Supply Chain Management

Rantai Pasok: Pengelolaan, Pengembangan, dan Tujuan

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra pada 24 April 2024


Rantai Pasok

Rantai pasok adalah sebuah sistem rangkaian kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan dan pengendalian yang terdiri atas organisasi, sumber daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber daya lainnya terhadap pengadaan, produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa dari suatu pemasok kepada pelanggan. Badan usaha yang melaksanakan fungsi pasokan pada umumnya terdiri dari manufaktur, penyedia layanan jasa, distributor, dan saluran penjualan (seperti: pedagang eceran, perdagangan elektronik, dan pelanggan (pengguna akhir). Aktivitas rantai pasok (rantai nilai dan proses siklus hidup) mengubah bahan baku dan bahan pendukung menjadi sebuah barang jadi yang dapat dikirimkan kepada pelanggan pengguna akhir. Rantai pasok menghubungkan rantai nilai.

Ada berbagai jenis model rantai pasok, yang masing-masing menghubungkan mulai dari sisi hulu hingga hilir. Tujuan utama manajemen rantai pasok adalah untuk memenuhi permintaan pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang pailng efisien, termasuk kapasitas distribusi, persediaan, dan sumber daya manusia. Beberapa perusahaan memilih untuk mengalihdayakan manajemen rantai pasok mereka dengan bekerja sama dengan penyedia jasa logistik pihak ketiga.

Ada berbagai jenis model rantai pasok, masing-masing terhubung dari hulu ke hilir. Tujuan utama dari manajemen rantai pasokan adalah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang paling efisien, termasuk kapasitas distribusi, inventaris, dan sumber daya manusia. Beberapa perusahaan memilih untuk melakukan outsourcing manajemen rantai pasokan mereka dengan bekerja sama dengan penyedia layanan logistik pihak ketiga.

Jaringan rantai pasok (dari kiri ke kanan): Bahan Baku (R) - Pemasok (S) - Manufaktur (M) - Distribusi (D) - Pelanggan (C) - Pengecer (C).

Pengelolaan

Standar pengelolaan rantai pasok salah satunya dikemukakan oleh Deloitte Touche Tohmatsu. Perusahaan dibagi menjadi tiga jenis melalui kemampuan dalam pengelolaan rantai pasok produksi. Sikap yang diamati ialah kemampuan dalam melakukan pengamatan, memberikan tanggapan dan melakukan mitigasi terhadap risiko dari rantai pasok produksi. Perusahaan pertama ialah perusahaan yang mampu melakukan mitigasi risiko rantai pasok dengan tepat. Perusahaan ini umumnya memiliki keunggulan berupa sistem yang canggih dengan pengelolaan yang ulet. Pencegahan pemutusan rantai pasok dilakukan melalui penyediaan pemasok cadangan. Pemutusan rantai pasok ini umumnya terjadi ketika terjadi inovasi skala besar.

Perusahaan pertama mampu memenuhi permintaan pasar dan menjaga operasional perusahaan dengan memamnfaatkan persediaan yang ada. Perusahaan kedua memiliki kemampuan dalam menanggapai risiko rantai pasok dengan tepat, tetapi tidak mempunyai rencana mitigasi risiko. Hubungan perusahaan kedua sangat erat dengan pemasok utama sehingga seluruh risiko dapat dipahami dengan tepat dan dapat diatasi melalui tindakan tertentu berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya. Perusahaan kedua umumnya dapat memenuhi permintaan pasar meski belum memiliki perencanaan pasokan.

Persiapa perusahaan kedua ialah investasi pada perencanaan manajemen rantai pasok sehingga mudah mengetahui adanya risiko yang akan terjadi terhadap rantai pasok. Perusahaan ketiga merupakan perusahaan yang tidak mampu mengelola rantai pasok. Pada perusahaan ketiga, ada ketergantungan kepada pemasok tunggal sehingga tidak mampu melihat masalah yang timbul akibat pemutusan rantai pasok. Perusahaan ketiga tidak mampu mengatur persediaan bahan baku untuk keperluan produksi. Produk akhir juga tidak mampu diperkirakan sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi dengan tepat. Perusahaan ketiga juga tidak dapat melakukan distribusi produk secara tepat karena tidak mampu mengelola bidang logistik. Peluang kebangkrutan perusahaan ketiga sangat tinggi ketika rantai pasok terputus akibat inovasi besar-besaran. Perusahaan pihak ketiga bisa bangkrut.

Pengembangan

Pengembangan rantai pasok dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan. Kegiatan pengembangan konsep rantai pasok dilakukan bersama oleh para peneliti dalam bidang logistik, pemasaran, manajemen operasi, teknologi informasi, sistem perekonomian, serta organisasi, dan manajemen strategis. Pengembangan rantai pasok umumnya dikhususkan bagi manajemen rantai pasok. Pada awal pengembangan konsep rantai pasok, para peneliti mengutamakan efisiensi.

