Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Kementerian PUPR Bekali 64 ASN Materi Web Development, Data Science, dan UI/UX untuk Tingkatkan Kompetensi Bidang IT

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Jakarta - Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis teknologi digital adalah salah satu dari 5 program prioritas pemerintah Presiden Joko Widodo dan Wapres Kiai Ma’ruf Amin menyongsong era industri 4.0. Oleh karena itu, di samping terus mendorong pembangunan infrastruktur dengan metodologi Building Information Modelling (BIM), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga melakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi para Aparatur Sipil Negara (ASN) PUPR di Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Program pelatihan teknologi informasi salah satunya dilakukan Kementerian PUPR melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) berupa pendalaman materi Web Development, Data Science, dan User Interface/User Experience (UI/UX). Pelatihan bekerjasama dengan Purwadhika Digital Technology School diikuti sejumlah 64 ASN PUPR semenjak 11 Juni - 19 Juli 2022.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan melalui pelatihan ini, ASN Kementerian PUPR harapannya bisa memahami perkembangan teknologi dalam rangka menciptakan digitalisasi sistem pemerintahan dan mengaplikasikannya di Kementerian PUPR. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo agar pemerintah menghadirkan pelayanan publik yang transparan, cepat dan efektif. Salah satunya dengan penerapan SPBE atau e-government agar pelayanan kepada masyarakat bisa berlangsung lebih baik.

"ASN Kementerian PUPR harus membekali diri dengan kemampuan dan pengetahuan baik bersifat soft ataupun technical skill yang kaitannya dengan pengelolaan data dan teknologi informasi. Jadilah problem solver Teknologi Informasi," ungkap Menteri Basuki dalam sambutannya yang dibacakan Kepala BPSDM Khalawi Abdul Hamid pada acara Penutupan Pelatihan Teknologi Informasi di Auditorium Kementerian PUPR, Selasa(19/7/2022).

Kepala BPSDM Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid mengungkapkan program pelatihan Web Development, Data Science, dan UI/UX diikuti oleh perwakilan masing - masing Unit Organisasi Kementerian PUPR yang terdiri dari Data Science 19 orang, Web Development 25 orang, dan UI/UX 20 orang.

"Skema pelatihannya ialah team work, jadi dibagi 3 orang untuk menguasai masing-masing materi pelatihan. Dari 3 orang ini akan mentrasformasikan kepada teman-temannya yang belum mengikuti pelatihan, " ungkap Khalawi.

Menurut Khalawi, peningkatan kompetensi ASN PUPR pada pemanfaatan teknologi ini, juga harapannya bisa memberikan nilai tambah untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur, tak hanya pada kecepatan atau efisiensi dalam manajemen organisasi.

Dalam men-support pembangunan infrastruktur, Kementerian PUPR sudah mengadopsi beraneka sistem teknologi informatika seperti mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Tanggap Bencana (SITABA) PUPR yang memanfaatkan data geofisika tujuannya untuk mendukung Early Warning System Infrastruktur (EWSI) yaitu berupa prediksi cuaca harian dan bulanan, potensi infrastruktur terdampak gempa dan potensi dampak gerakan tanah terhadap infrastruktur.

Selain itu dikembangkan pula aplikasi Sikasep (Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan), SiKumbang (Sistem Informasi Kumpulan Pengembang), dan Sipetruk (Sistem Pemantauan Konstruksi) dalam bidang penyediaan perumahan. Dalam menciptakan target capaian Jalan Tol yang berkelanjutan di masa depan Kementerian PUPR mengaplikasikan konsep Intelligent Toll Road System (ITRS) dengan building block  transformasi digital jalan tol yang terdiri dari beraneka inovasi terintegrasi pengelolaan jalan tol.

