Perhubungan

Suara Bising Pesawat di Kota Tangerang: Penjelasan dan Penyebabnya Terkait Pengecekan Alat Bantu Pendaratan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Warga Kota Tangerang sedang heboh dengan kehadiran pesawat yang mengeluarkan suara bising. Kejadian ini telah terjadi dua kali dalam sebulan terakhir. Peristiwa pertama terjadi pada 12 Juli 2021, ketika sejumlah warga terkejut mendengar suara pesawat yang terasa dekat. Kehebohan ini diunggah oleh akun Instagram @abouttng pada hari yang sama. Dalam unggahan tersebut, terdapat tiga komentar dari warganet yang mengeluhkan suara pesawat yang masuk ke dalam rumah mereka.

Lokasi kejadian ini berdekatan dengan Bandara Soekarno-Hatta, karena itu seorang warganet yang tinggal di Kutabumi, Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, mengungkapkan bahwa pesawat tersebut membuat suara yang terdengar hingga ke dalam rumahnya. Humas AirNav Bandara Soekarno-Hatta, Yohanes Sirait, merespons keluhan warga dengan menyebutkan bahwa pesawat besar yang dimaksud adalah pesawat kargo tipe Antonov AN12 dengan nomor penerbangan MSI6534. Pesawat ini lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 04.36 WIB pada tanggal 12 Juli 2021. Yohanes menjelaskan bahwa suara bising yang terdengar mungkin disebabkan oleh ukuran pesawat yang besar dan kecepatannya yang lambat.

Kejadian suara bising akibat pesawat terulang kembali pada tanggal 22 Juli 2021. Warga kembali dihebohkan dengan pesawat yang terbang rendah dan terus-menerus berputar di langit Tangerang. Akun Instagram @abouttng mengunggah tiga video pendek dan tiga foto terkait pesawat tersebut. Menurut akun tersebut, pesawat yang terlihat adalah tipe Beechcraft B300 King Air 350 yang umumnya digunakan sebagai pesawat penumpang regional atau pesawat kargo. Karena pesawat ini memiliki ukuran yang besar dan kecepatan yang lambat, suara yang dihasilkannya terdengar lebih lama. Yohanes menjelaskan bahwa pesawat tersebut adalah milik Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan yang sedang melakukan pengecekan alat bantu pendaratan di Bandara Soekarno-Hatta, yaitu Instrument Landing System (ILS) dan Precision Approach Path Indicator (PAPI).

ILS adalah alat bantu navigasi yang memberikan informasi kepada pilot untuk melakukan pendaratan di landasan bandara. Sedangkan PAPI adalah lampu alat bantu visual yang membantu pilot dalam mempertahankan posisi pesawat dengan pendekatan yang benar secara vertikal saat melakukan pendaratan. Pengecekan ini dilakukan oleh Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan selama dua minggu. Yohanes menyampaikan bahwa pengecekan ini bertujuan untuk memastikan kinerja alat bantu pendaratan yang optimal di Bandara Soekarno-Hatta.

Dalam kesimpulannya, warga Kota Tangerang telah dihebohkan oleh suara bising yang dihasilkan oleh pesawat yang terbang rendah dan berputar di langit. Pesawat tersebut adalah pesawat kargo tipe Antonov AN12 dan pesawat milik Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan yang sedang melakukan pengecekan alat bantu pendaratan di Bandara Soekarno-Hatta. Meskipun suara bising ini mengganggu, penyebabnya adalah proses pengecekan dan pemeliharaan yang penting untuk memastikan keselamatan penerbangan.

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Suara Bising Pesawat di Kota Tangerang: Penjelasan dan Penyebabnya Terkait Pengecekan Alat Bantu Pendaratan

Perhubungan

Persaingan Pesawat Terbang: Boeing vs Airbus dan Tantangan Industri Penerbangan di Tengah Pandemi COVID-19

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Persaingan dalam industri penerbangan telah berlangsung sejak pesawat pertama kali diterbangkan oleh Wright Brothers pada tahun 1903. Boeing dari Amerika Serikat dan Airbus dari Eropa menjadi dua pabrik pesawat terbang terbesar yang bersaing dalam memperebutkan pasar angkutan udara internasional. Keduanya telah menghasilkan pesawat-pesawat yang terkenal dan sukses di pasaran.