Pada perkembangan berikutnya, peneliti mulai mengembangkan keandalan rantai pasok dalam hal ketangkasan, kemampuan beradaptasi dan penyelarasan rantai pasok. Pengembangan desain, pengaturan dan penerapan rantai pasok dilakukan secara berbeda terhadap produk dan layanan yang berbeda. Tujuan pengembangan rantai pasok ialah tercapainya kepemimpinan biaya, diferensiasi produk dan fleksibilitas. Prinsip umum dari pengembangan rantai pasok ialah tidak adanya kondisi universal pada pasar untuk setiap produk atau layanan. Desain dan pengaturan serta pengembangan rantai pasok harus didasari oleh persaingan usaha dalam kaitannya dengan produk atau layanan. Tiap perusahaan memiliki proses yang meluas sehingga membentuk rantai pasok, sehingga pengembangan menjadi suatu liabilitas.

Tujuan

Tujuan dari setiap rantai pasokan adalah untuk memaksimalkan nilai total yang dihasilkan. Nilai yang diciptakan oleh rantai pasokan (juga dikenal sebagai neraca rantai pasokan) adalah selisih antara nilai produk akhir bagi pelanggan dan biaya yang dikeluarkan oleh rantai pasokan untuk memenuhi permintaan pelanggan.

Surplus Rantai Pasokan = Nilai Pelanggan – Biaya Rantai Pasokan

Nilai produk akhir dapat bervariasi dari pembeli ke pembeli dan dapat ditentukan sebagai harga tertinggi yang bersedia dibayar oleh pembeli. Selisih antara nilai dan harga produk tetap berada pada pelanggan sebagai keseimbangan pelanggan. Sisa saldo rantai pasok menjadi keuntungan rantai pasok, yaitu selisih antara pendapatan yang diterima dari pelanggan dan total biaya sepanjang rantai pasok.

Pemanfaatan

Konstruksi

Dalam bidang konstruksi, rantai pasok digunakan untuk proses perpaduan antara pihak-pihak yang merencanakan konstruksi dan pihak-pihak yang mengerjakan konstruksi. Dalam rantai pasok konstruksi pemilik bangunan hasil konstruksi turut dilibatkan dalam proses rantai pasok. Pemilik bangunan akan mendukung penyediaan rantai pasok melalui diskusi bersama dengan konsultan, kontraktor, sub kontraktor, dan pemasok. Tujuan dari pengelolaan informasi mengenai rantai pasok dalam bidang konstruksi ialah untuk menjamin keberhasilan dan penyelesaian suatu proyek.

Sumber: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Rantai Pasok: Pengelolaan, Pengembangan, dan Tujuan

Supply Chain Management

Persediaan: Pengertian, Fungsi, Jenis dan Pengendalian

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra pada 24 April 2024


Persediaan

Persediaan (bahasa Inggris: inventory) menurut kajian industri dan manufaktur mengacu pada stok dari suatu item atau sumber daya yang digunakan dalam suatu organsasi perusahaan. Persediaan dalam manufaktur umumnya berupa item atau barang yang berkontribusi atau akan menjadi bagian dari keluaran produk perusahaan. Persediaan diklasifikasikan berdasarkan jenisnya terbagi menjadi bahan baku, bahan setengah jadi atau barang dalam proses, komponen, dan bahan jadi atau produk jadi.

Persediaan dimaksudkan untuk dapat memenuhi variasi dari permintaan produk, yang mana permintaan produk tidak dapat diketahui secara tepat. Selain itu persediaan juga memungkinkan perusahaan dapat melakukan fleksibilitas dalam penjadwalan produksi, dimana disediakannya stok dari inventori guna menghilangkan tekanan terhadap sistem operasi produksi.

Fungsi Persediaan

Sebagai upaya antisipasi stok, persediaan dapat memenuhi antisipasi permintaan pelanggan. Persediaan berfungsi untuk memperlancar keperluan operasi produksi dimana dengan adanya persediaan dapat membangun kepercayaan dalam menghadapi terjadinya pola musiman. Persediaan juga dapat melindungi kekurangan stok yang dihadapi oleh perusahaan yang diakibatkan terlambatnya kedatangan barang dan adanya peningkatan permintaan, serta sebagai antisipasi apabila terjadi inflasi dan meningkatnya perubahan harga suatu barang.

