaan perdagangan global dengan koloni-koloni di Amerika Utara dan Karibia. Inggris memiliki hegemoni militer dan politik yang besar di anak benua India; terutama dengan proto-industri Benggala Mughal, melalui kegiatan East India Company. Perkembangan perdagangan dan kebangkitan bisnis adalah salah satu penyebab utama Revolusi Industri: 15 Perkembangan hukum juga memfasilitasi revolusi ini, seperti keputusan pengadilan yang mendukung hak milik. Semangat kewirausahaan dan revolusi konsumen membantu mendorong industrialisasi di Inggris, yang setelah tahun 1800, ditiru di Belgia, Amerika Serikat, dan Prancis.
Revolusi Industri menandai titik balik besar dalam sejarah, yang hanya dapat dibandingkan dengan adopsi pertanian oleh umat manusia sehubungan dengan kemajuan material. Revolusi Industri mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari. Secara khusus, pendapatan rata-rata dan populasi mulai menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Beberapa ekonom mengatakan bahwa dampak terpenting dari Revolusi Industri adalah bahwa standar hidup masyarakat umum di dunia Barat mulai meningkat secara konsisten untuk pertama kalinya dalam sejarah, meskipun ada juga yang mengatakan bahwa standar hidup baru meningkat secara signifikan pada akhir abad ke-19 dan ke-20. PDB per kapita secara luas stabil sebelum Revolusi Industri dan munculnya ekonomi kapitalis modern, sementara Revolusi Industri memulai era pertumbuhan ekonomi per kapita dalam ekonomi kapitalis. Para sejarawan ekonomi sepakat bahwa permulaan Revolusi Industri adalah peristiwa paling penting dalam sejarah manusia sejak domestikasi hewan dan tumbuhan.
Awal dan akhir Revolusi Industri masih diperdebatkan di antara para sejarawan, begitu juga dengan laju perubahan ekonomi dan sosial. Menurut sejarawan Cambridge, Leigh Shaw-Taylor, Inggris sudah menjadi negara industri pada abad ke-17, dan "Basis data kami menunjukkan bahwa ledakan perusahaan dan produktivitas mengubah ekonomi pada abad ke-17, meletakkan dasar bagi ekonomi industri pertama di dunia. Inggris sudah menjadi negara pembuat pada tahun 1700" dan "sejarah Inggris perlu ditulis ulang". Eric Hobsbawm berpendapat bahwa Revolusi Industri dimulai di Inggris pada tahun 1780-an dan baru terasa sepenuhnya pada tahun 1830-an atau 1840-an, sementara TS Ashton berpendapat bahwa Revolusi Industri terjadi sekitar tahun 1760 hingga 1830. Adopsi yang cepat dari pemintalan tekstil mekanis terjadi di Inggris pada tahun 1780-an, dan tingkat pertumbuhan yang tinggi dalam tenaga uap dan produksi besi terjadi setelah tahun 1800. Produksi tekstil mekanis menyebar dari Britania Raya ke benua Eropa dan Amerika Serikat pada awal abad ke-19, dengan pusat-pusat tekstil, besi dan batu bara yang penting muncul di Belgia dan Amerika Serikat dan kemudian tekstil di Prancis.
Resesi ekonomi terjadi pada akhir 1830-an hingga awal 1840-an ketika adopsi inovasi awal Revolusi Industri, seperti pemintalan dan penenunan mekanis, melambat seiring dengan semakin matangnya pasar mereka; dan meskipun ada peningkatan adopsi lokomotif, kapal uap, dan kapal uap, serta peleburan besi dengan semburan panas. Teknologi baru seperti telegraf listrik, yang diperkenalkan secara luas pada tahun 1840-an dan 1850-an di Inggris dan Amerika Serikat, tidak cukup kuat untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Pertumbuhan ekonomi yang cepat mulai terjadi kembali setelah tahun 1870, yang berasal dari sekelompok inovasi baru dalam apa yang disebut sebagai Revolusi Industri Kedua. Ini termasuk proses pembuatan baja baru, produksi massal, jalur perakitan, sistem jaringan listrik, pembuatan peralatan mesin berskala besar, dan penggunaan mesin yang semakin canggih di pabrik-pabrik bertenaga uap.
Etimologi
Penggunaan istilah "Revolusi Industri" yang tercatat paling awal adalah pada bulan Juli 1799 oleh utusan Prancis Louis-Guillaume Otto, yang mengumumkan bahwa Prancis telah memasuki perlombaan untuk melakukan industrialisasi. Dalam bukunya yang berjudul Keywords: A Vocabulary of Culture and Society, Raymond Williams menyatakan dalam entri untuk "Industri": "Gagasan tentang tatanan sosial baru yang didasarkan pada perubahan industri besar terlihat jelas di Southey dan Owen, antara tahun 1811 dan 1818, dan secara implisit sudah ada sejak Blake pada awal 1790-an dan Wordsworth pada pergantian abad ke-19." Istilah Revolusi Industri yang diterapkan pada perubahan teknologi menjadi lebih umum pada akhir tahun 1830-an, seperti dalam deskripsi Jérôme-Adolphe Blanqui pada tahun 1837 tentang la révolution industrielle.