Boeing mencetak kesuksesan dengan pesawat B-707 pada tahun 1957, yang mampu membawa sekitar 140 penumpang. Pesawat ini berhasil memenuhi permintaan pasar global dengan lebih dari 1.000 unit diproduksi. Pada tahun 1969, Boeing meluncurkan pesawat B-747 yang menjadi ikon dalam industri penerbangan. Pesawat ini dapat membawa hingga 600 penumpang dan telah memproduksi lebih dari 1500 unit. B-747 juga dikenal sebagai "Jumbo Jet" dan dijuluki "Queen of the Skies". Selain itu, Eropa juga merespons persaingan dengan meluncurkan pesawat Concorde pada tahun yang sama. Concorde menjadi pesawat sipil pertama yang dapat terbang lebih dari dua kali kecepatan suara dan mampu membawa sekitar 100 penumpang.

Selanjutnya, fokus industri penerbangan bergeser ke pengembangan pesawat yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dan ramah lingkungan, serta mengurangi tingkat kebisingan. Boeing meluncurkan B-777 dan Airbus meluncurkan A-330, keduanya merupakan pesawat berbadan lebar dengan hanya menggunakan dua mesin. Pesawat ini tidak hanya irit bahan bakar dibandingkan dengan pendahulunya yang menggunakan empat mesin, tetapi juga dirancang dengan tingkat kebisingan yang lebih rendah. Industri penerbangan juga memperhatikan tren global untuk menjaga lingkungan, yang didukung oleh ICAO.

Pada tahun 2005, Airbus memperkenalkan A-380, pesawat raksasa yang mampu membawa hampir 900 penumpang. Meskipun awalnya sukses dengan produksi 242 unit, A-380 mulai menghadapi kesulitan bersaing karena masih menggunakan empat mesin. Selain itu, permintaan pasar juga bergeser ke pesawat bermesin dua yang lebih efisien secara ekonomi. Persaingan terbaru dalam industri penerbangan adalah antara Boeing B-737 dan Airbus A-320 dengan berbagai varian. Namun, kecelakaan yang melibatkan B-737 MAX 8 memicu pertanyaan tentang kredibilitas Boeing dan otoritas penerbangan FAA.

Namun, industri penerbangan menghadapi tantangan besar dengan datangnya pandemi COVID-19 yang menghentikan sebagian besar aktivitas penerbangan secara tiba-tiba. Penurunan tajam dalam jumlah penumpang menjadi masalah serius bagi industri ini. Saat ini, arah industri penerbangan global menjadi tanda tanya besar. Bagaimana bentuk layanan penerbangan akan berkembang dan ke mana industri ini akan menuju setelah pandemi masih belum dapat diprediksi dengan pasti. Hingga pandemi COVID-19 berhasil diatasi, arah industri penerbangan akan terus menjadi misteri yang hanya waktu yang akan memberikan jawabannya.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Persaingan Pesawat Terbang: Boeing vs Airbus dan Tantangan Industri Penerbangan di Tengah Pandemi COVID-19

Perhubungan

Mengenang Nurtanio: Jejak Langkah Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Pada Minggu petang, tanggal 10 Oktober 2021, saya menemukan kembali buku berjudul "Nurtanio, Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia" di ruang kerja saya. Buku ini diterbitkan atas prakarsa Bapak Ashadi Tjahjadi, mantan Kepala Staf Angkatan Udara dari tahun 1977 hingga 1982. Isi buku ini mengulas sejarah industri penerbangan Indonesia, di mana Nurtanio memiliki peran penting dalam pengembangannya. Salah satu bab dalam buku tersebut juga mencatat sejarah berdirinya Lapan (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional) yang sekarang sudah tidak ada lagi. Prakarsa untuk mendirikan Lapan awalnya berasal dari gagasan Marsekal Muda RJ Salatun, yang pada saat itu menjabat sebagai sekretaris Dewan Penerbangan dan Antariksa Republik Indonesia (Depanri) pada akhir tahun 1963. Bersama Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang juga menjabat sebagai ketua harian Depanri, RJ Salatun mengusulkan pendirian Lapan.