 

Disadur dari sumber pu.go.id/berita

Selengkapnya
Kementerian PUPR Bekali 64 ASN Materi Web Development, Data Science, dan UI/UX untuk Tingkatkan Kompetensi Bidang IT

Safety

Daerah Bencana: Pengertian dan Daerah Bencana Modern

Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 18 Februari 2025


Daerah Bencana

Zona bencana adalah suatu wilayah atau kawasan yang mengalami kerusakan akibat bencana alam, teknologi, atau sosial. Daerah yang terkena dampak bencana mempengaruhi penduduk yang tinggal di komunitasnya karena kenaikan biaya yang cepat, hilangnya energi, makanan dan layanan. Terakhir, risiko penyakit meningkat di kalangan penduduk. Ini adalah bidang-bidang yang membuka peluang bagi dukungan nasional atau internasional terhadap daerah-daerah yang terkena dampak bencana alam, teknologi atau sosial.

Contoh daerah bencana modern

Contoh bencana teknologi adalah bencana Fukushima yang disebabkan oleh "gempa berkekuatan 8,9 skala richter yang melanda timur laut Jepang". Gempa tersebut menyebabkan ledakan hidrogen di pembangkit listrik. Lima reaktor hancur dan pembangkit listrik ditunda. Semua ini terjadi karena kegagalan teknis pada sistem yang menyebabkan pemadaman listrik secara darurat dan darurat, karena kelima reaktor kehilangan energi pemanas, hidrogen di atapnya dan meledak.

Peristiwa nuklir besar ini berdampak kecil terhadap kesehatan masyarakat karena dampak nuklir lokal. Polusi membuat sulit untuk mengkonsumsi produk-produk seperti susu, air atau sayuran, namun peningkatan angka kanker dianggap terlalu kecil untuk dideteksi. Oleh karena itu, tidak semua bahan pangan yang tumbuh di kawasan itu akan dijual. Warga dilarikan ke rumah sakit, hanya 1 hingga 3 orang yang mengalami kerusakan akibat radiasi. “Pemerintah Jepang menangani situasi ini dengan cara terbaik dan menakjubkan yang bisa dibayangkan.”

Contoh lokasi bencana akibat bencana alam adalah Badai Sandy yang terjadi pada tanggal 27 Oktober 2012. Ini merupakan badai terkuat yang melanda Amerika Serikat dalam beberapa dekade. Sekitar 50 orang tewas dalam badai tersebut, banyak yang terluka akibat pohon tumbang. New York adalah negara bagian yang paling terkena dampaknya, menyebabkan jutaan orang kehilangan aliran listrik dan beberapa lainnya kehilangan tempat tinggal.

Peristiwa krisis sosial yang paling parah adalah serangan teroris yang terjadi di New York City pada 11 September 2001. Dua pesawat menabrak Menara Kembar dan jatuh, menewaskan banyak orang saat beraksi. Serangan mendadak tersebut menewaskan banyak orang dan menimbulkan dampak buruk di Kota New York.

Melbourne, Australia, ditetapkan sebagai daerah bencana oleh Perdana Menteri Victoria pada 2 Agustus 2020, menyusul peningkatan tajam kasus COVID-19 yang tidak diketahui penyebabnya. Pada tanggal 5 Agustus 2020, Dewan Militer Lebanon mengumumkan keadaan darurat di Beirut menyusul ledakan mematikan di pelabuhan.

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Daerah Bencana: Pengertian dan Daerah Bencana Modern

Geodesi dan Geomatika

Ahli Vulkanologi ITB Jelaskan Penyebab Erupsi Gunung Semeru

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025


Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., mengatakan, material aliran lahar yang terjadi di Gunung Semeru merupakan akumulasi dari letusan sebelumnya yang menutupi kawah gunung tersebut. “Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi,” katanya, Minggu (5/12/2021). 

Sebelumnya diberitakan, Gunung Semeru erupsi pada Sabtu sore, (4/12/2021) sekitar pukul 14:50 WIB. Mengutip dari Magma Indonesia, visual letusan tidak teramati akan tetapi erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5160 detik. Menurut Dr. Mirzam, saat terjadi erupsi warga cenderung tidak merasakan adanya gempa, akan tetapi tetap terekam oleh seismograf. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya material yang berada di dalam dapur magma.