Jenis dan Biaya Persediaan

Secara garis besar jenis-jenis persediaan dapat dibagi menjadi beberapa ketegori, diantaranya adalah; persediaan bahan baku atau persediaan bahan mentah (raw material) yang merupakan bahan atau barang yang akan diproses lebih lanjut menjadi barang jadi; persediaan bahan setengah jadi atau barang dalam proses (work in process), merupakan persediaan yang telah mengalami perubahan tetapi masih perlu diproses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi dan persediaan barang jadi (finished good) merupakan persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap untuk dipasarkan. Selain tiga jenis persediaan umum tersebut, jenis persediaan lainnya ialah persediaan bahan pembantu atau bahan penolong (supplies inventory) yang merupakan persediaan barang-barang yang berfungsi sebagai penunjang dalam proses operasi atau produksi, tetapi bukan bagian dari komponen barang jadi, serta persediaan barang dagangan (merchandise inventory) yang merupakan persediaan yang akan dijual kembali sebagai barang dagangan.

Menurut Herdjanto (2009), jenis persediaan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:

  • Fluctuation stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya serta untuk mengatasi apabila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam perkiraan penjualan, waktu produksi, dan pengiriman barang.
  • Anticipation stock, adalah persediaan guna menghadapi permintaan yang dapat diramalkan, seperti pada musim permintaan tnggi, tetapi kapasitas produksi saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. persediaan ini juga berguna untuk menjaga kemungkinan kesulitan memperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentnya produksi.
  • Lot-size inventory, adalah persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebutuhan pada saat itu. persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena telah membeli dalam jumlah besar, atau unutk menraih penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.
  • Pipeline inventory, adalah persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat tujuan.

Keputusan yang diambil organisasi atau perusahaan dalam menentukan persediaan akan melibatkan beberapa pembiayaan yang terjadi. Jenis-jenis biaya yang berdampak pada keputusan besar sedikitnya persediaan adalah:

  • Biaya penanganan, meliputi biaya penyimpanan, biaya handling, biaya asuransi, biaya kerusakan, biaya penyusutan, dan biaya hilangnya pemanfaatan dari investasi yang tertanam dalam persediaan (opportunity cost of capital). Apabila biaya penanganan terlalu tinggi, maka akan mendorong tingkat persediaan menjadi rendah sehingga stok harus diisi kembali.
  • Biaya penyiapan atau perubahan produksi, yaitu biaya yang timbul dalam penyiapan kebutuhan produk dan akan selalu berbeda. Perbedaan terebut tergantung pada bahan, penyiapan peralatan tertentu, penyiapan arsip, serta waktu dan bahan yang dibutuhkan atas perpindahan dari stok material sebelumnya.
  • Biaya pemesanan, berhubungan dengan kegiatan pembelian dan pemesanan barang. Biaya pemesanan juga terkait dengan biaya pemeliharaan sistem yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti jalannya pesanan.
  • Biaya yang timbul akibat kekurangan persediaan. Biaya ini terjadi akibat stok dari suatu item kosong dan pesanan untuk item tersebut harus menunggu sampai tiba kembali. Hal ini akan menimbulkan pertukaran (trade-off) antara biaya untuk memenuhi permintaan dengan biaya yang timbul akibat kekurangan stok yang terkadang tidak seimbang.

Pengendalian Persediaan

Manajemen memiliki dua fungsi dalam persediaan. Fungsi yang pertama adalah untuk membangun suatu sistem supaya jalannya alur item dalam persediaan dapat terjaga. Fungsi kedua adalah untuk membuat keputusan mengenai berapa banyak jumlah yang dipesan dan kapan diadakannya pesanan. Keputusan-keputusan tersebut dapat berjalan dengan baik apabila manajmen persediaan melakukan beberapa hal didalamnya, yaitu membuat suatu sistem untuk menjaga jalannya alur persediaan yang ada di tangan dan yang ada dalam pesanan, menyusun peramalan yang dapat dipercaya atas permntaan yang mencakup adanya indikasi kemungkinan kesalahan peramalan, melakukan estimasi atas biaya penanganan persediaan, dan melakukan pengklasifikasian item-item persediaan.

Dua faktor utama yang perlu diperhatikan dalam manajemen persediaan, yaitu bagaiamana item persediaan diklasifikasikan dengan menggunakan metode analsis ABC, dan kedua adalah bagaimana pencatatan persediaan dapat akurat dan terpelihara. Analisis ABC merupakan metode analisis nilai persediaan yang membagi persediaan atas tiga klasifikasi atas dasar jumlah volume atau nilai rupiah yang tertanam.

Analisis ABC

Klasifikasi pada analisis ABC diperkenalkan oleh HF Dickie pada tahun 1950-an. Klasifikasi ABC merupakan aplikasi persediaan yang menggunakan prinsip pareto. Idenya adalah untuk memfokuskan pengendalian persediaan kepada item (jenis) persediaan yang bernilai tinggi (critical) ketimbang yang bernilai rendah (trivial). Dengan mengetahui pembagian klasifikasi tersebut, dapat diketahui item persediaan tertentu yang harus mendapat perhatian lebih serius dibanding item yang lain.

