Internet of Things

Internet of Things (IoT) dan Industri 4.0 : Peluang dan Tantangan Bagi Organisasi

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 07 Maret 2022


Kemajuan teknologi tidak hanya memudahkan pekerjaan manusia, namun juga bisa mengurangi keterlibatan manusia dalam suatu aktivitas. Kalimat pembuka tersebut dianggap penulis mampu merepresentasikan isi dari seluruh tulisan berikut ini. Jika dulu kita mengenal bahwa faktor produksi minimal terdiri dari man, machine, material, money, and method (5M), maka di era industri 4.0 saat ini bisa saja peranan faktor produksi berupa tenaga kerja akan sangat minimal karena sebagian diambil alih oleh mesin. Internet of Things (IoT) dan Industri 4.0 merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas konektivitas internet antara benda-benda di sekitar kita dengan aktivitas/pekerjaan secara otomatis melalui pertukaran data yang sangat cepat. Seluruh sistem tersebut terhubung dalam jaringan siber dan fisik dengan memanfaatkan komputasi awan (cloud computing).

Kecanggihan teknologi IoT yang ada saat ini memampukan alat-alat elektronik agar selalu terhubung dengan internet dan akan secara otomatis menjalankan perintah sesuai program yang diinginkan user. Pendingin ruangan, komputer, printer, lampu, dan perlengkapan elektronik lainnya bisa secara otomatis berfungsi sesuai perintah yang diinput sebelumnya atau dengan memanfaatkan basis data yang kemudian diolah dengan logika artificial intellegent sehingga dapat menghasilkan perintah secara otomatis. Misalnya, lampu penerangan baru berfungsi saat mendeteksi adanya keberadaan manusia, komputer akan secara otomatis menyala saat pegawai melakukan absensi kehadiran dan mati saat melakukan absensi pulang. Bahkan mungkin saja mesin pembuat kopi otomatis akan bekerja saat lokasi anda mendekati radius tertentu dari tempat kerja dan masih banyak lagi alat lainnya yang cara kerjanya tidak lagi dioperasikan secara manual. Contoh yang lebih komplek misalnya, lemari pendingin dapat mendeteksi persediaan apa saja yang sudah habis dan secara otomatis merchant langganan anda akan mengirimkan kebutuhan tersebut karena sistem dan database-nya telah terintegrasi melalui cloud.

Hampir setiap benda saat ini dilengkapi dengan penandaan barang (barcode, RFID, maupun bentuk lainnya) sedangkan penandaan pada tubuh manusia biasanya dilakukan melalui sidik jari, retina, ataupun pengenalan wajah untuk keperluan surveilance. Dengan adanya penandaan tersebut, pergerakan benda dan manusia tersebut dapat dengan mudah dideteksi dan dilakukan pertukaran data dengan sistem lain untuk dianalisis. Pekerjaan seperti pengadaan/pembelian alat tulis kantor mungkin sudah tidak diperlukan karena pembelian akan secara otomatis dilakukan oleh sistem apabila ketersediaan untuk item tertentu sudah mencapai angka limit. Sistem presensi untuk kehadiran pegawai mungkin juga akan segera usang dalam waktu dekat karena keberadaan pegawai bisa dideteksi dari gadget yang dibawanya sehingga sistem bisa secara otomatis melakukan presensi saat pegawai berada pada radius tertentu dari kantor. Bahkan kamera CCTV bisa saja mengenali wajah dan keberadaan seseorang pada meja kerjanya melalui suhu tubuh sehingga produktivitas pegawai tidak perlu diawasi oleh atasan atau supervisor. Hal-hal semacam itu bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan dalam waktu dekat.

Disisi lain, kecanggihan industri 4.0 juga cukup memberikan rasa takjub tersendiri. Aplikasi semacam Google Translate dan Youtube saat ini sudah bisa mendeteksi suara yang secara otomatis akan dibuat caption/subtitle dari suara yang dihasilkan (speech to text). Kecanggihan semacam itu akan sangat menghemat waktu anda dalam bekerja jika anda tahu bagaimana memanfaatkannya, misalnya anda tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengetik notulen rapat atau menugaskan pegawai lain sebagai notulen rapat sehingga menghemat beban kerja pegawai. Artinya, kebutuhan SDM akan lebih efisien karena jam kerja pegawai bisa lebih optimal untuk melakukan pekerjaan lainnya.