*Detik-detik erupsi Gunung Semeru. Sumber: Twitter BNPB

Dia menjelaskan, kenapa Gunung Semeru bisa meletus. Ada tiga hal yang menyebabkan sebuah gunung api bisa meletus. Pertama karena volume di dapur magmanya sudah penuh, kedua karena ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma, dan yang ketiga di atas dapur magma.

“Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru, jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban. Sehingga meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit (hanya bisa diditeksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Semeru tetap bisa erupsi,” jelasnya.

Dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) itu mengatakan, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif tipe A. Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan, Dr. Mirzam berkesimpulan bahwa Gunung Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1-2 tahun. Terakhir tercatat pernah juga mengalami letusan di tahun 2020 juga di bulan Desember. “Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya,” jelasnya.

Namun menurutnya Dr. Mirzam, arah letusan gunung Semeru bisa diprediksi yaitu mengarah ke tenggara. Hal ini karena mengacu pada peta Geologi Semeru, bidang tempat lahirnya gunung ini tidak horizontal tetapi miring ke arah selatan. “Kalau kita mengacu pada letusan 2020, arah abu vulkaniknya itu cenderung ke arah tenggara dan selatan karena anginnya berhembus ke arah tersebut begitu juga dengan aliran laharnya karena semua suangai yang berhulu ke puncak Semeru semua merngalir kea rah selatan dan tenggara,” ujarnya.

*Arah erupsi Gn. Semeru. Sumber: Dr. Mirzam Abdurrachman

Mirzam mengindikasikan abu vulkanik gunung semeru cenderung berat yang ditandai dengan warnanya yang abu-abu pekat. Hal tersebut terlihat dari visual di puncak Gunung Semeru. Sehingga ketika letusan-letusan sebelumnya terjadi, abu vulkaniknya jatuh menumpuk di hanya di sekitar area puncak gunung semeru, ini yang menjadi cikal bakal melimpahnya material lahar letusan 2021.

*Foto satelit puncak Gn. Semeru. Sumber: Dr. Mirzam Abdurrachman.

Bahaya Erupsi Gunung Meletus

Dr. Mirzam mengatakan, bahaya dari gunung api secara umum ada dua, yaitu primer dan sekunder. Bahaya primer berkaitan dengan saat gunung meletus dan bahaya sekunder setelah gunung api tersebut meletus. Bahaya primer dari letusan ialah aliran lava, wedus gembel, dan abu vulkanik. Sementara bahaya sekunder salah satunya terjadinya banjir bandang atau pun lahar. “Dua-duanya sama-sama berbahaya,” ujarnya.

Sumber Artikel : itb.ac.id/news

Selengkapnya
Ahli Vulkanologi ITB Jelaskan Penyebab Erupsi Gunung Semeru

Safety

Bahaya lingkungan: Pengertian, Jenis dan Identifikasi

Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 18 Februari 2025


Bahaya lingkungan

Bahaya lingkungan adalah bahaya yang mempengaruhi bioma atau ekosistem. Contoh-contoh yang terkenal termasuk tumpahan minyak, polusi air, penebangan dan pembakaran hutan, polusi udara, retakan tanah, dan penumpukan karbon dioksida di atmosfer. Paparan fisik terhadap bahaya lingkungan biasanya tidak disengaja.

Jenis

Bahaya kimiawi adalah zat yang dapat menyebabkan bahaya atau kerusakan pada manusia, hewan, atau lingkungan. Zat-zat tersebut dapat berupa padatan, cairan, gas, kabut, debu, asap, dan uap. Paparan dapat terjadi melalui penghirupan, penyerapan kulit, tertelan, atau kontak langsung. Bahaya kimiawi meliputi zat-zat seperti pestisida, pelarut, asam, basa, logam reaktif, dan gas beracun. Paparan zat-zat ini dapat mengakibatkan dampak kesehatan seperti iritasi kulit, masalah pernapasan, kerusakan organ, efek neurologis, dan kanker.