Pengukuran yang dilakukan dalam analisis ABC adalah nilai permintaan tahunan dari setiap item persediaan dikalikan dengan biaya perunitnya. Item-item dari kelas A adalah item yang nilai rupiah per tahunnya memiliki nilai-nilai yang tinggi. Item-item dalam kelas A merupakan 15% dari total item seluruh persediaan yang memiliki nilai rupiah mencapai 70 hingga 80% dari total nilai rupiah terhadap seluruh nilai penggunaan. Sementara kelas B mencakup 30% dari jumlah item persediaan yang besar nilai rupiahnya mencapai 15 hingga 25% dari seluruh total nilai persediaan. Sedangkan kelas C hanya mencapai 5% dari total nilai rupiah seluruh item persediaan pertahun dengan item persediaan mencapai 55% dari total item persediaan.

Sumber: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Persediaan: Pengertian, Fungsi, Jenis dan Pengendalian

Industri Kimia Hilir

Inovasi Prepreg Ramie Fiber Reinforced (RFR)-PolyLactic Acid (PLA): Solusi Ramah Lingkungan dalam Industri Material Komposit di Indonesia

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 23 April 2024


Guru Besar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Prof. Tresna Priyana Soemardi, S.E., M.Sc., IPU ASEAN-Eng menjadi yang pertama di Indonesia yang mengembangkan material Pre-Impregnated (Prepreg) yang ramah lingkungan yang disebut dengan Ramie Fiber Reinforced (RFR)-PolyLatctic Acid (PLA). Inovasi ini merupakan hasil kolaborasi dengan Laboratorium Komposit Université Paris Nanterre, Ville DAvray, Paris, Perancis dengan Laboratorium Sub Lab Desain Mekanik, Biomekanik dan Komposit, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Prepreg adalah material komposit setengah jadi yang biasa digunakan dalam pembuatan material, terdiri dari matriks polimer alami (PLA) dan serat penguat alami dari pohon rami. Mulai tahun 2020, penelitian ini dihadirkan sebagai solusi atas kebutuhan komoditas pasar Prepreg konvensional yang umumnya menggunakan serat sintetis seperti karbon, kaca, dan Kevlar. "Dibandingkan dengan Prepreg yang menggunakan serat sintetis, Prepreg RFR-PLA memiliki harga yang lebih terjangkau, ramah lingkungan, ringan, dan emisi yang lebih rendah," ujar Prof. Keunggulan Prepreg merupakan hasil inovasi Prof. Tresna terletak pada penggunaan serat rami lokal sebagai bahan baku utamanya.

Sejak akhir tahun 2023, Prof. Tresna dan mahasiswa program doktoralnya, Ardy Lololau, Herry Purnomo dan Mustasyar telah berkolaborasi dengan para petani rami di Jawa Barat di bawah pengawasan Balai Besar Tekstil. Kolaborasi ini bertujuan untuk memproduksi serat rami menjadi benang dan kain, memberdayakan petani lokal, dan meningkatkan nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri.

Serat rami lokal ini kemudian dibawa ke Prancis untuk diteliti lebih lanjut di Laboratorium Komposit bersama Prof. Olivier Polit, Wakil Rektor Université Paris Nanterre dan Kepala Laboratorium Elektronika, Mekanika, dan Magnet. Tresna mengatakan, "Penemuan orisinil ini telah melalui serangkaian proses penelitian yang panjang sejak tahun 2000. Kami terus melakukan uji coba dari berbagai aspek, mulai dari komposisi, peralatan, proses, dan temperatur untuk mendapatkan versi prototipe yang terbaik. Prototipe Prepreg yang sedang dikembangkan saat ini telah mencapai versi Delta (𝛿)."

Guru Besar bidang Desain dan Konstruksi Mekanik dan Mekanika Terapan Bahan Komposit ini juga mengatakan bahwa pada tahap pengujian dengan beban multiaksial, prototipe ini menunjukkan hasil yang memuaskan dengan kekuatan 60-80 megapascal (MPa) pada sudut 0° dan 20-40 MPa pada sudut 90°. Selain itu, tidak ada perbedaan yang signifikan antara serat rami impor dan lokal. Uji coba ini merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan Prepreg RFR-PLA dengan proses pembuatan yang optimal, yaitu kemudahan proses produksi dalam skala industri.

Saat ini, paten hak cipta RFR-PLA sedang diajukan melalui Direktorat Inovasi dan Science Techno Park (DISTP) UI.  Setelah bahan ini berhasil memenuhi standar pengujian, bahan ini akan diaplikasikan pada bodi dan interior otomotif. Saat ini mulai diterapkan pada model struktural dan bodi pesawat terbang serta berpotensi untuk digunakan pada kapal penangkap ikan. RFR-PLA terutama akan digunakan pada bodi dan struktur otomotif serta bagian yang berputar, yang merupakan bagian terberat dari komponen otomotif karena penggunaan komposit dapat mengurangi berat kendaraan hingga 20-30 persen. Bahan ini juga dapat diaplikasikan pada peralatan rumah tangga.