Friedrich Engels dalam The Condition of the Working Class in England pada tahun 1844 berbicara tentang "revolusi industri, revolusi yang pada saat yang sama mengubah seluruh masyarakat sipil". Meskipun Engels menulis bukunya pada tahun 1840-an, buku ini tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris hingga akhir abad ke-19, dan ekspresinya tidak masuk ke dalam bahasa sehari-hari hingga saat itu. Penghargaan untuk mempopulerkan istilah ini dapat diberikan kepada Arnold Toynbee, yang ceramahnya pada tahun 1881 memberikan penjelasan rinci tentang istilah ini.
Sejarawan dan penulis ekonomi seperti Mendels, Pomeranz, dan Kridte berpendapat bahwa proto-industrialisasi di beberapa bagian Eropa, dunia Muslim, Mughal India, dan Cina menciptakan kondisi sosial dan ekonomi yang menyebabkan Revolusi Industri, yang kemudian menyebabkan terjadinya Great Divergence. Beberapa sejarawan, seperti John Clapham dan Nicholas Crafts, berpendapat bahwa perubahan ekonomi dan sosial terjadi secara bertahap dan istilah revolusi adalah istilah yang keliru. Hal ini masih menjadi perdebatan di antara beberapa sejarawan.
Persyaratan
Ada enam faktor yang memfasilitasi industrialisasi: tingkat produktivitas pertanian yang tinggi, seperti yang tercermin dalam Revolusi Pertanian Inggris, untuk menyediakan tenaga kerja dan makanan yang berlebih; kumpulan keterampilan manajerial dan kewirausahaan; pelabuhan, sungai, kanal, dan jalan yang tersedia untuk memindahkan bahan mentah dan hasil produksi secara murah; Sumber: daya alam seperti batu bara, besi, dan air terjun; stabilitas politik dan sistem hukum yang mendukung bisnis; serta modal keuangan yang tersedia untuk diinvestasikan. Setelah industrialisasi dimulai di Inggris, faktor-faktor baru dapat ditambahkan: keinginan pengusaha Inggris untuk mengekspor keahlian industri dan kemauan untuk mengimpor prosesnya. Inggris memenuhi kriteria dan melakukan industrialisasi mulai abad ke-18, dan kemudian mengekspor proses tersebut ke Eropa Barat (terutama Belgia, Prancis, dan negara-negara Jerman) pada awal abad ke-19. Amerika Serikat meniru model Inggris pada awal abad ke-19, dan Jepang meniru model Eropa Barat pada akhir abad ke-19.
Perkembangan teknologi yang penting
Dimulainya Revolusi Industri terkait erat dengan sejumlah kecil inovasi, yang dimulai pada paruh kedua abad ke-18. Pada tahun 1830-an, beberapa kemajuan berikut telah dicapai dalam teknologi penting:
Tekstil - pemintalan kapas mekanis yang digerakkan oleh air, dan kemudian uap, meningkatkan hasil produksi seorang pekerja dengan faktor sekitar 500. Alat tenun listrik meningkatkan hasil produksi seorang pekerja dengan faktor lebih dari 40. Mesin pemintal kapas meningkatkan produktivitas pemilahan biji kapas dengan faktor 50. Peningkatan produktivitas yang besar juga terjadi pada pemintalan dan penenunan wol dan linen, tetapi tidak sebesar pada kapas.
Tenaga uap - efisiensi mesin-mesin uap meningkat sehingga mereka menggunakan bahan bakar seperlima sampai sepersepuluh lebih banyak. Adaptasi mesin uap stasioner ke gerakan berputar membuatnya cocok untuk penggunaan industri ..: Mesin bertekanan tinggi memiliki rasio daya-terhadap-berat yang tinggi, sehingga cocok untuk transportasi. Tenaga uap mengalami ekspansi yang cepat setelah tahun 1800.
Pembuatan besi - substitusi kokas untuk arang sangat menurunkan biaya bahan bakar untuk produksi besi kasar dan besi tempa ..: 89-93 Penggunaan kokas juga memungkinkan penggunaan tanur tinggi yang lebih besar, sehingga menghasilkan skala ekonomis. Mesin uap mulai digunakan untuk menggerakkan udara sembur (secara tidak langsung dengan memompa air ke kincir air) pada tahun 1750-an, sehingga memungkinkan peningkatan besar dalam produksi besi dengan mengatasi keterbatasan tenaga air. Silinder peniup besi cor pertama kali digunakan pada tahun 1760. Kemudian ditingkatkan dengan membuatnya bekerja ganda, yang memungkinkan suhu tanur tiup yang lebih tinggi. Proses genangan air menghasilkan besi kelas struktural dengan biaya yang lebih rendah daripada proses penempaan halus. Penggilingannya lima belas kali lebih cepat daripada memalu besi tempa. Dikembangkan pada tahun 1828, hot blast sangat meningkatkan efisiensi bahan bakar dalam produksi besi pada dekade-dekade berikutnya.
Penemuan peralatan mesin - peralatan mesin yang pertama kali ditemukan adalah mesin bubut pemotong ulir, mesin bor silinder, dan mesin milling. Peralatan mesin memungkinkan pembuatan komponen logam presisi yang ekonomis, meskipun butuh beberapa dekade untuk mengembangkan teknik yang efektif untuk membuat komponen yang dapat dipertukarkan.