Bahaya fisik adalah faktor-faktor di dalam lingkungan yang dapat membahayakan tubuh tanpa harus menyentuhnya. Bahaya ini mencakup berbagai faktor lingkungan seperti kebisingan, getaran, suhu ekstrem, radiasi, dan bahaya ergonomis. Bahaya fisik dapat menyebabkan cedera seperti luka bakar, patah tulang, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau bahaya fisik lainnya. Bahaya ini dapat ditemukan di banyak tempat kerja seperti lokasi konstruksi, pabrik, dan bahkan ruang kantor.

Bahaya biologis, juga dikenal sebagai biohazard, adalah zat organik yang mengancam kesehatan organisme hidup, terutama manusia. Hal ini dapat mencakup limbah medis, sampel mikroorganisme, virus, atau racun (dari sumber biologis) yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Bahaya biologis juga dapat mencakup zat-zat yang berbahaya bagi hewan. Contoh bahaya biologis termasuk bakteri, virus, jamur, mikroorganisme lain, dan racun terkait. Mereka dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, mulai dari flu hingga penyakit yang lebih serius dan berpotensi fatal.

Bahaya psikologis adalah aspek-aspek dari pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat menyebabkan gangguan psikologis atau gangguan kesehatan mental. Hal ini mencakup faktor-faktor seperti stres, intimidasi di tempat kerja, kelelahan, kelelahan, dan kekerasan, antara lain. Bahaya-bahaya ini dapat menyebabkan masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Bahaya psikologis dapat terjadi di semua jenis tempat kerja, dan pengelolaannya merupakan aspek penting dari kesehatan dan keselamatan kerja.

Identifikasi bahaya lingkungan

Identifikasi bahaya lingkungan adalah langkah pertama dalam penilaian risiko lingkungan, yang merupakan proses menilai kemungkinan, atau risiko, dampak buruk yang diakibatkan oleh pemicu stres lingkungan. Identifikasi bahaya adalah penentuan apakah, dan dalam kondisi apa, suatu pemicu stres lingkungan memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya.

Dalam identifikasi bahaya, sumber data tentang risiko yang terkait dengan bahaya yang mungkin terjadi diidentifikasi. Misalnya, jika sebuah lokasi diketahui terkontaminasi dengan berbagai polutan industri, identifikasi bahaya akan menentukan bahan kimia mana yang dapat mengakibatkan efek kesehatan manusia yang merugikan, dan efek apa yang dapat ditimbulkannya. Penilai risiko mengandalkan data laboratorium (misalnya, toksikologi) dan epidemiologi untuk membuat penentuan ini.

Model konseptual paparan

Bahaya memiliki potensi untuk menimbulkan dampak yang merugikan hanya jika bersentuhan dengan populasi yang dapat dirugikan. Untuk alasan ini, identifikasi bahaya mencakup pengembangan model konseptual pemaparan [Model konseptual mengkomunikasikan jalur yang menghubungkan sumber-sumber bahaya tertentu dengan populasi yang berpotensi terpapar]. Badan Registrasi Zat Beracun dan Penyakit Amerika Serikat menetapkan lima elemen yang harus dimasukkan dalam model konseptual pemaparan:

  • Nasib dan transportasi lingkungan, atau bagaimana bahaya berpindah dan berubah di lingkungan setelah dilepaskan
  • Titik atau area pajanan, atau tempat di mana orang yang terpapar bersentuhan dengan bahaya
  • Rute pemaparan, atau cara seseorang yang terpapar bersentuhan dengan bahaya (misalnya, secara oral, melalui kulit, atau melalui penghirupan)
  • Populasi yang berpotensi terpapar.