Meskipun RJ Salatun awalnya diusulkan untuk menjabat sebagai Dirjen Lapan, ia dengan sopan menolak jabatan tersebut dan mengusulkan Nurtanio sebagai penggantinya. Meskipun awalnya Nurtanio ragu karena sudah merangkap beberapa jabatan lainnya, namun akhirnya ia menerima dan menjadi Direktur Jenderal Lapan yang pertama. Namun, saat ini baik Lapan maupun Depanri sudah tidak ada lagi di tahun 2021.

Buku tersebut juga mencatat komentar menarik dari Prof. DR. H Priyatna Abdurrasyid, SH PhD, yang berkunjung ke lokasi pak Nurtanio di Andir, Bandung pada tahun 1966. Pada tahun 1973, ketika ia terpilih sebagai Direktur International Institute of Space Law di Paris, ia menggunakan kesempatan tersebut untuk mempromosikan kreasi dan karya Nurtanio kepada rekan-rekannya dari Aerospatiale. Karya-karya Nurtanio menjadi faktor penentu bagi Aerospatiale untuk menanamkan modal dan keahlian mereka di bidang penerbangan di Indonesia.

Aerospatiale bahkan berencana memindahkan sebagian pabrik pesawat mereka dari Toulouse, Perancis, ke Indonesia, dengan nama Industri Pesawat Udara Nurtanio. Namun, rencana tersebut akhirnya dibatalkan oleh pihak tertentu, meskipun telah ada kesepakatan antara Indonesia dan Perancis. Hal ini sangat disayangkan karena proyek patungan antara Aerospatiale Perancis dan TNI AU tersebut akan menjadi pengakuan atas kemampuan dan kreativitas Nurtanio dalam industri pesawat udara.

Catatan menarik ini disampaikan dalam buku "Nurtanio, Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia", yang ditulis oleh JMV. Soeparno dan diterbitkan oleh Perhimpunan Purnawirawan Angkatan Udara (PPAU) bekerja sama dengan Q-Communication untuk Keluarga Besar Nurtanio Pringgoadisuryo (alm) pada tahun 2004.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Mengenang Nurtanio: Jejak Langkah Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia

Perhubungan

Pemulihan Penerbangan Pasca Pandemi: Tanda-Tanda Optimisme dan Tantangan yang Dihadapi Industri Penerbangan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Dampak pandemi Covid-19 telah menghentikan sebagian besar aktivitas penerbangan di seluruh dunia pada tahun 2020. Menurut laporan dari Mastercard.com, industri penerbangan global mengalami kerugian hingga mencapai 350 miliar dolar AS. Meskipun demikian, harapan akan pemulihan industri penerbangan muncul pada tahun 2021, terutama berkat lonjakan permintaan penerbangan domestik di beberapa negara.

Hasil survei yang dilakukan oleh Mastercard Economic Institute di 32 negara pada bulan Mei 2021 menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam perjalanan, khususnya dalam peningkatan pesanan penerbangan domestik di beberapa negara. Amerika Serikat, Brazil, dan Australia merupakan beberapa negara yang mengalami peningkatan signifikan dalam permintaan penerbangan domestik.

Di Indonesia, Indonesia National Air Carriers Association (INACA) bersama Universitas Padjajaran telah melakukan kajian mengenai pemulihan industri penerbangan melalui serangkaian forum diskusi kelompok (FGD) antara Februari hingga April 2021. Berdasarkan hasil kajian ini yang terdokumentasi dalam INACA White Paper, diprediksi bahwa pemulihan industri penerbangan domestik akan dimulai pada awal tahun 2022.

Namun, pemulihan penerbangan internasional diperkirakan akan memakan waktu lebih lama, baru akan dimulai pada akhir tahun 2023. Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja, menyatakan bahwa kajian ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang diperlukan untuk memfasilitasi pemulihan industri penerbangan. Denon juga berharap bahwa kajian ini akan membantu para pengambil keputusan, pemerintah, dan maskapai penerbangan dalam merancang strategi dan intervensi yang diperlukan untuk memulihkan sektor penerbangan selama dan pasca pandemi Covid-19.