Pembuatan tekstil
Statistik industri tekstil Inggris
Pada tahun 1750, Inggris mengimpor 2,5 juta pon kapas mentah, yang sebagian besar dipintal dan ditenun oleh industri rumahan di Lancashire. Pekerjaan dilakukan dengan tangan di rumah-rumah pekerja atau kadang-kadang di toko-toko penenun ahli. Upah di Lancashire sekitar enam kali lipat upah di India pada tahun 1770 ketika produktivitas secara keseluruhan di Inggris sekitar tiga kali lipat lebih tinggi daripada di India. Pada tahun 1787, konsumsi kapas mentah adalah 22 juta poundsterling, yang sebagian besar dibersihkan, dikarding, dan dipintal di mesin: 41-42 Industri tekstil Inggris menggunakan 52 juta pon kapas pada tahun 1800, yang meningkat menjadi 588 juta pon pada tahun 1850.
Porsi nilai tambah industri tekstil kapas di Inggris adalah 2,6% pada tahun 1760, 17% pada tahun 1801, dan 22,4% pada tahun 1831. Nilai tambah yang dihasilkan oleh industri wol Inggris adalah 14,1% pada tahun 1801. Pabrik-pabrik kapas di Inggris berjumlah sekitar 900 pada tahun 1797. Pada tahun 1760, sekitar sepertiga kain katun yang diproduksi di Inggris diekspor, meningkat menjadi dua pertiga pada tahun 1800. Pada tahun 1781, kapas yang dipintal mencapai 5,1 juta pound, yang meningkat menjadi 56 juta pound pada tahun 1800. Pada tahun 1800, kurang dari 0,1% kain katun dunia diproduksi dengan mesin yang ditemukan di Inggris. Pada tahun 1788, terdapat 50.000 mesin pemintal di Inggris, yang meningkat menjadi 7 juta mesin pemintal selama 30 tahun berikutnya.
Wol
Upaya-upaya awal Eropa dalam pemintalan mekanis adalah dengan menggunakan wol; namun, pemintalan wol terbukti lebih sulit untuk dimekanisasi daripada kapas. Peningkatan produktivitas pemintalan wol selama Revolusi Industri cukup signifikan, tetapi jauh lebih kecil daripada kapas.
Sutra
Bisa dibilang, pabrik pertama yang menggunakan mesin mekanis adalah pabrik sutra bertenaga air milik John Lombe di Derby, yang beroperasi pada tahun 1721. Lombe mempelajari pembuatan benang sutra dengan bekerja di Italia dan bertindak sebagai mata-mata industri; namun, karena industri sutra Italia sangat menjaga rahasianya, kondisi industri saat itu tidak diketahui. Meskipun pabrik Lombe secara teknis berhasil, pasokan sutra mentah dari Italia diputus untuk menghilangkan persaingan. Untuk mempromosikan manufaktur, Crown membayar model-model mesin Lombe yang dipamerkan di Menara London.
Kapas
Beberapa bagian dari India, Cina, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Timur Tengah memiliki sejarah panjang dalam memproduksi tekstil katun dengan tangan, yang menjadi industri utama setelah tahun 1000 Masehi. Di wilayah tropis dan subtropis di mana kapas ditanam, sebagian besar ditanam oleh petani kecil di samping tanaman pangan mereka dan dipintal serta ditenun di rumah-rumah tangga, sebagian besar untuk konsumsi rumah tangga. Pada abad ke-15, Cina mulai mewajibkan rumah tangga untuk membayar sebagian pajak mereka dalam bentuk kain katun. Pada abad ke-17, hampir semua orang Cina mengenakan pakaian katun. Hampir di semua tempat, kain katun dapat digunakan sebagai alat tukar. Di India, sejumlah besar tekstil katun diproduksi untuk pasar-pasar yang jauh, sering kali diproduksi oleh para penenun profesional. Beberapa pedagang juga memiliki bengkel tenun kecil. India memproduksi berbagai macam kain katun, beberapa di antaranya memiliki kualitas yang sangat baik.
Kapas merupakan bahan baku yang sulit diperoleh di Eropa sebelum kapas ditanam di perkebunan kolonial di Amerika. Para penjelajah Spanyol awal menemukan penduduk asli Amerika yang menanam spesies kapas berkualitas tinggi yang belum pernah dikenal sebelumnya: kapas pulau laut (Gossypium barbadense) dan kapas dataran tinggi berbiji hijau Gossypium hirsutum. Kapas pulau laut tumbuh di daerah tropis dan di pulau-pulau penghalang di Georgia dan Carolina Selatan, tetapi tidak tumbuh dengan baik di daerah pedalaman. Kapas pulau laut mulai diekspor dari Barbados pada tahun 1650-an. Kapas berbiji hijau dataran tinggi tumbuh dengan baik di daerah pedalaman di bagian selatan AS tetapi tidak ekonomis karena sulitnya mengeluarkan biji, sebuah masalah yang dipecahkan oleh mesin pemintalan kapas. 157 Sebuah strain biji kapas yang dibawa dari Meksiko ke Natchez, Mississippi, pada tahun 1806 menjadi bahan genetik induk untuk lebih dari 90% produksi kapas dunia saat ini; kapas ini menghasilkan buah kapas yang tiga sampai empat kali lebih cepat dipetik.