Mengevaluasi data bahaya

Setelah model konseptual paparan dikembangkan untuk bahaya tertentu, pengukuran harus dilakukan untuk menentukan keberadaan dan kuantitas bahaya. Pengukuran ini harus dibandingkan dengan tingkat referensi yang sesuai untuk menentukan apakah suatu bahaya ada atau tidak. Sebagai contoh, jika arsenik terdeteksi dalam air keran dari sumur tertentu, konsentrasi yang terdeteksi harus dibandingkan dengan ambang batas peraturan untuk tingkat arsenik yang diperbolehkan dalam air minum. Jika tingkat yang terdeteksi secara konsisten lebih rendah dari batas-batas ini, arsenik mungkin bukan merupakan bahan kimia yang berpotensi menjadi perhatian untuk tujuan penilaian risiko ini. Ketika menginterpretasikan data bahaya, penilai risiko harus mempertimbangkan sensitivitas instrumen dan metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran, termasuk batas deteksi yang relevan (yaitu, tingkat terendah dari suatu zat yang dapat dideteksi oleh instrumen atau metode).

Bahaya Kimia

Bahaya kimia didefinisikan dalam Sistem Harmonisasi Global dan peraturan kimia Uni Eropa. Bahaya ini disebabkan oleh zat kimia yang menyebabkan kerusakan signifikan terhadap lingkungan. Label ini terutama berlaku untuk zat-zat yang memiliki toksisitas air. Contohnya adalah seng oksida, pigmen cat yang umum digunakan, yang sangat beracun bagi kehidupan akuatik.

Toksisitas atau bahaya lain tidak berarti bahaya lingkungan, karena eliminasi oleh sinar matahari (fotolisis), air (hidrolisis) atau organisme (eliminasi biologis) menetralkan banyak zat reaktif atau beracun. Kegigihan terhadap mekanisme eliminasi ini dikombinasikan dengan toksisitas memberikan substansi kemampuan untuk merusak dalam jangka panjang. Selain itu, kurangnya toksisitas langsung pada manusia tidak berarti zat tersebut tidak berbahaya bagi lingkungan. Sebagai contoh, tumpahan zat seukuran truk tangki seperti susu dapat menyebabkan banyak kerusakan pada ekosistem perairan setempat: kebutuhan oksigen biologis yang ditambahkan menyebabkan eutrofikasi yang cepat, yang mengarah ke kondisi anoksik di badan air.

Semua bahaya dalam kategori ini sebagian besar bersifat antropogenik, meskipun ada sejumlah karsinogen alami dan unsur kimia seperti radon dan timbal yang dapat muncul dalam konsentrasi yang membahayakan kesehatan di lingkungan alami:

  • Antraks
  • Agen antibiotik pada hewan yang diperuntukkan untuk konsumsi manusia
  • Arsenik - kontaminan pada sumber air tawar (sumur air)
  • Asbes - karsinogenik
  • Karsinogen
  • DDT
  • Dioksin
  • Pengganggu endokrin
  • Bahan mudah meledak
  • Fungisida
  • Furan
  • Haloalkana
  • Logam berat
  • Herbisida
  • Hormon pada hewan yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia
  • Timbal dalam cat
  • Sampah laut
  • Merkuri
  • Mutagen
  • Pestisida
  • Bifenil terklorinasi poliklorinasi
  • Radon dan sumber radioaktivitas alami lainnya
  • Polusi tanah
  • Merokok tembakau
  • Limbah beracun

Bahaya fisik

Bahaya fisik adalah jenis bahaya pekerjaan yang melibatkan bahaya lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan dengan atau tanpa kontak. Di bawah ini adalah daftar contohnya:

  • Sinar kosmik
  • Kekeringan
  • Gempa bumi
  • Medan elektromagnetik
  • Limbah elektronik
  • Banjir
  • Kabut
  • Polusi cahaya
  • Pencahayaan
  • Polusi suara
  • Pasir apung
  • Sinar ultraviolet
  • Getaran
  • Sinar-X

Bahaya biologis

Bahaya biologis, juga dikenal sebagai biohazard, mengacu pada zat biologis yang mengancam kesehatan organisme hidup, terutama manusia. Hal ini dapat mencakup limbah medis atau sampel mikroorganisme, virus, atau racun (dari sumber biologis) yang dapat memengaruhi kesehatan manusia. Contohnya meliputi:

  • Alergi
  • Arbovirus
  • Flu burung
  • Ensefalopati spongiformis sapi (BSE)
  • Kolera
  • Ebola
  • Epidemi
  • Keracunan makanan
  • Malaria
  • Jamur
  • Onchocerciasis (kebutaan sungai)
  • Pandemi
  • Patogen
  • Serbuk sari untuk orang yang alergi
  • Rabies
  • Sindrom pernapasan akut yang parah (SARS)
  • Sindrom bangunan sakit

Psikologis

Bahaya psikologis termasuk namun tidak terbatas pada stres, kekerasan, dan pemicu stres di tempat kerja lainnya. Pekerjaan pada umumnya bermanfaat bagi kesehatan mental dan kesejahteraan pribadi. Pekerjaan memberikan struktur dan tujuan serta rasa identitas kepada orang-orang.

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Bahaya lingkungan: Pengertian, Jenis dan Identifikasi

Perindustrian

130 Perusahaan Sudah Daftar di SIMIRAH 2 dalam Program MGCR

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Kementerian Perindustrian mencatat, sampai 1 Juli 2022, sebesar 130 perusahaan telah mendaftar ke dalam Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH) 2.0. Dari angka tersebut, mencakup 51 produsen Crude Palm Oil (CPO), dan 79 produsen minyak goreng sawit (MGS).

“Pada program Minyak Goreng Curah Rakyat (MGCR), kini telah ada penambahan produsen, yang awalnya 75 perusahaan pada program Minyak Goreng Curah Bersubsidi, menjadi 79 perusahaan MGS,” ungkap Putu Juli Ardika selaku Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, di Jakarta, Minggu(1/7).

Dirjen Industri Agro mengatakan, dari total 130 perusahaan yang mendaftar di SIMIRAH 2, sejumlah 98 perusahaan telah memperoleh nomor registrasi. Mereka terdiri dari 24 produsen CPO dan 74 produsen MGS. “seluruhnya yang mendaftar, tak ada yang ditolak. Namun yang belum memperoleh nomor registrasi itu sebab masih proses verifikasi atau masih melengkapi data yang kurang,” ungkapnya.

Beberapa waktu lalu, Direktorat Jenderal Industri Agro mengadakan Business Matching Regional Sumatra Program MGCR di Medan. Selain menyosialisasikan program MGCR, tujuan kegiatan business matching tersebut untuk memudahkan para peserta program MGCR bermigrasi ke SIMIRAH 2. “Pada kegiatan ini kita membuka layanan konsultasi untuk perusahaan dan melibatkan satuan kerja Kemenperin di Medan untuk menjadi auditor,” ungkapnya.

Dari 74 produsen MGS yang memperoleh nomor registrasi Program MGCR, sejumlah 39 perusahaana atau 52% berlokasi di wilayah regional Sumatra. Sedangkan, dari 24 produsen CPO yang memperoleh nomor registrasi, sejumlah 17 produsen atau 70,8% berlolasi di wilayah regional Sumatra. “Maksudnya, regional Sumatra begitu sentral dan penting sebagai pusat produksi minyak goreng,” ungkapnya.

Pada periode 1 - 30 Juni 2022, pencapaian panyaluran program MGCR rata-rata mencapai 81,72% dari kebutuhan bulanan di setiap provinsi. “Berdasarkan data, pengiriman produsen MGCR ke 7 provinsi tujuan, yaitu DKI Jakarta, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Barat sudah melebihi proyeksi kebutuhannya,” ujar Putu.

Selanjutnya, pada Juni 2022, total MGCR yang disalurkan oleh produsen MGS sejumlah 268.000 ton, 182.000 ton di antaranya sudah tiba di distributor 1 (D1), 45.000 ton tiba di pengecer, dan 28.000 ton sudah dijual ke masyarakat. “Peningkatan volume ekspor atas CPO dan MGS bisa dijalankan melalui percepatan penyaluran DMO-DPO ke dalam negeri, termasuk dalam bentuk minyak curah berwadah,” jelasnya.