Sementara itu, perkembangan penerbangan internasional untuk keperluan hiburan menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Data dari Mastercard.com menunjukkan bahwa pada Mei 2021, jumlah penerbangan internasional untuk keperluan hiburan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan Januari 2021. Meskipun demikian, peningkatan ini tidak merata di seluruh dunia karena beberapa faktor seperti tingkat vaksinasi yang lambat, munculnya varian Covid-19 baru, dan ketidakpastian dalam peraturan perjalanan internasional yang terus berubah.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Pemulihan Penerbangan Pasca Pandemi: Tanda-Tanda Optimisme dan Tantangan yang Dihadapi Industri Penerbangan

Perindustrian

Teenager Survives Illegal Stowaway Flight from London to Maastricht: Authorities Investigate Human Trafficking Potential

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Seorang remaja berusia 16 tahun melakukan perjalanan ilegal dengan pesawat dari London, Inggris ke Maastricht, Belanda pada Jumat (5/2/2021). Ia berhasil naik ke dalam ruang roda pendaratan pesawat kargo Turkish Airlines yang berangkat dari London Stansted, Inggris dan mendarat di Bandara Maastricht, Belanda.

Meskipun remaja tersebut naik ke dalam pesawat dengan ketinggian 5.791 meter di atas permukaan laut, ia beruntung masih bisa selamat setelah pesawat mendarat di bandara. Namun, ia kemudian dilarikan ke rumah sakit karena mengalami hipotermia. Identitas remaja tersebut tidak diungkapkan, tetapi diketahui bahwa ia berasal dari Kenya.

Otoritas Bandara Maastricht melaporkan bahwa kondisi remaja tersebut saat ini dalam keadaan relatif sehat. Pihak berwenang akan melakukan penyelidikan terkait potensi kasus perdagangan manusia yang melibatkan penumpang gelap tersebut. Pesawat kargo Turkish Airlines yang mendarat di Bandara Maastricht pada hari itu adalah TK6305, sebuah pesawat Freighter Airbus A330.

Menurut juru bicara Bandara Stansted, pesawat tersebut awalnya berangkat dari Nairobi menuju Istanbul, kemudian melanjutkan perjalanan ke London Stansted sebelum akhirnya menuju Maastricht. Juru bicara tersebut menambahkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa remaja berusia 16 tahun tersebut masuk ke dalam pesawat di London Stansted.

Dalam insiden ini, otoritas akan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memahami bagaimana remaja tersebut dapat masuk ke dalam pesawat tanpa terdeteksi. Keamanan di bandara akan diperketat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Hal ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keamanan dan kepatuhan terhadap prosedur penerbangan guna melindungi keselamatan semua penumpang.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Teenager Survives Illegal Stowaway Flight from London to Maastricht: Authorities Investigate Human Trafficking Potential

Perhubungan

Stuntwoman Emirates Kembali Memukau dengan Aksi di Burj Khalifa untuk Merayakan Dubai Expo

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


KOMPAS.com - Pesawat terbang biasa kita gunakan untuk bepergian ke luar kota maupun luar negeri, serta merupakan salah satu moda transportasi udara yang sangat vital bagi manusia. Perjalanan sejarah penemuan pesawat terbang cukup panjang. Pesawat terbang menjadi salah satu penemuan penting bagi dunia, oleh karenanya, setiap tanggal 7 Desember ditetapkan sebagai Hari Penerbangan Sipil Internasional atau International Civil Aviation Day. Tak mengherankan jika pesawat terbang disebut sebagai penemuan yang mengubah dunia. Lantas, sebenarnya bagaimana sejarah penemuan pesawat terbang? Pada tahun 1783, beberapa aeronaut melakukan penerbangan yang dengan balon yang lebih ringan dari udara, lalu diisi dengan udara panas atau gas hidrogen. Akan tetapi mereka menyadari bahwa hal tersebut bukan cara yang praktis untuk terbang. Sementara, pada abad ke-19 seorang baronet Inggris, George Cayley menyusun mesin dengan sayap, sistem propulsi, dan permukaan kontrol yang dapat digerakkan untuk terbang yang diketahui sebagai konsep dasar pesawat.