Inovasi ini diperkuat melalui Séjour Scientifique de Haut Niveau (SSHN), sebuah program beasiswa kolaborasi penelitian ilmiah tingkat tinggi yang dipimpin oleh Prof. Pada November 2023 hingga Januari 2024, Prof. Tresna datang ke Université Paris Nanterre untuk melakukan penelitian dalam rangka program SSHN. Prof. Tresna mengungkapkan bahwa program ini sangat membantu penelitiannya dalam menghasilkan kebutuhan akan proses manufaktur polimerisasi yang canggih.

Tresna mengatakan bahwa di Indonesia, penelitian mengenai material ini masih tergolong jarang dilakukan, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan penelitian baik dari segi peralatan maupun sumber daya manusia. Adanya program beasiswa kerjasama ini sangat membantu dalam mengelaborasi kinerja Prepreg yang sedang dikembangkan, terutama untuk eksperimen pembebanan statis dan fatik multiaxial.

Heri Hermansyah, ST, M.Eng, IPU sangat mengapresiasi terciptanya inovasi RFR-PLA ini. Beliau mengatakan, "Kolaborasi antara UI dan Université Paris Nanterre dalam pengembangan Prepreg memungkinkan Prof. Tresna untuk mengakses fasilitas penelitian yang canggih dan berkolaborasi dengan para ahli di bidangnya. Hal ini juga menunjukkan komitmen UI dalam menjalin kolaborasi internasional dengan universitas-universitas terkemuka di dunia serta membuka peluang untuk transfer teknologi dan pengembangan riset lebih lanjut.

Hasil penelitian kolaborasi ini akan dipublikasikan dengan judul "Studi Eksperimental Perilaku Mekanik dan Kerusakan Komposit Prepreg Alami Berpenguat Serat Rami Berpenguat Poly Lattice-Acid di Bawah Pembebanan Multiaxial Menggunakan Fixture Arcan yang Dimodifikasi." Kedepannya, Prof. Tresna juga akan menerbitkan buku yang berjudul Perkembangan Komposit Alam dan Pemanfaatannya dalam Kehidupan Manusia dan Industri Maju, berkolaborasi dengan Prof.

Disadur dari: www.ui.ac.id

Selengkapnya
Inovasi Prepreg Ramie Fiber Reinforced (RFR)-PolyLactic Acid (PLA): Solusi Ramah Lingkungan dalam Industri Material Komposit di Indonesia

Industri Kimia Hilir

Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia: Dampak Negatif, Bahaya, dan Solusi yang Dianjurkan

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 23 April 2024


Plastik mengandung lebih dari 16.000 jenis bahan kimia dengan 1 dari 4 bahan kimia berbahaya. Penggunaan plastik di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Dampak negatif dari sampah plastik telah terjadi di Indonesia                                            

Salah satu masalah lingkungan yang menjadi isu terkini di dunia adalah sampah plastik. Perkembangan zaman yang semakin maju menyebabkan berbagai kemudahan dalam kehidupan, salah satunya dalam bentuk plastik. Plastik sebagai salah satu bahan yang cukup murah dan praktis. Bahan ini memiliki banyak jenis dan banyak digunakan sebagai wadah pembungkus.

Plastik dengan segala kemudahan yang dimilikinya memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen. Penggunaan plastik di seluruh dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Namun, banyak sekali sampah plastik yang ditemukan di berbagai lokasi. Keberadaan bahan ini semakin mengkhawatirkan karena plastik menimbulkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Mengapa Sampah Plastik Sangat Berbahaya?

Mikroplastik mengandung berbagai bahan kimia berbahaya, unair.ac.id

Sama seperti sampah lainnya, sampah yang ada di lingkungan tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Plastik tersebut seringkali masih dalam kondisi utuh atau sudah hancur. Meskipun plastik memiliki ukuran yang sangat kecil (mikroplastik), namun tetap saja memiliki dampak negatif.

Penelitian yang dilakukan oleh PlastChem dalam State of the Science on Plastic Chemicals menemukan lebih dari 16.000 bahan kimia yang terkandung di dalam plastik. Dari seluruh bahan kimia yang terkandung, setidaknya 1 dari 4 bahan kimia merupakan bahan kimia berbahaya. Beberapa temuan utama dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

  • Setidaknya 26% atau sekitar 4.200 bahan kimia dapat menimbulkan bahaya bagi lingkungan dan/atau kesehatan
  • 400 bahan kimia ditemukan di semua jenis plastik

Oleh karena itu, perlu dibuat plastik yang lebih aman dan ramah lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan metode baru dalam pengaturan bahan kimia melalui identifikasi bahan kimia berbahaya dan pengaturan kelompok bahan kimia plastik berbahaya.