Kemajuan perkembangan teknologi sering dikaitkan dengan perkembangan hardware komputer. Mantan CEO Intel, Gordon Moore, bahkan sudah memprediksi bahwa peningkatan jumlah transistor dalam sebuah integrated circuit (IC) akan berlipat ganda setiap 2 tahun yang secara implisit dapat dimaknai bahwa pengembangan software juga akan semakin baik. Apabila pembaca tergolong sebagai Generasi X dan Generasi Y, maka pembaca sekalian merupakan saksi hidup yang mengalami pesatnya berbagai perkembangan teknologi. Hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan saat kita masih bocah, saat ini sudah menjadi kebutuhan sehari-hari anak-anak kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa IoT telah memberikan kemudahan bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari, meskipun hal tersebut bisa juga menjadi tantangan bagi pihak lainnya.

Trade off yang diakibatkan perkembangan teknologi bisa kita amati dengan mudah disekeliling kita. Transformasi pola konsumsi masyarakat yang lebih senang berbelanja online melalui marketplace disatu sisi meningkatkan pemerataan kesejahteraan dan meningkatkan aktivitas ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja baru utamanya dibidang logistik, namun di sisi lain teknologi tersebut membawa dampak negatif bagi keberadan usaha yang masih menggunakan sarana fisik sebagai media pemasaran mereka. Menjamurnya aplikasi konsultasi medis secara online memberikan kenyamanan bagi masyarakat karena tidak perlu antri dan bepergian saat kondisi badan sedang sakit serta mengurangi kelangkaan kebutuhan tenaga medis. Namun demikian, efek sampingnya adalah lapangan kerja dibidang kesehatan menjadi menurun seperti perawat, administrasi, maupun tenaga kerja pendukung lain.

Peluang bagi Organisasi

Kemudahan yang bisa didapatkan akibat perkembangan teknologi sudah banyak sekali contoh penggunaannya di lingkungan kerja kita. Sebagai contoh, pelaksaan lelang sudah mengakomodasi e-auction, sebuah aplikasi yang sangat baik sehingga memberikan manfaat yang lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. Aplikasi tersebut merupakan contoh nyata dari pergeseran faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan Risalah Lelang dari tenaga kerja (man) kepada sistem aplikasi (machine & process). Big data interchange antara instansi pemerintah bisa juga digunakan untuk mempercepat proses verifikasi dokumen sehingga memberikan keamanan dan keyakinan bagi petugas. Peran serta Pejabat Lelang (PL) tetap ada namun resources waktu yang dibutuhkan lebih sedikit sehingga PL bisa melakukan aktivitas lain atau produktifitasnya akan meningkat karena didukung teknologi. Pelaksanaan lelang pada suatu wilayah bisa dilakukan tanpa kehadiran PL karena sudah didukung teknologi teleconference, biaya perjalanan dinas bisa dikurangi bahkan ditiadakan dan waktu kerja PL bisa lebih optimal sehingga frekuensi lelang bisa lebih banyak.

Berikutnya adalah aplikasi office automation (Nadine) yang jamak digunakan saat ini. Penggunaan aplikasi tersebut tidak hanya menghemat biaya namun juga waktu. Dokumen fisik yang sebelumnya harus dicetak dan disimpan saat ini tidak perlu lagi dilakukan. Penyampaian dokumen yang sebelumnya menggunkan pos/kurir dan terdapat kemungkinan hilang, saat ini bisa langsung terkirim dan dipastikan sampai kepada tujuan. Kemudahan dalam melakukan koreksi atas narasi naskah dinas juga bisa langsung dilakukan melalui user masing-masing atasan sehingga waktu untuk penyelesaian naskah dinas lebih efisien.