Disadur dari: en.wikipedia.org
Keprofesian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 24 Februari 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) PT Kereta Api Indonesia (Persero) resmi dapatkan lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). “Lisensi BNSP ini adalah bentuk pengakuan dan pemberian izin dari BNSP, sehingga LSP KAI dapat melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja atas nama BNSP,” ujar Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo dalam keterangan tertulis, Selasa (29/9/2020). Didiek mengatakan, dengan lisensi ini, seluruh pekerja yang telah disertifikasi oleh LSP KAI dinilai telah memiliki standar yang tinggi dan dapat bekerja di seluruh perusahaan perkeretaapian nasional bahkan internasional.
“LSP KAI hadir untuk mengembangkan sumber daya manusia KAI yang unggul dalam mencapai visi KAI yakni menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik untuk Indonesia,” sebut Didiek. LSP KAI dibentuk pada 13 Februari 2019 dengan tujuan utama melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja terhadap sumber daya manusia lembaga induknya, sumber daya dari pemasoknya dan/atau sumber daya manusia dari jejaring kerjanya, sesuai ruang lingkup yang diberikan oleh BNSP.
Menurut Didiek, visi LSP KAI adalah menjadi lembaga sertifikasi profesi bidang perkeretaapian dan penunjangnya untuk menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dalam profesional serta diakui secara nasional, regional dan internasional. “Kami berprinsip bahwa 30.000 pegawai yang KAI punya adalah aset utama. Maka dari itu, kami bertekad untuk meningkatkan kompetensi talent-talent KAI sehingga dapat berkontribusi maksimal dalam mendukung performansi perusahaan menjadi lebih baik ke depan,” kata Didiek.
LSP KAI memiliki 10 skema yang terverifikasi BNSP yaitu Awak Sarana Perkeretaapian Tingkat Pertama, Awak Sarana Perkeretaapian Tingkat Muda, dan Awak Sarana Perkeretaapian Tingkat Muda sebagai Penyelia Masinis. Kemudian, Awak Sarana Perkeretaapian Tingkat Madya, Awak Sarana Perkeretaapian Tingkat Madya sebagai Penyelia Masinis, Awak Sarana Perkeretaapian Tingkat Madya sebagai Instruktur Masinis, dan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) Setempat.
Selanjutnya, Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) Daerah, Pengendali Perjalanan Kereta Api (PPKP), dan Petugas Penjaga Pintu Perlintasan (PJL). Terdapat pula 24 asesor yang siap melakukan pengujian kompetensi Bidang Operasi karena sudah mendapat Sertifikat Kompetensi dari BNSP, serta 80 Tempat Uji Kompetensi. LSP KAI tetap menjamin mutu dengan menjaga proses sertifikasi sesuai dengan standar yang berlaku karena telah membuat Standar Kompetensi Kerja Khusus (SK3) yang sudah teregister di Kementerian Ketenagakerjaan. “Diharapkan keberadaan LSP KAI dapat menciptakan tenaga kerja profesional yang kompeten sehingga dapat memajukan perkeretaapian Indonesia dan bisa bersaing baik di kancah nasional, regional, maupun internasional,” terang Didiek.
Sumber: money.kompas.com
Revolusi Industri
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 24 Februari 2025
Dalam ilmu sosial, konsekuensi yang tidak diharapkan (terkadang konsekuensi yang tidak diantisipasi atau konsekuensi yang tidak terduga, lebih sering disebut efek knock-on) adalah hasil dari tindakan yang disengaja yang tidak dimaksudkan atau diperkirakan sebelumnya. Istilah ini dipopulerkan pada abad ke-20 oleh sosiolog Amerika Serikat, Robert K. Merton.
Konsekuensi yang tidak diharapkan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:
Sejarah
John Locke
Gagasan tentang konsekuensi yang tidak diinginkan sudah ada setidaknya sejak John Locke yang mendiskusikan konsekuensi yang tidak diinginkan dari regulasi suku bunga dalam suratnya kepada Sir John Somers, Anggota Parlemen.
Adam Smith
Ide ini juga dibahas oleh Adam Smith, Pencerahan Skotlandia, dan konsekuensialisme (dilihat dari hasil).
Teorema tangan tak terlihat adalah contoh konsekuensi yang tidak diinginkan dari agen yang bertindak untuk kepentingan pribadi mereka. Seperti yang dikatakan oleh Andrew S. Skinner:
"Pelaku usaha(pengusaha), yang mencari alokasi sumber daya yang paling efisien, berkontribusi terhadap efisiensi ekonomi secara keseluruhan; reaksi pedagang terhadap sinyal harga membantu memastikan bahwa alokasi sumber daya secara akurat mencerminkan struktur preferensi konsumen; dan dorongan untuk memperbaiki kondisi kita berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi."
Marx dan Engels
Dipengaruhi oleh positivisme abad ke-19 dan evolusi Charles Darwin, bagi Friedrich Engels dan Karl Marx, gagasan tentang ketidakpastian dan peluang dalam dinamika sosial (dan dengan demikian konsekuensi yang tidak disengaja di luar hasil hukum yang didefinisikan dengan sempurna) hanya terlihat jelas, (jika tidak ditolak) karena tindakan sosial diarahkan dan dihasilkan oleh niat manusia yang disengaja.