Rekomendasi

Manufaktur plastik memiliki peran besar dalam mengurangi sampah plastik, oboudupont.com

Selain pembahasan mengenai bahan kimia dalam plastik, ada 4 rekomendasi dalam penelitian ini. Rekomendasi ini dapat dipertimbangkan oleh para pengambil keputusan untuk mengurangi dampak negatif dari plastik.

  • Mengontrol penggunaan zat-zat berbahaya yang terdapat pada plastik
  • Meningkatkan transparansi mengenai bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan plastik
  • Menyederhanakan komposisi plastik untuk meminimalkan paparan bahan kimia
  • Meningkatkan kolaborasi dan sumber daya untuk memfasilitasi kerja sama antara pihak berwenang, pelaku industri, dan peneliti untuk meningkatkan kualitas plastik

Lalu, Berapa Banyak Sampah Plastik di Indonesia?

Penggunaan plastik di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Data persentase sampah plastik di Indonesia terus mengalami peningkatan selama tahun 2019-2023. Peningkatan persentase sampah plastik ini diiringi dengan peningkatan timbulan sampah di Indonesia.

Sampah plastik merupakan jenis sampah yang paling banyak dihasilkan di Indonesia setelah sampah makanan. Pada tahun 2023, jumlah timbulan sampah di Indonesia akan mencapai 18.414.659,08 ton. Dengan demikian, jumlah timbulan sampah plastik di Indonesia pada tahun 2023 akan mencapai 3.401.187.532 ton dengan persentase 18,47% dari total timbulan sampah.

Bukti Bahaya yang Ditimbulkan oleh Sampah Plastik

Plastik Pesisir, imgsrv2.voi.id

Banyaknya jumlah sampah plastik di Indonesia memiliki berbagai dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan. Bahaya yang ditimbulkan bisa bermacam-macam, seperti pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan, dan bencana lainnya. Beberapa contoh bukti dampak negatif plastik yang terjadi di Indonesia antara lain sebagai berikut:

  • Pendangkalan pantai reklamasi, sampah plastik yang dibuang ke laut terbawa arus dan tersangkut di Teluk Jakarta. Akibatnya, arus permukaan laut menjadi terganggu dan mengalami penurunan hingga mencapai 0-4 meter per detik.
  • Pencemaran lingkungan, salah satu bentuk pencemaran yang terjadi berupa pencemaran logam berat pada sedimen di Teluk Jakarta. Setidaknya, terdapat pencemaran logam tembaga, timbal, kadmium, nikel, seng, dan merkuri yang terjadi di Teluk Jakarta.
  • Kerusakan ekosistem, ekosistem dapat terganggu akibat pencemaran yang disebabkan oleh plastik. Kandungan kimia yang ada di dalam plastik menyebabkan rusaknya ekosistem di Teluk Jakarta. Selain itu, mikroplastik yang terbentuk ditemukan di dalam tubuh biota laut yang menganggapnya sebagai makanan. Akibatnya, ditemukan kematian biota laut dan hilangnya ekosistem laut.
  • Masalah kesehatan, pencemaran yang ditimbulkan pada lingkungan dapat berdampak buruk bagi manusia. Mikroplastik telah ditemukan di dalam tubuh hewan yang diperuntukkan untuk konsumsi manusia. Selain itu, air yang diminum manusia juga berpotensi mengandung berbagai jenis polutan. Akibatnya, manusia yang mengonsumsi air dan hewan yang tercemar akan mengalami berbagai masalah kesehatan.
     

Tindakan Kecil Berdampak Besar

Penggunaan tas belanja dapat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, Kompas.com

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah sampah plastik? Sebagai konsumen, penggunaan plastik tentu merupakan hal yang wajar dan sudah menjadi kebiasaan. Untuk itu, perlu adanya perubahan kebiasaan dalam menggunakan plastik. Selain itu, ada beberapa hal lain yang bisa kita lakukan sebagai berikut:

  1. Kurangi penggunaan plastik sekali pakai dan gunakan barang lain
  2. Hindari membeli makanan dan minuman dengan kemasan plastik, terutama produk yang dikemas dalam ukuran kecil seperti sachet
  3. Menggunakan kembali plastik yang masih layak pakai
  4. Mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang memiliki manfaat

Disadur dari: zonaebt.com

Selengkapnya
Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia: Dampak Negatif, Bahaya, dan Solusi yang Dianjurkan

Industri Kimia Hulu

Perjalanan Sejarah Semen: Dari Ramuan Kuno hingga Mahakarya Bangunan Modern

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 23 April 2024


Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer pada zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.

Sejarah

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mohenjo-daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton.

Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanik. Pertama kali ditemukan pada zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

Pabrik semen di Australia.

Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton, seorang insinyur asal Inggris, menemukan kembali ramuan kuno yang berkhasiat ini. Ia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.

Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.

Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.

Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak.

Pengaduk semen sederhana.

Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.

Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama asingnya, concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton.

Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi dengan bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang hendak diperkuat.

Kandungan kimia

Kandungan Kimia yang terdapat dalam Semen antara lain: Trikalsium silikat, Dikalsium silikat, Trikalsium aluminat, Tetrakalsium aluminofe, dan Gipsum

Produksi semen

Langkah utama proses produksi semen[sunting | sunting sumber]

1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: yang pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur.

2. Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi material yang digali.

3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk menentukan komposisi tumpukan bahan.

4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan.

5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon ketika terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre‐heater ini dan berlanjut dalam kiln, ketika bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400 °C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, tempat udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 °C.

6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.

Jenis semen

Konsumsi dan Ekspor Semen Indonesia dari tahun ke tahun

  • Sumber: Untuk tahun 1991 sampai 2005 dari Departemen Perindustrian, Direkterat Agro dan Kimia tahun 2006
  • Keterangan = (*): Prediksi

Pengembangan Industri Semen Indonesia

Selama tahun 2011, konsumsi semen Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan yang signifikan sebesar 18% apabila dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah volume mencapai 48,0 juta ton. Angka tersebut adalah pencapaian sekitar 82% dari total kapasitas terpasang yang ada saat ini. Seperti diketahui bahwa kapasitas terpasang untuk industri semen hingga saat ini adalah 56 juta ton dari 9 pabrik. Sebagai komoditas strategis, semen sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok pembangunan manusia modern, sehingga menjadi sesuatu yang mutlak.

Namun belakangan muncul kekhawatiran kelangkaan pada tahun-tahun mendatang. Terdapat 4 faktor utama yang menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi semen domestik yaitu pertumbuhan ekonomi nasional yang masih cukup baik, tingkat bunga yang menarik, pembangunan infrastruktur secara besar-besaran, dan tingkat konsumsi per kapita yang masih sangat rendah yang secara potensiil akan meningkatkan kebutuhan semen dengan meningkatnya daya beli.

Krisis Moneter pada tahun 1997-1998 telah mendorong peningkatan ekspor secara dramatis dari 0,8 juta ton tahun 1997 menjadi 4,4 juta ton tahun 1998 karena konsumsi domestik yang turun 30%. Bahkan tahun berikutnya meningkat lebih dari 2 X lipat menjadi 9 juta. Angka ekspor tertinggi tercapai pada tahun 2001 sejumlah 9,5 juta ton, menjadikan Indonesia pengekspor terbesar kedua di dunia sesudah Thailand. Ekspor semen/klinker Indonesia menunjukkan tren yang menurun, sejak konsumsi semen domestik mengalami peningkatan yang terus menerus,sampai hanya berjumlah 1,2 juta pada tahun 2011. Peningkatan kapasitas produksi untuk 5 tahun mendatang tidak menunjukkan surplus produksi yang berarti dan karenanya ekspor semen/klinker tidak akan meningkat dengan tajam. Apalagi mengingat harga semen/klinker ekspor yang hanya separoh harga di dalam negeri.

Sumber: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Perjalanan Sejarah Semen: Dari Ramuan Kuno hingga Mahakarya Bangunan Modern

Industri Kimia Hilir

Reformasi Bisnis Terbesar di Indonesia: Omnibus Law dan Perubahan dalam Regulasi Impor dan Ekspor

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 23 April 2024


Implementasi Omnibus Law yang baru merupakan upaya reformasi bisnis yang paling serius di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2021 (PP 29/2021), undang-undang tersebut memberikan kewenangan kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menerbitkan persetujuan, verifikasi, kewajiban, dan lisensi untuk kegiatan ekspor-impor. Selain itu, Kemendag kini memiliki kewenangan untuk memberikan otonomi yang lebih besar dan kemudahan dalam memperoleh izin usaha bagi para importir atau eksportir. Perusahaan-perusahaan kini hanya memerlukan Nomor Induk Berusaha (NIB) untuk memulai kegiatan impor atau ekspor mereka. Memperoleh NIB dapat dilakukan melalui sistem Online Single Submission (OSS). Sebelumnya, pelaku usaha harus mengajukan salah satu dari tiga jenis perizinan impor: API-U (Angka Pengenal Impor Umum); API-P (Angka Pengenal Impor Produsen); dan Angka Pengenal Impor Terbatas, yang juga dikenal sebagai API Terbatas (API-T). NIB sekarang berfungsi ganda sebagai API-U, API-P, dan API-T.