Pekerjaan penilaian yang selama ini membutuhkan survei untuk mengetahui objek fisik maupun pembanding, mungkin dalam beberapa tahun kemudian frekuensi pelaksanaan survei fisik akan sangat minim. Survei lapangan bisa jadi cukup menggunakan penginderaan jarak jauh (citra satelit atau drone) yang kemampuannya bisa sangat detil hingga satuan centimeter sementara data transaksi sebagai pembanding dapat diperoleh melalui data interchange dengan pihak lain menggunakan big data analisis. Selain yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak lagi bentuk-bentuk inovasi yang mungkin akan terjadi pada masa-masa mendatang. Quantum leap dalam perkembangan teknologi masih dapat ditingkatkan untuk hal-hal lain yang menjadi tusi DJKN.

Ancaman bagi organisasi

Beberapa kemudahan tersebut ternyata bisa menjadi ancaman bagi organisasi, khususnya dalam hal pengelolaan sumber daya manusia. Pertama, diperlukan extra effort untuk meningkatan kapasitas SDM agar mampu menggunakan teknologi yang sudah tersedia. Peningkatan kapasitas SDM merupakan tugas yang cukup berat bagi organisasi terlebih bagi pegawai yang sudah berusia senja. Kedua adalah kebutuhan SDM, kemudahan-kemudahan yang diperoleh dari teknologi tentunya akan mengurangi kebutuhan SDM. Efisiensi pelaksanaan tugas bisa membuat satu pegawai bisa merangkap melaksanakan tugas untuk pegawai lainnya. Pelaksanaan pekerjaan yang sebelumnya membutuhkan waktu (timely) akan mejadi sangat efisien ketika pelaksanaannya bisa dibantu dengan teknologi sehingga waktu kerja menjadi sangat berkurang. Kebutuhan pegawai tersebut tentunya harus dilakukan secara selektif sehingga hanya pegawai yang memilliki kualifikasi yang cukup yang perlu dipertahankan sementara pegawai lain yang kurang berkontribusi akan menjadi pengangguran terselubung akibat kurang optimalnya jam kerja.

Ketiga adalah eksistensi dari organisasi itu sendiri, simplifikasi aturan yang didukung dengan adanya kemudahan teknologi merupakan ancaman bagi keberlangsungan organisasi. Pekerjaan yang sebelumnya memerlukan SDM cukup banyak kemudian berkurang tentunya akan mengurangi beban kerja. Aglomerasi tugas dan fungsi beberapa unit menjadi satu kesatuan bisa menjadi alternatif kebijakan jika pertimbangannya adalah kemudahan koordinasi dan efisiensi operasional, meskipun hal tersebut bukanlah perkara mudah.

Fakta-fakta tersebut di atas tentunya bisa kita gunakan sebagai pelajaran tentang bagaimana kita harus mendesain organisasi kita ke depan. Contoh kongkret di lingkungan Kemenkeu adalah pada tahun 2000-an dimana terjadi proses reformasi pengelolaan anggaran dan otomasi SPM - SP2D. Perubahan itu pasti terjadi dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi menjadi keharusan agar kita bisa bertahan. Peluang dan ancaman yang mungkin terjadi harus menjadi perhatian petinggi organisasi utamanya saat melakukan perencanaan stratejik. Sehinga apabila perubahan itu terjadi, maka masa transisi yang diperlukan tidak membutuhkan waktu yang lama dan meminimalkan potensi resistensi dari berbagai pihak terkait . Tetap berimajinasi, karena imajinasi itu lebih berharga daripada ilmu pasti. Dan dengan imajinasi itu, kita bisa mempersiapkan masa depan lebih baik. Pertimbangan analisis biaya manfaat sebagai dasar pembelaan bahwa teknologi tidak murah. Jika dahulu teknologi merupakan barang yang sulit dijangkau, maka saat ini penggunaan teknologi justru memberikan skala ekonomis bagi pihak yang mengoperasikannya.