Dia juga tercatat sejarah sebagai salah satu penemu pesawat pertama. Cayley mengisi kesenjangan antara teori fisika, penelitian teknik, dan impian tentang penerbangan. Untuk mewujudkan keinginannya, dia mengumpulkan data aerodinamis dalam desain pesawat bersayap, dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan pada abad ke-18 untuk penelitian balistik. Cayley menjelaskan, bahwa mesin pesawat terbang memiliki sistem yang terpisah. Dia memfokuskan eksperimennya pada sayap pesawat terbang. Pada tahun 1799, Cayley mendefinisikan gaya angkat dan tarik lalu mempresentasikan desain ilmiah pesawat terbang untuk pertama kalinya. Hal tersebut menyebabkan para ahli bidang aeronautika, ilmuwan dan insinyur mulai merancang dan menguji pesawat terbang. Dikutip dari laman Wright Brothers Aeroplane Company, seorang pria disebut telah melakukan penerbangan berawak pertama dengan pesawat layang yang dirancang oleh Cayley pada tahun 1849. Sejarah penemuan pesawat terbang tak hanya berasal dari Cayley, maupun Wright bersaudara. Ilmuwan lain seperti Francis Wenham dan Horatio Phillips pun ikut mempelajari desain sayap melengkung.

Dilansir dari History, (13/11/2020) Wright bersaudara tercatat sebagai pelopor dan penemu penerbangan pesawat pertama kali pada 17 Desember 1903. Wilbur Wright dan Orville Wright adalah kakak beradik yang berasal dari wilayah Millville, Indiana. Meski mereka tidak mengenyam bangku perkuliahan, keduanya memiliki keinginan untuk dapat membuat alat transportasi yang dapat digunakan manusia dengan lebih cepat dan mudah. Keinginan keduanya berawal ketika ayahnya, Milton Wright membawa sebuah helikopter kecil di tahun 1878 . Sangat sederhana, mainan tersebut hanya terbuat dari gabus, bambu, dan kertas, serta ditenagai oleh karet gelang untuk memutar bilahnya. Dari sana lah, Wilbur dan Orville kemudian menumbuhkan kecintaanya pada aeronautika dan pesawat terbang. Selalu mengerjakan proyek mekanis yang berbeda dan mengikuti penelitian ilmiah, Wright bersaudara sangat memercayai penelitian ilmiah terkait dengan pesawat terbang, mereka mengikuti penelitian penerbang di Jerman yang disampaikan insinyur Otto Lilienthal. Namun, ketika Lilienthal meninggal, keduanya memutuskan untuk memulai eksperimen mereka sendiri untuk membuat pesawat terbang. Selanjutnya, Wilbur dan Orville mulai mencoba mencari cara untuk merancang sayap pesawat agar dapat terbang.

Melalui pengamatan terhadap burung, mereka melihat tampaknya burung memiringkan sayap untuk menjaga keseimbangan maupun mengontrolnya. Akhirnya Wilbur dan Orville meniru perilaku burung dengan mengembangkan konsep yang disebut lengkungan sayap. Sementara itu, mereka menambahkan kemudi yang dapat digerakkan, sehingga pada tahun 1903 mereka berhasil menerbangkan pesawat selama 59 detik, menempuh jarak 852 kaki di Kitty Hawk, North Carolina. Sayangnya, pada saat itu penemuan Wright bersaudara tidak dihargai oleh pers ataupun ahli penerbangan lainnya. Akibatnya, Wilbur pergi ke Eropa di tahun 1908, dan berharap akan lebih meyakinkan publik serta dapat menjual pesawat terbang buatannya. Sesampainya di Prancis, Wilbur melakukan banyak penerbangan umum dan memberikan tumpangan kepada pejabat, jurnalis, dan negarawan. Di negara ini lah dia lebih dihargai dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Segera setelah Wright Bersaudara melakukan penerbangan bertenaga pertama mereka pada tahun 1903, mereka mulai mengembangkan pesawat buatannya agar dapat dipasarkan. Akan tetapi, setelah berita penerbangan pertama Wright bersaudara di Kitty Hawk dan Huffman Prairie diketahui, ada klaim bahwa peneliti lain merupakan orang yang melakukan penerbangan pesawat pertama.  Kendati demikian, Orville disebut sebagai pilot untuk pesawat berbahan bakar bensin pertama yang digerakkan dengan baling-baling biplan tersebut.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Stuntwoman Emirates Kembali Memukau dengan Aksi di Burj Khalifa untuk Merayakan Dubai Expo
« First Previous page 808 of 943 Next Last »