Untuk beberapa jenis barang tertentu masih memerlukan izin impor tambahan dari Kementerian Perdagangan seperti: Lisensi pendaftaran importir; Lisensi persetujuan impor untuk importir produsen (perusahaan yang mengimpor bahan yang digunakan dalam pembuatan produk mereka sendiri); atau Lisensi persetujuan impor umum. Dan pemegang lisensi impor masih perlu mendeklarasikan semua barang yang diimpor ke Indonesia kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Sebelum mengimpor atau mengekspor barang, perusahaan harus memeriksa Kode Harmonisasi Sistem (HS) Indonesia. Kode ini digunakan untuk mengklasifikasikan setiap kategori produk karena produk tertentu mungkin memerlukan lisensi atau registrasi tambahan. Selain itu, kode HS merupakan salah satu faktor yang menentukan tarif pajak dan bea cukai, serta persyaratan impor/ekspor khusus untuk produk tersebut.

Impor beberapa produk diatur berdasarkan Daftar Barang yang Dibatasi dan Dilarang, yang juga dikenal sebagai "daftar LARTAS". Peraturan Menteri Perdagangan Indonesia Nomor 18 (Permendag 18/2021) menyediakan daftar terbaru dari jenis barang yang dilarang diimpor ke dan diekspor dari Indonesia. Untuk memeriksa pembatasan impor tertentu, importir dapat memeriksa melalui portal INSW di http://eservice.insw.go.id/ Menu "Informasi Lartas". Peraturan ini memberikan kategori baru untuk barang-barang yang dilarang untuk diimpor, yaitu, perkakas tangan jadi, gula, bahan perusak ozon, obat dan makanan tertentu, dan bahan berbahaya dan beracun, antara lain. Kategori-kategori barang yang dilarang untuk diekspor meliputi besi tua, barang cagar budaya, pupuk bersubsidi, produk pertambangan, kehutanan, dan produk pertanian tertentu.

Larangan tersebut berlaku untuk impor barang dari luar daerah pabean Indonesia ke pelabuhan perdagangan bebas dan kawasan perdagangan bebas, dan ekspor barang dari pelabuhan perdagangan bebas dan kawasan perdagangan bebas.

Selain itu, peraturan tersebut juga berlaku untuk impor barang dari luar daerah pabean ke dalam zona ekonomi eksklusif, ekspor barang dari zona ekonomi eksklusif ke luar daerah pabean, dan impor barang dari luar daerah pabean ke dalam kawasan berikat, dan ekspor barang dari kawasan berikat ke luar daerah pabean.

Menteri Keuangan mengeluarkan peraturan No. 102/PMK.04/2019 (PMK-102), sebuah peraturan tentang ekspor kembali barang impor. Berdasarkan aturan yang ada (PMK-149), ekspor kembali barang impor dapat dilakukan berdasarkan persetujuan Kepala Kantor Pabean dalam kasus-kasus seperti: barang impor tidak sesuai dengan purchase order, barang impor salah kirim, barang rusak, atau barang tidak boleh diimpor karena adanya kebijakan pemerintah.

Transshipment atau pemindahan kapal berada di bawah objek pengawasan otoritas bea cukai Indonesia. Banyak permasalahan berupa seringnya terjadi transshipment di tengah laut yang merugikan negara dan menjadi modus ekspor ilegal dan/atau fiktif. Sebagai negara kepulauan, laut dan udara merupakan ruang terbuka yang mengandung hambatan, tantangan, dan gangguan yang perlu dicegah oleh otoritas negara karena berpotensi mengganggu stabilitas pertahanan, keamanan, sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Sebagaimana diatur oleh pihak berwenang, lalu lintas barang dan alat transportasi harus tunduk pada bea cukai, imigrasi, dan karantina.

Bea Cukai menyediakan sistem pemantauan termasuk sistem kontrol transfer transshipment yang telah terintegrasi antara bea cukai dan bandara. Transshipment di tengah laut dilarang dan syahbandar dilarang memfasilitasi bongkar muat di perairan lepas atau di luar pelabuhan yang telah ditetapkan. Prosedur pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari pusat logistik berikat dalam rangka ekspor dan/atau transshipment diatur dalam peraturan bea cukai PER-10/BC/2017.  Beberapa pelabuhan di Indonesia dapat melayani transshipment, seperti Jakarta International Container Terminal (JICT) di Jakarta, dan saat ini pemerintah sedang mempersiapkan pelabuhan transshipment lainnya, yaitu Pelabuhan Kuala Tanjung yang terletak di Provinsi Sumatera Utara.

Transshipment merupakan solusi alternatif untuk efisiensi bahan bakar terutama untuk industri perikanan. Transshipment untuk perikanan diatur di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan di bawah peraturan 58/PERMEN-KP/2020 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Disadur dari: www.trade.gov

Selengkapnya
Reformasi Bisnis Terbesar di Indonesia: Omnibus Law dan Perubahan dalam Regulasi Impor dan Ekspor
« First Previous page 765 of 865 Next Last »