Sumber Artikel: djkn.kemenkeu.go.id

Selengkapnya
Internet of Things (IoT) dan Industri 4.0 : Peluang dan Tantangan Bagi Organisasi

Internet of Things

Pemanfaatan Teknologi Internet of Things (IoT) di Jakarta Smart City

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 07 Maret 2022


Internet of Things yang juga dikenal dengan IoT merupakan sebuah konsep yang masih terus berkembang sehingga tidak memiliki definisi pasti. IoT menggunakan pemrograman untuk menghasilkan interaksi antar mesin tanpa campur tangan manusia. Interaksi tersebut memanfaatkan konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus. Komunikasi antar mesin atau benda yang menggunakan teknologi IoT dapat berupa pertukaran data atau pengendalian jarak jauh. Teknologi tersebut juga menjadi pendukung utama pembangunan kota pintar atau smart city. Jakarta Smart City sebagai unit pengelola kota pintar di DKI Jakarta telah mengaplikasikan teknologi tersebut di berbagai bidang, antara lain sebagai berikut.

CCTV Online

Kamera pemantau yang terhubung dengan jaringan internet telah tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Kamera pemantau tersebut terhubung dengan portal Jakarta Smart City dan bisa diakses oleh setiap orang melalui website. Fasilitas CCTV online diharapkan dapat digunakan untuk memantau kondisi Ibukota secara real time dan meningkatkan keamanan warga.

Pelacak Lokasi Truk Sampah

Sensor Global Positioning Satelite (GPS) telah terpasang di truk sampah milik Pemprov DKI Jakarta. Hal ini bertujuan untuk memantau lokasi truk pengangkut sampah tersebut, sekaligus mengetahui rute yang dilaluinya. Dengan demikian, penyalahgunaan kendaraan untuk keperluan pribadi dapat dikontrol. Selain itu, pemerintah dapat melakukan manajemen rute agar proses pengangkutan sampah lebih efisien berdasarkan data rute tracking.

Pelacak Lokasi Bus Transjakarta

Armada Transjakarta terkoneksi dengan GPS sehingga pergerakan bus dapat terpantau. Selain untuk memantau kondisi armada di lapangan, tracking bus Transjakarta juga berguna untuk mencatat jarak tempuh dan datanya digunakan sebagai informasi pembayaran tagihan operator. Warga bisa memantau pergerakan bus Transjakarta melalui portal Jakarta Smart City. Selain itu, TransJakarta juga bekerja sama dengan Google Maps dengan menghadirkan fitur transit yang menghadirkan informasi real time tentang lokasi bus Transjakarta. Dengan fitur ini, setiap orang bisa memantau pergerakan armada dan bisa melihat waktu tempuhnya.

Teknologi CityTouch

CityTouch merupakan sistem manajemen penerangan jalan umum berbasis web. Teknologi ini memungkinkan pemantauan lampu penerangan jalan secara real time. Setiap titik lampu terkoneksi melalui jaringan seluler ke pengelola yaitu Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta. Jika terjadi gangguan dan kerusakan pada lampu, maka petugas bisa menindaklanjuti tanpa harus menunggu laporan warga atau pemeriksaan rutin

Automatic Water Level Recorder

Automatic Water Level Recorder (AWLR) adalah alat pengukur tinggi muka air untuk memonitor ketinggian permukaan sungai di Jakarta. Seluruh AWLR yang terpasang di sungai-sungai yang terdapat di Ibukota dapat melaporkan kondisi permukaan air setiap dua menit ke website monitoring BPBD DKI Jakarta. Informasi tersebut dapat dipantau oleh Dinas terkait sehingga dapat memberikan peringatan dini apabila ketinggian air mulai meningkat.

IoT dapat dipastikan akan terus merambah berbagai bidang, tidak terkecuali pemerintahan dan tata kelola kota. Hal ini mungkin terjadi karena IoT menawarkan banyak potensi yang bisa digali. Perkembangan teknologi IoT yang dimanfaatkan dengan tepat, tentu akan bermanfaat untuk mewujudkan Jakarta menjadi kota pintar yang nyaman bagi warganya.  

Sumber Artikel: smartcity.jakarta.go.id

Selengkapnya
Pemanfaatan Teknologi Internet of Things (IoT) di Jakarta Smart City

Internet of Things

Mengenal IoT (Internet of Things)

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 07 Maret 2022


Internet of Things (IoT) adalah konsep di mana koneksi internet diperluas ke perangkat fisik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Perangkat tersebut dapat saling bertukar informasi dengan perangkat yang lainnya.

