REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X belum bersedia melakukan studi tatap muka (PTM). Ia menegaskan agar seluruh pelajar divaksin sebagai upaya pengendalian PTM.
"Siswa harus divaksin. Kalau tidak, jangan divaksin secara fisik," ujarnya di Kompleks Kepatihan Yogyakarta. kata sultan. , Rabu (25 Agustus) Sebab, ada kekhawatiran jika tidak dipersiapkan dengan matang, bisa muncul klaster baru penyakit COVID-19 di DIY.
Jadi vaksinasi menjadi salah satu langkah untuk menjamin terlaksananya CPU. Itu tidak membuat cluster baru. Sultan mengatakan, saat PTM dilaksanakan, sudah lebih dari 80% pelajar yang divaksin.
Saat ini pihaknya terus memproduksi vaksin khususnya untuk pelajar. Saat itu vaksinasi mandiri guru dilaksanakan 100% DIY.
"Syaratnya semua harus divaksin dulu, guru harus divaksin, dan siswa harus divaksin sebelum tatap muka. Mata. Saya tidak mengerti. “Makanya kami tingkatkan vaksinasi untuk masyarakat umum dan pelajar,” kata Sultan.
Di DIY, sekitar 16.000 pelajar berusia 12 hingga 18 tahun perlu divaksinasi. Saat ini, jumlah siswa SD, SMP, dan SMA akan mencapai 120.000 orang.
Sultan mengatakan, tingkat vaksinasi siswa hanya 40%. Timnya menargetkan vaksin sudah siap pada Oktober 2021.
"Kita bisa (semoga) bisa dilakukan pada September atau awal Oktober," jelasnya. terus mempercepat vaksinasi COVID-19 bagi pelajar. Percepat vaksinasi pelajar dengan tetap melaksanakan vaksinasi di sentra yang direncanakan.
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, percepatan vaksinasi pelajar juga menjadi syarat pelaksanaan CPU. Timnya ingin mencapai vaksinasi minimal 70% siswa untuk pelaksanaan PTM.
“Tujuan kami, seluruh siswa yang bersekolah di Kota Jogja minimal 70% tervaksinasi. “Ini merupakan langkah awal pengambilan keputusan strategis kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan pendekatan tatap muka,” kata Haryadi. Dukungan juga diberikan terhadap penerapan protokol medis dari segi sumber daya dan infrastruktur.
"Secara teknis kita sudah siap, misalnya jumlah bangku dan meja. "Sebelumnya 1 meja dan 2 kursi, sekarang 1 meja dan 1 bar, jadi kursi terisi 50%." .
Untuk entri kebutuhan mahasiswa, ditetapkan strategi dengan sistem bilangan berbeda dan minggu seimbang. Haryadi mengatakan mahasiswa dengan derajat berbeda akan mengikuti kelas di hari berbeda. Saya jelaskan:
" Beda bilangan besar pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu “Siswa dengan nomor yang sama diterima pada hari Senin, Rabu, dan Jumat,” jelas Haryadi.
Sumber: republika.co.id