Ketika membedakan antara kekuatan yang menghasilkan perubahan di alam dan kekuatan yang menghasilkan perubahan dalam sejarah dalam diskusinya dengan Ludwig Feuerbach, Friedrich Engels menyinggung gagasan tentang konsekuensi yang tidak disengaja:
Di alam [...] hanya ada agen-agen yang buta dan tidak sadar yang bertindak satu sama lain, [...] Dalam sejarah masyarakat, sebaliknya, para aktor semuanya diberkahi dengan kesadaran, adalah manusia yang bertindak dengan kesengajaan atau hasrat, bekerja untuk mencapai tujuan yang pasti; tidak ada yang terjadi tanpa tujuan yang disengaja, tanpa tujuan yang dimaksudkan. [...] Karena di sini, juga, secara keseluruhan, terlepas dari tujuan yang diinginkan secara sadar oleh semua individu, kecelakaan tampaknya berkuasa di permukaan. Apa yang dikehendaki terjadi tetapi jarang; dalam sebagian besar kasus, banyak tujuan yang diinginkan saling bersilangan dan bertentangan satu sama lain, atau tujuan-tujuan ini sendiri sejak awal tidak mampu direalisasikan, atau sarana untuk mencapainya tidak memadai. Dengan demikian, konflik kehendak individu yang tak terhitung banyaknya dan tindakan individu dalam domain sejarah menghasilkan keadaan yang sepenuhnya analog dengan [...] alam bawah sadar. Tujuan-tujuan dari tindakan-tindakan itu memang dikehendaki, tetapi akibat-akibat yang sebenarnya mengikuti tindakan-tindakan itu tidak dikehendaki; atau ketika akibat-akibat itu tampaknya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, akibat-akibat itu pada akhirnya memiliki konsekuensi-konsekuensi yang sama sekali berbeda dengan yang dikehendaki. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa sejarah secara keseluruhan tampak diatur oleh kebetulan. Namun, di mana di permukaan kebetulan memegang kendali, di sana sebenarnya selalu diatur oleh hukum-hukum yang tersembunyi, dan ini hanya masalah menemukan hukum-hukum ini. -Ludwig Feuerbachdan Akhir dari Filsafat Jerman Klasik (Ludwig Feuerbach und der Ausgang der klassischen deutschen Philosophie), 1886.
Sementara itu, bagi Karl Marx, apa yang dapat dipahami sebagai konsekuensi yang tidak diinginkan sebenarnya adalah konsekuensi yang seharusnya diharapkan tetapi diperoleh secara tidak sadar. Konsekuensi-konsekuensi ini (yang tidak dicari oleh siapa pun secara sadar) adalah (dengan cara yang sama seperti yang dikatakan oleh Engels) produk dari konflik yang menghadapi tindakan dari individu yang tak terhitung jumlahnya. Penyimpangan antara tujuan awal yang diinginkan dan produk yang berasal dari konflik akan menjadi padanan marxis untuk "konsekuensi yang tidak diinginkan."
Konflik sosial ini akan terjadi sebagai akibat dari masyarakat yang kompetitif, dan juga menyebabkan masyarakat menyabotase dirinya sendiri dan mencegah kemajuan historis. Oleh karena itu, kemajuan historis (dalam istilah Marxis) harus menghilangkan konflik-konflik ini dan membuat konsekuensi yang tidak diinginkan dapat diprediksi.
Mazhab Austria
Konsekuensi yang tidak diharapkan adalah topik umum dari studi dan komentar untuk mazhab ekonomi Austria karena penekanannya pada individualisme metodologis. Hal ini sedemikian rupa sehingga konsekuensi yang tidak diharapkan dapat dianggap sebagai bagian khas dari prinsip-prinsip Austria.
Carl Menger
Dalam "Principles of Economics", pendiri mazhab Austria, Carl Menger (1840 - 1921), mencatat bahwa hubungan yang terjadi dalam ekonomi sangat rumit sehingga perubahan kondisi satu barang dapat memiliki konsekuensi di luar barang tersebut. Menger menulis:
Jika ditetapkan bahwa keberadaan kebutuhan manusia yang mampu dipuaskan merupakan prasyarat dari karakter barang [...] Prinsip ini berlaku apakah barang dapat ditempatkan dalam hubungan sebab akibat langsung dengan pemuasan kebutuhan manusia, atau memperoleh karakter barang dari hubungan sebab akibat yang kurang lebih tidak langsung dengan pemuasan kebutuhan manusia. [Dengan demikian, kina akan berhenti menjadi barang jika penyakit-penyakit yang disembuhkannya lenyap, karena satu-satunya kebutuhan yang secara kausal berhubungan dengannya tidak lagi ada. Tetapi hilangnya kegunaan kina akan memiliki konsekuensi lebih lanjut bahwa sebagian besar barang yang sesuai dengan tingkat yang lebih tinggi juga akan kehilangan sifat barang mereka. Penduduk negeri-negeri penghasil kina, yang saat ini mencari nafkah dengan menebang dan mengupas pohon-pohon kina, tiba-tiba akan mendapati bahwa tidak hanya persediaan kulit kayu kina mereka, tetapi juga, sebagai konsekuensinya, pohon-pohon kina mereka, perkakas-perkakas dan peralatan yang hanya dapat digunakan untuk memproduksi kina, dan di atas semua itu jasa-jasa tenaga-kerja khusus, yang dengannya mereka sebelumnya mendapatkan nafkah, akan sekaligus kehilangan sifat-barangnya, karena semua ini, di dalam situasi-situasi yang telah diubah, tidak akan lagi mempunyai hubungan sebab-akibat dengan pemuasan kebutuhan-kebutuhan manusia. -Prinsip-prinsip Ekonomi (Grundsätze der Volkswirtschaftslehre), 1871.