Contoh IoT seperti kulkas atau mesin cuci di mana dalam perangkat tersebut sudah tertanam sensor elektronik yang dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain melalui jaringan internet. Manusia dapat berinteraksi dengan perangkat tersebut melalui gadget dari jarak jauh.

Saat ini teknologi IoT lebih dikenal dengan produk yang berhubungan dengan konsep “rumah pintar”, seperti sistem keamanan rumah dengan menggunakan kamera. Padahal pada saat ini masih banyak teknologi IoT di berbagai bidang, seperti bidang kesehatan, pertanian dan industri.

Protokol-protokol IoT

Berikut adalah beberapa teknologi komunikasi / protokol standar yang digunakan untuk kebutuhan IoT:

1. Bluetooth
Salah satu teknologi nirkabel jarak pendek yang paling banyak digunakan dalam IoT adalah Bluetooth. Protokol bluetooth yang baru-baru ini diperkenalkan adalah BLE (Bluetooth Low Energy).

BLE ini memberikan jangkauan bluetooth konvesional dikombinasikan dengan konsumsi daya yang lebih rendah. BLE ini tidak dirancang untuk transfer file besar, sehingga BLE ini akan cocok dengan data yang kecil.

2. Wifi
Wifi adalah sebuah protokol favorit dalam IoT karena protokol ini memiliki infrastruktur untuk terintegrasi dalam perancangan elektronik perangkat, dan memiliki transfer data yang cepat dengan kemampuan untuk mengontrol sejumlah data yang besar.

Wifi standar 802.11 menghadirkan kemampuan untuk mentransfer ratusan megabit hanya dalam satu detik, dan pada protokol wifi ini akan menghasilkan konsumsi daya yang besar untuk beberapa aplikasi IoT.

3. Zigbee
ZigBee merupakan sebuah protokol IoT yang dirancang untuk industri. ZigBee beroperasi pada frekuensi 2.4 Ghz. Frekuensi ini sangat ideal untuk industri di mana umumnya data yang ditransfer memiliki trafik kecil di antara rumah atau bangunan.

4. NFC
NFC (Near Field Communication) adalah protokol IoT yang memanfaatkan hubungan komunikasi data dua arah yang aman. Protokol komunikasi IoT NFC berlaku untuk smartphone. Komunikasi NFC memungkinkan klien untuk terhubung ke perangkat elektronik, menggunakan konten digital dan melakukan transaksi pembayaran tanpa kontak.

Pekerjaan penting NFC adalah untuk memperluas teknologi kartu “tanpa kontak”. Teknologi ini bekerja dalam jarak 4 cm antara perangkat, dengan mengaktifkan perangkat untuk berbagi informasi.

5. LoRaWAN
LoRaWAN atau Long Range Wide Area Network adalah salah satu dari Protokol IoT untuk jaringan area luas. LoRaWAN IoT Network Protocols dirancang khusus untuk mendukung jaringan luas dengan bantuan jutaan perangkat berdaya rendah. Kota pintar menggunakan protokol semacam ini.

Termasuk komunikasi seluler berbiaya rendah, LoRaWAN juga terkenal di sejumlah industri untuk komunikasi dua arah yang dilindungi. Frekuensi LoRaWAN dapat bervariasi dari satu jaringan ke jaringan lainnya.

Kecepatan data protokol ini antara 0,3-50 kbps. Di daerah perkotaan, kisaran LoRaWAN bervariasi dari 2 km hingga 5 km. Di daerah pinggiran kota, jangkauan protokol IoT ini sekitar 15 km.

6. RFID
RFID (Radio Frequency Identification) bekerja dengan bantuan teknologi tanpa kabel / nirkabel. RFID menggunakan medan elektromagnetik sehingga dapat mengidentifikasi objek.

Jarak jangkauan RFID jarak pendek adalah sekitar 10 cm. Tetapi RFID jarak jauh bisa mencapai 200 mm. Bagian terbaik dari protokol konektivitas IOT RFID adalah mereka tidak memerlukan daya apa pun.