Putu menjelaskan, pemerintah bertekad untuk melaksanakan program ini dengan baik dan akuntabilitas terjaga sehingga menjamin ketersediaan dan memenuhi kebutuhan MGCR sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) sejumlah Rp. 14.000 per-liter atau Rp. 15.500 per-kilogram. Pemerintah juga memfasilitasi para pengecer yang ingin menjual MGCR.

Harapannya, dengan munculnya pengecer resmi yang sudah terdaftar di SIMIRAH 2 atau Pelaku Usaha Jasa Logistik dan Eceran PUJLE, dapat membantu pemerintah dan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan minyak goreng dalam negeri.

Semenjak pemerintah menyosialisasikan penggunaan QR Code Peduli Lindungi pada tanggal 27 Juni 2022 kepada 34.900 pengecer, sejumlah 3.345 pengecer atau 8,81 persen dari total keseluruhan telah mencetak QR Code Peduli Lindungi yang akan dipindai oleh pembeli.

"Kemenperin terus melakukan percepatan agar para pengecer terdaftar segera mencetak QR Code Peduli Lindungi. Pada SIMIRAH 2, kita juga sudah memasang filter pemantau untuk melihat pengecer mana yang belum mencetak QR Code Peduli Lindungi," ungkap Direktur Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan Emil Satria.


Disadur dari sumber kemenperin.go.id

Selengkapnya
130 Perusahaan Sudah Daftar di SIMIRAH 2 dalam Program MGCR

Rantai Pasok Digital

Transformasi Rantai Pasok di Era Industri 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


  Pendahuluan

Artikel berjudul "The Impact of Industry 4.0 Implementation on Supply Chains" yang ditulis oleh Ghadge, Er Kara, Moradlou, dan Goswami (2020) membahas secara komprehensif tentang bagaimana implementasi Industri 4.0 memengaruhi rantai pasok (supply chain). Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dampak tersebut dan mengembangkan kerangka kerja implementasi dengan mempertimbangkan pendorong dan hambatan yang mungkin muncul. Dengan menggunakan pendekatan   critical literature review   dan   system dynamics model  , penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi para manajer rantai pasok dalam memahami tantangan dan peluang di era digital ini.

 

  Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif. Pertama, dilakukan tinjauan literatur secara mendalam untuk mengidentifikasi pendorong dan hambatan utama dalam implementasi Industri 4.0. Faktor-faktor ini dikategorikan ke dalam empat dimensi bisnis: strategis, organisasi, teknologi, serta hukum dan etika. Selanjutnya, dikembangkan model   system dynamics   untuk memahami dampak implementasi Industri 4.0 pada parameter rantai pasok, dengan memasukkan faktor-faktor pendorong dan penghambat yang telah diidentifikasi. Model simulasi ini digunakan untuk mengembangkan model konseptual yang dapat membantu implementasi dan akselerasi Industri 4.0 dalam rantai pasok.

 

  Temuan dan Diskusi

    Dampak Industri 4.0 pada Rantai Pasok

Artikel ini menyoroti bahwa Industri 4.0 membawa tantangan dan peluang baru bagi rantai pasok masa depan. Digitalisasi menjadi suatu keharusan bagi sistem rantai pasok agar dapat bertahan dalam lingkungan bisnis yang dinamis dan kompetitif saat ini. Perusahaan perlu mengadopsi teknologi baru dalam proses bisnis mereka dan mengelola aliran data yang meningkat dalam rantai nilai mereka untuk pengelolaan rantai pasok digital generasi berikutnya yang efektif.