Friedrich Hayek dan Katallisme
Ekonom dan filsuf Friedrich Hayek (1899 - 1992) adalah tokoh kunci lain dalam Mazhab Ekonomi Austria yang terkenal karena komentarnya tentang konsekuensi yang tidak diinginkan.
Dalam "The Use of Knowledge in Society" (1945), Hayek berargumen bahwa ekonomi yang direncanakan secara terpusat tidak dapat mencapai tingkat efisiensi ekonomi pasar bebas karena informasi yang diperlukan (dan relevan) untuk pengambilan keputusan tidak terkonsentrasi tetapi tersebar di antara banyak agen. Kemudian, bagi Hayek, sistem harga di pasar bebas memungkinkan anggota masyarakat untuk berkoordinasi secara anonim untuk penggunaan sumber daya yang paling efisien, misalnya, dalam situasi kelangkaan bahan baku, kenaikan harga akan mengkoordinasikan tindakan individu yang tak terhitung jumlahnya "ke arah yang benar".
Perkembangan sistem interaksi ini akan memungkinkan kemajuan masyarakat, dan individu-individu akan melaksanakannya tanpa mengetahui semua implikasinya, mengingat penyebaran (atau kurangnya konsentrasi) informasi.
Implikasi dari hal ini adalah bahwa tatanan sosial (yang berasal dari kemajuan sosial, yang pada gilirannya berasal dari ekonomi), akan menjadi hasil dari kerja sama yang spontan dan juga konsekuensi yang tidak disengaja, lahir dari proses di mana tidak ada individu atau kelompok yang memiliki semua informasi yang tersedia atau dapat mengetahui semua hasil yang mungkin terjadi.
Dalam mazhab Austria, proses penyesuaian sosial yang menghasilkan tatanan sosial dengan cara yang tidak disengaja ini dikenal sebagai katastropik.
Bagi Hayek dan Mazhab Austria, jumlah individu yang terlibat dalam proses penciptaan tatanan sosial menentukan jenis konsekuensi yang tidak disengaja:
Disadur dari: en.wikipedia.org
Revolusi Industri
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 24 Februari 2025
Investasi secara tradisional didefinisikan sebagai "komitmen sumber daya untuk mendapatkan manfaat di kemudian hari". Jika investasi melibatkan uang, maka investasi dapat didefinisikan sebagai "komitmen uang untuk menerima lebih banyak uang di kemudian hari". Dari sudut pandang yang lebih luas, investasi dapat didefinisikan sebagai "menyesuaikan pola pengeluaran dan penerimaan sumber daya untuk mengoptimalkan pola yang diinginkan dari aliran ini". Ketika pengeluaran dan penerimaan didefinisikan dalam bentuk uang, maka penerimaan moneter bersih dalam suatu periode waktu disebut arus kas, sedangkan uang yang diterima dalam rangkaian beberapa periode waktu disebut arus kas.
Dalam dunia keuangan, tujuan investasi adalah untuk menghasilkan keuntungan dari aset yang diinvestasikan. Pengembalian dapat terdiri dari keuntungan (laba) atau kerugian yang direalisasikan dari penjualan properti atau investasi, apresiasi modal yang belum direalisasikan (atau penyusutan), pendapatan investasi seperti dividen, bunga, atau pendapatan sewa, atau kombinasi antara capital gain dan pendapatan.
Pengembalian juga dapat mencakup keuntungan atau kerugian mata uang karena perubahan nilai tukar mata uang asing.
Investor umumnya mengharapkan pengembalian yang lebih tinggi dari investasi yang lebih berisiko. Ketika investasi berisiko rendah dilakukan, imbal hasil umumnya juga rendah. Demikian pula, risiko tinggi disertai dengan peluang kerugian yang tinggi. Investor, terutama pemula, sering disarankan untuk mendiversifikasi portofolio mereka. Diversifikasi memiliki efek statistik untuk mengurangi risiko secara keseluruhan.
Jenis-jenis investasi keuangan
Dalam ekonomi modern, investasi tradisional meliputi:
Investasi alternatif meliputi:
Dana l indung nilai yang menggunakan teknik canggih seperti:
Investasi dan risiko
Seorang investor dapat menanggung risiko kehilangan sebagian atau seluruh modal yang diinvestasikan. Investasi berbeda dengan arbitrase, di mana keuntungan dihasilkan tanpa menginvestasikan modal atau menanggung risiko.
Tabungan menanggung risiko (biasanya kecil) bahwa penyedia keuangan mungkin gagal bayar.