Demikianlah penjelasan sekilas mengenai IoT. Mudah-mudahan bermanfaat.

Sumber Artikel: el.iti.ac.id

Selengkapnya
Mengenal IoT (Internet of Things)

Internet of Things

Apa itu Internet of Things?

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 07 Maret 2022


Internet berperan besar dalam kehidupan manusia secara menyeluruh. Misalnya sistem perbankan, sistem administrasi pemerintah, sekolah, dan beragam instansi, toko online, hingga profesi influencer media sosial beroperasi melalui internet.

Belakangan ini frasa Internet of Things atau yang biasa disingkat dengan IoT sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Namun apakah sebenarnya internet of things tersebut?

Dilansir dari Forbes, Internet of Things pada dasarnya menghubungkan perangkat apapun dengan sakelar hidup dan mati ke internet.

Dilansir dari Balai Pelatihan dan Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Internet of Things memiliki pengertian bahwa internet telah berintegrasi ke berbegai peralatan elektronik manusia yang memungkinkan untuk “ditanami” internet.

Membuat IoT menjadi jaringan raksasa yang menghubungkan berbagai macam hal.

Internet og Things bekerja dengan cara menghubungkan perangkat elektronik dengan sistem otomatis melalui internet.

Dilansir dari Wired UK, perangkat yang terhubung dengan sistem otomatis dimungkinkan untuk mengumpulkan informasi, menganalisisnya, dan membuat tindakan.

Perangkat elektronik harus memiliki sensor untuk dapat mendeteksi dan mengumpulkan data. Suresh, P, Daniel, dan Aswathy dalam buku A state of the art review on the Internet of Things (IoT) History, Technology and Fields of Deployment (2014) menyebutkan bahwa sensor mengumpulkan data mentah fisik dari scenario real time dan mengkonversikannya ke dalam mesin format yang dimengerti sehingga mempermudah pertukaran berbagai format data.

Data tersebut kemudian diolah sesuai dengan artificial intelligent yang telah ditanamkan pada program. Hasil dari olahan data yaitu suatu perintah yang dikirim melalui konektivitas internet dalam suatu perangkat. Perintah tersebut kemudian dapat dieksekusi oleh perangkat elektronik.

Contoh Internet of Things

Rumah pintar merupakan contoh dari Internet of Things. Misalnya lampu yang menyala sendiri saat keadaan gelap, mesin penyiram tanaman otomatis, maupun perangkat elektronik rumah yang terhubung dengan ponsel pintar. 

Satu perintah melalui ponsel pintar, perangkat elektronik tersebut bisa dihidupkan dan dimatikan dalam jarak jauh. Contoh lain adalah perangkat keamanan kebakaran. Di mana sensornya bisa menyala ketika ada asap yang terdeteksi, dan perangkat tersebut bisa memberitahukan keaada tersebut ke ponsel pintar pemiliknya. Contoh yang paling sering terasa adalah keberadaan kamera pengawas lalu lintas. Kamera merekam data berupa keadaan lalu lintas secara real time dan menghubungkannya ke monitor pengawas melalui internet. Dari ruang pengawas, polisi lalu lintas bisa mengingatkan pengendara yang melakukan pelanggaran melalui speaker yang terhubung ke internet juga.

Sumber Artikel: kompas.com

Selengkapnya
Apa itu Internet of Things?

Internet of Things

Mengenal Internet Of Things (IoT)

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 07 Maret 2022


Internet of Things telah menjadi Buzzword yang sering diucapkan para pengguna Internet di Indonesia akhir-akhir ini. Pada intinya IoT mempunyai pengertian bahwa Internet telah berintegrasi ke komputer kita, ponsel, dan peralatan elektronik lainnya, dan mulai hidup di benda-benda sekitar kita, dari lemari es, termos, kursi, meja, lampu lalu lintas, lampu belajar, dan masih banyak benda yang dimungkinkan untuk ‘ditanami’ internet.