 

    Pendorong dan Hambatan Implementasi Industri 4.0

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa pendorong utama untuk adopsi Industri 4.0, termasuk peningkatan efisiensi, produktivitas, dan fleksibilitas. Selain itu, personalisasi produk dan pengambilan keputusan berbasis data   real-time   juga menjadi faktor pendorong yang signifikan. Namun, terdapat juga beberapa hambatan yang perlu diatasi, seperti kurangnya keterampilan dan pengetahuan, biaya investasi yang tinggi, masalah keamanan siber, dan kurangnya standar yang jelas.

 

    Kerangka Kerja Implementasi Industri 4.0

Berdasarkan hasil analisis dan simulasi, artikel ini mengusulkan kerangka kerja konseptual untuk implementasi Industri 4.0 yang efektif dalam rantai pasok. Kerangka kerja ini mencakup beberapa tahapan, mulai dari identifikasi kebutuhan dan tujuan bisnis, evaluasi teknologi yang sesuai, pengembangan rencana implementasi, hingga pemantauan dan evaluasi kinerja.

 

  Studi Kasus dan Angka-Angka

Meskipun artikel ini bersifat konseptual, artikel ini juga menyoroti beberapa contoh implementasi Industri 4.0 dalam rantai pasok. Misalnya, penggunaan   Radio-Frequency Identification Device  (RFID) dan teknologi   cloud   untuk meningkatkan visibilitas dan efisiensi dalam rantai pasok. Selain itu, penggunaan   big data analytics   untuk mengoptimalkan inventaris dan memprediksi permintaan juga dibahas sebagai studi kasus yang relevan.

Contoh lain adalah penerapan robot otonom di gudang dan pusat distribusi, yang dapat meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam proses pemenuhan pesanan. Implementasi sistem   cybersecurity   yang kuat juga ditekankan sebagai langkah penting untuk melindungi data sensitif dan mencegah gangguan operasional.

 

  Analisis Mendalam

Artikel ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami dampak Industri 4.0 pada rantai pasok. Dengan mengidentifikasi pendorong dan hambatan utama, serta mengusulkan kerangka kerja implementasi yang komprehensif, penelitian ini memberikan panduan yang berharga bagi para praktisi dan peneliti di bidang ini. Penggunaan model   system dynamics   juga memungkinkan para peneliti untuk mensimulasikan berbagai skenario dan memahami dampak jangka panjang dari implementasi Industri 4.0.

 

    Perbandingan dengan Penelitian Lain

Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain di bidang Industri 4.0 dan rantai pasok, yang menekankan pentingnya digitalisasi dan integrasi teknologi dalam meningkatkan kinerja rantai pasok. Namun, artikel ini juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor organisasi dan strategis dalam implementasi Industri 4.0, yang seringkali diabaikan dalam penelitian lain.

 

    Implikasi Praktis dan Teoretis

Secara praktis, penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi para manajer rantai pasok dalam memahami tantangan dan peluang di era Industri 4.0. Dengan memahami pendorong dan hambatan utama, mereka dapat mengembangkan strategi implementasi yang lebih efektif dan memaksimalkan manfaat dari teknologi baru. Secara teoretis, penelitian ini berkontribusi pada pengembangan teori rantai pasok digital dan memberikan dasar empiris untuk penelitian lebih lanjut di bidang ini.

 

  Kesimpulan

Artikel "The Impact of Industry 4.0 Implementation on Supply Chains" adalah sumber yang berharga bagi siapa saja yang tertarik untuk memahami bagaimana Industri 4.0 mengubah rantai pasok. Dengan pendekatan yang komprehensif dan metodologi yang kuat, penelitian ini memberikan wawasan yang mendalam tentang tantangan dan peluang di era digital ini, serta kerangka kerja praktis untuk implementasi Industri 4.0 yang sukses.

Sumber : Ghadge, A., Er Kara, M., Moradlou, H. & Goswami, M. (2020), “The impact of Industry 4.0 implementation on supply chains”, Journal of Manufacturing Technology Management, (10.1108/JMTM-10-2019-0368), Accepted.

 

Selengkapnya
Transformasi Rantai Pasok di Era Industri 4.0
« First Previous page 778 of 1.167 Next Last »