Tabungan mata uang asing juga menanggung risiko nilai tukar mata uang: jika mata uang rekening tabungan berbeda dengan mata uang negara asal pemegang rekening, maka ada risiko nilai tukar antara kedua mata uang tersebut akan bergerak tidak menguntungkan sehingga nilai rekening tabungan menurun, diukur dalam mata uang negara asal pemegang rekening.
Bahkan berinvestasi pada aset berwujud seperti properti pun memiliki risiko. Dan sama seperti kebanyakan risiko lainnya, pembeli properti dapat mengurangi potensi risiko dengan mengambil hipotek dan meminjam dengan rasio pinjaman terhadap jaminan yang lebih rendah.
Berbeda dengan tabungan, investasi cenderung memiliki lebih banyak risiko, baik dalam bentuk faktor risiko yang lebih beragam maupun tingkat ketidakpastian yang lebih besar.
Volatilitas industri ke industri kurang lebih memiliki risiko yang berbeda. Dalam bioteknologi, misalnya, investor mencari keuntungan besar pada perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar kecil tetapi dapat bernilai ratusan juta dengan cepat. Risiko ini tinggi karena sekitar 90% produk bioteknologi yang diteliti tidak berhasil mencapai pasar karena peraturan dan tuntutan kompleks dalam farmakologi karena rata-rata obat resep membutuhkan waktu 10 tahun dan modal senilai US $ 2,5 miliar.
Sejarah
Bagian ini perlu diperluas. Anda dapat membantu dengan menambahkannya. (Oktober 2018)
Di dunia Islam abad pertengahan, qirad adalah instrumen keuangan utama.
Ini adalah pengaturan antara satu atau lebih investor dan agen di mana investor mempercayakan modal kepada agen yang kemudian memperdagangkannya dengan harapan menghasilkan keuntungan. Kedua belah pihak kemudian menerima bagian keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya, meskipun agen tidak bertanggung jawab atas kerugian apa pun. Banyak orang akan melihat bahwa qirad mirip dengan institusi commenda yang kemudian digunakan di Eropa Barat, meskipun apakah qirad bertransformasi menjadi commenda atau kedua institusi tersebut berevolusi secara independen tidak dapat dinyatakan dengan pasti.
Pada awal 1900-an, pembeli saham, obligasi, dan sekuritas lainnya digambarkan di media, akademisi, dan perdagangan sebagai spekulan. Sejak kejatuhan Wall Street pada tahun 1929, dan terutama pada tahun 1950-an, istilah investasi telah digunakan untuk menunjukkan ujung spektrum sekuritas yang lebih konservatif, sementara spekulasi diterapkan oleh pialang keuangan dan agen periklanan mereka pada sekuritas berisiko lebih tinggi yang sangat populer pada saat itu. Sejak paruh terakhir abad ke-20, istilah spekulasi dan spekulan secara khusus merujuk pada usaha berisiko lebih tinggi.
Strategi investasi
Investasi nilai
Seorang investor nilai membeli aset yang mereka yakini undervalued (dan menjual aset yang dinilai terlalu tinggi). Untuk mengidentifikasi sekuritas yang undervalued, value investor menggunakan analisis laporan keuangan emiten untuk mengevaluasi sekuritas tersebut.
Value investor menggunakan rasio akuntansi, seperti laba per saham dan pertumbuhan penjualan, untuk mengidentifikasi sekuritas yang diperdagangkan dengan harga di bawah nilainya.
Warren Buffett dan Benjamin Graham adalah contoh investor nilai yang terkenal. Karya penting Graham dan Dodd, Security Analysis, ditulis setelah peristiwa Wall Street Crash pada tahun 1929.
Rasio harga terhadap laba (P/E), atau kelipatan laba, adalah rasio fundamental yang sangat signifikan dan diakui, dengan fungsi membagi harga saham dengan laba per saham. Ini akan memberikan nilai yang mewakili jumlah yang siap dikeluarkan investor untuk setiap dolar pendapatan perusahaan. Rasio ini merupakan aspek penting, karena kapasitasnya sebagai pengukuran untuk perbandingan penilaian berbagai perusahaan. Saham dengan rasio P/E yang lebih rendah akan lebih murah per lembarnya dibandingkan saham dengan P/E yang lebih tinggi, dengan mempertimbangkan tingkat kinerja keuangan yang sama; oleh karena itu, pada dasarnya, ini berarti P/E yang rendah adalah pilihan yang lebih disukai.
Contoh di mana rasio harga terhadap laba memiliki signifikansi yang lebih rendah adalah ketika perusahaan-perusahaan di industri yang berbeda dibandingkan. Contohnya, meskipun wajar jika saham telekomunikasi menunjukkan P/E di kisaran belasan tahun, dalam kasus saham teknologi tinggi, P/E di kisaran 40-an bukanlah hal yang aneh. Ketika membuat perbandingan, rasio P/E dapat memberi Anda pandangan yang lebih baik mengenai penilaian saham tertentu.