Beberapa penelitian awal mengenai konsep IoT salah satunya dilakukan oleh Neil Gershenfeld dari Massachuset Institute Technology (MIT) media Lab. Pak Neil menyebutnya ‘Internet O’, konsep yang mengeksplor bagaimana objek (benda) dapat berkomunikasi dengan kita, bagaimana cara kita berkomunikasi dengan benda-benda tersebut, dan bagaimana benda-benda tersebut dapat berkomunikasi satu sama lain, sehingga kita dapat mengendalikan kehidupan menjadi lebih baik.

Pada tingkat konsumen, kita ambil sebuah contoh menjadikan rumah lebih pintar dan efisien dengan menghubungkan pendingin udara, oven, lampu teras, sehingga sebelum sampai ke rumah kita dapat mengirimkan pesan kepada mereka untuk siap ‘melayani’ kita (ideas.ted.com).

Dalam skala yang lebih luas, sebagai contoh New York memanfaatkan IoT untuk menanggulangi salju dari sensor yang melekat pada bajak salju dan teknologi pemetaan interaktif, warga mendapatkan banyak informasi tentang kondisi jalan dan dapat meminta dinas kebersihan jalan untuk membersihkan jalan dari salju secara lebih efektif (theinternetofthings.eu).

Kebijakan IoT Pemerintah Berbagai Negara

Pemerintah negara-negara Asia seperti China dan India telah melihat peluang dan tuntutan IoT di masa depan yang akan mengubah kehidupan sosial, ekonomi, juga politik, sehingga pemerintah merasa perlu untuk mengeluarkan kebijakan yang akan me-leading arah pembangunan IoT.

Awal tahun ini, pemerintah India mengeluarkan dokumen kebijakan IoT yang menargetkan $15 Miliar Pasar IoT di India pada tahun 2020. Langkah pertama untuk menuju cita-cita tersebut telah dimulai baik oleh sektor pemerintah maupun swasta. Sebagai contoh Tata Motors, produsen kendaraan komersial terbesar di negara tersebut telah mulai menempatkan sensor ke dalam truck dan telah membangun model layanan yang memungkinkan pemilik armada dapat mengetahui secara lebih luas kendaraan yang sedang digunakan dan memprediksi potensi kerusakan (economictimes.indiatimes.com).

IoT telah menjadi rencana kerja resmi pemerintah China dan dengan cepat menjadi industri strategis dengan Jiangsu menjadi kota pusat pembangunan IoT yang telah dimulai sejak tahun 2009. Dalam rencana lima tahunan China, IoT adalah salah satu dari tujuh strategi industri berkembang (Strategic Emerging Industry) dengan alokasi dana dari pemerintah sebesar 5 Miliar RMB (Renminbi atau CNY-China Yuan) untuk 5 tahun ke depan. Pemerintah-pemerintah daerah China telah beramai-ramai mengalokasikan dana untuk membangun ‘Smart Cities’ (technode.com).

Berdasarkan proyeksi data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) diperkirakan pengguna Internet di Indonesia akan mencapai 139 Juta pada tahun 2015. Di mana pengguna mayoritas berada pada usia 16-25 tahun. Bagaimanakah dengan kebijakan pemerintah Indonesia mengenai strategi pembangunan IoT? nantikan pembahasan selanjutnya. (MJ/hdn)

Sumber Artikel: bpptik.kominfo.go.id

Selengkapnya
Mengenal Internet Of Things (IoT)

Internet of Things

Pembayaran tol elektronik

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 07 Maret 2022


Pembayaran tol elektronik, adalah sebuah adaptasi dari teknologi militer identifikasi teman atau lawan, yang bertujuan untuk menghilangkan kemacetan di jalan tol. Dia merupakan implementasi teknologi konsep pembayaran jalan. Dia menentukan apakah mobil-mobil yang melewati terdaftar dalam program, alarm bagi yang tidak terdaftar, dan mendebit secara elektronik rekening dari mobil terdaftar tanpa harus berhenti, atau membuka jendela. ETC pertama kali diperkenalkan pada 1987 di Aalesund, Norwegia.

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Pembayaran tol elektronik
« First Previous page 752 of 773 Next Last »