Bagi investor yang membayar setiap dolar pendapatan perusahaan, rasio P/E adalah indikator penting, tetapi rasio harga terhadap nilai buku (P/B) juga merupakan indikasi yang dapat diandalkan mengenai seberapa banyak investor yang bersedia membelanjakan setiap dolar aset perusahaan. Dalam proses rasio P/B, harga saham dibagi dengan aset bersihnya; aset tidak berwujud, seperti goodwill, tidak diperhitungkan. Rasio ini merupakan faktor penting dari rasio harga terhadap nilai buku, karena rasio ini mengindikasikan pembayaran aktual untuk aset berwujud dan bukan penilaian aset tak berwujud yang lebih sulit. Oleh karena itu, P/B dapat dianggap sebagai metrik yang relatif konservatif.
Investasi pertumbuhan
Investor pertumbuhan mencari investasi yang mereka yakini akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi atau nilai yang lebih besar di masa depan. Untuk mengidentifikasi saham-saham seperti itu, investor pertumbuhan sering kali mengevaluasi ukuran nilai saham saat ini serta prediksi kinerja keuangan di masa depan. Investor pertumbuhan mencari keuntungan melalui apresiasi modal - keuntungan yang diperoleh saat saham dijual dengan harga yang lebih tinggi dari harga pembeliannya. Kelipatan harga terhadap pendapatan (P/E) juga digunakan untuk jenis investasi ini; saham yang bertumbuh cenderung memiliki P/E lebih tinggi daripada yang lain di industrinya. Menurut penulis Investopedia, Troy Segal, dan penerima beasiswa penelitian fintech Fulbright dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Julius Mansa, investasi bertumbuh paling sesuai untuk investor yang lebih menyukai jangka waktu investasi yang relatif lebih pendek, risiko yang lebih tinggi, dan tidak mencari arus kas langsung melalui dividen.
Beberapa investor mengaitkan pengenalan strategi investasi pertumbuhan dengan bankir investasi Thomas Rowe Price Jr. yang menguji dan mempopulerkan metode ini pada tahun 1950 dengan memperkenalkan reksa dananya, T. Rowe Price Growth Stock Fund. Price menegaskan bahwa investor dapat meraup keuntungan tinggi dengan "berinvestasi di perusahaan yang dikelola dengan baik di ladang yang subur."
Bentuk investasi baru yang tampaknya menarik perhatian para investor adalah Modal Ventura. Modal Ventura adalah kumpulan modal khusus yang dikelola secara independen yang berfokus pada ekuitas atau investasi terkait ekuitas di perusahaan swasta yang memiliki pertumbuhan tinggi.
Investasi momentum
Investor momentum umumnya mencari saham yang sedang mengalami tren naik jangka pendek, dan mereka biasanya menjualnya begitu momentum ini mulai berkurang. Saham atau sekuritas yang dibeli untuk investasi momentum sering kali dicirikan dengan menunjukkan imbal hasil yang tinggi secara konsisten selama tiga hingga dua belas bulan terakhir. Namun, dalam pasar bearish, investasi momentum juga melibatkan penjualan pendek sekuritas saham yang sedang mengalami tren penurunan, karena diyakini bahwa saham-saham ini akan terus mengalami penurunan nilai. Pada dasarnya, investasi momentum umumnya bergantung pada prinsip bahwa saham yang mengalami tren naik secara konsisten akan terus tumbuh, sementara saham yang mengalami tren turun secara konsisten akan terus turun.
Para ekonom dan analis keuangan belum mencapai konsensus mengenai efektivitas penggunaan strategi investasi momentum. Alih-alih mengevaluasi kinerja operasional perusahaan, investor momentum justru menggunakan garis tren, rata-rata bergerak, dan Average Directional Index (ADX ) untuk menentukan keberadaan dan kekuatan tren.
Rata-rata biaya dolar
Dollar cost averaging (DCA), juga dikenal di Inggris sebagai pound-cost averaging, adalah proses menginvestasikan sejumlah uang secara konsisten di seluruh kelipatan waktu yang teratur, dan metode ini dapat digunakan bersama dengan investasi nilai, investasi pertumbuhan, investasi momentum, atau strategi lainnya. Sebagai contoh, seorang investor yang mempraktikkan dollar-cost averaging dapat memilih untuk menginvestasikan $200 per bulan selama 3 tahun ke depan, terlepas dari harga saham, reksa dana, atau reksa dana yang diperdagangkan di bursa.
Banyak investor percaya bahwa dollar-cost averaging membantu meminimalkan volatilitas jangka pendek dengan menyebarkan risiko di seluruh interval waktu dan menghindari waktu pasar. Penelitian juga menunjukkan bahwa DCA dapat membantu mengurangi total biaya rata-rata per saham dalam investasi karena metode ini memungkinkan pembelian lebih banyak saham saat harganya lebih rendah, dan lebih sedikit saham saat harganya lebih tinggi. Namun, dollar-cost averaging juga umumnya ditandai dengan lebih banyak biaya pialang, yang dapat mengurangi pengembalian investor secara keseluruhan.
Istilah "dollar-cost averaging" diyakini pertama kali diciptakan pada tahun 1949 oleh ekonom dan penulis Benjamin Graham dalam bukunya, The Intelligent Investor. Graham menyatakan bahwa investor yang menggunakan DCA "cenderung mendapatkan harga keseluruhan yang memuaskan untuk semua kepemilikan mereka."
Disadur dari: en.wikipedia.org